Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Maulidya
"Malaria merupakan penyebab utama dari kenaikkan angka individu yang sakit dan meninggal di banyak negara. Hal ini terjadi karena malaria adalah salah satu penyakit fatal yang disebabkan oleh nyamuk betina Anopheles dengan cara menyebarkan parasite Plasmodium yang hidup dan bereproduksi di dalam sel darah manusia lewat gigitan nyamuk terinfeksi. Di antara tahun 2019-2020, kasus kematian akibat malaria mengalami peningkatan karena adanya COVID-19. Beragam upaya pencegahan malaria telah dilakukan pemerintah, contohnya dengan Long-lasting insecticidal nets (LLIN) dan Indoor Residual Spraying (IRS) tetapi kedua upaya tersebut memiliki efek samping yang merugikan manusia. Terdapat upaya pencegahan malaria lainnya yang digunakan, yaitu pemakaian krim penolak nyamuk. Upaya tersebut dapat mengatasi ketertarikan nyamuk pada manusia yang terinfeksi malaria yang biasa disebut dengan efek vektor bias. Pada penulisan skripsi ini, dikonstruksi model penyebaran malaria dengan pengaruh vector bias dan penggunaan krim penolak nyamuk. Model matematika tersebut merupakan sistem persamaan diferensial nonlinier enam dimensi yang direduksi menjadi tiga dimensi dengan pendekatan Quasi-Steady State Approximation dan proses nondimensionalisasi. Kajian analitik yang dilakukan pada model dalam skripsi ini terdiri dari analisis eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan serta analisis Basic Reproduction Number (R_0). Simulasi numerik yang dilakukan pada skripsi ini terdiri dari analisis elastisitas dan sensitivitas R_0, dan simulasi autonomous. Berdasarkan kajian analitik dan simulasi numerik diperoleh bahwa penggunaan krim penolak nyamuk secara efektif dapat menyebabkan proporsi manusia dan nyamuk terinfeksi di suatu populasi dapat berkurang sehingga terdapat kemungkinan malaria dapat hilang dari suatu populasi. Sebaliknya, jika vektor bias bernilai semakin besar, maka proporsi nyamuk terinfeksi dan manusia terinfeksi di suatu populasi semakin bertambah yang artinya kemungkinan malaria untuk menetap di suatu populasi juga semakin besar.

Malaria is a major cause of increasing numbers of sick and dead individuals in many countries. This happens because malaria is a fatal disease caused by female Anopheles mosquitoes by spreading the Plasmodium parasite that lives and reproduces in human blood cells through the bite of an infected mosquito. Between 2019-2020, malaria deaths increased due to COVID-19. Various efforts to prevent malaria have been carried out by the government, for example with Long-lasting insecticidal nets (LLIN) and Indoor Residual Spraying (IRS), but both efforts have side effects that are detrimental to humans. There are other malaria prevention efforts that are used, namely the use of mosquito repellent creams. These efforts can overcome the attraction of mosquitoes to humans infected with malaria which is commonly known as the vector-bias effect. In writing this thesis, a malaria spread model was constructed with the influence of bias vectors and the use of mosquito repellent creams. The mathematical model is a six-dimensional nonlinear differential equation system which is reduced to three dimensions using a Quasi-Steady State Approximation approach and a nondimensionalization process. The analytical study carried out on the model in this thesis consists of an analysis of the existence and stability of the equilibrium point and the analysis of the Basic Reproduction Number (R_0). Numerical simulation carried out in this thesis consists of elasticity and sensitivity analysis R_0, and autonomous simulation. Based on analytical studies and numerical simulations, it was found that the effective use of mosquito repellent creams can reduce the proportion of infected humans and mosquitoes in a population so that there is a possibility that malaria can be eliminated from a population. On the other hand, if the value of the vector-bias increases, the proportion of infected"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Fitri Lestari
"ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor perantara yang berarti penyakit ini menyebar dengan membutuhkan vektor dalam kasus ini, nyamuk Anopheles betina . Pada penulisan skripsi ini, pendekatan model matematika digunakan untuk memahami penyebaran penyakit malaria. Intervensi pengobatan medis dan penggunaan penolak nyamuk termasuk dalam model untuk melihat bagaimana kedua intervensi tersebut dapat dianggap sebagai cara alternatif untuk mengendalikan penyebaran malaria. Model yang dibangun merupakan sistem persamaan diferensial tidak linier 7 dimensi. Analisis untuk model ini dibuat titik keseimbangan beserta kriteria kestabilan lokalnya, konstruksi Next Generation Matrix yang disertakan dengan analisis sensitivitas basic reproduction number. Basic reproduction number R0 sebagai indikator endemik model dengan nilai R0 1, dan R0=1 yang berarti secara berturut-turut penyakit akan menghilang, penyakit akan menyebar dan penyakit tidak menyebar namun tetap ada pada populasi. Dari analisis model pada skripsi ini diperoleh bahwa baik dari intervensi pengobatan medis maupun penggunaan penolak nyamuk berhasil mengurangi nilai basic reproduction number. Beberapa simulasi numerik juga diberikan untuk memberikan interpretasi hasil analisis yang lebih baik.

