Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Daffa Fachturrohman
"Dari hasil pemodelan kebutuhan dan pasokan LPG tahun 2015 – 2050 (RUEN, 2017) didapatkan bahwa angka impor LPG akan ditekan melalui pemanfaatan bahan bakar jenis lain, yaitu dimethyl ether (DME) dan Jaringan gas kota (jargas). Eksperimen ini membahas tentang pengujian flame dari Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan salah satu energi yang dibutuhkan masyarakat, yaitu Liquefied Petroleum Gas (LPG). Eksperimen ini menggunakan analisa studi eksperimental menggunakan Bunsen burner, dalam hal ini penulis mengukur nyala api yang dihasilkan dari Dimethyl Ether (DME) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang didukung dari LEMIGAS sebagai pembimbing dan juga dukungan gas Dimethyl Ether itu sendiri. Terdapat beberapa variabel yang diteliti pada skripsi ini, yaitu variasi dari nozzle dan juga variasi dari flow rate gas. Hasil penilitian ini menghasilkan karakteristik api Dimethyl Ether (DME) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang baik dengan pengukuran tinggi nyala api yang diukur dengan thermocouple tipe-K, temperatur nyala api, warna nyala api, dan luas nyala api yang diukur menggunakan software ImageJ yang didapat dari hasil foto dengan menggunakan kamera. Didapat bahwa tren alur temperatur dari kedua gas sangat berkaitan dengan flowrate yang diberikan oleh rotameter kedua gas.

From the results of modelling the demand and supply of LPG for 2015 – 2050 (RUEN, 2017) it was found that the number of LPG imports will be suppressed with other types of fuel, namely dimethyl ether (DME) and Jaringan Gas Kota (Jargas). This experiment discusses the flame testing of Dimethyl Ether (DME) which will replace one of the energies needed by the community, namely Liquefied Petroleum Gas (LPG). This experiment uses an analysis of experimental studies using a Bunsen burner, in this case the author measures the flame produced from Dimethyl Ether (DME) and Liquefied Petroleum Gas (LPG) which is supported by LEMIGAS as a guide and supports Dimethyl Ether gas itself. There are several variables studied in this thesis, namely the variation of the nozzle and the variation of the gas flow rate. The results of this study resulted in good fire characteristics of Dimethyl Ether (DME) and Liquefied Petroleum Gas (LPG) by measuring the flame height as measured by a K-type thermocouple, flame temperature, flame colour, and flame area measured using ImageJ software. obtained from the photos using the camera. It was found that the trend of the temperature flow of the two gases was closely related to the flowrate given by the rotameter of the two gases.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesta Anggarani
"

Dimethyl Ether (DME) adalah energi alternatif yang memiliki sifat dan karakteristik mirip dengan Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang telah banyak diteliti sebagai bahan bakar untuk berbagai aplikasi. Dalam kaitannya dengan kondisi di Indonesia dimana saat ini impor LPG telah meningkat sangat pesat terutama untuk memenuhi kebutuhan sektor rumah tangga, penelitian untuk mengetahui karakteristik pembakaran terutama pada pembakaran difusi DME dibandingkan dengan LPG menjadi sangat penting. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik nyala api difusi terutama Wobbe Index, stabilitas nyala api, Tinggi Api (Flame Height , FH) dan Beban Pembakaran (Burning Load, BL) yang dihasilkan oleh bahan bakar DME serta campuran LPG-DME dibandingkan dengan LPG, serta pengaruh parameter jet velocity aliran bahan bakar. Eksperimen yang dilakukan menggunakan burner yang didesain khusus untuk memperoleh variasi kecepatan jet dan pengaruh bahan bakar yang digunakan. Uji kinerja menggunakan kompor mini juga dilakukan untuk membandingkan FH, temperatur nyala api, dan efisiensi penggunaan bahan bakar DME terhadap LPG. Hasil yang dicapai yaitu perbedaan karakter pembakaran LPG dan DME terutama untuk parameter Wobbe Index dan stabilitas nyala api yaitu Blow Out dan Lift Off dapat didekati dengan pencampuran DME ke dalam LPG hingga maksimum komposisi DME 23% massa dan pada rentang fuel jet velocity 10 m/s – 34 m/s. Nilai optimum ini diperoleh pada kondisi eksperimen dengan burner tipe cylindrical dan pada diameter nosel  2,5 mm. FH  yang setara antara DME dengan LPG dicapai pada rentang uf  = 3,5 m/s – 6,3 m/s saat df  = 4,5 mm untuk DME dan df  = 2,5 mm untuk LPG, serta pada rentang uf  = 5,3 m/s – 10,8 m/s saat df  = 5,0 mm untuk DME dan df  = 3,0 mm untuk LPG. BL yang setara antara DME dengan LPG dicapai pada uf lebih kecil dari 0,5 m/s untuk semua diameter nosel. Uji kinerja pada kompor mini menghasilkan efisiensi penggunaan bahan bakar DME yang lebih tinggi, yaitu ketika pengatur air entrainment pada posisi close 1 sebesar 64,5% dan close 2 sebesar  67,9%, dibandingkan dengan LPG pada posisi open sebesar 62,5%. 


