Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Azriel Lilo Timothy
"Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa skeptisisme sains dipengaruhi oleh berbagai hal seperti konservatisme politik, religiusitas, literasi sains, dan kepercayaan terhadap sains. Namun, pengaruh kepercayaan sekuler masih belum banyak diteliti dan penelitian yang ada memperlakukan kepercayaan sekuler sebagai kebalikan dari religiusitas. Disamping itu, mekanisme dari hubungan kedua variabel itu belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat pengaruh kepercayaan sekuler terhadap skeptisisme sains dengan mediasi literasi sains dan kepercayaan terhadap sains. Partisipan merupakan 202 warga negara Indonesia (95 laki-laki, 101 perempuan, 6 memilih tidak menjawab; M=32,25 tahun, SD=11,823). Penelitian ini menemukan bahwa kepercayaan terhadap sains memediasi pengaruh ketiga dimensi kepercayaan sekuler terhadap skeptisisme sains, yaitu dimensi pertama (b=0,289, p=0,005; b=-0,287, p=0,000), dimensi kedua (b=0,378, p=0,000; b=-0,258, p=0,000), dan dimensi ketiga (b=0,440, p=0,000; b=-0,306, p=0,041). Sementara itu, literasi sains hanya memediasi dimensi ketiga (b=-0,041, p=0,005; b=-0,444, p=0,044). Artinya, pengaruh kepercayaan sekuler terhadap skeptisisme sains lebih kuat dimediasi oleh kepercayaan terhadap sains, dibandingkan dengan literasi sains.

Previous studies have found that scientific skepticism is influenced by various things such as political conservatism, religiosity, scientific literacy, and belief in science. However, the effect of secular belief has not been studied much and the existing research treats secular belief as the opposite of religiosity. In addition, the mechanism of the relationship between the two variables is not yet known. Therefore, this research was conducted with the aim of looking at the effect of secular belief as a predictor of scientific skepticism with the mediation of scientific literacy and belief in science. Participants were 202 Indonesian citizens (95 males, 101 females, 6 chose not to answer; M=32.25 years, SD=11.823). This study found that belief in science mediates the effect of the three dimensions of secular belief on scientific skepticism, namely the first dimension (b=0.289, p=0.005; b=-0.287, p=0.000), the second dimension (b=0.378, p=0.000; b=-0.258, p=0.000), and the third dimension (b=0.440, p=0.000; b=-0.306, p=0.041). Meanwhile, scientific literacy only mediated the third dimension (b=-0.041, p=0.005; b=-0.444, p=0.044). This means that the influence of secular belief on scientific skepticism is more strongly mediated by belief in science, compared to scientific literacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Amadea Svastika
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pemikiran Agustinian yang bercorak idealis-subjektif mengenai jalan menuju Tuhan dan menginterpretasi ulang pemikiran Agustinus yang pada umumnya dianggap teologis-fideis menjadi filosofis. Perjalanan menuju Tuhan merupakan suatu perjalanan jiwa yang berkembang dengan sikap ragu-ragu sebagai landasan utamanya, yang kemudian mengakibatkan pemerolehan iluminasi atau cahaya ilahiah. Sikap ragu-ragu atau skeptisisme dalam perspektif Agustinian bertujuan untuk mencapai kebenaran. Hal yang diragukan dalam perjalanan ini adalah doktrin dan wahyu yang berasal dari agama warisan, sehingga skeptisisme yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu upaya kritis untuk melawan doktrinasi berlandaskan agama yang dapat membawa jiwa manusia ke dalam ilusi dan pemahaman yang salah akan Tuhan. Dengan memiliki sikap ragu-ragu, iluminasi ilahiah yang berasal dari Tuhan diperoleh manusia yang kemudian membawa jiwanya ke dalam pemahaman ide ilahi yang berpangkal pada Tuhan, sehingga pemahaman akan Tuhan yang hakiki dan menyeluruh tercapai dan jiwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode heuristika, yaitu metode untuk menemukan kebaruan secara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah dan melakukan suatu eksplanasi alternatif alternative explanation , bahwa jalan menuju Tuhan dalam perspektif Agustinian tidak sepenuhnya bersifat fideis.