ABSTRACT
Malaria is a kind of a vector borne disease. That means this disease needs a vector in this case, the female Anopheles mosquito. Here in this thesis, a mathematical model approach will be used to understand the spread of malaria. The interventions of treatment for infected humans and use of repellent are included in the model to see how these interventions could be considered as the alternative a seven dimensional of a non linear ordinary differential equation. The analysis will be made of the equilibrium point along with its local stability criteria, construction of the next generation matrix which followed with the sensitivity analysis of basic reproduction number. Basic reproduction number as the endemic indicator of the model with R0 1, and R0 1 means that the disease will disappear, the disease will spread, and the disease does not spread but still remains in population, respectively. From the analysis of this model, we find that both medical treatment and repellent intervention succeeded in reducing the basic reproduction number. Finally, some numerical simulations are given to give a better interpretation of the analytical result."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Hapsari Bhagyawanti
"Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dimana penyebarannya terjadi melalui perantara nyamuk Anopheles betina. Di Indonesia, kasus malaria paling banyak ditemukan di bagian timur, seperti Papua dan Papua Barat. Salah satu cara untuk memahami penyebaran penyakit malaria yaitu menggunakan model matematika. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengonstruksi model matematika penyebaran penyakit malaria dengan bentuk SIS-UV menggunakan sistem persamaaan diferensial biasa nonlinier berdimensi lima. Model matematika yang dibentuk dalam penelitian ini mempertimbangkan kepedulian manusia, faktor bias pada nyamuk, dan fumigasi pada nyamuk. Kajian analitik dilakukan untuk menganalisis eksistensi dan kestabilan titik-titik keseimbangan, serta bilangan reproduksi dasar (R0). Diperoleh bahwa titik keseimbangan bebas malaria eksis tanpa syarat dan akan bersifat stabil asimtotik lokal jika bilangan reproduksi dasar kurang dari satu (R0<1). Sementara itu, titik keseimbangan endemik malaria akan selalu muncul jika bilangan reproduksi dasar lebih dari satu (R0>1). Saat R0=1, terdapat kemungkinan muncul bifurkasi mundur yang dijelaskan menggunakan teorema Castillo-Chavez dan Song. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tetap didapatkan titik keseimbangan endemik yang stabil asimtotik lokal meskipun R0<1. Selanjutnya, dilakukan penaksiran parameter menggunakan data akumulasi bulanan malaria tahun 2020 di Papua yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh nilai R0=1,35>1 yang mengindikasikan bahwa penyakit malaria menjadi endemik di Papua. Simulasi numerik diberikan untuk menggambarkan hasil dari kajian analitik. Hasil simulasi menunjukkan bahwa intervensi fumigasi dan peningkatan kepedulian manusia merupakan parameter yang efektif dalam mengubah nilai bilangan reproduksi dasar (R0). Oleh karena itu, penerapan kedua intervensi tersebut diharapkan dapat mengendalikan penyebaran penyakit malaria dalam populasi.

