Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Arum Etikariena
"Masalah seksualitas di kalangan rem~a adalal: masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Di satu sisi perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang , harus mereka jalani. Namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya mereka lakukan menimbulkan kecemasan dan akibat yang serius, seperti kehamilan atau tertular penyakit kelamilL Berdasarkan kecemasan-kecemasan itulah sejak tahun 1960-an, ketika mulai mlUlcul revolusi seks di daratan Eropa dan Amerika, penelitian mengenai keserbabolehan dalam perilaku seksual pada remaja mulai dilakukan. Ada indikasi yang menunjukan adanya peningkatan persentase remaja yang memiliki tingkat keserbabolehan yang tinggi stau yang melakukan hubungan seksual pranikah (Sarwono 1989). Tetapi, penelitian-penelitian yang dilakukan menemukan hasil yang tidak konsisten mengenai tingkat keserbabolehan remaja dalam perilaku seksual pranikah. Bahkan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an menunjukan kecenderwtgan adanya penurunan prosentase remaja, baik yang melakukan hubWlgan seks pranikah atau yang memiliki keserbabolehan tinggi terbadap perilaku seks pranikah (Ken Saraswati, 1993; Evy Syartika, 1998). Tinggi rendahnya keserbabolehan remaja dalam perilaku seksual ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya &dalah dari informasi yang didapatkan oleh remaja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah seksual. Krecth & Crutchfield (1958) menyatakan bahwa sikap bisa terbentuk melalui informasi yang diterima oleh individu. Informasi mengenai masalah seksual ini bisa diterima remaja melalui berbagai smnber. Biasanya, sumber dimana seseorang mendapatkan informasi adalah melalui lingktmgan yang terdekat dengan dirinya. Untuk remaja, lingkungan yang dekat dengan keseharian mereka adalah lingktmgan keluarga (dalam hal ini ayah dan ibu) Berta lingkungan teman sebaya (Hurlock, 1980). Demikian pula dalam masalah seksual, pengaruh keluarga dan teman sebaya amat menentukan keserbabolehan remaja (Reiss, dalam Reiss & Miller, 1979). Sebagai SUIllber informasi, kedua lingkungan yang menjadi acuan remaja sebut memiliki nilai-nilai yang berbeda. Keluarga (ayah & ibu) merupakan kelompok acuan yang negatit: sedang teman adalah kelompok acuan positif untuk keserbabolehan dalam perilaku seksual pranikah. Hanya saja ada kecendenmgan bahwa orang tua lebih tertutup untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan seks. Akibatnya, remaja mencoba mencari akses lain mrtuk mendapatkan pengetahuao tentaog seks. Remaja mendapatkan pengetahuannya dari ternan, buku porno, majalah, stan sumber lain yang tidak dapat dipastikan keakuratannya mengenai seks. Bahkan, ada gejala berkembangnya pengetahuao dan ,isu populer mengenai seks (mitos), di kalangan remaja. Mitos-mitos tersebut eendenmg mendorong perilaku seksual pranikah, yang disertai dengan alasan yang dibuat semasuk akal mungkin. Informasi yang benar, namun cendenmg mencegah, ditolak dengan bennacam pembenaran. Adalah suatu ironi, di saat remaja sedang mengalami perlcembangan seksual dan membutnhkan infonnasi yang tepat, mereka malsh dijauhkan dari informasi-infonnasi tersebut sehingga memilih mempereayai mitos-mitos yang dapat menjerumuskan mereka. Penelitian ini dilalrukan di kalangan remaja "ABG" yang rentang usianya sarna dengan remaja awal, yaitu 12-15 tahun. Dipilihnya ceABG' sebagai sampel karena adanya indikasi bahwa sikap pennisiftemadap seks pada remaja semakin lama cendenmg tetjadi semakin awal. Chwnlea (1982) berpendapat penyebab semakin awalnya masa pubertas di kalangan remaja adalah akibat semakin baiknya tingkat gizi dan peningkatan kesadaran akan perawatan kesehatan. Selain itu, akibat yang ditimbulkan perilaku seksual pranikah ini akan lebih mengkuatirkan jika dialami remaja yang masih muda usia (Faturoc~ 1992). Selain itu, karakteristik "ABO" yang mudah terpengaruh oleh lingkungan, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup dan trend yang berlaku, menyebabkan mereka rentan dan mudah terpengaruh tennasuk dalam masalah perilaku seksual pranikah. Berdasarkan