Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnandito Duarsa
"Solanesol merupakan senyawa alkohol poliisoprenoid rantai panjang dengan sembilan unit isoprena yang banyak ditemukan pada tanaman Solanaceae. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat terutama dalam industri farmasi yaitu sebagai intermediet dalam sintesis senyawa seperti koenzim Q10, vitamin K2, dan sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antikanker, serta antiinflamasi. Namun, senyawa ini belum banyak yang dapat mengisolasi secara efektif sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukan metode separasi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan solanesol murni dari ekstrak daun tembakau melalui perlakuan pH dan proses pemisahan kromatografi kolom. Pelarut yang digunakan adalah petroleum eter dan etanol. Pengamatan dilakukan dengan memvariasikan tingkat keasaman pH 2, 3, dan 4, serta tinggi rasio kolom kromatografi 1:5 dan 1:10. Pada penelitian ini durasi pengeringan daun tembakau, suhu pengeringan daun tembakau, ukuran partikel daun tembakau, dan perbandingan pelarut yang digunakan pada daun tembakau dijaga dalam kondisi tetap. Analisis kuantitatif solanesol dilakukan dengan metode High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemisahan dengan variasi pH menghasilkan konsentrasi solanesol optimal pada pH 2 sebesar 102,78 mg/L dan pemisahan menggunakan kromatografi kolom didapatkan rasio optimal adalah 1:5 pada fraksi ke-4 dengan konsentrasi solanesol sebesar 11,35 mg/L.

Solanesol is a long chain polyisoprenoid alcohol compound with nine isoprene units which is commonly found in Solanaceae plants. This compound has various benefits, especially in the pharmaceutical industry, namely as an intermediate in the synthesis of compounds such as coenzyme Q10, vitamin K2, and as antibacterial, antifungal, antiviral, anticancer, and anti-inflammatory. However, not many of these compounds have been able to isolate effectively, so research is needed to determine an effective separation method. This study aims to obtain pure solanesol from tobacco leaf extract through pH treatment and column chromatography separation process. The solvents used were petroleum ether and ethanol. Observations were made by varying the acidity of pH 2, 3, and 4, as well as the high ratio of the chromatographic column 1:5 and 1:10. In this study, the duration of drying of tobacco leaves, drying temperature of tobacco leaves, particle size of tobacco leaves, and the ratio of solvents used in tobacco leaves were kept in constant conditions. The quantitative analysis of solanesol was carried out using the High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. Based on the research that has been done, the separation with variations in pH resulted in the optimal solanesol concentration at pH 2 of 102,78 mg/L and the separation using column chromatography obtained the optimal ratio of 1:5 in the fourth fraction with a solanesol concentration of 11,35 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahaya Azzahra Rahmadhani
"Favipiravir merupakan prodrug hasil modifikasi gugus pirazin dari senyawa T-1105 yang diberikan sebagai terapi COVID-19. Pada masa pandemi diperlukan teknik biosampling yang aman dan nyaman untuk subjek atau pasien. Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) merupakan teknik biosampling dengan volume darah yang kecil dan meminimalisasi efek hematokrit. Belum ada penelitian favipiravir dalam Volumetric Absorptive Microsampling menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Photodiode Array. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi metode analisis favipiravir dalam sampel VAMS menggunakan remdesivir sebagai baku dalam secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi−Photodiode Array. Analisis favipiravir dilakukan dengan menggunakan kolom C18 (Waters, Sunfire™ 5μm; 250×4,6 mm), volume injeksi 50 μL, laju alir 0,8 mL/menit, suhu kolom 30℃ pada panjang gelombang 300 nm. Pemisahan dilakukan menggunakan fase gerak asetonitril-asam format 0,2%-natrium dihidrogen fosfat 20 mM pH 3,5 dengan elusi gradien selama 15 menit. Preparasi sampel dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan 500 μL metanol dengan pengocokan vortex selama 30 detik, sonikasi selama 15 menit, dan sentrifugasi pada 10.000 rpm selama 10 menit. LLOQ yang didapatkan sebesar 0,5 μg/mL dan rentang kurva kalibrasi 0,5-160 μg/mL dengan koefisien korelasi 0,99825-0,99860. Metode yang dikembangkan telah memenuhi parameter validasi penuh yang dikeluarkan oleh Food and Drug Administration 2018

