Ditemukan 111358 dokumen yang sesuai dengan query
Alya Kusumadewi
"Film Ne Zha (2019) adalah film animasi yang menceritakan tentang perjalanan hidup Ne Zha sebagai jelmaan Pil Iblis yang sengaja ditukar dalam proses kelahirannya. Pada awal kehidupannya, Ne Zha menerima penolakan dari masyarakat desa. Namun, orang tuanya tetap menyayangi dan mendidik Ne Zha dengan penuh cinta kasih, sehingga Ne Zha mampu mengubah prasangka buruk yang melekat pada dirinya dengan cara memberikan cinta kasih. Dalam film Ne Zha (2019) ini, prinsip cinta kasih (Ren Ai 仁爱) yang terdapat dalam ajaran Konfusianisme dipilih untuk diteliti. Masalah penelitian ini adalah bagaimana prinsip cinta kasih (Ren Ai 仁爱) yang terdapat dalam karakter Ne Zha, sementara Ne Zha adalah penjelmaan dari Pil Iblis. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana prinsip cinta kasih (Ren Ai 仁爱) yang ada pada diri Ne Zha dapat terlihat walaupun dengan adanya prasangka buruk. Penelitian ini menggunakan pendekatan intrinsik yang berfokus pada unsur penokohan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ne Zha sebagai jelmaan dari Pil Iblis mempunyai sisi baik dalam dirinya. Hal ini dibuktikan dengan Ne Zha memenuhi prinsip cinta kasih (Ren Ai 仁爱), yaitu cinta kasih kepada diri sendiri, keluarga, orang lain, dan alam. Prinsip cinta kasih (Ren Ai 仁爱) yang ada pada Ne Zha akhirnya mampu mengubah karakter dan prasangka terhadap Ne Zha.
Ne Zha (2019) is an animated film that tells the story of Ne Zha's life journey as a Demon Pill incarnation who was intentionally exchanged in the process of his birth. At the beginning of his life, Ne Zha received rejections from the people, but his parents still loved and educated Ne Zha with compassion, so that Ne Zha was able to change the bad prejudice that attached to him by giving benevolent love. In the film Ne Zha (2019), the principle of benevolent and love (Ren Ai 仁爱) in Confucianism is chosen to be researched. The problem of this research is how the principle of benevolent love (Ren Ai 仁爱) is present in the character of Ne Zha, while Ne Zha is the incarnation of the Demon Pill. This research aims to reveal how the principle of benevolent love (Ren Ai 仁爱) that is in Ne Zha can be seen even though there is prejudice. Furthermore, this research also uses an intrinsic approach that focuses on the elements of characterization. The method used in this research is the qualitative method. The results showed that Ne Zha as the incarnation of the Demon Pill had a good side in him. This is proven by Ne Zha fulfilling the principle of benevolent love (Ren Ai 仁爱), which is love themselves, family, others, and nature. The principle of benevolent love (Ren Ai 仁爱) that exists in Ne Zha is finally able to change the character and prejudice against Ne Zha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nanda Sopiyan
"Film Ne Zha (2019) merupakah salah satu film animasi dari Cina yang mengisahkan mengenai seorang anak laki-laki bernama Ne Zha yang terlahir sebagai seorang iblis karena mutiara iblis. Akibat mutiara iblis berdampak pada kehidupan Ne Zha yang memiliki karakter anti-hero namun berakhir menjadi hero. Objek yang diteliti pada penelitian berfokus pada karakter hero dan karakter anti-hero pada tokoh utama Ne Zha pada film tersebut. Karakter hero dan anti-hero tercipta karena adanya beberapa aspek yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan dengan cara metode kualitatif dan studi dokumen serta mengumpulkan data melalui online browsing. Artikel ini menyimpulkan bahwa karakter hero dan anti-hero pada tokoh Nezha menghasilkan keunikan, menggambarkan karakteristik budaya Cina yang cenderung mencari keseimbangan antara kekuatan positif dan negatif dalam mencapai sebuah kondisi ideal.
