Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75888 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Labitta Alishia Pramesti
"Di era konvergensi saat ini, konsumsi media mulai mengalami sebuah perubahan dimana pola konsumsi yang awalnya hanya satu arah, kini sudah mulai melibatkan penggunaan komunikasi dua arah. Kehadiran transmedia storytelling menjadi sebuah pendekatan baru, terutama dalam konteks penyebaran informasi kepada khalayak. Salah satu figur yang menerapkan pendekatan ini adalah Taylor Swift, ketika dirinya merilis sebuah album yang berjudul Red (Taylor’s Version) pada tahun 2021. Oleh karenanya, penulisan ini menelaah secara mendalam tentang upaya promosi yang dilakukan oleh Taylor dalam menerapkan prinsip transmedia storytelling, sebagai strategi perilisan album ini. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode content analysis dari berbagai publikasi, konten, maupun promosi lainnya yang digunakan Taylor Swift, terutama dalam akun media sosial @taylorswift dan @taylornation. Secara keseluruhan, hasil dari strategi promosi yang ditelaah melalui tujuh prinsip transmedia storytelling dapat dikategorikan berhasil. Hal ini dilihat dari segi jumlah streams lagu pada digital music platform, penjualan album, serta interaksi yang dihasilkan bersama para penggemar.

In the current era of convergence, media consumption is starting to experience a shift where the consumption pattern which was originally only one-way, has now begun to involve the use of two-way communication. The presence of transmedia storytelling has become a new approach, especially in the context of disseminating information to the public. One particular musician who utilizes this approach is Taylor Swift, when she released an album called Red (Taylor's Version) back in 2021. Therefore, this paper examines the promotional contents made by Taylor Swift in applying the principles of transmedia storytelling for the release of Red (Taylor's Version)’s strategy. The author uses a qualitative approach with content analysis methods from various publications, contents, and other promotions used by Taylor Swift, especially in the @taylorswift and @taylornation social media accounts. Overall, the results of the promotion strategy that were examined through the seven principles of transmedia storytelling can be categorized as successful. This is seen in terms of the number of song streams on the digital music platform, album sales, and the interaction generated with fans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Atrasina Luthfiyah Adviany
"Saat ini, industri musik tengah mengalami transformasi yang didorong oleh kemajuan teknologi. Kemajuan ini menawarkan aksesibilitas yang lebih besar dan membuka peluang baru bagi para musisi independen. Oleh sebab itu, para musisi independen perlu beradaptasi dengan memanfaatkan strategi pemasaran yang efektif, seperti transmedia storytelling. Salah satu musisi independen Indonesia yang memanfaatkan transmedia storytelling dalam pemasarannya adalah Hindia. Studi ini bertujuan untuk mengobservasi penggunaan strategi transmedia storytelling oleh Hindia dalam pemasaran album ‘Lagipula Hidup Akan Berakhir’ untuk mendorong keterlibatan audiens. Jurnal makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan observasi. Narasi album ‘Lagipula Hidup Akan Berakhir’ oleh Hindia diobservasi melalui 7 prinsip transmedia storytelling oleh Jenkins dan keterkaitan dengan 5 proses audience engagement oleh Turner di dalamnya. Berdasarkan 7 prinsip transmedia storytelling, terdapat 4 prinsip, yaitu drillability, immersion vs extractability, worldbuilding, dan performance yang sangat mendorong keterlibatan audiens, mulai dari proses engage hingga reward. Keterlibatan ini membangun hubungan emosional yang lebih dalam antara Hindia dan audiensnya.

Currently, the music industry is undergoing a transformation driven by technological advances. This advancement offers greater accessibility and opens up new opportunities for independent musicians. Therefore, independent musicians need to adapt by utilizing effective marketing strategies, such as transmedia storytelling. One of the independent Indonesian musicians who utilizes transmedia storytelling in their marketing is Hindia. This study aims to observe the use of transmedia storytelling strategies by Hindia in marketing the album ‘Lagipula Hidup Akan Berakhir’ to encourage audience engagement. This presentation journal uses a qualitative method with an observational approach. The narrative of the album ‘Lagipula Hidup Akan Berakhir’ by Hindia is observed through the 7 principles of transmedia storytelling by Jenkins and the relationship with the 5 audience engagement processes by Turner in it. Based on the 7 principles of transmedia storytelling, there are 4 principles, namely Drillability, Immersion vs Extractability, Worldbuilding, and Performance which greatly encourage audience engagement, from the Engage process to Reward. This engagement builds a deeper emotional connection between Hindia and his audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.