Favipiravir is a prodrug of T-1105 made by modifying the pyrazine group as a COVID-19 therapy. During the pandemic, a safe and comfortable biosampling technique is needed for the subject or patient. Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) is a biosampling technique with a small blood volume and minimum hematocrit effect. There has been no study to analyze favipiravir in VAMS using High-Performance Liquid Chromatography-Photodiode Array yet. The aims of this study were to develop and validate an analytical method for quantifying favipiravir in VAMS using High Performance Liquid Chromatography – Photodiode Array with remdesivir as an internal standard. Analysis of favipiravir was performed using a C18 column (Waters, Sunfire™ 5μm; 250 × 4.6 mm), with injection volume of 50 μL, flow rate 0.8 mL/min, column temperature 30 ℃, and wavelength 300 nm. The separation was conducted under gradient elution with mobile phase consists of acetonitrile-0.2% formic acid-20 mM sodium dihydrogen phosphate pH 3.5 and run time 12 minutes. Sample preparation was carried out using a protein precipitation method with 500 μL of methanol as precipitating agent. Samples were mixed on vortex for 30 seconds, sonicated for 15 minutes, and centrifuged at 10,000 rpm for 10 minutes. The LLOQ obtained was 0,5 μg/mL and the calibration curve ranged from 0,5 to 160 μg/mL with a correlation coefficient of 0.99825-0.99860. The method developed has succesfully met the full validation requirements by Food and Drug Administration 2018."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astria Deviyani Zakaria
"ABSTRAK

Turbinaria decurrens Bory merupakan salah satu rumput laut coklat yang tumbuh di perairan Indonesia yang telah diuji memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel Hela dan T47D. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan fukosantin dan potensi aktivitas sitotoksik dan selektifitas dari ekstrak dan fraksi T. decurrens pada sel line kanker kolon HCT-116 dan sel normal liver Chang, serta kandungan fukosantin dan fukosantinol dalam plasma darah hewan uji yang diinduksi azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS). Pengujian sitotoksik ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol T. decurrens menggunakan metode pengujian Cell Counting Kit-8 (CCK-8). Kandungan fukosantin pada ekstrak, fraksi T. decurrens dan plasma darah dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dan Liquid Chromatography - Mass Spectrometric (LC-MS). Ekstrak dan fraksi T. decurrens mengandung fukosantin dengan kandungan tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat. Pengujian CCK-8 menunjukkan bahwa ekstrak dan etil asetat selektif terhadap penghambatan pertumbuhan sel HCT-116 dan tidak menghambat sel Chang. Pada plasma darah hewan uji yang diinduksi AOM-DSS, kadar fukosantin lebih rendah dibandingkan kelompok hewan normal. Fukosantin diabsorbsi dan dimetabolisme menjadi fukosantinol. Spektrum plasma darah hewan uji pada pengujian menggunakan LC-MS menunjukkan adanya senyawa fukosantinol. Dari hasil penelitian, Turbinaria decurrens Bory merupakan agen yang potensial untuk antikanker kolon.