latar belakang itu, permasalahan yang muneul kemudian adalah bagaimana gambaran keseroabolehan remaja yang menjadi responden penelitian ini terhadap perilaku seksual pranikah. Kemudian, bagaimana tingkat keyakinan mereka terhadap mitos-mitos, baik yang mendorong ataupun mencegah perilaku seksual pranikah, serta sumber mitos mempengaruhi keserbabolehan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian ini bersifat kuantitatit: Data yang diproleh diolah deng3n' teknik analisa Spearmo.n Rank Correlation, Chi Square dan Coefficient of Contigency. Sampel penelitian adalah 100 orang remaja "ABG" di Jakarta, yang berusia antara 12-15 tah~ dengan pendidikan SMP dan SMU.8ampel diperoleh dengan telmik Incidental Sampling. Basil penelitian ini men\Uljukan bahwa : : (1). Standar keserbabolehan yang berlaku adalahpermissiveness with affection. Hal ini ' berarti perilaku seksual apap\Ul (termasuk hubtmgan barlan sebelum menikah) boleh dilakukan, baik oleh pria dan wanita, apabila dilandasi adanya ikatan afeksi diantara ' keduanya Secara wnum, perilaku seksual pranikah tertinggi yang dapat diterima responden adalah bercwnbu dengan tunangan. ' (2). Terdapat hubungan yang signifikan dan positifantara tingkat keyakinan terhadap mitos yang mendorong dengan keserbabolehan terbadap perilaku seksual pranikah. " (3) Terdap~ hublUlgan yang signiftkan ':ian negatifantara tinekat keyakinan terhadap mitos yang meneegah dengan keserbabolehan terbadap perilaku seksual pranikah. (4). Terdapat perbedaan yang signifikan sumber acuan mitos pada mitos yang , mendorong perilaku seksual pranikah. mrtuk mitos yang mendorong ini, ternan merupakan sumber acuan yang paling banyak disebutkan oleh responden. ' (5) Terdapat perbedaan yang signifikan sumber acuan mitos pada mitoB yang meneegah perilaku seksual pranikah. untuk mitos yang mencegah ini, ibu merupakan swnber acuari yang paling banyak disebutkan oleh responden (6) Hasit tambahan yang menemukan bahwajenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman pacaran, jmnlah ternan dalam kelompo~ pengalaman pacaran ternan, . sering tida1mya ke mall, temyata tidak signifikan berpengaruh pada keserbabolehan pada perilaku seksual pranikah. Ada beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambahkan jwnlah sampel agar bisa dilakukan generalisasi, analisa faktor mrtuk mengetahui mitos-mitos yang mendorong atau menceg--cJI secara pasti juga disarankan. Selain itu, pembentukan rapport dengan para responden agar dapat dilakukan Wltuk memperkecil kemungkinan rnWlculnya respon "social desirability". Pengisian kuesioner secara berssma-sarna oleh responden juga sebaiknya dihindari untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Sedangkan Wltuk para orang tua, disanmkan untuk berkomunikasi secara terbuka melaJui teknik diskusi mengenai masaJah seks dan memberikan informasi yang benar mengenai seks sesuai dengan usia dan jenis kelamin anak. Dalam dislrusi pilih topik yang sedang diminati anak, agar anak tidak risih dan orang tua juga tidal< rnerasa tertekan. Pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak akan sangat membantu daJam proses penyampaian informasi tentang seks pada anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Lusi Apriani
"Bullying merupakan tindakan menyakiti fisik atau psikologis orang lain secara sengaja, dengan menggunakan kekerasan fisik maupun verbal yang dilakukan seorang anak terhadap anak lain secara berulang dengan tujuan memperoleh kepuasan. Perilaku bullying yang terjadi pada usia sekolah dasar dapat menjadi pemicu terjadinya tindak kekerasan di jenjang pendidikan selanjutnya. Tidak hanya itu perilaku bullying ini juga dapat memberikan pengaruh negatif kepada pelaku atau pun korban. Banyak hal yang dapat mempengaruhi anak dalam melakukan bullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peer group dengan timbulnya perilaku bullying pada anak usia sekolah di SDN Mekarjaya 22 Depok, dengan responden yang berada di kelas 4, 5 dan 6. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan uji chi square. Sebanyak 95 siswa diminta untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian.