Dimethyl Ether is one of the promising alternative energy to substitute Liquefied Petroleum Gas (LPG) considering its similarity on properties and behavior to LPG. Indonesia currently import huge amount of LPG, mainly for energy in household purpose. Considering the potentiality of DME to substitute LPG especially for household purposes which basically works in atmospheric diffusion combustion, it is very important to study the comparison of LPG and DME in the field of diffusion combustion characteristics. This study aim to compare diffusion flame characteristics of DME, LPG, and the blends of DME mixed LPG with DME composition of 10%, 20%, 30%, 40% and 50%. The characteristics being investigated are Wobbe Index, flame stability, Flame Height (FH) and Burning Load (BL) under the effect of fuel jet velocity (uf), which performed by a series of experiments in laboratory. The experiments were done using a specially designed cylindrical burner to get the variation of fuel jet velocity. The results show that the difference of Wobbe Index and flame stability represented by Lift Off (LO) and Blow Off (BO) between DME and LPG can be improved by blending DME into LPG at optimum composition of 23% weight and  is achieved at the range of uf from 10 m/s to 34 m/s. This optimum condition is achieved using cylindrical burner with  nozzle diameter (df) 2.5 mm. The equality of  FH between DME and LPG is achieved at the range of ufrom  3.5 – 6.3 m/s at df = 4.5 mm for DME and df = 2.5 mm for LPG,  and at the range of ufrom 5.3 – 10.8 m/s at df = 5.0 mm for DME and df = 3.0 mm for LPG. The equality of BL between DME and LPG is achieved at uf lower than 0,5 m/s at all nozzle diameter. Performance test on mini stove shows that DME can achieve higher fuel efficiency than LPG at different air entrainment setting, where DME achieved  fuel efficiency of 64.5%, at position of air entrainment close 1 and 67.9% at position of close 2, compare to LPG with fuel efficiency of 62.5% at position of air entrainment open.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buditama Nugraha Mirza
"Eksperimen flame lift-up dilakukan pada Bunsen burner berdiameter 15 mm dengan bluff body berbentuk rod dari tembaga. Diameter rod yang dipakai dalam eksperimen adalah 4, 6, dan 8 mm. Posisi rod ke burner divariasikan dalam tiga posisi, 20, 25, dan 30 mm. Bahan bakar yang digunakan adalah gas LPG dengan komposisi massa propana 53 % dan butana 47%. Eksperimen ini dilakukan pada lima variasi flowrate fuel dengan range 0.0036 – 0.0085 l/s. Pengambilan data dilakukan dengan merekam fenomena dalam ruangan gelap menggunakan kamera SLR Canon EOS 60DA dengan spesifikasi video 50 fps dan kualitas gambar 1280 x 720 pixel. Parameter yang diukur adalah stabilitas api, kecepatan lompat api (flame speed), dan tinggi nyala api yang paling terang (luminous flame height).