ABSTRACT

Turbinaria deccurrens Bory is one of many species of brown seaweed that grow in Indonesian marine that has been studied has cytotoxic activity on Hela and T47D cell line.  The aim of this study is for determine fucoxantin content, the potential of cytotoxic activity and selectivity of extract and fraction T. decurrens on colon cancer HCT-116 cell line and normal liver Chang cell line, examine the absorption of fucoxanthin and fucoxanthinol in blood plasma on animal induced by azoximethan (AOM) and dextran sodium sulphate (DSS). Cytotoxic assay of ethanolic extract, n-hexane, ethyl acetate and ethanolic fractions against HCT-116 using Cell Counting Kit-8 (CCK-8) assay.  Fucoxantin content in extract, fraction and blood plasma were analyzed using Reversed-Phase High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) and Liquid Chromatography - Mass Spectrometric (LC-MS) analysis. Extract and fraction of T. decurrens contain fucoxanthin with the higest content was in ethyl acetate fraction. CCK-8 assay showed that extract and ethyl acetate fraction has selectivity in inhibition the growth of HCT-116 but didn't inhibit Chang cell line. In blood plasma of animal induced by AOM-DSS, fucoxanthin level was lower than normal group. Fucoxanthin was absorbed and metabolized to fucoxanthinol. Spektrum of blood plasma animal tested, showed fucoxanthinol fragmen by LC-MS testing. Turbinaria decurrens can be potential for anticolon cancer agent.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T51888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Yuanita
"Tesis ini membahas tentang kajian analisis risiko berdasarkan NFPA59A-2009 dan kerangka kerja ISO 31000 pada fasilitas LNG Plant Arun untuk menentukan fasilitas mana saja yang dapat digunakan sebagai fasilitas Receiving Terminal dan Regasifikasi LNG serta mitigasi risikountuk mengurangi level risiko yang teridentifikasi dengan menggunakan safeguard. Fasilitas yang dikaji mulai dari proses unloading LNG ship yang berasal dari PT Tangguh, proses penyimpanan LNG, proses regasifikasi dan distibusi ke industri pupuk yang berada di Provinsi Aceh, yaitu PT Pupuk Iskandar Muda dan PT ASEAN Aceh Fertilizer.
Dalam kajian analisis risiko pada fasilitas regasifikasi LNG Arun ini, menggunakan standar keselamatan NFPA59A-2009 dan kerangka kerja ISO 31000 dengan kriteria kajian risiko dibagi menjadi dua, yaitu nilai probabilitas dan nilai konsekuensi. Faktor probabilitas mengacu pada pedoman ConocoPhillips OPR-OM-PR-00048 Onshore RBI Methodology, meliputi beberapa hal yaitu, korosi, kondisi operasi, gangguan pihak lain (third party) dan catatan historis kecelakaan. Sedangkan nilai konsekuensi meliputi konsekuensi terhadap safety (keselamatan), environment (lingkungan), financial dan reputation dari perusahaan.
Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko merupakan serangkaian proses yang akan diterapkan pada pengkajian tingkat risiko ini. Selain itu juga digunakan risk management tool berupa simulasi monte carlo dan perangkat lunak Random Number Generation Simulator beserta Risk Matrix. Kedua alat tersebut mampu menggambarkan tingkat level risiko dari semua risiko yang telah diidentifikasi.

The focus of this study is the risk analysis based on NPFA59A-2009 and ISO 31000 framework at Arun LNG Plant to determine which facility can be utilize as the receiving terminal and regasification facility, and the risk mitigation used to reduce the identified risk level using safeguard. The study covers from the LNG ship unloading process from PT Tangguh, LNG storage process, regasification process to distribution to the fertilizer industry in Aceh, which is PT Pupuk Iskandar Muda and PT ASEAN Aceh Fertilizer.
This risk analysis study on Arun LNG regasification facility uses NFPA 59A-2009 as safety standard and ISO 31000 framework, and the risk study criteria divided by two, probability and consequence value. Probability factors refer to ConocoPhillips OPR-OM-PR-00048 Onshore RBI Methodology, which covers such as corrosion, operating condition, third party interference, and accident historical records, while the consequence value covers consequence to safety, environment, financial, and reputation of the company.
Identification, assesment, and control of risk are series of processes applied on this risk level study. The study also used risk management tool like Monte Carlo simulation and Random Number Generation Simulator software and risk matrix. Those tools can describe the risk level from all of the identified risk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nuriansyah
"Solanesol adalah alkohol terpen alifatik yang terdiri dari sembilan unit isoprene dan ditemukan pada tanaman Solanaceae seperti tembakau (Nicotiana tabacum). Kandungan vitamin K dan koenzim Q10 pada solanesol memiliki berbagai manfaat seperti sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan sifat anti-mikrobial. Solanesol memiliki rantai karbon C45, dan sejauh ini masih sulit untuk di sintesis. Oleh karena itu banyak peneliti masih menggunakan ekstraksi untuk memperoleh solanesol. Seiring perkembangan teknologi, metode ekstraksi modern seperti ekstraksi berbantuan gelombang mikro diperkenalkan untuk menawarkan ekstraksi dalam waktu yang lebih singkat dengan kebutuhan pelarut yang lebih sedikit. Dalam ekstraksi solanesol dengan metode ekstraksi berbantuan gelombang mikro, terdapat beberapa parameter yang dapat menentukan efektivitas hasil ekstraksi diantaranya adalah durasi ekstraksi, daya gelombang mikro, dan rasio umpan per pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum metode ekstraksi berbantuan gelombang mikro untuk mengekstraksi solanesol dari daun tembakau dengan variabel bebas berupa rasio umpan per pelarut 0,15; 0,25 dan 0,35 gr/ml, durasi ekstraksi 0,5; 1 dan 1,5 menit serta daya gelombang mikro sebesar 200, 400 dan 600 Watt. Analisis yang dilakukan dengan HPLC untuk mengevaluasi kandungan solanesol yang terekstraksi melalui pengaruh kadar air, durasi ekstraksi dan daya gelombang mikro. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstraksi solanesol paling optimal dengan metode ekstraksi berbantuan gelombang mikro pada daya gelombang mikro 200 Watt, rasio umpan per pelarut 0,25 gr/ml dan durasi 1,5 menit dengan berat kering solanesol sebesar 1,3% (b/b).