The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Venty Rosalin Handayani
"Makalah ini menganalisis representasi warna merah red di dalam lagu Taylor Swift yang berjudul Red. Tujuan dari analisis ini adalah mencari tahu ragam emosi yang ditunjukkan oleh warna merah di dalam lagu melalui penggunaan metafor dan simbolisasi tertentu di dalam lirik lagu dalam mengekspresikan emosi penyanyi dan bagaimana hal ini mendukung makna dari lagu Red sendiri secara keseluruhan. Di dalam Red Swift secara konsisten menggunakan beberapa perbandingan untuk merepresentasikan dan mengekspresikan perasaannya sebagai tokoh wanita di dalam lagu.
Analisis ini berdasarkan pada teori semiotik guna menganalisis penggunaan simbol atau tanda tertentu yang ditemukan di dalam lagu dan semantik dalam menganalisis makna di balik lirik-lirik lagu dengan mengacu kepada hubungan antar kata untuk melihat representasi warna merah di dalam lagu secara utuh
Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa warna merah merepresentasikan emosi seperti penyesalan hasrat dan cinta yang dirasakan penyanyi terhadap tokoh pria di dalam lagu Warna merah sendiri merepresentasikan tidak hanya perasaan cinta seperti ditunjukkan dalam 'loving him was red' tetapi juga emosi yang membara atau penuh dengan hasrat serta cinta yang kuat seperti dalam liriknya 'burning red'. Warna merah sendiri juga digambarkan sevagai hasrat seksual seperti diimplikasikan dalam 'touching him'. Faktanya warna merah sendiri seringkali dipandang sebagai warna yang merepresentasikan seksualitas dan sensitivitas.

This essay analyses the representation of the colour red in Taylor Swift's song, Red. The aim of this essay is to find out what kinds of emotion red, as colour, represents in the song through the use of metaphor and certain symbolization in the song in expressing the emotion of the singer and in supporting what Red, the title of the song, means. In Red, Swift continuously uses some comparisons to represent and to express her feelings as the woman character in the song.
This analysis is based on the theory of semiotics in analysing the use of certain symbols or signs found in the song and semantics in analysing the meaning behind the lyrics by referring to the connection between words to see the representation of red in the song as a whole.
The result of this analysis shows that red represents such emotions like regret, desire, and love that the singer feels towards the man. Red represents not only love as described in 'loving him was red', but also the burning or passionate and intense love emotion as in 'burning red'. Red is also interpreted as a sexual desire as implied in 'touching him'. In fact, red is often viewed as a colour that represents sexuality and sensitivity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.
The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasywa Syakira Nurrurrahmah
"Penggunaan transmedia storytelling, melalui media sosial, dianggap sebagai salah satu strategi yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Penelitian ini akan menganalisa penerapan konsep tersebut dalam kampanye pemasaran musim pertama serial Bridgerton oleh Netflix dan Shondaland. Dengan menerapkan tujuh prinsip transmedia storytelling milik Jenkin, tulisan ini akan berfokus pada analisis konten dan bentuk promosi lainnya yang diunggah melalui Instagram (@bridgertonnetflix), Tiktok (@Netflix), dan Youtube (@stillwatchingnetlix dan @Netflix). Konten pemasaran Bridgerton dalam media tersebut dikaji dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta metode content analysis. Penelitian ini menemukan bahwa, meskipun tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di seluruh platform media sosial yang tersedia, strategi konten pemasaran musim pertama Bridgerton telah berhasil menerapkan ketujuh prinsip tersebut.

