Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faris Abiyyu Mirwan
"Manual material handling merupakan kegiatan yang dapat ditemui dalam operasional gudang dan menjadi salah satu penyebab risiko terjadinya kecelakaan kerja dalam bentuk musculoskeletal disorder (MSDs). Kegiatan manual material handling yang memiliki tingkat risiko cukup tinggi perlu dilakukannya perbaikan yang salah satunya perancangan terhadap alat manual yang digunakan. Dalam kegiatan manual material handling dalam gudang benih padi, kegiatan material handling yang dilakukan menggunakan alat two- wheeled hand trucks. Hand trucks yang digunakan merupakan alat utama dan paling sering digunakan dalam operasional gudang benih padi namun memiliki potensi risiko musculoskeletal disorder yang cukup tinggi terhadap penggunaannya. Dalam penggunaannya, pekerja memiliki beberapa keluhan terkait kesulitan dan ketidaknyamanan. Sebagai kegiatan utama dalam gudang benih, objektif perancangan alat hand trucks yang akan dilakukan bertujuan menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan dan meminimalisasi potensi risiko musculoskeletal disorder. Perancangan terhadap hand trucks akan menggunakan metode perancangan produk rasional yang mengarah pada pendekatan yang sistematis dalam menyelesaikan masalah. Dalam perancangan alat yang kemudian dilakukan dengan mengintegrasikan digital human modelling yang menggunakan posture evaluation index (PEI) sebagai indikatornya. Perancangan hand trucks yang dihasilkan mampu menurunkan nilai PEI dalam batas rekomendasi dan dilakukan validasi terhadap rancangan usulan alat kepada pekerja sehingga diharapkan mampu menurunkan risiko musculoskeletal disorder dalam manual material handling yang dilakukan dan menyesuaikan dengan kondisi pekerja.

Manual material handling is an activity that can be found in warehouse operations and is one of the causes of the risk of work accidents in the form of musculoskeletal disorders. Manual material handling activities that have a fairly high level of risk need to be improved, one of which is the design of the manual tools used. In manual material handling activities in the rice seed warehouse, material handling activities are carried out using two-wheeled hand trucks. The hand trucks used are the main tools and are most often used in seed warehouse operations but have a high potential risk of musculoskeletal disorders in their use. In its use, workers have some complaints related to difficulties and discomfort. As the main activity in the rice seed warehouse, the objective of designing hand trucks that will be carried out is aimed at adjusting to the work being carried out and minimizing the potential risk of musculoskeletal disorders. The design of the hand trucks will use a rational product design method that leads to a systematic approach in solving problems. In the design of the tool, it is integrated with digital human modeling which uses the Posture Evaluation Index (PEI) as an indicator. The design of the recommendation hand trucks is able to reduce the PEI value within the recommended limits and validation of the proposed tool design for workers is expected to reduce the risk of musculoskeletal disorders in manual material handling carried out and adjust to the conditions of workers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi
"Secara nasional tingkat penggunaan benih unggul berrmutu masih rendah, pada tahun 1997/1998 baru mencapai 37,58% dari kebutuhan. Penggunaan benih padi unggul di Jawa relatif lebih tinggi dibanding di luar Jawa. Guna meningkatkan penggunaan benih unggul bermutu sehingga tercapai peningkatan produktivitas beras nasional, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan salah satunya berupa pemberian subsidi benih padi.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis dampak penghapusan subsidi benih padi dengan menggunakan model permintaan. Penelitian ini menggunakan studi kasus dipilih di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan pertimbangan propinsi tersebut merupakan pemasok beras terbesar di Indonesia dan tingkat penggunaan benih unggul relatif lebih tinggi dibanding daerah lain.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan instansi terkait lainnya. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kondisi usaha perbenihan dan usaha tani, sedangkan analisis kuantitatif dengan model permintaan benih digunakan untuk menghitung besarnya perkiraan dampak penghapusan subsidi benih terhadap usaha tani padi.