Hasil Eksperimen menunjukkan bahwa luasan kurva kestabilan lift-up pada Fuidge diagram sedikit menurun dengan bertambahnya ukuran diameter rod. Nilai kecepatan lompat api bertambah seiring dengan kenaikan flowrate fuel, dengan rod 8 mm mengalami pertambahan kecepatan yang paling drastis. Kecepatan yang paling tinggi pada eksperimen berada dalam kisaran 1.2 m/s. Nyala Api yang paling tinggi terdapat pada rod 4 mm di semua kondisi dan semakin menurun dengan bertambahnya ukuran diameter rod. Nyala api yang paling tinggi dalam eksperimen adalah 29.61 mm.

Flame lift-up experiment performed on a Bunsen burner with a diameter of 15 mm rod-shaped bluff body of copper. Diameter rod used in the experiments were 4, 6, and 8 mm. Burner rod position to be varied in three positions, 20, 25, and 30 mm. The fuel used is LPG gas with mass composition of 53% propane and 47% butane. The experiment performed on five variations of the fuel flowrate range 0.0036 - 0.0085 l/s. Data were collected by recording the phenomenon in a dark room using a Canon EOS 60DA SLR camera with 50 fps video specification and picture quality of 1280 x 720 pixels. Parameters measured were flame stability, flame speed, and luminous flame height.
Experimental results show that the area of lift-up stability curve on the Fuidge diagram slightly decreased with increasing rod diameter size. Flame speed increases with rising fuel flowrate, with 8 mm rod experiencing the most drastic increase in the rate. The highest speed in the experiment are in the range of 1.2 m / s. Flames are the highest in the rod 4 mm in all conditions and it’s decreases with increasing rod diameter size. The most high flame in the experiment is 29.61 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Yusuf Renata
"Fenomena reattachment flame adalah peristiwa berpindahnya pangkal nyala api dari jarak tertentu diatas ujung burner kembali berada di ujung burner . Fenomena reattachment flame dapat terjadi apabila kecepatan nyala api laminar lebih besar dibandingkan kecepatan aliran lokal. Pada penelitian ini dilakukan pencampuran udara dan bahan bakar terlebih dahulu pada burner (premixed flame), bahan bakar yang digunakan adalah campuran propana 53% dan butana 47%. Rod flame holder bermaterial tembaga digunakan sebagai penyangga nyala api diatas ujung burner dengan tiga variasi ukuran diameter, yaitu 4 mm, 6 mm, dan 8 mm.Selain itu divariasikan pula posisi rod flame holder dari ujung burner dengan jarak 20 mm, 25 mm, dan 30 mm. Pangkal nyala api dikondisikan berada pada flame holder (flame lift-up) dan kemudian suplai aliran udara dikurangi sehingga pangkal nyala api kembali berada di ujung burner . Terdapat perbedaan kestabilan nyala api, tinggi nyala api, dan kecepatan reattachment apabila diameter rod flame holder dan jarak rod flame holder dari ujung burner divariasikan. AFR terjadinya reattachment lebih tinggi pada ukuran diameter rod flame holder yang lebih kecil, dengan Burning Load 2.321 MW/m2 pada jarak rod flame holder 20 mm dari ujung burner AFR4mm = 38.06, AFR6mm = 37.957, AFR8mm = 37.439. Rasio ekivalen terjadinya fenomena reattachment lebih kecil pada ukuran diameter rod flame holder yang lebih kecil sehingga tinggi nyala apinya lebih besar, dengan Burning Load 2.321 MW/m2 pada jarak rod flame holder 20 mm dari ujung burner Lf4mm = 9.645 mm, Lf6mm = 6.667 mm, Lf8mm = 4.116 mm. Sementara itu kecepatan reattachment berbanding lurus dengan kecepatan nyala api yang sangat dipengaruhi oleh pola aliran dan efesiensi difusi termal dan masa diatas rod flame holder.