Malaria is an infectious disease caused by the Plasmodium parasite where it is spread through female Anopheles mosquitoes. In Indonesia, malaria cases are mostly found in the eastern part, such as Papua and West Papua. One way to understand the spread of malaria is to use a mathematical model. Therefore, this study aims to construct a mathematical model of the spread of malaria in the form of SIS-UV using a five-dimensional nonlinear ordinary differential equation system. The mathematical model formed in this study considers people awareness, factors biased by mosquito, and mosquito fumigation. Analytical studies were conducted to analyze the existence and stability of equilibrium points, as well as basic reproduction numbers (R0). It was found that the malaria-free equilibrium point exists unconditionally and will be locally asymptotically stable if the basic reproduction number is less than one (R0<1). Meanwhile, the malaria endemic equilibrium point will always appear if the basic reproduction number is more than one (R0>1). When R0=1, there is the possibility of a backward bifurcation which is explained using the Castillo-Chavez and Song theorems. This indicates that a locally asymptotically stable endemic equilibrium point is still obtained even though R0<1. Furthermore, parameter estimation is carried out using monthly malaria accumulation data in 2020 in Papua obtained from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. Based on the estimation results, the value of R0=1.35>1 indicates that malaria is endemic in Papua. Numerical simulations are provided to illustrate the results of the analytical study. The simulation results show that the fumigation intervention and the improvement of people awareness are effective parameters in changing the value of the basic reproduction number (R0). Therefore, the application of these two interventions is expected to control the spread of malaria in the population. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Hermawan
"Penggunaan biolarvasida bisa menjadi solusi dari pencegahan malaria yang ramah lingkungan. Pada skripsi ini dibahas model deterministik penyebaran malaria yang melibatkan penggunaan biolarvasida. Model ini dikonstruksi berdasarkan model SIS dengan sistem persamaan differensial biasa berdimensi lima. Terdapat dua titik keseimbangan yaitu titik keseimbangan bebas penyakit dan endemik. Titik-titik keseimbangannya serta kestabilan lokal maupun globalnya akan dianalisis secara analitik. Diperoleh R_0 sebagai bilangan reproduksi dasar sebagai penentu apakah penyakit endemik atau tidak. Analisis sensitivitas pada R_0 dan simulasi numerik menunjukkan bahwa laju transmisi malaria dari nyamuk ke manusia dan kematian nyamuk yang disebabkan biolarvasida mempengaruhi penyebaran penyakit malaria pada populasi manusia.

The use of biolarvasida can be a solution to malaria prevention that is environmentally friendly. In this paper, a deterministic model of malaria spread involving the action of biolarvasida is discussed. This model is constructed based on the SIS model with a system of ordinary differential equations with a dimension of five. There are two equilibrium points, which are disease-free and endemic points. The equilibrium points, local stability and global stability will be analyzed analytically. Obtained R_0 as a basic reproductive number as a determinant of whether the disease is endemic or not. With a sensitivity analysis at R_0 and using numerical simulations it was found that the rate of transmission of malaria from mosquitoes to humans and mosquito deaths caused by biolarvasida affected the spread of malaria in the human population."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Randiana
"Indonesia sebagai salah satu negara yang masih tinggi angka kesakitan malaria tahun 2007 sekitar 311 libu kasus, dan ditargetkan turun hingga 5 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan program pembelantasan malaria, termasuk penggunaan kelambu yang ditempat lain terbukti dapat menurunkan resiko malaria. Sampai dengan tahun 2007 angka kesakitan malaria di Kabupaten Aceh Jaya masih tinggi. Untuk itu perlu dilihat melihat bagaimana hubungan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Penelitian ini adalah penelitian observasional kasus kontrol yang dilakukan dengan cara wawancara tersuuktur. Responden adalah penduduk dad desa yang terpilih dalam kegiatan mass blood survey. Penduduk dengan hasil pemeriksaan posififdimasukkan sebagai kelompok kasus (97 orang), sedangkan penduduk dengan hasil pemeriksaan negatif dipilih secara random dan dimasukkan kedalam kelompok kontrol (194 orang). Analisis dilakukan secara multivaliat dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian mencmukan bahwa risiko malaria jika tidak menggunakan kclambu sebesar 2,11 (95% CI 0,91 - 4,93), OR kelambu dan anti nyamuk 11,9 (95% CI 2,29 - 62,0). Artinya mereka yang tidak menggunakan kclambu bcrisiko malaria sebesar 2,1 kali dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kelambu, dan risiko malaria tersebut meningkat menjadi 11,9 kali jika tidak menggunakan anti nyamuk. Diketahui dari kelompok kasus 81,4% tidak menggunakan kelambu dan pada kelompok kontrol 38,I% tidak menggunakan kelambu. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang tidak menggunakan kelambu meskipun telah mendapatkan pembagian kelambu. oleh karena im Perlu meningkatkan penyuiuhan dan pcnyebaran infommasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan kelambu dan juga anti nyamuk baik itu anti nyamuk bakar, oles maupun semprot, dengan rnelibatkan secara aktif para tokoh masyarakat dan kader untuk menyampaikan informasi tenaang penyakit malaria secara benar dan dapat memberikan contoh yang baik sehingga tidak lagi menganggap remeh terhadap penyakit malaria.