Dari hasil analisis didapatkan jumlah siswa yang melakukan perilaku bullying sebanyak 44,2%, jumlah siswa yang masuk ke dalam peer group sebanyak 35,8%, jumlah siswa yang masuk kedalam peer group dan melalcukan perilaku bullying sebanyak 58,8%, jumlah siswa yang masuk kedalam peer group tetapi tidak melakukan perilaku bullying sebanyak 41,2%, jumlah siswa yang tidak masuk ke dalam peer group dan tidak melakukan perilaku bullying sebanyak 63,9% dan jumlah siswa yang tidak masuk ke dalam peer group tetapi melalcukan bullying sebanyak 36,1%.
Hasil penelitian menyimpulkan tidak adanya hubungan antara peer group dengan timbulnya perilaku bullying pada anak usia sekolah (P value = 0,054, α = 0,05). Peneliti merekomendasikan untuk meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying seperti keluarga, media dan lingkungan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5900
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Pratiwi
"Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba dicerminkan salah satunya dari hal rehabilitasi penyalahguna narkoba. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa hanya sekitar 18 di kelompok rumah kos yang pernah mencari pelayanan rehabilitasi. Keterpaparan informasi narkoba merupakan faktor yang cukup penting dalam perubahan perilaku terlebih untuk melakukan rehabilitasi. Rumah kos merupakan populasi rumah tangga yang dianggap rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi narkoba dengan perilaku pencarian rehabilitasi di rumah kos.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahguna Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil populasi dan sampel pada rumah kos di 6 kota di 6 provinsi yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba di rumah kos yang terpapar informasinya baik memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pencarian rehabilitasi 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasinya kurang baik setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan dan pendapatan/uang saku perbulan.

The problem of drug abuse is reflected by the rehabilitation of drug abusers. Survey of BNN in 2015 said that only about 18 in boarding houses ever seek rehabilitation services. Exposure to drug information is an important factor in behavioral change especially for rehabilitation. Boarding house is vulnerable population to do drug abuse. The purpose of this study was to determin the relationship of drug information exposure with rehabilitation search behavior in boarding house.
This study uses secondary data from the Drug Abuse Prevalence Survey in Household in 20 Provinces Budget Year 2015 and uses Cross Sectional design study. In this study, only took the population and samples in boarding houses in 6 cities in 6 provinces namely Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado.
The results of this study is drug abusers that exposed to good information have a tendency to conduct rehabilitation seeking behavior 3,8 times higher than those who exposed to poor information after controlled by age variable, occupation and income allowance per month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryani
"Saat ini tayangan kriminal di televisi semakin meningkat. Padahal sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa tayangan /criminal di televisi memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat terutama anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan kriminal di televisi terhadap persepsi remaja tentang perilaku kekerasan.
Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi secara Cross Sectional. Responden sebanyak 62 responden diambil dengan menggunakan teknik Random Sampling, yang merupakan siswa SMUN 38 dan SMU Banda Kandung Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan. Selanjutnya data dianalisa menggunakan uji Chi square dan uji Pearson Correlation Coeffisient.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa X2 hitung = 0.296 dan X2 tabeI=3.84 dengan Df=1 dan alpha=0.05, maka X2 hitung lebih kecil dari X2 label yang berarti Ho gagal ditolak. Oleh karena tidak ada hubungan atau Ho gagal di tolak maka tidak dilakukan uji Pearson Correlation Coeffisient. Kesimpulannya tidak ada pengaruh antara tayangan kriminal di relevisi terhadap persepsi remaja tentang perilaku kekerasan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5399
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S5740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perilaku penyalahgunaan Napza semakin meningkat dewasa ini. Pelakunya sebagian besar adalah remaja, kurangnya tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS merupakan salah satu faktor penyebab mengapa jumlah usia remaja berkontribusi besar terhadap penyalahgunaan Napza. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan Napza. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 81 siswa dari total populasi 440 siswa, pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, populasinya adalah siswa SMU Negeri I Krueng Sabee Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel mempunyai tingkat pengetahuan tidak memadai (56%) tetapi sebagian besar responden mempunyai sikap yang negatif untuk melakukan penyalahgunaan Napza (54%). Analisis bivariat dengan melakukan uji chi square mendapatkan basil nilai P lebih besar dari α yang berarti Ho gagal di tolak. Kesimpulannya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap penyalahgunaan Napza, hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan sikap seseorang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Hasil penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti yaitu latar belakang keluarga, agama, budaya dan aturan sosial di masyarakat yang melarang tindak penyalahgunaan Napza. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan penyalahgunaan Napza."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5699
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Laili Kadarwati
"ABSTRAK
Masih rendahnya perilaku peduli lingkungan pada masyarakat Indonesia
merupakan suatu sebab mengapa Indonesia mengalami krisis ekologis yang cukup
mengkhawatirkan dan kian bertambah patah dari tahun ke tahun. Berbagai
permasalahan lingkungan seperti kebakaran hutan yang hampir terjadi setiap
tahun, bahaya banjir, tanah longsor, punahnya berbagai spesies, sampai pada
masalah pencemaran lingkungan terjadi di Indonesia. Demi untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi, manusia rela mengorbankan alam. Mereka tidak menyadari
bahwa perilaku yang cenderung eksploitatif terhadap alam dapat membahayakan
bagi kelangsungan hidup dibumi, orang lain, bahkan dirinya sendiri.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka hal terpenting yang harus
dilakukan adalah merubah perilaku baik individu maupun masyarakat terhadap
lingkungan. Hal ini karena dengan perilakunya itulah manusia berinteraksi
dengan alam. Baik buruknya hubungan manusia dengan alam tergantung dari
tingkah laku manusia.
Penelitian ini mencoba untuk melihat hubungan antara sistem nilai
individu dengan perilaku peduli lingkungan. Nilai dianggap sebagai suatu
keyakinan, dasar dari dilakukannya tingkah laku, dan standar untuk menilai
apakah tingkah laku itu dapt diterima atau tidak. Hampir seluruh bentuk perilaku
didasari oleh nilai-nilai yang dianut individu. Dengan demikian nilai-nilai yang
dianut oleh individu dapat menentukan bagaimana perilaku mereka terhadap
alam.
Penelitian yang dilakukan menggunakan Schwartr Value Survey, suatu
skala nilai yang dibuat oleh Schwartr (1992) yang telah terbukti memiliki
kemampuan prediktif untuk menentukan apakah seseorang akan berperilaku
peduli lingkungan atau tidak.
Penelitian ini dilakukan pada sampel remaja berusia 14-18 tahun. Hal ini
karena remaja merupakan generasi penerus yang akan menjadi penentu kebijakan
lingkungan dimasa yang akan datang. Metode pengambilan sampel yang
dilakukan adalah Occidental sampling. Jumlah subyek dalam penelitian ini
berjumlah 163 orang yang merupakan siswa SMA 14 Jakarta. Untuk menguji hubungan antara sistem nilai dengan dengan perilaku
peduli lingkungan dilakukan dengan metode korelasi parsial. Hasilnya adalah
terdapat hubungan positif yang signifikan antara sistem nilai Sel f
Transcendence/Openness to Change dengan perilaku peduli lingkungan secara
umum dan perilaku Warga negara yang baik. Sistem nilai Self
EnhancementConservation juga memiliki hubungan dengan perilaku tersebut
tetapi dengan arah yang berlawanan.
Hasil / tesi yang dilakukan menunjukkan bahwa subyek yang berasal dari
tingkat sosial ekonomi menengah atas lebih berperilaku peduli lingkungan
dibanding tingkat sosial ekonomi menengah bawah. Pada jenis perilaku Aktivis,
laki-laki terbukti lebih berperilaku peduli lingkungan perempuan.