Flame reattachment phenomenon is an occurrence of flame base movement from certain distance above burner tip back to burner tip. F lame reattachment phenomenon can occur when the laminar flame speed is greater than the local flow velocity. In this research, air and fuel is premixed in the burner (premixed flame), the fuel contains 53% propane and 47% butane by mass.Cylindrical cooper rod is used as flame holder with three variation diameter, i.e. 4 mm, 6 mm, and 6 mm .Beside that, rod flame holder position from burner tip are also variated from 20 mm, 25 mm, to 30mm, F irst, the flame base is conditioned to be located on the flame holder (flame lift-up) and then the air flow is reduced so the flame base will move back to burner tip. There are differences in flame reattachment stability, flame height just before reattachment occurs, and reattachment speed when rod flame holder diameter and its distance from burner tip is varied. The AFR is higher when reattachment occurs in smaller rod flame holder diameter, with Burning Load = 2.321MW/m2 when the distance of rod flame holder is 20 mm from burner tip AFR4mm = 38.06, AFR6mm = 37.957, AFR8mm = 37.439. The equivalence ratio of reattachemnt phenomenon is lower when the rod flame holder diameter is smaller, so the flame height is higher, with Burning Load = 2.321MW/m2 when the distance of rod flame holder is 20 mm from burner tip Lf4mm = 9.645 mm, Lf6mm = 6.667 mm, Lf8mm = 4.116 mm. Meanwhile, reattachment flame speed is proportional to the laminar flame speed that is mainly influenced by the flow pattern and thermal and mass diffusion effeciency above the rod flame holder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Aulia
"LPG (Liquefied Petroleum Gas) merupakan bahan bakar yang digunakan untuk sektor rumah tangga di Indonesia. Setelah program konversi dari penggunaan minyak tanah ke LPG secara masif untuk sektor rumah tangga pada tahun 2008, permintaan akan LPG meningkat hingga dua kali lipat dan lebih dari 50% kebutuhan dalam negeri merupakan impor. Sumber energi alternatif dibutuhkan untuk bisa mensubstitusi LPG sebagai bahan bakar sektor rumah tangga guna mengurangi angka impor LPG yang sudah mencapai 70%. Dimetil Eter (DME) merupakan bahan bakar yang memiliki sifat yang mirip dengan LPG sehingga dapat digunakan secara langsung dalam menggantikan LPG dengan sedikit modifikasi. Selain dari pada itu, DME dapat diproduksi dari bahan baku yang terbarukan seperti biomassa dan batubara yang tersedia cukup melimpah di Indonesia. Dalam tahapan aplikasinya sebagai bahan bakar adalah dengan mencampurkannya dengan LPG. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik nyala api pembakaran difusi gas (Jet diffusion flame) dari bahan bakar LPG, DME dan campurannya (LPG mix DME) pada burner tipe barel. Persentase variasi campuran DME dalam LPG yang digunakan adalah 10%,20%,30%,40% dan 50% berat campuran. Pengujian dilakukan menggunakan burner tipe barel dengan diameter lubang nosel 2,5 mm. Seluruh hasil pengujian dikomparasi dengan LPG sebagai bahan bakar referensi. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik nyala api untuk tinggi api (Hf) dan panjang api (Lf) keduanya menurun seiring dengan kenaikan persentase komposisi campuran DME dalam LPG. Karakteristik nyala terangkat (lifted flame) juga mengalami penurunan ketika dibandingkan antara LPG dengan DME namun perbedaannya tidak terlalu jauh untuk keseluruhan campuran. Karaktersitik stabilitas nyala api yang dinyatakan dengan fenomena kecepatan blow-off dan lift off disajikan dalam tulisan ini. Beban pembakaran menunjukkan terjadi penurunan seiring dengan penambahan persentase campuran DME dalam LPG, hal ini berkaitan dengan nilai kalor bahan bakar DME yang lebih rendah sekitar 40% dari LPG.