Ne Zha Movie (2019) is one of the animated films from China that tells the story of a boy named Ne Zha who was born as a demon because of the demon pearl. The result of the demon's pearl has an impact on Ne Zha's life who has an anti-hero character but ends up becoming a hero. The object studied in the research afocuses on the hero character and anti-hero aspects of the main character Ne Zha in the movie. Hero and anti-hero characters are created because of several aspects that influence them. This research was conducted by qualitative methods and document studies and collecting data through online browsing. This research concludes that Nezha's hero and anti-hero characters produce uniqueness, reflecting the characteristics of Chinese culture which tend to seek a balance between positive and negative forces in achieving an ideal condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Chika Asri Oktaviyanti
"Film New Gods: Ne Zha Reborn (新神榜:哪吒重生) adalah film animasi fantasi yang
dirilis pada 12 Februari 2021. Film ini menceritakan tokoh Li Yunxiang yang merupakan sosok kelahiran kembali Ne Zha di masa modern dalam melawan musuhnya yaitu Klan Naga Laut Timur. Ne Zha adalah dewa dalam mitologi Cina yang ceritanya terdapat dalam novel zaman Dinasti Ming (1368-1644) yang berjudul Investiture of The Gods (封神演義). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penokohan Li Yunxiang sebagai representasi prinsip Harmoni (和谐) dalam konsep Yin-Yang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Li Yunxiang sebagai kelahiran kembali dari Ne Zha tidak hanya memiliki karakter negatif namun juga karakter positif. Hal ini dibuktikan dengan adanya lima karakter positif dan dua karakter negatif yang paling mencolok dari penokohan Li Yunxiang. Dengan adanya dua jenis karakter dalam penokohan Li Yunxiang, menunjukkan bahwa terdapat prinsip Harmoni khususnya dalam karakter manusia yang dapat membantu Li Yunxiang dalam menemukan jati diri serta mengalahkan musuhnya.
New Gods: Ne Zha Reborn (新神榜:哪吒重生) is a fantasy animated film released on February 12, 2021. This film tells the story of Li Yunxiang, who is a rebirth of Ne Zha in modern times against his enemy, the East Sea Dragon Clan. Ne Zha is a god in Chinese mythology whose story is found in the Ming Dynasty (1368-1644) novel entitled "Investiture of The Gods (封神演義)". This study aims to analyze the characterization of Li Yunxiang as arepresentation of the principle of Harmony (和谐) in the Yin-Yang concept. The method used in this research is a qualitative method. The results of the study reveals that Li Yunxiang as therebirth of Ne Zha not only has a negative but also positive characters. The evidence was seen by the five positive characters and the two most striking negative characters of Li Yunxiang's characterization. With the existence of two types of characters in Li Yunxiang's characterization, it shows that there is a principle of Harmony, especially in human characters that can help Li Yunxiang in finding his identity and defeating his enemies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Frisca Felinski
"Penelitian ini akan membahas kaitan antara busana, karakter dan dialog dengan identitas tokoh Ne Zha dalam tiga film Ne Zha, 1979, 2016 dan 2019. Visualisasi busana tokoh Ne Zha dalam tiga film animasi tersebut memiliki beberapa perbedaan. Dari perbedaan tersebut dapat menimbulkan perspektif yang keliru terhadap identitas tokoh Ne Zha. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui identitas tokoh Ne Zha dengan menggunakan unsur intrinsik. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, metode tersebut menggunakan film animasi Prince Nezha's Triumph Against Dragon King (1979), I Am Nezha (2016) dan Birth of the Demon Child Nezha (2019) sebagai sumber data primer, sedangkan jurnal maupun situs internet yang membahas unsur intrinsik film dan informasi mengenai Ne Zha dijadikan sebagai sumber-sumber sekunder yang akan digunakan untuk membantu proses penelitian. Dengan sumber dan metode tersebut, penelitian ini mencapai kesimpulan bahwa unsur intrinsik film mempengaruhi identitas tokoh Ne Zha.