Indonesia is one of the countries with high malaria incidence rate. In 2007, the incidence rate was 311000 cases and it is targetted to be decreased to 5 per 1000 resident in 2010. Many factors that influenced the success of malaria elimination program, including mosquiuto net utilization which has been proved to decrease malaria risk. Until 2007, the malaria morbidity rate in Aceh Jaya District was still high. Therefor, it is needed to examine the relationship of mosquito net utilization with incidence of malaria and factors contributed to it.
This was case control observational research conducted by sructured interview. Respondent were residents from selected villages in Mass Blood Survey. Residents with positive test result were included in case group (97 respondents) whereas those with negative test result were included in control group (194 respondents).
The results revealed that when mosquito net was not used, the risk of malaria was 2.11 (95% CI 0.91 - 493), OR of mosquito net and mosquito repellent was 11.9 (95% CI 2.29-620), meaning that those who did not use mosquito net had a risk to have malaria as 2.2 times compare to those who used mosquito net, and the risk was increased to 16.6 times when mosquito repellent was not used. The result showed that 81.4% of case group did not use the mosquito net whereas those in control group was 38.1% This suggested that many residents still.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Alfian Zainuddin
"Indonesia masih menjadi negara yang belum terbebas dari malaria. Terdapat kesenjangan kasus malaria di Indonesia dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model manajemen malaria berbasis wilayah yang nantinya dikembangkan menjadi algoritma manajemen malaria berbasis wilayah. Desain penelitian ini adalah desain penelitian analitik yang menggabungkan studi ekologi dan studi potong lintang. Sampel diambil dari empat desa yang berdekatan di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki perbedaan prevalensi malaria dan perbedaan ekosistem yaitu Desa Mata Kapore, Desa Waikarara, Desa Kahale dan Desa Karang Indah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat variabilitas dinamika transmisi di antara keempat desa tersebut yaitu jenis parasit, densitas parasit, kepadatan nyamuk, perilaku pemajanan, jarak rumah dari tempat perindukan nyamuk. Terdapat variabilitas respons imun di antara keempat desa yaitu kadar IgG dan alel gen MSP2. Pola persebaran kasus dan alel gen MSP2 di masing-masing desa memiliki karakteristik tertentu. Ada hubungan antara jarak rumah dari tempat perindukan nyamuk (p=0,041) dan alel gen MSP2 (p=0,032) dengan densitas parasit. Model akhir menunjukkan alel gen MSP2 memiliki hubungan dengan densitas parasit.
Penelitian ini menyarankan algoritma manajemen malaria berbasis wilayah yang memuat manajemen kasus, manajemen faktor risiko, integrasi dan keterlibatan lintas sektor.

Indonesia is not malaria-free country. There is a gap of malaria cases in Indonesia with the highest prevalence in the province of Papua, West Papua and East Nusa Tenggara.
This study aims to obtain spatial management of malaria model which will be developed into an spatial management of malaria algorithms. This study design is an analytic study designs that combines ecological study and cross-sectional study. Samples taken from four adjacent villages in the district of Kodi Balaghar Southwest Sumba Regency East Nusa Tenggara Province which have differences in prevalence of malaria and ecosystem diversity. They are Mata Kapore Village, Waikarara Village, Kahale Village and Karang Indah Village.
The results showed there are variabilities in the transmission dynamics among the four villages. The variabilities are the type of parasite, parasite density, density of mosquitoes, behavioral exposure, the distance of house from breeding places. There are variabilities in immune response among the four villages. They are IgG level and MSP2 gene alleles. Distribution patterns of cases distributif and MSP2 gene alleles in each village have certain characteristics. There is a association between the distance of house from breeding place (p=0,041) and MSP2 gene alleles (p=0,032) with parasite density. The final model shows MSP2 gene alleles have a relationship with parasit density.