Kebijakan dengan tujuan stabilitas harga benih dan menyediakan kebutuhan benih unggul secara cukup dengan harga terjangkau petani selama ini telah dilakukan oleh pemerintah melalui penetapan harga eceran tertinggi (HET) dan pembayaran subsidi harga yang disalurkan tidak langsung kepada petani, melainkan melalui produsen benih BUMN yaitu PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani. Kebijakan stabilisasi harga benih dengan cara memberikan subsidi harga benih berakibat menimbulkan beban biaya pemerintah dan kurang memberikan iklim kondusif bagi swasta untuk masuk dalam industri perbenihan. Penetapan HET benih mengalami kesulitan di tingkat lapangan, .mengingat wilayah Indonesia yang luas, kepulauan dan kondisi geografis dan aksesibilitas yang beragam antar daerah. Sampai saat ini penyediaan benih padi unggul masih terbatas pada daerah yang mudah dijangkau. Besarnya biaya produksi pertanian yang bervariasi antar daerah juga turut mempersulit penentuan besarnya HET benih padi. Bila HET benih dipatuhi dan nilai subsidi diberikan sebesar selisih harga pokok produksi dengan HET benih, maka kemungkinan tidak terjadi kerugian bobot mati. Subsidi benih padi tidak hanya dinikmati oleh petani melainkan juga dinikmati pula oleh BUMN perbenihan. Subsidi benih padi sebesar Rp.400/kg pada tahun 1999 yang disalurkan melalui PT. SHS dinikmati petani Rp. 278,8/kg dan yang dinikmati PT. SHS melalui profit marjin dan ekstra profit sebesar Rp. 121,2/kg. Sedangkan subsidi yang disalurkan melalui PT. Pertani, petani menikmati sebesar Rp. 201,2/kg dan PT. Pertani sebesar Rp.198,8/kg.
Apabila subsidi benih padi dihapuskan akan menyebabkan harga benih padi meningkat. Peningkatan harga benih mengakibatkan menurunnya permintaan petani terhadap benih padi. Petani cenderung memperbanyak penggunaan benih yang diproduksi sendiri atau barter dengan tetangga, karena harga benih tidak terjangkau oleh sebagian besar petani.
Guna melihat dampak penghapusan subsidi benih terhadap usaha tani, ditentukan oleh respon petani yang diukur dengan elastisitas permintaannya. Variabel-variabel yang diperkirakan mempengaruhi permintaan benih antara lain harga benih itu sendiri, jumlah benih yang dimiliki sendiri, harga gabah, dan luas penanaman padi. Harga benih berkorelasi negatif terhadap permintaan benih dengan nilai elastisitas harga benih di Jawa Barat -0,702, Jawa Tengah -0,724 dan di Jawa Timur -0,567, yang berarti bila harga benih meningkat permintaan benih akan menurun. Nilai elastisitas jumlah benih yang dimiliki sendiri dari tiga propinsi secara berurutan masing-masing -0,429; -0,173 dan -0,171. Jumlah benih milik sendiri ini dapat dianggap sebagai barang substitusi dengan benih yang akan dibeli. Bila jumlah benih yang dimiliki sudah cukup, maka petani cenderung mengurangi pembelian benih dari produsen benih/pasar.
Variabel harga gabah dianggap sebagai indikator yang akan direspon oleh petani apakah akan menggunakan benih unggul yang dibeli walaupun harganya lebih mahal dibanding dengan memanfaatkan benih sendiri. Bila harga gabah meningkat, maka permintaan benih cenderung lebih tinggi. Elastisitas permintaan benih terhadap harga gabah di Jawa Tengah lebih elastis dibanding dua propinsi lainnya. Hal ini terjadi karena sebagian besar benih yang digunakan petani berasal dari pembelian. Luas penanaman padi berhubungan positif terhadap permintaan benih, dimana semakin luas areal penanaman padi, maka kebutuhan benihnya akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh elastisitas luas areal tanam padi pada ketiga propinsi relatif sama.