ABSTRACT
The focus of this study is an Augustinian idealist subjective perspective about the way to God and I make a reflection and re interprets Augustine 39 s thought about it. The journey to God is a journey of the soul that develops basically out of doubt, which then acquire an illumination or divine light. The aims of skepticism in the Augustinian perspective is to reaching the truth. The things dubitable in this journey is the doctrine and revelation that reside in the religion, so as to speak skepticism refers to critical effort to refute religious dogmatism, which is the root of misunderstanding of God and the illusion as its implication. Being skeptic is the motor of seeking truth as well as the very foundation for the journey of the soul to God, which has illumination as meaning that destines it to God and the soul can be united with God. This research using heuristical method, which is a method for finding novelty to solve a problem and stating differently the Augustines thought as an alternative explanation , that the way to God in the Augustinian perspective is not a fideist."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Nadhila Syadzwina
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara Skeptisisme Hijau dengan niat beli hijau untuk produk perawatan pribadi di Indonesia. Riset studi ini juga mendiskusikan peran mediator pengetahuan lingkungan dan kepedulian terhadap lingkungan untuk memediasi hubungan antara skeptisisme hijau dengan niat beli hijau. Lebih spesifiknya, penelitian ini membahas tentang produk perawatan pribadi di Indonesia. Pendistribusian kuesioner survei secara daring dilaksanakan untuk mendapatkan responden. Riset studi ini berhasil mendapatkan 177 responden yang berdomisili di Indonesia. Artikel ini menggunakan metode SEM (Structural Equation Modelling untuk menganalisa data yang didapatkan dengan menggunakan perangkat lunak AMOS 21.0. Hasil dari riset ini mengindikasikan bahwa skeptisisme hijau mengurangi niat beli konsumen terhadap produk perawatan pribadi hijau. Sedangkan, pengetahuan lingkungan dan kepedulian lingkungan meningkatkan niat beli konsumen terhadap produk perawatan pribadi hijau. Pengetahuan lingkungan terbukti memediasi hubungan kepedulian lingkungan dengan niat beli hijau. Selanjutnya, pengetahuan lingkungan dan kepedulian lingkungan memediasi hubungan antara skeptisisme hijau dengan niat beli hijau. Riset ini akan berguna untuk sumber akademik bagi penelitian yang akan datang, praktisi di bidang yang bersangkutan dan untuk lingkungan.

The objective of this research study is to see the linkage between Green Skepticism and Green Skepticism is known as one of the inhibitor for Green Purchase Intention. This research study also discuss the role of mediator Environmental Knowledge and Environmental Concern mediates the relationship between Green Skepticism and Green Purchase Intentions. Specifically, for the personal care products in Indonesia.The questionnaire survey distributed via online is used to collect the respondents. This research study managed to collect 177 respondents domiciled in Indonesia. This article utilized the Structural Equation Modelling to analyse the data obtained using software AMOS 21.0. The result indicates that Green Skepticism reduces consumers intention to purchase green personal care products. On the other hand, both Environmental Knowledge and Environmental Concern increase customers green purchase intentions for personal care products. Environmental Knowledge is founded to mediates the relationship between Environmental Concern and Green Purchase Intentions. Furthermore, both Environmental Concern and Environmental Knowledge is founded to mediates the relationship between Green Skepticism and Green Purchase Intentions. This research will benefits academic resource for future research, practitioners in the related fields and the environment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresa Serafim Nafiria
"Penelitian ini menganalisis gerakan Ni Putes Ni Soumises (NPNS) yang bertahan dari 2003 hingga 2020 melalui kacamata ideologi gender dan sekularisme. NPNS merupakan gerakan berbasis ideologi gender yang berumur panjang dalam memperjuangkan kepentingan politik perempuan migran melawan ideologi fundamentalis yang represif di komunitas banlieue. Selama lebih dari satu dekade, NPNS telah menjadi gerakan yang signifikan dalam lanskap sekularisme Prancis. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin mengungkap alasan perkembangan dan kebertahanan NPNS sebagai gerakan ideologi gender yang signifikan di Prancis. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi pustaka, penelitian ini menerapkan teori Butler dan Lauretis tentang ideologi gender, serta konsep Aparatus Negara (State Apparatuses) milik Althusser, untuk menganalisis dinamika NPNS melalui tiga periode: kebangkitan, kejayaan, dan masa bertahan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kebertahanan NPNS disebabkan oleh dukungan negara secara politis dan materi melalui penentangan gerakan terhadap dominasi budaya patriarki laki-laki Muslim banlieue, yang sejalan dengan ideologi sekuler Prancis. Selain itu, peran signifikan NPNS sebagai ruang aman bagi perempuan migran yang menjadi korban kekerasan berbasis gender memicu dukungan dari masyarakat yang turut berkontribusi atas bertahannya NPNS.