The use of transmedia storytelling, mainly through social media, is considered as one of the effective strategies to deliver messages to the audience. This study will analyze the application of the particular concept in the marketing campaign of the first season of the Bridgerton series by Netflix and Shondaland. Applying Jenkin’s seven principles of transmedia storytelling, the article focuses on analyzing the contents and other forms of promotion uploaded through Instagram (@bridgertonnetflix), TikTok (@Netflix), and Youtube (@stillwatchingnetlix and @Netflix). Bridgerton's marketing content in those media were examined using a qualitative approach with a content analysis method. The study found that, despite the various levels of engagement across the available social media platforms, Bridgerton's season one marketing content strategy has successfully implemented all seven principles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabiela Ikrima Vitrian
"Dalam era konvergensi media seperti sekarang ini, pola konsumsi media mengalami perubahan dari yang awalnya satu arah menjadi melibatkan interaksi dua arah. Pendekatan baru seperti transmedia storytelling menjadi hal baru, terutama dalam penyebaran informasi kepada khalayak. Olivia rodrigo merupakan contoh figur yang menerapkan pendekatan ini melalui perilisan album debutnya “SOUR” pada tahun 2021. Oleh karena itu, tulisan ini ingin menyelidiki upaya promosi dan pemasaran Olivia Rodrigo dalam menerapkan konsep transmedia storytelling sebagai strategi perilisan album ini. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis konten, penelitian ini mengamati berbagai publikasi, konten, dan promosi yang digunakan oleh Olivia Rodrigo. Secara keseluruhan, hasil dari strategi promosi yang dianalisis melalui tujuh prinsip transmedia storytelling dapat dianggap berhasil, terlihat dari kesuksesan lagu-lagunya yang meroket pada platform musik digital, jalinan yang positif dengan para khalayak, dan narasi album yang tersebar luas.

In the current era of media convergence, media consumption patterns have changed from being one-way to involving two-way interaction. New approaches such as transmedia storytelling are something new, especially in disseminating information to the public. Olivia Rodrigo is an example of a figure who applies this approach through the release of her debut album "SOUR" in 2021. Therefore, this article wants to investigate Olivia Rodrigo's promotional and marketing ef orts in applying the concept of transmedia storytelling as a strategy for releasing this album. Using a qualitative approach and content analysis method, this research examines various publications, content and other promotions used by Olivia Rodrigo. Overall, the results of the promotional strategy explained through the seven principles of transmedia storytelling can be considered successful, as seen from the skyrocketing success of the songs on digital music platforms, the interactive positive relationship with the audience, and the expansive narrative of the album.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Ariella Diwana
"Dalam industri hiburan, telah banyak ditemukan penggunaan strategi transmedia storytelling yang dicetuskan oleh Henry Jenkins untuk menawarkan produk atau jasa kepada target khalayaknya. Tujuan dari strategi ini adalah menyediakan suatu narasi yang dipisah-pisah ke dalam media dan platform yang berbeda, masing-masing dapat menjadi pintu masuk ke dalam dunia cerita tersebut. Penulis-penulis novel juga dapat memanfaatkan strategi tersebut untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca. Dee Lestari, seorang penulis lokal di Indonesia, menggunakan strategi transmedia storytelling dalam bercerita. Makalah ini akan membahas mengenai peran transmedia storytelling bagi Dee Lestari dalam rangka menyampaikan ceritanya kepada para pembaca dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif serta pengumpulan data menggunakan metode desk research. Melalui transmedia storytelling, Dee Lestari dapat memanfaatkan berbagai media dan platform berbeda serta mendorong budaya partisipatoris kepada pembaca-pembacanya.