This study will discuss the relationship between fashion, characters and dialogue with the identity of the Ne Zha character in the three Ne Zha films, 1979, 2016 and 2019. The visualization of the Ne Zha character's clothing in the three animated films has several differences. From these differences, it can lead to a wrong perspective on the identity of the character Ne Zha. The purpose of this study is to determine the identity of the character Ne Zha by using intrinsic elements. The method used is descriptive qualitative research method, the method uses the animated films Prince Nezha's Triumph Against Dragon King (1979), I Am Nezha (2016) and Birth of the Demon Child Nezha (2019) as primary data sources, while journals and internet sites which discusses the intrinsic elements of the film and information about Ne Zha used as secondary sources that will be used to assist the research process. With these sources and methods, this research concludes that the intrinsic elements of the film affect the identity of the character Ne Zha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nanjing Shi: Jiangsu shao nian er tong chu ban she, J2000
SIN 398.209 51 NAZ
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Alfian Wiranata
"Skripsi ini membahas mengenai kiat-kiat perusahaan Lotte pada saat krisis ekonomi tahun 1997/98 terjadi dan faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kiat perusahaan Lotte dalam menghadapi krisis ekonomi tahun 1997/98 serta peran budaya perusahaan dalam keberhasilan perusahaan tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keberhasilan perusahaan Lotte pada saat krisis ekonomi tahun 1997/98 didukung oleh budaya perusahaan Lotte, kebijakan pemerintah saat itu, dan pola pikir masyarakat Korea terkait Konfusianisme.
This analysis discussed the method of Lotte company in facing the 1997/98 economic crisis and which factors affected the success. This research used a qualitative method with descriptive analysis approach. This research aims to find tips Lotte company in the face of the economic crisis in 1997/98 and the role of corporate culture in the success of the company. The conclusion from this analysis was Lotte corporate culture, government policy at the time, and the mindset of the people of Korea related to Confucianism supported the success of the Lotte company in facing the 1997/98 economic crisis."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61461
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Serly Kusumadewi
"Skripsi ini membahas peranan nilai-nilai Konfusianisme sebagai pandangan fundamental bangsa Korea keseluruhan dalam pemerintahan Park Chung Hee secara khusus dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan tahun 1961-1979. Pembahasan tersebut akan mengurai bagaimana pengaruh internal (nilai-nilai Konfusianisme) dan eksternal (pengaruh Amerika Serikat dan Jepang) berpengaruh kepada Park Chung Hee dan pemerintahannya. Penelitian akan dibuktikan dengan analisis kualitatif deskriptif atas nilai-nilai Konfusianisme yang terkandung dalam kepemimpinan Park Chung Hee, kebijakan-kebijakan pemerintahan Park serta resistensinya terhadap Konfusianisme dan pengaruh asing. Hasil studi ini membuktikan adanya hubungan antara nilai-nilai Konfusianisme dengan kepemimpinan Park Chung Hee tahun 1961-1979 dalam peranannya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan.
The focus of this study is to explain the role of Confucian values as Korean’s fundamental view in Park Chung Hee’s era specifically and its influences toward South Korea’s economy development 1961-1979. This study would describe how both internal factor (Confucian values) and external factor (USA and Japan) give influences toward Park Chung Hee himself and his government. This study will be conducted by descriptive-qualitative analysis of Confucian values on Park’s era, Park government’s policies, and also their resistance towards Confucianism itself and foreign influences. This study itself concludes that there is a correlation between Confucian values and Park Chung Hee’s era (1961-1979) due to its role toward South Korea’s economy development."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46738
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Geshia Putri Fidia
"Film Ip Man 3 adalah film action karya sutradara Wilson Yip yang dirilis pada tahun 2015. Film ini menceritakan kehidupan Ip Man bersama keluarganya di Hong Kong pada tahun 1959. Penulis melihat bahwa film Ip Man 3 tidak hanya menampilkan adegan aksi bela diri Wing Chun, tetapi juga menampilkan adegan yang memiliki keterkaitan dengan prinsip Wuxing 五行 dalam ajaran Konfusianisme. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan mengaitkan adegan yang ditampilkan oleh tokoh Ip Man dengan prinsip Wuxing 五行 dalam ajaran Konfusianisme untuk melihat unsur nilai dominan Wuxing 五行 yang ditunjukkan tokoh Ip Man dalam film Ip Man 3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tokoh Ip Man merepresentasikan pemikiran Konfusianisme, terutama prinsip Wuxing 五行melalui adegan yang ditampilkan, yaitu Ren 仁 (cinta kasih) ditemukan terdapat 9 adegan, Yi 义 (kebenaran) 3 adegan, Li 礼 (sopan santun) 2 adegan, Zhi 智 (kebijaksanaan) 4 adegan, dan Xin 信 (kepercayaan) 1 adegan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pemikiran, tingkah laku, dan perkataan Ip Man dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dari kelima unsur Wuxing 五行 tersebut, unsur yang paling dominan dari tokoh Ip Man adalah unsur Ren 仁. Film Ip Man 3 merupakan film action yang memiliki pesan tentang cinta kasih yang disampaikan melalui tokoh Ip Man. Walaupun ia adalah seorang ahli bela diri, namun ia sangat memprioritaskan orang-orang yang ia cintai, terutama keluarganya.