This research analyzes the Ni Putes Ni Soumises (NPNS) movement that lasted from 2003 to 2020 through the lens of gender ideology and secularism. NPNS is a long-term gender ideology-based movement that fights for migrant women's political interests against repressive fundamentalist ideologies in banlieue communities. For more than a decade, the NPNS has been a significant movement in the French secularism landscape. Therefore, this study aims to uncover the reasons for the development and survival of the NPNS as a significant gender ideology movement in France. Using qualitative approach with literature studies methodology, this research applies Butler and Lauretis' theories on gender ideology, as well as Althusser's concept of State Apparatuses, to analyze the dynamics of NPNS through three periods: the rise, the triumph, and the defensive stage. This research findings show that the longevity of the NPNS is due to political and material state support through the stance of the movement against the dominance of the banlieue's Muslim male patriarchal culture, which is aligned with French secular ideology. In addition, the significant role of NPNS as a safe space for migrant women who are victims of gender-based violence triggers support from the community, which contributes to the longevity of NPNS."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Riski Sakinah
"Meningkatnya persaingan dalam bisnis membuat keunggulan kompetitif perusahaan yang didasari oleh keunggulan fungsional sudah tidak dapat diandalkan lagi (Deb et al., 2020). Hal tersebut mendorong pemasar untuk melakukan strategi pemasaran yang kreatif sehingga mampu menarik perhatian konsumen serta menjadi diferensiasi dengan merek / perusahaan lain. Salah satu strategi pemasaran efektif yang dapat diterapkan sebuah merek adalah cause related marketing (CRM). Hal tersebut dilatarbelakangi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai isu sosial (Minton, 2015), khususnya masyarakat yang termasuk ke dalam kelompok usia milenial (Bucic et al., 2012). Akan tetapi, dalam praktiknya pemasar dihadapi oleh resiko tertentu yaitu skeptisisme konsumen. Timbulnya keraguan konsumen atas klaim dalam iklan dapat mengancam hasil akshir dari program promosi tersebut. Oleh sebab itu, tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen atas klaim pemasaran yang memicu terjadinya skeptisisme konsumen serta meninjau pengaruhnya terhadap intensi berperilaku konsumen muslim milenial Indonesia. Sebagaimana penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di India, studi ini juga menganalisis efek mediasi dari kepuasan konsumen serta peran moderasi dari religiusitas dalam hubungan antara skeptisisme pada kampanye CRM dengan intensi berperilaku. Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM) untuk melihat hubungan antar variabel, efek mediasi, dan moderasi dengan menggunakan aplikasi IBM AMOS 26.

Competition in business makes the company's competitive advantage based on functional advantages no longer reliable (Deb et al., 2020). This encourages marketers to carry out creative marketing strategies, therefore they can attract consumers' attention and be different from other brands/companies. One of the effective marketing strategies that companies can implement is cause-related marketing (CRM). This is influenced by public awareness of social issues (Minton, 2015), especially people belonging to the millennial group (Bucic et al., 2012). However, in practice, marketers are faced with a certain risk, namely consumer skepticism. The existence of consumer doubts over claims in advertisements can threaten the final results of the promotional program. Therefore, the purpose of this study is to analyze the factors which can influence consumer perceptions of marketing claims that trigger consumer skepticism and review their influence on consumer behavior of Indonesian millennial Muslims. Based on previous research conducted in India, this study also analyzes the mediating effect of consumer satisfaction and the moderating role of religiosity in the relationship between skepticism in CRM campaigns and behavior intention. The analytical method that will be used in this study is the Covariance based Structural Equation Model (CB-SEM) to see the relationship between variables, mediating effects, and moderation using the IBM AMOS 26."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epstein, Richard A.
Jakarta: Freedom Press, 2006
340.1 EPS. s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Etin Nurhaetin Ningrum
"