This study suggested spatial management of malaria algorithm that includes case management, risk factor management, integration and cross-sector involvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D2101
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhtar Arkan Nauf
"Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang menyelesaikan tahap regenerasi. Malaria adalah masalah kesehatan global serius yang sangat merusak bagi negara berkembang. Sebagian besar program pengendalian malaria menggunakan insektisida untuk mengendalikan populasi nyamuk. Penggunaan berskala besar dari insektisida ini memberikan tekanan seleksi besar-besaran pada nyamuk yang membuat nyamuk menghasilkan keturunan yang tahan insektisida. Dengan demikian, mengembangkan strategi alternatif sangat penting untuk pengendalian malaria berkelanjutan. Malaria tidak dapat menyebar tanpa nyamuk, oleh karena itu mengendalikan populasi vektor, gigitan nyamuk, atau mengganggu kemampuan nyamuk untuk menampung parasit Plasmodium dapat membatasi penyebaran nyamuk. Oleh karena itu metode paratransgenesis dilakukan. Paratransgenesis adalah metode untuk mengganggu kemampuan vektor menampung parasit Plasmodium falciparum. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kegunaan paratransgenesis untuk mengendalikan malaria dengan menggunakan model matematika. Dari model matematika tersebut akan dikaji titik ekuilibrium dan kestabilannya, nilai ambang batas (R0) dan diberikan simulasi numerik untuk model tersebut.

Malaria is a disease caused by the Plasmodium parasite. Malaria is spread by female Anopheles mosquitoes which are completing the regeneration stage. Malaria is a serious global health problem that is very damaging to developing countries. Most malaria control programs use insecticides to control mosquito populations. The large-scale use of these insecticides puts a huge selection pressure on mosquitoes which makes mosquitoes produce insecticide-resistant offspring. As such, developing alternative strategies is very important for sustainable malaria control. Malaria cannot spread without mosquitoes, therefore controlling the vector population, mosquito bites, or interfering with the ability of mosquitoes to accommodate the Plasmodium parasite can limit the spread of mosquitoes. Therefore the paratransgenesis method is carried out. Paratransgenesis is a method for disrupting the vector’s ability to accommodate the Plasmodium falciparum parasite. This research was conducted to evaluate the use of paratransgenesis to control malaria by using mathematical models. From the mathematical model, the equilibrium point and its stability, threshold value (R0) will be examined and numerical simulations are given for the model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frits, Wamaer
"Prevalensi malaria klinis di kabupaten Fakfak : 285%o (2002), dan untuk triwulan 1 tahun 2003, (SPR): 65.33%, Jalciparuin: 28.83%, dan vivax: 24.62%, sedangkan malaria klinis pada balita : 23.73% dari semua golongan umur.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kejadian malaria pada anak umur 6-59 bulan serta hubungannya dengan kondisi fisik bangunan rumah dan tempat perindukan nyamuk di daerah Distrik Fakfak; dan apakah hubungan dimaksud dipengaruhi oleh faktor pendidikan, penghasilan, lama waktu bennukim, kebiasaan pakai pakaian Tutup badan saat melakukan aktifitas di luar rumah pada malam hari, kebiasaan pakai kelambu saat tidur malam hari, dan kebiasaan pakai obat nyamuk pada malam hari.
Jenis penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara rumah dengan kondisi fisik bangungannya berpotensi (ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan mengigit nyamuk malaria dengan kejadian malaria pada anak umur 6-59 bulan sebesar 3.07 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang kondisi fisik bangunannya tidak berpotensi (tidak ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berpengaruh terhadap hubungan kondisi fisik bangunan rumah dengan kejadian malaria pada anak sebagai faktor konfonding yang bersifat protektif yang mengurangi risiko untuk terkena malaria sebesar 0.47 kali lebih kecil dibandingkan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Terdapat interaksi antara kebiasaan pakai kelambu > 30 hari dan kondisi fisik bangunan rumah terhadap hubungannya dengan kejadian malaria pada anak dengan kekuatan hubungan 3.57 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan pakai kelambu <30 hari (tidak pakai kelambu). Diperoleh pula prediksi berdasarkan perhitungan regresi logistik bahwa kemungkinan risiko terjadinya malaria pada seorang anak umur 6-59 bulan yang tinggal dirumah dengan kondisi fisik bangunannya berpotensi (ada risiko) sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria; dan memiliki orang tua dengan latar belakang tingkat pendidikan rendah, serta pakai kelambu <30 hari (tidak pakai kelambu) sebesar 77.64% lebih besar apabila dibandingkan dengan seorang anak umur 6-59 bulan tinggal dirumah dengan kondisi fisik bangunannya tidak ada risiko, dan memiliki orang tua dengan latar belakang tingkat pendidikan tinggi, serta pakai kelambu >30 hari (pakai kelambu) sebesar 39.65%. Jika dilakukan upaya pencegahan penyakit malaria dengan cara masyarakat membangun rumah tempat tinggal yang desain maupun bahan konstruksi bangunan rumah tidak berpotensi sebagai tempat hinggap, istirahat, dan menggigit nyamuk malaria akan memberikan dampak potensial berupa penurunan kejadian malaria sebesar 4230%.