Bila subsidi benih padi dicabut, berdasarkan model permintaan benih padi pada tiga propinsi diperoleh kesimpulan bahwa kenaikan harga benih akibat penghapusan subsidi mengakibatkan penurunan permintaan benih padi yang diminta petani Jawa Barat sebesar 5.470 ton (11,60%), di Jawa Tengah 10.160 ton (11,94%) dan Jawa Timur 8.180 ton (9,48%). Penghapusan subsidi benih padi diperkirakan tidak berdampak terhadap biaya usaha tani mengingat porsi pengadaan benih terhadap total biaya usaha tani di Jawa Barat hanya 1,89%, Jawa Tengah 3,92% dan di Jawa Timur 4,08%. Namun demikian karena benih merupakan faktor penentu kualitas dan produktifitas usaha tani, maka penggunaan benih yang tidak bermutu dapat menghambat keberhasilan usaha tani. Bila penurunan permintaan benih hanya dipenuhi dengan benih tidak bermutu, diperkirakan akan terjadi penurunan produksi gabah di Jawa Barat sebesar 87.756 ton (atau menurun 0,94% dari produksi gabah Jawa Barat tahun 1998), di Jawa Tengah sebesar 134.878 ton (menurun 1,60% dari produksi gabah Jawa Tengah tahun 1998) dan di Jawa Timur sebesar 98.468 ton (menurun 1,17% dari produksi gabah Jawa Timur tahun 1998). Alternatif yang dapat dilakukan pemerintah adalah menghapus subsidi benih secara bertahap dengan batas maksimum dua tahun. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan dalam kerangka manajemen krisis, tidak terjadi gejolak di dalam masyarakat, namun juga memberikan iklim kondusif bagi usaha perbenihan. Setelah dua tahun subsidi dicabut total dengan pertimbangan perkonomian sudah membaik dan days bell meningkat, serta memberi waktu prakondisi yang cukup bagi BUMN perbenihan mengingat siklus produksi dan pengolahan benih memerlukan waktu 4-7 bulan.
Penghapusan subsidi dapat dilakukan saat ini hanya pada "daerah maju" seperti pada propinsi lokasi studi kasus, sedangkan untuk "daerah remote" seperti Kawasan Timur Indonesia tetap diberikan subsidi benih padi untuk meningkatkan penggunaan benih unggul dengan harga terjangkau. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai efektivitas pemberian subsidi benih padi pada daerah remote. Penghapusan subsidi perlu diikuti upaya-upaya peningkatan efisiensi dalam memproduksi benih dan peningkatan efisiensi distribusi dan pemasaran benih.
Tidak akan terjadi penurunan produksi gabah bila subsidi benih dicabut, kalau dilakukan langkah antisipatif antara lain penghematan anggaran pemerintah dari penghapusan subsidi benih dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang terkait dalam pengembangan perbenihan, terutama mendorong peningkatan penggunaan benih unggul dan meningkatkan mutu, misalnya memberdayakan penangkar benih padi, melakukan kampanye gerakan sadar mutu benih, memperluas pemasaran dan distribusi benih, mereview peraturan perundangan yang menghambat usaha perbenihan serta memperbaiki sistem pembinaan dan pengawasan mutu benih.
Penghapusan subsidi harga benih sebaiknya diimbangi Pula dengan meningkatkan harga dasar gabah, sehingga diperoleh rasio harga gabah dengan benih pada tingkat yang kondusif guna mendorong gairah petani tetap menggunakan benih unggul dengan cara tetap mempertahankan rasio harga dasar gabah denagn benih melalui menaikkan harga dasar gabah.
Di mass mendatang peran pemerintah tidak lagi mengatur harga bidang pertanian. Pemerintah agar berkonsentrasi pada perannya dalam menciptakan paket teknologi dan menciptakan benih padi hibrid guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani, memberikan alih teknologi dan informasi alternatif-alternatif usaha yang menguntungkan petani, serta memperbaiki sarana dan prasarana penunjang. Usaha ini dilakukan untuk efisiensi produksi dan meningkatkan daya saing produk pertanian dalam era pasar babas.
Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, peran pusat dalam pengembangan industri perbenihan semestinya terbatas pada pengaturanpengaturan dan kebijakan yang bersifat nasional seperti ketentuan impor benihfperkarantinaan, penentuan standar mutu, sistem pembinaan dan pengawasan mutu. Di luar hal tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan daerah."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fuadi
"PT. SHS adalah perusahaan BUMN yang didirikan pada tahun 1971. Pada awal berdirinya, PT. SHS hanya bergerak pada produk benih padi, yang selanjutnya terus berkembang hingga bergerak pada 4 komoditi utama saat ini, yaitu padi, kedelai, jagung dan sayuran; yang selanjutnya 4 komoditi tersebut merupakan Strategic Business Unit (SBU) dari PT. SHS.