Solanesol is an aliphatic terpene alcohol consisting of nine isoprene units, mainly found in Solanaceae plants such as tobacco (Nicotiana tabacum). The content of vitamin K and coenzyme Q10 in solanesol has various benefits such as antioxidant, anti-inflammatory, and anti-microbial properties. Solanesol has a C45 carbon chain, and so far it is still difficult to synthesize. Therefore, many researchers still use extraction technique to obtain solanesol. As technology develops, modern extraction methods such as microwave-assisted extraction (MAE) are introduced to offer shorter durations with less solvent requirements. In the extraction of solanesol with the MAE method, there are several parameters that can determine the effectiveness of the extraction result such as duration, microwave power and feed per solvent ratio. This study aims to obtain the optimum conditions for the MAE method for extracting solanesol from tobacco leaves with independent variables such as feed per solvent ratio 0,15; 0,25 and 0,35 gr/ml, duration of 0,5; 1 and 1,5 minutes and microwave power of 200, 400 and 600 Watts. The analysis that will be carried out is by using HPLC to evaluate the extracted solanesol content through the effect of feed per solvent ratio, duration and microwave power. Based on the research that has been done, it was found that the most optimal solanesol extraction using the MAE method was at 200 Watt microwave power, the feed per solvent ratio of 0.25 gr/ml and a duration of 1.5 minutes with solanesol dry weight of 1,3% (w/w)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Fandi
"Studi penelitian ini menjelaskah perkembangan dari metode langsung
dan-cepat yang berbasiskan kromatografi dan spektroskopi dalam
mengidentifikasi dan menganalisis minyak tanah dalam minyak solar.
Penelitiaan ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi minyak opiosan berikut komposisi
campuran dari bahan bakar minyak solar dan minyak tanah yang menjadi
BBM pencampurnya.
Metode ini didasarkan pada pengolahan data karakteristik dari minyak
tanah dan minyak solar yang merupakan hasil dari penggunaan instrumen
kromatografi gas dan spektrofotometri UV-Vis yang berupa kromatogram dan
spektra absorpsi.
Spektrum absorbsi menjelaskan secara kualitatif keberadaan minyak
tanah dalam suatu sampel minyak opios pada Amax651 nm. Pada uji aplikasi
dari kedua sample (A dan B) diperoleh kadar minyak tanah adalah 30% (A)
dan 40% (B), sedangkan Kromatogram yang dialurkan tinggi-tinggi pea/cnya
menjelaskan karakteristik dari minyak tanah dan minyak solar yang masing-
/
masing dapat diketahui dari peak Cn dan C21.
Hasil kalibrasi dari Peak Qn didapatkan bahwa kandungan konsentrasi
minyak tanah pada kedua sampel pada uji aplikasi masing-masing sebesar 40%, sedangkan konsentrasi minyak solar dari normallsasi peak C21
diperoieh masing-masing sebesar 63,1% dan 67,3%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Fathi
"Pembatasan penggunaan daun tembakau kering untuk produksi rokok harus disertai dengan adanya pengembangan produk alternatif non-rokok yang berbahan dasar daun tembakau. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan kandungan senyawa nikotin yang telah diisolasi pada daun tembakau. Nikotin diisolasi dari ekstrak daun tembakau menggunakan metode kromatografi kolom dengan variasi rasio campuran petroleum eter dan etanol sebagai fasa gerak, dimulai dari 8:2, 6:4, 4:6, 2:8, hingga 0:10. Fraksi hasil dari setiap rasio yang berhasil didapatkan, kemudian diuji secara kualitatif dengan menggunakan kromatografi lapis tipis KLT serta secara kuantitatif dengan instrumen HPLC. Proses kromatografi yang dilakukan mampu mengisolasi 4,006 senyawa nikotin dari nilai awal sebesar 4,19 . Didapatkan pula bahwa senyawa etanol baik untuk digunakan dalam mengisolasi nikotin yang terdapat dalam ekstrak daun tembakau.