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya Barat sebagai suatu peradaban baru yang lebih maju sebagai  fenomena global yang memengaruhi dan mengubah tatanan peradaban dan geopolitik dunia. Konsep sekuler Ali Abd ar-Raziq dan Soekarno merupakan produk dari fenomena tersebut. Studi ini bertujuan menjawab tiga pertanyaan: pertama, bagaimana latar belakang faktor internal dan eksternal yang memengaruhi pemikiran Negara Sekuler Ali Abd ar-Raziq di Mesir serta pemikiran Negara Pancasila Soekarno di Indonesia; kedua, Bagaimana kedua konsep pemikiran tersebut? dan ketiga, bagaimana perbandingan pemikiran-pemikiran tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Negara Sekuler, Negara Pancasila. Sosialisasi Politik dan Perbandingan Politik. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif-analitis dengan memakai studi kepustakaan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pemikiran kedua tokoh tersebut disebabkan  perbedaan latar belakang, pendidikan, dan wawasan keagamaan. Soekarno adalah seorang politisi, negarawan, dan nasionalis radikal, sedangkan  Ali Abd ar-Raziq adalah seorang ulama, akademisi, dengan wawasan Islam yang luas dan modern. Keduanya ingin memisahkan Islam dan Negara, namun tujuan mereka berbeda. Ali Abd Ar-Raziq lebih cenderung ingin memurnikan Islam dari  politik yang dianggapnya kotor, sedangkan Soekarno ingin me’muda’kan agama dan menempatkannya di tempat yang mulia. Persamaan kedua pemikiran tersebut disebabkan oleh kondisi politik global. Pada saat itu, terjadi kolonialisme Barat yang menyebarkan pemikiran dan gagasan sekularisme. Di Timur Tengah, politik regional dipengaruhi oleh melemahnya Turki Usmani dan penjajahan Barat. Di Indonesia, politik regional dipengaruhi oleh bangkitnya nasionalisme negara-negara Asia terhadap kekuasaan kulit putih.

Kesimpulannya, secara nasional kondisi politik yang terjadi di Mesir dan Indonesia menjadi sebab utama munculnya gagasan Negara Sekuler dari Ali Abd ar-Raziq dan Negara Pancasila dari Soekarno. Munculnya ide sekuler di Indonesia didorong dan dipengaruhi oleh semangat ingin merdeka dari penjajahan Belanda dan kaum ulama yang berpikiran terbelakang. Gagasan sekuler Ali Abd ar-Raziq di Mesir muncul sebagai reaksi untuk mencegah keinginan Raja Fu’ad  menjadi khalifah di Mesir. Soekarno memandang hubungan negara dan agama Islam harus dipisahkan. Ia bermaksud membawa Indonesia agar lebih maju seperti bangsa Eropa, sedangkan Ali Abd ar-Raziq memandang bahwa Islam harus dipisahkan dari unsur-unsur negara secara yuridis. Menurutnya, khilafah tidak mempunyai legitimasi dari Al-Qur’an dan Hadits, maupun Ijma karena hal tersebut bukan merupakan institusi agama.

 


This study is based on the advancement and rise of Western civilization, a global phenomenon that affected and transformed the world’s civilization and geopolitics. It produced Both Ali Abd ar-Raziq’s and Soekarno’s secular concepts of the State.

This research aims to answer the following questions: First, what are the internal and external factors that affected Ali Abd ar-Raziq-s concept of the Secular State in Egypt and Soekarno concept of the Pancasila State? Second, what are the two concepts of the State? Third, what are the similarities and differences between the two concepts? This study uses the Secular State theory, the Pancasila State theory, the Political Socialization theory, and the Political Comparison theory. The method used is descriptive-analytical and the information are gathered through literary review.

The principal finding of this research reveals that the differences between the two is caused because of a difference in background, education, and religious knowledge. Soekarno was a politician, statesman, and radical nationalist. Ali Abd ar-Raziq was a religious scholar, as well as an individual with a broader and more modern Islamic knowledge. Although both aimed to separate Islam and the State, they had a different motivation. Ali Abd Ar-Raziq wanted to cleanse Islam from politics, while Soekarno wanted to renew Islam and place it in a noble position. The similarities between the two concept lies in the global political condition at the time. During that period, Western colonization had spread secularism. While in a regional scope, the political condition was affected by the weakening of the Ottoman Dinasty in the Middle East and secularism. The political condition in Indonesia was influenced by the rise of nationalism in Asian countries towards colonization.