Currently, Liquefied Petroleum Gas (LPG) is the main energy source used in household sector in Indonesia. After the mega conversion project from kerosene to LPG in 2008, the demand of LPG raised in to a double and more than 70% of it fulfilled by import. It is very crucial to find other alternative energy to substitute LPG for household sector. Dimethyl Ether (DME), is a fuel that has similar characteristics to LPG so it can be used in LPG supply chain with minor change. More than that, DME can be produced from coal and renewable feedstock such as biomass which is available abundantly in Indonesia. To introduce the use of DME in current household appliances, we consider applying this fuel in mixture with LPG. This study aimed to investigate jet diffusion flame characteristics of DME and its mixture with LPG with DME concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50% by weight. The experiment was conducted on barrel type burner. A burner tip with centered hole with diameter 2.5 mm is functioned as fuel injector. All of the result is compared to LPG as reference. The results show that the flame characteristic in term of flame height (Hf) and flame length (Lf) both are decline with the increasing of DME composition in the mixture with LPG. The lifted flame is also decline when comparing LPG to DME but only differ slightly between all mixtures. Blow off and lift off phenomena is presented. Burning load is decline with the increasing of DME composition relates with the calorific value of DME which is 40% lower than LPG."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rinaldi Hasan
"Bentuk aliran pada reaksi pembakaran dapat dibedakan menjadi 3, yakni aliran searah (cross-flow), aliran pararel (parallel-flow) dan aliran berlawanan (counterflow). Tiap aliran ini dapat menghasilkan karakteristik dan stabilitas yang berbeda pada suatu nyala. Dewasa ini, dilakukan berbagai penelitian mengenai aliran paralel (parallel-flow) dan aliran berlawanan (counter-flow) sebagai pengembangan ilmu teknik pembakaran untuk mendapatkan karakteristik, efisiensi kalor dan stabilitas nyala pada perancangan suatu alat pembakar. Dengan mendapatkan data-data dari hasil penelitian, maka dapat dilakukan pemilihan jenis aliran yang tepat untuk dapat diaplikasikan pada suatu alat pembakar. Nyala pada suatu reaksi pembakaran dibagi menjadi 2, yakni nyala premix dan nyala difusi. Nyala premix merupakan nyala yang dihasilkan dengan Konfigurasi api yang dihasilkan pada kedua nyala ini pun berbeda. Pada penelitian ini, penulis menggunakan propana (90%) sebagai bahan bakar dan udara dari kompresor sebagai oksidan dalam melakukan pengujian stabilitas nyala difusi pada medan aliran berlawanan (counter-flow). Parameter yang digunakan pada penelitian ini yakni jarak nosel dan pengaruh letak vortex generator pada nosel. Pengujian dilakukan dengan variasi jarak nosel (L/D) 50, 45, dan 40 mm dengan variasi jarak vortex generator pada nosel 0 dan 36 mm. Hasil pengujian menunjukan bahwa semakin pendek jarak nosel maka semakin tinggi kestabilan yang didapat pada nyala dengan variasi jarak vortex generator pada nosel. Nilai tertinggi dihasilkan pada saat (L/D) = 40 dan jarak vortex generator pada nosel = 0 yang ditunjukkan dengan nilai kecepatan udara (Vu) = 0,1114 m/s. Peningkatan nilai kestabilan nyala ditandai dengan kenaikan kecepatan udara (Vu) pada kecepatan bahan bakar (Vf) tertentu hingga nyala padam (extinct).

Form of flow at distinguishable combution reaction divided in three, namely crossflow, parallel-flow and counter-flow. Every this flow can yield characteristic and different stability flame at a particular burning. Today, there are many research in parallel-flow and counter-flow done as development of combution engineering science to find characteristic, calories effieciency and flame stability in burner design. By getting researchs results data hence can be done election of correct flow types for applicated in a burner. Flame at a reaction of combustion divided in two, namely premix flame and diffusion flame. Flame configuration and characteristic that yielded at each flame also different. At this research of writer apply, used propane (90%) as fuel and air from compressor as oxidant in doing research of stability diffusion flame at dislocation stress field with counter-flow. Parameter which applied at this research influenced nozzle distance and vortex generator at nozzle. Assaying done with various nozzle distance (L/D) 50, 45, and 40 mm with various distance vortex generator at nozzle of 0 and 36 mm. Results of research showed that progressively short distance nozzle hence stability excelsior which got at burning with various distance vortex generator at nozzle. Top value is yielded at L/D = 40 and apart vortex generator at nozzle = 0 posed at value of speed of atmosphere (Vu) = 0,1114 m/s. Increasing of value of stability of burning marked with increase of speed of air (Vu) at a speed of fuel (Vf) definite by flame extinct."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratomo Setyadi
"Salah satu cara untuk meningkatkan kestabilan nyala adalah penggunaan ring. Penelitian tentang ring penstabil nyala menemukan bahwa selain meningkatkan kestabilan nyala juga menurunkan kadar emisi NOx [20]. Namun pada penelitian tersebut ring dipasang tepat dikeluaran burner sehingga nyala tetap berpotensi mengganggu ketahanan burner. Dengan memasang ring pada jarak tertentu maka nyala akan berpindah ke ring dan menyala stabil di ring tersebut. Fenomena ini berbeda dengan lift-off dan disebut dengan flame lift-up. Analisa kestabilan nyala dan panjang nyala lift-up telah dilakukan.