Restrictions on the use of dried tobacco leaf for cigarette production must be accompanied by the development of non cigarette alternative products that are made from tobacco leaves. One of the alternatives that can be done is to use the nicotine compound that is isolated from tobacco leaf extract. Nicotine is isolated using column chromatography method with the variation of mobile phase mixture petroleum ether and ethanol, started from 8 2, 6 4, 4 6, 2 8, to 0 10. All of the chromatographic fraction from each mobile phase rsquo s ratio is then tested qualitatively using thin layer chromatography TLC and also quantitatively using HPLC instrument. The column chromatography process can isolate 4.006 of nicotine compound from 4.19 tobacco leaf extract rsquo s nicotine. It is also known that ethanol is good to be used as chromatography rsquo s mobile phase for nicotine isolation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Carissa
"Solanesol merupakan senyawa alifatik rantai panjang yang bisa ditemukan pada tumbuhan famili Solanaceae. Di antara golongan famili Solanacea solanesol paling banyak ditemukan di daun tembakau dan memiliki berbagai manfaat diantaranya sebagai senyawa intermediet pembentukan ko-enzim Q10, vitamin K2, dan sinigiser agen antikanker N-solanesyl-N,N’-bis(3,4-dimethoxybenzyl) ethylenediamine (SDB). Kebutuhan solanesol dengan kemurnian tinggi pada bidang farmasi terus meningkat menandakan kebutuhan optimasi dari teknik ekstraksi senyawa tersebut dari bahan baku. Teknik ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi berbantuan gelombang mikro dan maserasi. Gelombang mikro menyebabkan terbukanya dinding sel dan dengan maserasi melarutkan senyawa solanesol dengan di dalam pelarut non-polar yang memiliki kelarutan yang sama dengan solanesol. Tembakau diberikan praperlakuan dengan oven dan MAE kemudian di maserasi dengan heksana:etanol ataupun PE:etanol. Dari penelitian ini didapatkan kondisi maserasi optimum untuk mengekstraksi solanesol dari daun tembakau adalah dengan pelarut PE:Etanol dengan perbandingan 3:2 dan dengan durasi 6 jam.

Solanesol is a long-chained aliphatic that can be found in Solanaceae family plants. This compound is found in tobacco leaves and has multiple functions especially in biomedical field. Solanesol is mostly used as intermediate compound to form Q10 co-enzyme, vitamin K2, and anticancer synergizer agent N-solanesyl-N,N’-bis(3,4-dimethoxybenzyl) ethylenediamine (SDB). With the need of pure solanesol raising, optimization of extraction process is needed. This research uses two extraction methods which are microwave assisted extraction (MAE) and maceration. MAE helps the lysis of molecular walls and with maceration the solanesol will be extracted into the non-polar solvent which has the same solubility as solanesol. Tobacco is pretreated with oven and MAE continued by maceration by hexane:ethanol or PE:Ethanol. From this research, it is found that optimum maceration condition to extract solanesol from tobacco leaves is using PE:Ethanol with the ratio of 3:2 for 6 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sary Nur Natalia
"Meropenem merupakan suatu derivat dimetilkarbamoil pirolidinil dari tienamisin yang mempunyai spektrum luas, efektif untuk bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif. Diperlukan metode yang sederhana dan ekonomis agar diperoleh kondisi optimum untuk pemantauan kadar meropenem dalam darah. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi dan validasi metode analisis meropenem dalam plasma in vitro secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor UV-Vis. Pemisahan menggunakan kolom Kromasil®, 100-5C18, (5 µm, 4,6 x 250 mm) dengan fase gerak isokratik yang terdiri dari metanol - 0,05 M natrium dihidrogen fosfat pH 7,0 (20:80, v/v). Laju alir 0,8 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 298 nm. Sebagai baku dalam digunakan imipenem. Sampel plasma (100µL) diekstraksi menggunakan asetonitril dengan perbandingan yang sama (1:1) kemudian dik°Cok dengan vorteks selama 90 detik dan disentrifugasi pada kecepatan 10000 rpm selama 15 menit. Metode ini linear pada rentang 0,5 - 80 µg/ml dengan r = 0,9999. Nilai LLOQ yang diperoleh 0,5 µg/ml. Nilai %diff dan koefisien variasi (KV) untuk akurasi dan presisi intra hari dan antar hari selama 2 hari tidak lebih dari 15% dan tidak lebih dari 20% pada konsentrasi LLOQ. Nilai perolehan kembali absolut dari meropenem sebesar 81 - 89%. Pada uji stabilitas, meropenem stabil dalam plasma pada suhu -20°C dan -70°C selama 14 hari.