Sebagai perusahaan pertama yang bergerak di bidang perbenihan dengan total pengalaman 28 tahun disertai dukungan dari pemerintah berupa subsidi harga untuk benih padi dan kedelai, maka sejak berdirinya sampai saat ini, PT. SHS telah menempatkan dirinya pada posisi market leader dan mampu menunjukkan keunggulannya dalam usaha industri perbenihan di Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya pendatang baru sebagai pesaing yang berpengaruh terhadap tendensi menurunnya pangsa pasar dari SBU utama dan sehubungan dengan rencana pemerintah untuk mencabut subsidi harga untuk benih padi dan kedelai, maka keunggulan dan posisi market leader yang dimiliki PT. SHS tnenjadi terancam. Untuk itu perlu diformulasikan suatu strategi bisnis agar PT. SHS tetap bisa mempertahankan keunggulan bersaingnya.
Untuk mcnyusun formulasi strategi bisnis di PT. SHS adalah dengan mengkaji pada 4 SBU yang diduga faktor internal maupun eksternal dari masing-masing SBU tersebut berbeda-beda, baik daya tarik industri, daur hidup maupun kekuatan bisnis serta peran dari tiap SBU dalam aliran kas masuk/keluar-nya.
Untuk itu, alat analisa matriks BCG, GE dan ADL dipergunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan pilihan strategi yang tepat dan komprehensif agar PT. SHS yang menghadapi ancaman dapat mempertahankan keunggulan bersaingnya.
Hasil analisis berdasarkan 3 alat analisa di atas menunjukkan bahwa 4 SBU yang dimiliki PT. SHS posisi bisnisnya adalah : SBU padi posisinya perlu dipertahankan karena telah menguasai pangsa pasar yang cukup besar pada saat yang sama tingkat pertumbuhan pasarnya rendah atau melambat sehingga SBU padi menghasilkan aliran kas masuk yang besar sementara tidak banyak memerlukan kas keluar sehingga surplus kas-nya bisa untuk subsidi silang pada SBU lain yang memerlukan. Untuk SBU kedelai dan sayuran direkomendasikan untuk membangun karena dalam proses pertumbuhan alami dengan kekuatan bisnis yang cukup kuat sementara tingkat pertumbuhan pasarnya cukup tinggi sehingga memerlukan dana investasi yang cukup besar. Walaupun saat ini SBU kedelai dan sayuran memerlukan investasi, namun dua SBU tersebut disarapkan dapat menjadi sumber aliran kas masuk yang besar di kemudian hari. Adapun untuk SBU jagung direkomendasikan agar dalam pengembangannya dilakukan investasi selektif. Dari 4 SBU yang ada di PT. SHS tidak ada yang direkomendasikan untuk keluar dari pasar.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar PT. SHS melakukan efisiensi terutama untuk SBU padi dalam rangka keunggulan biaya menyeluruh untuk mempertahankan pangsa pasar yang dikuasai dan melakukan investasi untuk SBU kedelai dan sayuran dan disarankan agar PT. SHS melakukan aliansi untuk SBU jagung."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T1793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erindra Nur Shadrina Ghaisani
"Meningkatnya pengguna sepeda di Indonesia berbanding lurus dengan adanya risiko kecelakaan. Pentingnya mencegah kecelakaan dengan melengkapi komponen dan alat keselamatan sepeda perlu ditingkatkan. Salah satu komponen sepeda yang wajib dimiliki oleh setiap pengendara sepeda berdasarkan kebijakan pemerintah yaitu lampu sepeda. Walaupun kebijakan telah ditetapkan, tetapi ditemukan keluhan mengenai kurangnya pencahayaan pada sepeda khususnya pada malam hari yang dapat membahayakan seluruh pengguna jalan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk merancang pencahayaan pada sepeda berdasarkan prinsip ergonomi dengan metode kerangka kerja perancangan produk rasional oleh Nigel Cross. Proses perancangan dimulai dengan mengidentifikasi peluang hingga mengembangkan detail rancangan usulan. Konsep pencahayaan pada sepeda dirancang dengan memerhatikan biological motion pengendara sepeda dengan pola kedipan lampu yang membentuk segitiga sehingga dapat dilihat dan dikenali oleh pengguna jalan lain khususnya pada malam hari. Selain itu, rancangan usulan pencahayaan pada sepeda ini memanfaatkan gerakan rotasi dari crank pedal untuk menggerakan generator yang berfungsi untuk menghidupkan lampu pada sepeda.