Pengalihan nyala api dari ujung burner pada pembakaran premix menggunakan ring maupun pada pembakaran non-difusi memelukan analisis temperatur ring. Hal ini di butuhkan untuk mengetahui adakah pengaruh hot spot pada fenomena lift-up pada pembakaran premix bunsen burner. Hubungan antara ketinggian ring dengan semakin tingginya temperature yang terjadi saat lift-up dengan AFR yang sama, memberikan petunjuk bahwa terjadi efek titik panas terhadap kejadian lift-up.
Temperatur yang bertambah seiring bertambahnya letak ring, mengindikasikan temperatur sebagai akselerator kejadian lift-up. Hubungan antara temperature ring dengan persamaan panjang nyala menunjukkan bahwa semakin tinggi temperature, semakin besar nilai panjang nyala yang dihasilkan, dengan burning load yang sama. Panas yang hilang akibat konduksi dan radiasi ring terhadap campuran,jika sebanding dengan panas yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran, maka akan dapat menjaga kestabilan nyala, yang sesuai dengan tujuan pemasangan ring. Hasil simulasi CFD dan hasil pengukuran temperature menunjukkan kesesuaian, bahwa tidak ada api di daerah bawah ring, yang menunjukkan bahwa api berpindah secara keseluruhan.

A method of increasing flame stability is the usage of ring. The research of stabilizer ring found that beside stabilizing the flame, is also reduce the emision factor. But in that research the ring is placed exactly in the burner tip and potentially reduce the burner endurance. By placing the ring on a certain distance, the flame will jump of to the ring and lights stable on the ring. This phenomenon is different form the flame lift-off, and called as a lift-up flame.
The diversion of flame form burner tip to a ring on premix combustion, needed a study on the effects of ring temperatur to a lift-up phenomenon. This is done to get information is there any hot spot effects on a lift-up phenomenon. The relation between of ring heights and the rise of ring temperature gives a clue that the hotspot effects is occured.
The rise of the temperature is indicating as accelerator of lift-up phenomenon. Higher ring temperature gives longer the flame length for the same burning load, based on the new equation. Ring will be functioned as a stabilizer when the heatlosses due to conduction and radiation are equal to the heat that generated during the combustion reaction. This result is verified by simulation using the CFD
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T 29884
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Tondy Liandro
"Dalam penelitian ini, perubahan dimensi nyala api difusi akan diteliti saat bahan bakar gas LPG dipanaskan terlebih dahulu sebelum dibakar didalam burner. Pemanasan dilakukan terhadap medium kerja dimana aliran bahan bakar dialirkan. Secara teori temperatur un-burn yang lebih tinggi dapat menyebabkan laju raksi yang lebih cepat kecepatan pembakaran yang lebih cepat dan energi minimum yang lebih rendah. Dalam penelitian ini akan dilakukan pendekatan dengan mencari kecepatan pembakaran melalui panjang nyala api dan tinggi lifted flame yang terjadi akibat proses pemanasan. Panjang api yang selama dipanaskan semakin memendek sehingga nilai kecepatan pembakaran akan semakin cepat, kecepatan laminar dari 4,67 cm/s menjadi 5,77cm/s, sedangkan kecepatan turbulen dari 81,88 cm/s menjadi 159,86 cm/s.