Ip Man 3 is an action film made by Wilson Yip released on 2015. This film tells the story of Ip Man’s life with his family in Hong Kong in 1959. The writer observed that the film not only shows Wing Chun martial arts scenes, but also shows scenes that are related to the Wuxing 五行 principle in Confucianism. Therefore, this research was conducted by correlating the scenes displayed by the character Ip Man with the Wuxing 五行 principle in Confucianism to identify the dominant value element of Wuxing 五行 demonstrated by the character Ip Man in the Ip Man 3 film. From the results of the conducted research, it can be concluded that Ip Man represents Confucian thought, especially the principle of Wuxing 五行 through the displayed scenes, with Ren 仁 (Benevolent Love) found in 5 scenes, Yi 义 (Righteousness) in 3 scenes, Li 礼 (Propriety) in 2 scenes, Zhi 智 (Wisdom) in 4 scenes, and Xin 信 (Trust) in 1 scene. These elements greatly influence Ip Man's thoughts, actions, and words in his daily life. Among the five Wuxing 五行 elements, the dominant element for the character is the Ren 仁, which represents benevolent love. Ip Man 3 is an action movie that has a message about benevolent love conveyed through the character Ip Man. Although he is a martial arts expert, he prioritizes the people he loves, especially his family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dharma Natharina
"Red Cliff atau Chì Bì (赤壁) merupakan sebuah film fiksi sejarah Cina yang menceritakan tentang peperangan antara pasukan kerajaan Utara dan pasukan gabungan dua kerajaan dari Selatan. Pada awalnya, pasukan kerajaan Utara unggul dalam perang karena jumlah tentara yang jauh lebih besar. Namun akhirnya pasukan gabungan kerajaan Selatan mampu mengalahkan pasukan kerajaan Utara. Salah satu tokoh yang berperan besar dalam kemenangan pasukan kerajaan selatan adalah Guan Yu, seorang jenderal yang sangat terampil dan berani dalam berperang. Keterampilan dan keberaniannya ini didukung oleh nilai-nilai moral yang dimilikinya, salah satunya yaitu nilai xin atau kepercayaan. Penelitian ini mengkaji bagaimana nilai kepercayaan (xin) digambarkan melalui penokohan Guan Yu dalam film Red Cliff I dengan mendalami nilai xin berdasarkan Konfusianisme dan meneliti wujud nilai xin dalam tokoh Guan Yu berdasarkan teori penokohan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai xin dalam tokoh Guan Yu terwujud melalui sikap dan tindakannya, serta pendapat tokoh lain terhadapnya. Selain itu walaupun Guan Yu bukan tokoh utama, ia tetap berperan penting dalam menyampaikan edukasi tentang nilai budaya Cina khususnya nilai xin kepada para penonton.