The increase in bicycle users in Indonesia is directly proportional to the risk of accidents. The importance of preventing accidents by completing bicycle safety components and tools needs to be increased. One of the bicycle components that must be owned by every cyclist based on government policy is a bicycle light. Even though the policy has been set, there are complaints about the lack of lighting on bicycles, especially at night which can endanger all road users. Therefore, this research was conducted to design bicycle lighting based on ergonomic principles using the rational product design framework method by Nigel Cross. The design process begins with identifying opportunities to develop a detailed plan of the proposed concept. The concept of lighting on bicycles is designed by taking into account how the biological movement of cyclists when riding by applying a pattern of flashing lights that form a triangle shape so that other road users can see and recognize them, especially at night. In addition, the proposed lighting design on bicycles utilizes the rotational movement of the crank pedal to drive a generator which functions to turn on the lights on bicycles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The culture of golden travely,gonathanodon specious forsskal is an export commodity fish having demand. This fish has profitable business prospect ....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chalee Gedgaew
"ABSTRACT
Hybrid tomato seed production after rice is a way of intensifying agriculture in rainfed areas in Northeast Thailand. Although this type of intensive high value contract farming has been developing for the last 30 years, there has been little research on it. This study describes the historical development of this system and identifies factors influencing increases and decreases in the number of production sites and farmers producing hybrid tomato seeds. Although production of hybrid tomato seeds was initially adopted by a large number of farmers in many villages in both rainfed and irrigated areas, in recent years it has been carried out only in a smaller number of villages, mostly in rainfed areas. The decision of growers to continue or discontinue production is influenced by both the benefit they gain from production and their relations with the seed companies. The local availability of highly skilled hired workers also affects the concentration of production in certain sites."
Kyoto: Kyoto University, 2017
327 SEAS 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Watanabe kazuo
"ABSTRACT
Rainfed paddy fields cover a large area in Northeast Thailand. Rice production there is known to be highly variable, with generally low yields. With the Thai economy developing rapidly since the 19603, an increasing number of farmers have sought employment in the non-farm sector. As a result. some worry that rice growing in this region might decline or even disappear. In reality, however, it continues to play an important role in ensuring basic food security to rural households. This study investigates technological advances in rice growing during this period of rapid economic growth in Don Daeng village using a dataset spanning approximately 50 years. The results indicate that farmers adopted small-scale agricultural machines, irrigation technologies, land consolidation, high yielding varieties, chemical fertilizers, and the direct seeding method on their own initiative. These technologies and methods contributed to increasing rice yields and stabilizing production. They also appear to have substantially improved labor productivity, allowing farmers to procure their main food supply from their paddy fields while earning an additional income from the off farm sector, which could then be reinvested in agriculture. Thus, the interaction between these sectors is currently supporting small scale rice production in peri urban villages in Northeast Thailand. "
Kyoto: Kyoto University, 2017
327 SEAS 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tusam seed is categorized as orthodox's seed but its viability will decrease fast if the seed is storage improperty..."
JSTA 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arunee Promkhambut
"ABSTRACT
Cropping intensification in rainfed rice based farming systems through multiple cropping after the rice harvest by using residual soil moisture and supplemental irrigation offers a way to increase agricultural productivity and boost rural incomes in Northeast Thailand. This study identifies localities, planted areas, types of crops, and number of households growing crops after rainfed rice in Khon Kaen Province; it also analyzes some of the physical and social factors associated with the occurrence of this system. A questionnaire survey was conducted in 2013 of 198 agricultural extension officers in each subdistrict (tambol) in the province to collect data on multiple cropping. An area of 10,384 ha (2.9% of the total rainfed rice area) was used for multiple cropping by 16,184 households (10.9% of all rainfed rice farming households). Both field crops (e.g., cassava, crotalaria, field corn) and vegetables (e.g., sweet corn, watermelon, Chinese radish) were grown. These crops generated USD414 to 49,072 per hectare per crop for a total revenue of USD32 million, which is three times higher than the value of rice grown in the same field area. However, the area that can be utilized for multiple cropping in different subdistricts may be limited by physical conditions, including availability of irrigation sources and soil texture, as well as social and economic factors such as availability of markets, institutional support, and farmer skills."
Kyoto: Kyoto University, 2017
327 SEAS 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shirai yuko
Kyoto: Kyoto University, 2017
327 SEAS 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>