Meropenem is a derivative of the pyrrolidinyl dimetilkarbamoil tienamisin having broad spectrum, effective for Gram-positive and Gram-negative bacteria. Required a simple and economical method to obtain the optimum conditions for the monitoring of meropenem levels in the blood. In this research, optimization and validation of methods of analysis of meropenem in plasma in vitro by high performance liquid chromatography (HPLC) with UV- Vis detector. Separation using column Kromasil®, 100-5C18, (5 μm, 4.6 x 250 mm) with an is°Cratic mobile phase consisting of methanol - 0.05 M sodium dihydrogen phosphate pH 7.0 (20:80, v/v) . Flow rate of 0.8 mL/min and detected at a wavelength of 298 nm. As internal standard uses imipenem. Plasma samples (100 µL) was extracted using acetonitrile with the same ratio (1:1) and then shaken with a vortex for 90 seconds and centrifuged at a speed of 10000 rpm for 15 minutes. The method is linear in the range of 0.5 to 80 µg/mL with r = 0.9999. LLOQ values obtained 0.5 µg/mL. % diff values and coefficient of variation (CV) for accuracy and precision intra day and interday for 2 days no more than 15% and not more than 20% at the LLOQ concentration. Absolute recovery values of meropenem by 81 - 89%. In the stability test, meropenem is stable in plasma at a temperature of -20°C and -70°C for 14 days."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Givon Fatakhul Khisan
"Solanesol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan absorpsi radikal bebas yang kuat dan sebagai bahan baku intermediat koenzim Q10. Solanesol umumnya ditemukan di tanaman solanaceous. Daun tembakau termasuk tanaman yang mengandung sumber solanesol terbanyak. Sintesis berbantuan ultrasonik (UAE) meningkatkan rendemen ekstrak melalui reduksi waktu proses, temperatur rendah, dan penggunaan pelarut yang aman. Penelitian ini mengevaluasi kelayakan investasi dari pabrik produksi solanesol dari daun tembakau sebagai bahan baku intermediat koenzim Q10. Pabrik akan dibangun di daerah Temanggung dengan masa usia proyek 15 tahun dan ditargetkan mampu memenuhi 1% market share di Asia Pasifik. Penelitian ini membandingkan tiga alur skenario proses ekstraksi solanesol, yaitu UAE Skenario 1, UAE Skenario 2, dan Soxhlet. Perangkat lunak SuperPro Designer digunakan untuk mensimulasikan proses produksi sehingga diperoleh data neraca massa, energi, dan parameter keekonomian. Simulasi menunjukkan produksi solanesol dengan metode ekstraksi UAE Skenario 1 pada daun tembakau sebagai skenario terbaik dengan nilai konversi 2,3% dan parameter profitabilitas berupa NPV, IRR, PBP, dan ROI sebesar USD 25.764.000, 34,45%, 2,20 tahun, dan 45,49% secara berurutan pada harga jual solanesol sebesar USD 2100/kg. Alternatif lain dengan metode UAE Skenario 2 dan Soxhlet memiliki nilai konversi tertinggi dan terendah, yaitu masing – masing 2,5%, dan 2,17%, dengan nilai parameter profitabilitas positif

Solanesol has high antioxidant activity and strong free radical absorption, and serves as an intermediate raw material for coenzyme Q10. Solanesol commonly found in solanaceous plants. Tobacco leaves are the highest source of solanesol. Ultrasonic-assisted extraction (UAE) increases the extract yield through reduce process time, low temperature, and using safe solvents. This study evaluates economic feasibility in solanesol production plant from tobacco leaves. The plant will be built in the Temanggung city with a project lifespan of 15 years and aims to achieve a 1% market share in the Asia Pasific region. This research compares three process extraction scenarios for solanesol: UAE Scenario 1, UAE Scenario 2, and Soxhlet. The SuperPro Designer software is used to simulate the production process, obtaining data on mass and energy balance, and economic parameters. The simulation shows that solanesol production using UAE Scenario 1 is the best scenario, with a conversion rate of 2,3% and profitability parameters such as NPV, IRR, PBP, and ROI of USD 25.764.000, 34,45%, 2,20 years, and 45,49% respectively, at solanesol selling price of USD 2.100/kg. Meanwhile, UAE Scenario 2 and Soxhlet methods has the highest and lowest conversion rates at 2,5% and 2,17% respectively, with positive profitability parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>