Conclusively, the political condition in Egypt and Indonesia is the catalyst of Ali Abd ar-Raziq and Soekarno’s conceopt  of the State. In Indonesia, secularism were highly influenced by the fervor to be from Dutch colonization and religious leaders with outdated thoughts and  beliefs. While in Egypt, secularism was a reaction towards King Fuad’s desire to be a Caliphate in Egypt. Soekarno opined that religion and the state must be separated, while Ali Abd ar-Raziq believed that Islam has to be separated from the State in legal terms because the Al-Qur’an, Hadits, and Ijma does not give a caliph legitimacy to rule a State as it is not a religious institution.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosi Rusmawati
"Timbul gelombang protes yang meluas, baik dari masyarakat Prancis maupun dari masyarakat di berbagai belahan dunia, ketika pada tanggal 17 Desember 2003, Presiden Prancis Jacques Chirac mengeluarkan pengumuman bahwa di Prancis akan diberlakukan Undang-Undang Laїcité, sebuah undang-undang tentang pelarangan pemakaian simbol-simbol keagamaan di sekolah negeri di Prancis.
Meskipun begitu Pemerintah Prancis tetap mengesahkan Rancangan Undang-Undang Laїcité yang diajukan oleh Menteri Urusan Pemuda, Pendidikan Nasional dan Penelitian, Luc Ferry tersebut, menjadi Undang-Undang Laїcité pada tanggal 15 Maret 2004. Tujuan Pemerintah Prancis memberlakukan Undang-Undang Laїcité 2004 adalah menegakkan budaya dan ideologi sekuler yang dianut oleh Prancis. Dengan tegaknya prinsip sekuler maka akan terwujud integrasi nasional dan kerukunan hidup bersama antara penduduk Prancis yang semakin heterogen. Keheterogenan penduduk di Prancis disebabkan oleh banyaknya pendatang dari berbagai negeri di dunia, yang datang dan menetap di Prancis. Pendatang atau orang asing tersebut datang ke Prancis dengan membawa ideologi dan budaya mereka masing-masing.
Latar belakang Pemerintah Prancis memberlakukan Undang-Undang Laїcité 2004 adalah pertama, sudah sejak lama Prancis menganut ideologi sekuler, dan ideologi yang telah menjadi budaya Prancis tersebut diperoleh melalui sejarah yang panjang dan tidak mudah; kedua, telah terjadi friksi ideologi dan budaya antara penduduk asli dan pendatang dan antara pendatang itu sendiri.
Salah satu pendatang yang makin lama makin banyak jumlah populasinya adalah pendatang yang berasal dari negeri-negeri Maghribi. Pendatang tersebut dinilai masih belum bisa beradaptasi. Mereka masih cenderung memegang dan melaksanakan budaya asli mereka yaitu Arab-Islam. Manfaat lain dari diberlakukannya Undang-Undang Laїcité 2004 adalah membantu pendatang asal negeri-negeri Maghribi untuk menyesuaikan diri dengan budaya sekuler Prancis, sebab sekolah negeri dapat memberikan "kekuatan akulturasi yang besar" pada anak-anak imigran.
Penelitian ini ditinjau dari dua sudut pandang, sudut pandang politik menggunakan teori Kepentingan Nasional dan sudut pandang budaya menggunakan teori Adaptasi Lintas Budaya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nico Kurniawan
"Salah satu faktor yang telah ditemukan secara konsisten berkorelasi dengan kebahagiaan adalah religiusitas. Di sisi lain, terdapat kelompok minoritas yang tidak terafiliasi dengan agama manapun, yaitu orang orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ateis atau agnostik. Penelitian sebelumnya menemukan beberapa inkonsistensi mengenai hubungan antara identitas religius, religiusitas dan kebahagiaan. Peneliti menduga hal ini dipengaruhi oleh faktor mediasi berupa kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara religiusitas, sekularisme, dan identitas beragama terhadap kebahagiaan ketika dimediasi oleh Kesepian. Sebanyak 171 partisipan berusia lebih dari 18 tahun telah mengisi seperangkat kuesioner online, yang terdiri dari PERMA Profiler, Central Religiosity Scale. Secular Belief Scale, dan Revised UCLA Loneliness Scale - 6. Hasil analisis menggunakan PROCESS simple mediation (Model 4) menunjukkan bahwa religiusitas merupakan prediktor positif dan signifikan untuk kebahagiaan. Namun kesepian tidak ditemukan memediasi hubungan ini. Selain itu juga ditemukan bahwa sekularisme dan identitas religius tidak dapat memprediksi tingkat kebahagiaan. Hasil penelitian ini memiliki banyak implikasi menarik yang dapat digunakan baik untuk pengembangan teori selanjutnya maupun aplikasi praktis.