Sangat diperlukan kesadaran dan peran aktif masyarakat dengan menjaga kondisi fisik bangunan rumah tetap bersih dan bebas dari vektor malaria; dan membangunan rumah yang desain maupun bahan konstruksi bangunan rumah yang tidak berpotensi sebagai tempat hinggap, istirahat, dan mengigit nyamuk malaria; serta membiasakan diri selalu menggunakan kelambu saat tidur pada malam hari.
Daftar pustaka : 49 (1963 - 2003 ).

The Association of Housing Condition and Mosquito Breeding Place to the Malaria Prevalence at Children Under 5 Years old at Fakfak District Health Services, Papua, 2003In 2003, the morbidity of clinical malaria at Fakfak District was 285 9uo. Furthermore, in the first quarterly year 2003, the Slide Positive Rate (SPR) was 65.33 % which consist of Plasmodium falciparum: 65.33 %, Plasmodium vivax: 24.62 % and the remained is combined (mixed), while the SPR of clinical malaria for children under five years old was 23.73 % from all ages group.
In general, the objective of this research was to identify and to examine the association between housing condition and mosquito breeding place to the malaria cases at children under five years old at Fakfak District, including any confounding factors were mostly education level, out come per capita per month, length of stay, the habit of wearing closed clothes when had outdoors activities at night, the habit of having mosquito net at night and using mosquito coil at night.
This research was conducted and carried out by the writer and health officers who have duties at Fakfak District mainly in Canton area, Papua. The type of this study was observational study with has case control design. It looked at the association between housing condition and mosquito breeding place as independent variable to the malaria cases as dependent variable at children under five years old. 220 respondents (head of household) were interviewed at Canton Sub-district, Fakfak District with consist of 110 respondents as control and 110 respondents who has malaria cases, The result of this study showed that there were strong significant of housing conditions which have potentially risk was 3.07 times compared to housing conditions where as mosquito can alighting, resting and biting which have no potentially risk with malaria cases at children under Hive years at Fakfak District. Moreover, of the confounding factors are considered being associated with the malaria cases, those that were strongly significant are the following variables: education level (p= 0.016), the habit of having mosquito net at night more than 30 days (p= 0.038). It represent that the respondent who has high education level became protective 0.47 times less than respondent who has low education level. Also it describes that respondent who have habits of having mosquito net at night more than 30 days had strongly significant (3.57) limes more than that respondent who have habits of having mosquito net at night less than 30 days. The data analysis using logistic regression that there is probability 77.64 % which children under five years old who stay at home where has potential risk and have parents who have low education level and who have habits of having mosquito net less than 30 days or without mosquito net.
Based on the results, it recommended that Health Officials should consider all significant variables involved in health policy, health promotion and health education. It is important to develop a strategy and Government policy to support the better implementation of malaria program for example healthy housing condition program where no potential risk for malaria or to eliminate of malaria breeding place. Moreover, it is required awareness and participation of community to be concerned of healthy housing. Hence, it is necessary to maintain their behavior primarily having mosquito net at night. Finally, it is essential to conduct further study concerning other factors associated with malaria cases.
References: 49 (1963 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lepa S.
"ABSTRAK
Gamma aminobutyric acid (GABA) reseptor merupakan situs target
insektisida dieldrin dan endosulfan, kelompok insektisida siklodien. Mutasi pada
gen pengkode reseptor GABA menyebabkan resistansi terhadap dieldrin (Rdl).