In the entertainment industry, there have been many uses of transmedia storytelling by Henry Jenkins to offer products or services to their target audiences. The aim of this strategy is to provide a narrative that is divided into multiple media and platforms, each of which can be an entry point to enter the story world. Novel authors can also use this strategy to convey their stories to readers. Dee Lestari, a local author in Indonesia, uses transmedia storytelling strategy while telling her stories. This research will discuss the role of transmedia storytelling for Dee Lestari in order to deliver the story to her readers using the descriptive-qualitative method and collecting data using the desk research method. Through transmedia storytelling, Dee Lestari can utilize a variety of media and platforms as well as encourage a participatory culture among her readers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Anggi Ropininta
"Perluasan budaya populer Korea Selatan ke seluruh penjuru dunia beberapa tahun ke belakang secara pesat membuatnya digemari oleh banyak masyarakat dunia. Industri musik pop Korea Selatan atau yang dikenal sebagai K-Pop merupakan salah satu di antaranya. Kondisi tersebut didorong oleh masifnya pertumbuhan media sosial yang mampu menyebarkan informasi secara cepat dan luas. Dengan media baru tersebut, industri musik kemudian mencari berbagai cara untuk memasarkan musiknya ke seluruh dunia dan strategi transmedia storytelling menjadi salah satu strategi pemasaran yang disukai oleh industri kreatif. Dengan membangun narasi fiktif dan memperkenalkan worldview industri musik masa depan bernama SM Culture Universe (SMCU), SM Entertainment kemudian memulai strategi pemasaran transmedia. Di dalam jurnal makalah ini, peneliti berfokus untuk menelaah penggunaan strategi transmedia storytelling oleh SM Entertainment dan pemenuhan ketujuh prinsip dari strategi tersebut. Peneliti menggunakan metode konten analisis kualitatif dari berbagai konten yang diunggah oleh SM Entertainment melalui platform media sosial seperti instagram, twitter, dan youtube. Secara keseluruhan, agensi tersebut telah menerapkan ketujuh prinsip transmedia storytelling secara baik dengan kemampuan agensi tersebut untuk menarik perhatian dan partisipasi khalayaknya.

South Korean popular culture's expansion in the past few years has rapidly made it popular worldwide. The South Korean pop music industry, known as K-Pop, is one of them. This current condition is driven by the massive growth of social media and its ability to disseminate information quickly and widely. With this new media, the music industry is looking for various ways to market their music worldwide. Transmedia storytelling strategy is one of the marketing strategies favored by the creative industry. By building a fictitious narrative and introducing a worldview of the future music industry called SM Culture Universe (SMCU), SM Entertainment then started their transmedia marketing strategy. In this journal paper, the author focuses on examining the use of the transmedia storytelling strategy by SM Entertainment and the fulfillment of the seven principles of this particular strategy. The study uses a qualitative content analysis method of various content uploaded by SM Entertainment through social media platforms such as Instagram, Twitter and YouTube. Overall, the agency has implemented the seven principles of transmedia storytelling well with the agency's ability to attract audience attention and participation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Rivana Isyroq
"BTS merupakan grup musik yang berasal dari Korea Selatan yang telah memecahkan berbagai rekor di industri musik global. BTS merupakan grup musik pertama yang menjadi pembicara dalam sidang umum resmi PBB ke -73 pada tahun 2018 dengan membawa isu cinta diri yang juga merupakan narasi yang mereka bawakan pada album Love Yourself. Keberhasilan BTS dalam menyebarkan narasi mengenai cinta diri ini tidak lepas dari penerapan transmedia storytelling dalam strategi pemasaran musik mereka. Transmedia storytelling yang dilakukan BTS pada strategi pemasaran musiknya disebut dengan Bangtan Universe. Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana penerapan elemen dan prinsip transmedia storytelling yang dilakukan oleh BTS dalam memasarkan musik pada album Love Yourself. Bentuk konten transmedia storytelling yang akan dianalisis pada makalah ini berupa musik, film pendek, musik video, poster, Webtoon, dan Blog yang tersebar di media sosial. Penerapan transmedia storytelling pada pemasaran pada album BTS Love Yourself telah memberikan dampak positif bagi BTS sebagai sebuah brand baik keuntungan secara finansial maupun dalam membangun hubungan yang kuat dengan para penggemarnya.

BTS is a music group originating from South Korea that has broken various records in the global music industry. BTS is the first music group to speak at the 73rd official UN general assembly in 2018 with the issue of self-love which is also the narrative they brought to the album Love Yourself. The success of BTS in spreading narratives about self-love cannot be separated from the application of transmedia storytelling in their music marketing strategy. The transmedia storytelling which introduced by BTS on their music marketing strategy is called Bangtan Universe. This paper aims to see how BTS's transmedia storytelling elements and principles are applied in marketing music on the Love Yourself album. The form of transmedia storytelling content to be analysed in this paper is in the form of music, short films, music videos, posters, Webtoon, and Blogs that are spread on social media. The application of transmedia storytelling to the marketing of the BTS album Love Yourself has had a positive impact on BTS as a brand both in terms of financial benefits and in building strong relationships with its fans. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>