One factor that has been found to consistently correlate with happiness is religiosity. On the other hand, there are minority groups who are not affiliated with any religion, namely people who identify themselves as atheists or agnostics. Previous research found some inconsistencies regarding the relationship between religious identity, religiosity and happiness. Researchers suspect that this is influenced by mediating factors in the form of loneliness. This research aims to understand the relationship between religiosity, secularism and religious identity on happiness when mediated by loneliness. A total of 171 participants aged over 18 years have filled out a set of online questionnaires, consisting of the PERMA Profiler, Central Religiosity Scale. Secular Belief Scale, and Revised UCLA Loneliness Scale - 6. The results of analysis using PROCESS simple mediation (Model 4) show that religiosity is a positive and significant predictor of happiness. However, loneliness was not found to mediate this relationship. Apart from that, it was also found that secularism and religious identity could not predict the level of happiness. The results of this research have many interesting implications that can be used both for further theoretical development and practical applications.."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahadi Karisma
"Sekularisme merupakan sebuah paham yang memisahkan agama dan negara. Perubahan kesadaran mengenai fakta komunitas religius yang masih mempertahankan tradisi aslinya, dan berperan aktif dalam masyarakat yang menganut sekularisme. Dalam karya tulis ini akan dibahas beberapa permasalahan, yaitu pandangan terhadap sekularisme saat ini dalam kehidupan demokrasi, pembaharuan keagamaan yang mendorong demokrasi di Indonesia, dan interpretasi para filsuf terhadap sekularisme dengan demokrasi liberal di Indonesia. Penelitian ini bersifat kualitatif, berbasis pada riset studi pustaka dengan menggunakan pendekatan interpretatif-analitis yang mengacu pada teori sekularisme. Hasil dari penelitian ini yaitu rakyat menghendaki adanya reformasi ketatanegaraan, karena beberapa orang menganggap sistem ketatanegaraan Indonesia mengandung bid’ah, dan harus segera direformasi melalui jalan ketauhidan yang dipimpin oleh Amin Rais. Beberapa kelompok menentang Pancasila dan paham nasionalis, karena akan menganggu ketauhidan dan dianggap sebagai paham sekularisme. Penentang paham ini adalah Agus Salim dan Mohammad Natsir yang dapat dibilang sebagai orang terdekat Presiden Soekarno. Mereka tidak setuju dengan paham nasionalisme, karena dianggap dapat menyekutukan Tuhan dan mereka menyerukan agama berbasis Islam. Selain itu, mereka juga tidak sepakat dengan Pancasila sebagai Ideologi negara, karena Pancasila merupakan sesuatu yang netral dan cenderung mengarah pada sekularisme.

Secularism is an understanding that separates religion and state. Changes in awareness about the fact that religious communities still maintain their original traditions, and play an active role in societies that adhere to secularism. In this paper, several issues will be discussed, namely the current view of secularism in democratic life, religious reforms that encourage democracy in Indonesia, and philosophers' interpretations of secularism with liberal democracy in Indonesia. This research is qualitative in nature, based on literature research using an interpretive-analytical approach that refers to the theory of secularism. The results of this study are that the people want constitutional reform, because some people consider the Indonesian constitutional system to contain heresy, and must be reformed immediately through the way of monotheism led by Amin Rais. Some groups oppose Pancasila and nationalist understanding, because they will disturb monotheism and are considered as secularism. Opponents of this understanding are Agus Salim and Mohammad Natsir who can be regarded as the closest people to President Soekarno. They do not agree with the notion of nationalism, because it is considered as partners with God and they call for an Islam-based religion. In addition, they also do not agree with Pancasila as the ideology of the state, because Pancasila is something that is neutral and tends to lead to secularism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>