Red Cliff or Chì Bì (赤壁) is a Chinese historical fiction film that tells the story of the war between the troops of the Northern kingdom and the combined forces of the two kingdoms from the South. At first, the Northern kingdom's troops had the upper hand in the war due to their much larger number of soldiers. However, in the end the combined forces of the Southern kingdom were able to defeat the troops of the Northern kingdom. One of the figures who played a big role in the victory of the southern kingdom's troops was Guan Yu, a general who was very skilled and brave in fighting. His skills and courage are supported by his moral values, one of which is the value of xin or trust. This research examines how the value of trust (xin) is depicted through the characterization of Guan Yu in the film Red Cliff I by exploring the value of xin based on Confucianism and examining the form of the value of xin in the character Guan Yu based on characterization theory. The results of the analysis show that the xin value in the character Guan Yu is manifested through his attitudes and actions, as well as the opinions of other characters towards him. Apart from that, even though Guan Yu is not the main character, he still plays an important role in conveying education about Chinese cultural values, especially the value of xin to the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rangga Ferizky Fadli
"Dalam dunia perfilman saat ini dikenal istilah sulih suara atau dubbing, sebuah istilah yang merujuk pada kegiatan mengubah audio percakapan dalam sebuah film menjadi bahasa lain sehingga bahasa film tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Analisis dilakukan pada sebuah film animasi karya Hayao Miyazaki yang berjudul Spirited Away. Bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Jepang, namun setelah ditayangkan di Netflix, memiliki beberapa opsi pilihan sulih suara dalam bahasa lain, salah satunya yaitu bahasa Arab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tindak tutur ekspresif berbahasa Arab digunakan dalam film Spirited Away yang telah disulih suara berbahasa Arab. Dalam proses analisis data, data dianalisis berdasarkan teori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle (1976), dan Guiraud, et al. (2011) serta teori tindak tutur ekspresif milik Austin (1962). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskrpitif dengan pendekatan pragmatik. Setelah dilakukan analisis, ditemukan tindak tutur ekspresif sebanyak 53 data dalam film Spirited Away. Tuturan tersebut terdiri atas: (1) Thanking (terima kasih) sebanyak 15 data; (2) Disapproving (ketidaksetujuan) sebanyak 8 data; (3) Praising (memuji) sebanyak 5 data; (4) Accusing (menuduh) sebanyak 5 data; (5) Welcoming (ungkapan menyambut atau selamat datang) sebanyak 5 data; (6) Approving (menyetujui) sebanyak 3 data; (7) Sadness (kesedihan) sebanyak 3 data; (8) Protesting (memprotes) sebanyak 3 data; (9) Guilt (rasa bersalah) sebanyak 2 data; (10) blaming (menyalahkan) sebanyak 2 data; (11) Apologizing (meminta maaf) sebanyak 2 data. Hasil analisis menunjukkan bahwa sulih suara bahasa Arab dalam film ini memadukan dua budaya, yaitu Jepang dan Arab, dalam aspek keramahtamahan dan kesopanan dalam interaksi sosial.
In the world of filmmaking today, the term dubbing is well known. It refers to the activity of changing the audio conversations in a film into another language so that the film's language can be understood by a wider audience. An analysis is conducted on an animated film by Hayao Miyazaki titled "Spirited Away." The language used in this film is Japanese, but after being broadcasted on Netflix, it offers several dubbing options in other languages, including Arabic. The aim of this research is to analyze how expressive speech acts in the Arabic language are used in the film "Spirited Away" after being dubbed in Arabic.During the process of data analysis, the data is analyzed based on the theory of expressive speech acts proposed by Searle (1976) and Guiraud, et al. (2011), as well as Austin's (1962) theory of expressive speech acts. The method used in this research is qualitative-descriptive research with a pragmatic approach. After the analysis, a total of 53 instances of expressive speech acts were found in the film "Spirited Away." These expressions consist of: (1) Thanking with 15 instances; (2) Disapproving with 8 instances; (3) Praising with 5 instances; (4) Accusing with 5 instances; (5) Welcoming with 5 instances; (6) Approving with 3 instances; (7) Sadness with 3 instances; (8) Protesting with 3 instances; (9) Guilt with 2 instances; (10) Blaming with 2 instances; (11) Apologizing with 2 instances. The analysis results indicate that the Arabic dubbing in this film combines two cultures, Japanese and Arab, in terms of hospitality and politeness in social interactions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library