Resistansi ditandai dengan perubahan asam amino pada kodon A302G/S saluran
ion reseptor GABA. Mutasi tersebut telah ditemukan terhadap beberapa jenis
serangga, termasuk nyamuk anopheline dan dikaitkan dengan resistansi terhadap
insektisida siklodien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan
mutan alel Rdl pada spesies Anopheles di Indonesia. Analisis molekuler dilakukan
pada sampel nyamuk Anopheles dari beberapa daerah di Indonesia (Aceh,
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara) untuk
mendeteksi keberadaan alel Rdl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% dari
154 total sampel Anopheles yang dianalisis mengalami mutasi. Mutasi A302S alel
Rdl ditemukan pada An. vagus (dari Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara
Barat), An. aconitus (dari Jawa Tengah), An. barbirostris (dari Jawa Tengah dan
Lampung), An. sundaicus (dari Sumatera Utara dan Lampung), An. nigerrimus
(dari Sumatera Utara), sedangkan mutasi alel A302G hanya ditemukan pada An.
farauti dari Maluku. Uji Kerentanan dilakukan dengan menggunakan prosedur
standar dari WHO, CDC dan modifikasi dari penelitian sebelumnya. Uji tersebut
menggunakan endosulfan (merk dagang Akodan 35 EC) dengan konsentrasi 0-
0.4% (g/L), dua kali ulangan terhadap 20-30 sampel larva dari Kecamatan
Katibung dan Rajabasa, Provinsi Lampung. Setelah bioasay dilanjutkan analisis
molekuler pengkodean subunit GABA. Nilai LC50 larva adalah 0.00893 (0.00332-
xiv
0.01697) dan 0.00904 (0.00401-0.01586) dari Kecamatan Katibung dan Rajabasa.
Analisis molekuler menunjukkan bahwa seluruh larva membawa alel Rdl A302,
tipe normal. Adanya mutasi pada alel Rdl menunjukkan bahwa paparan
insektisida pada populasi Anopheles di daerah ini mungkin masih berlangsung
(meskipun tidak secara langsung terkait dengan program pengendalian malaria)
atau spesies yang membawa alel resistan dapat bersaing dengan spesies normal
pada populasi Anopheles sehingga bentuk mutan dari alel Rdl relatif stabil dalam
ketiadaan insektisida dieldrin yang sudah tidak digunakan lagi. Meskipun
demikian, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen hama terpadu
diperlukan pada daerah endemik malaria di mana insektisida juga digunakan
untuk keperluan lain seperti pertanian.

Abstract
The gamma-aminobutyric acid (GABA) receptor-chloride channel
complex is known to be the target site of dieldrin and endosulfan, a cyclodiene
insecticide. Mutation in the gene encoding the GABA-receptors, resistance to
dieldrin (Rdl), which renders amino acid substitutions at codon A302G/S in the
putative ion-channel lining region. The mutation has been found in a wide range
of insect including anopheline mosquitoes and confers resistance to cyclodiene
insecticide, such as dieldrin and picrotoxin. The present study aims to explore the
existence and frequency distribution of the Rdl mutant alleles among the
Anopheles species in Indonesia. Molecular analyses have been performed on
Anopheles mosquito samples collected from several areas across Indonesia (Aceh,
North Sumatra, Bangka Belitung, Lampung, Central Java, East Nusa Tenggara,
West Nusa Tenggara, West Sulawesi, Molucca and North Molucca) and the Rdl
gene was Polymerase-Chain Reaction (PCR) amplified and sequenced to detect
the existence of the Rdl mutant alleles. The results indicated that 11 % of the total
154 Anopheles samples examined carried the mutant Rdl alleles. The A302S allele
was observed in An. vagus (from Central Java, Lampung and West Nusa
Tenggara), An. aconitus (from Central Java), An. barbirostris (from Central Java
and Lampung), An. sundaicus (from North Sumatra and Lampung), An.
nigerrimus (from North Sumatra), whereas the A302G allele was only found in
An. farauti from Molucca. Susceptibility test were carried out using World Health
Organization (WHO), Centers Disease Control and Prevention (CDC) and
previously publish method with tight modification standard procedures. The test
using 0-0.4% (w/v) endosulfan concentrations (Akodan 35 EC trademark) with
two replicates and 20-30 larvae samples from the field of Katibung and Rajabasa
sub-district, Lampung Province and followed by molecular analyses of the gene
encoding the GABA subunit. The LC50 of the larvae were 0.00893 (0.00332-
0.01697) and 0.00904 (0.00401-0.01586) from Katibung and Rajabasa and all of
the larvae carried A302 Rdl allele. The existence of the Rdl mutant allele indicates
that, either insecticide pressure on the Anopheles population in these area might
still ongoing (though not directly associated with malaria control program) or that
the mutant form of the Rdl allele is relatively stable in the absence of insecticide.
Nonetheless, the finding suggests that integrated pest management is warranted in
malaria endemic areas where insecticides are widely used for other purposes."
2012
T31006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>