Salah satu yang mungkin perlu diperbaiki dalam penelitian ini adalah
masalah social desirability pada alat. Pada alat nilai mungkin perlu
dikembangkan cara lain selain metode rating untuk mengukur nilai-nilai individu.
Pada alat yang mengukur perilaku peduli lingkungan, penggunaan analisa faktor
akan lebih memperbaiki hasil penelitian. Pada perilaku yang sifatnya normatif,
disarankan untuk mengikutsertakan perilaku yang didasarkan pada injunctive
norms, yaitu perilaku normatif yang seharusnya dilakukan dan bukan yang
umumnya dilakukan.
Saran praktis dari penelitian ini adalah perlunya partisipasi dari seluruh
komponen masyarakat, termasuk remaja, dalam mengatasi pemasalahan
lingkungan. Penanaman nilai-nilai dan sikap cinta lingkungan harus dilakukan
sejak anak masih kecil baik melalui pendidikan formal maupun non formal agar
nilai-nilai cinta lingkungan tersebut dapat tertanam dengan kuat."
2001
S3017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarsi Rusti
"Latar Belakang : Remaja rentan terhadap perilaku berisiko yang bisa membawa kepada HIV/AIDS. Perilaku berisiko adalah perilaku remaja yang melakukan hubungan seks dan menggunakan narkoba suntik. Secara global, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda usia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah sebanyak 7000 remaja terinfeksi HIV setiap harinya. Pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS adalah komponen untuk memperbaiki perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan perilaku berisiko di Indonesia.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian obeservasi dengan desain studi crosssectional, menggunakan data Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku tahun 2011. Jumlah keseluruhan responden adalah 6.991 orang remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan cox regression.
Hasil : Prevalensi perilaku berisiko pada remaja adalah 15,8% sedangkan prevalensi pengetahuan komprehensif 22,3%. Analisis multivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan Perilaku beresiko remaja dengan nilai p=0,153 dan PR= 1,11 (95% CI:0,962-1,283) setelah dikontrol dengan variable kovariat yaitu jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pengaruh teman sebaya.
Kesimpulan : Secara statistik, pada penelitian ini pengetahuan komprehensif tidak berhubungan dengan perilaku berisiko. Saran untuk para ilmuwan agar menelaah ulang indikator yang digunakan untuk mengukur Pengetahuan komprehensif tentang HIV, serta untuk pemerintah melalui lembaga pendidikan adalah agar memasukkan pendidikan HIV/AIDS kedalam kurikulum sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mencegah perilaku beresiko.

Background : Adolescent are susceptible to a variety of risky behavior that can lead towards HIV/AIDS. Risky behavior is adolescent behavior that having sexual intercourse or using drug-injection. Globally, about 40% of all cases of HIV infections occur in young people aged 15-24 years. Latest estimate was as much as 7000 teens are infected by HIV every day. Comprehensive knowledge about HIV/AIDS is the component to make up behavior.The aim of the study is to know the relationship between comprehensive knowledge about HIV/AIDS with sexual behavior in Indonesia.
Methods: This study is observational study with cross-sectional design, using the Integrated Biological and Behavioural Surveillance data in 2011. Total respondents are 6.991 adolescents. Data analysis was performed by cox regression multivariate analysis.
Result: Prevalence of risky behaviorin adolescent was 15,8% while the prevalence of comprehensive knowledge was 22,3%. Multivariate analysis showed no statistically significant relationship between comprehensive knowledge about HIV/AIDS with risky behavior. P value=0,153, PR=1,11( 95% CI 0,962-1,283) after adjusted by covariates, included: sex, parents education and peer-grouped influence.
Conclusion: Statistically, in this study comprehensive knowledge is not associated with risky behavior. Recommendation for the scientist to review the indicators used to measure the comprehensive knowledge about HIV/AIDS, and recommendation for the government through educational institutions is to include education about HIV / AIDS into the school curriculum, in an effort to improve the comprehensive knowledge and prevent risky behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>