This research is about measuring dimension's change of diffusion flame when LPG gases are being preheated before it burns in burner. Preheat process takes place on fluids that we used in this research (water). Theoretically as unburned temperature raise it cause higher rate of reaction, higher burning velocity, and lower minimum energy. This research will be approaching on burning velocity by finding length of diffusion flame and heights of lifted flame by the effect of preheat process. As the un-burned temperature increased, the length of flame shortens and the bunring velocity becomes faster. As for laminar burning velovity it was increasing from 4,67 cm/s to 5,77cm/s. and for turbulence burning velocity from 81,88 cm/s to 159,86 cm/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50728
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Ernandi
"Stabilitas nyala api merupakan salah satu aspek penting dari teknik pembakaran yang memiliki aplikasi yang sangat luas, baik dari segi kebermanfaatan energi maupun keselamatan dari kebakaran. Penggunaan dari daerah stabilitas nyala api terlihat dari kemampuan untuk mengatur letak pembakaran, tinggi nyala sesuai dengan konsumsi udara yang dibutuhkan. Upaya kajian teoritis untuk meningkatkan luas stabilitas nyala api terus ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan luas stabilitas nyala api pada penggunaan bahan bakar LPG dengan cara penambahan “swirl flow” (aliran pusar) saat pencampuran udara dan bahan bakar pada nyala api premix. Swirl flow dihasilkan oleh rotating fan mixer dan dikuantifikasikan dengan bilangan tak berdimensi swirl number sesuia dengan peningkatan putaran. Variasi swirl number yang digunakan adalah 0, 0.44, 0.86, 1.28, 1.69, 2.06, 2.17. Laju aliran LPG divariasikan pada 300 cc, 350 cc,400 cc, 450 cc, 500 cc, 550cc, 600 cc. Pada penelitian ini, menganalisis pengaruh swilr number terhadap peningkatan luas stabilitas nyala api berdasarkan grafik fuidge (AFR vs BL). Grafik fuidge dianalisis kontur dari nyala api yellow tip dan blow off untuk menentukkan daerah stabilitas nyala api. Ternyata pengaruh peningkatan swirl number juga meningkatkan homogenitas campuran udara dan bahan bakar semakin baik dengan bukti penurunan ketinggain panjang api. Hasil penelitian ini menunjukkan luas stabilitas nyala api meningkat seiring dengan peningkatan Swirl Number. Hasil penelitian menunjukkan dengan peningkatan swirl number, luasan stabilitas nyala api meningkat sebesar 7.09 %, 16.67 %, 27%.50 %, 29.41 %, 41,43 % dan 57.65 % seiring dengan peningkatan swirl number.
Flame stability is one important aspect of the combustion technique has a very wide application, both in terms of usefulness and safety of fire energy. The use of a visible flame stability regions of the ability to adjust the combustion, flame height in accordance with the required air consumption. Efforts to improve the broad theoretical study flame stability improved. This study was conducted to improve flame stability in wide use LPG fuel by adding "swirl flow" (flow navel) when mixing air and fuel in premix flame. Swirl flow generated by the fan rotating mixer and quantified with a dimensionless number swirl number matching with increase in rotation. Variations number of swirl used is 0, 0.44, 0.86, 1.28, 1.69, 2.06, 2.17. LPG flow rate was varied at 300 cc, 350 cc, 400 cc, 450 cc, 500 cc, 550cc, 600 cc. In this study, to analyze the effect of the increase in number swilr wider flame stability based on graph fuidge (AFR vs. BL). Graph fuidge analyzed contours of yellow flame tip and blow off the area to menentukkan flame stability. It turns out that the effect of the increase in swirl number also increases the homogeneity of the mixture of air and fuel is getting better with the evidence of a decrease in length of fire taller. The results of this study showed extensive flame stability increases with increasing Swirl Number. The results showed with the increase in swirl number, size flame stability increased by 7:09%, 16.67%, 27%, 50%, 29.41%, 41.43% and 57.65% with increasing swirl number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebakamn telah banyak menimbulkan masalah-dan menelan kerugian yang besar. Pemilillan material fumilur pada suatu mangan berpengaruh terhadap besamya bahaya yang mungkin tezjadi pada saat kebakaran. Dalam kebakaran pada bangunan, fl.ll'llilll|' berfimgsi sebagai bahan bakar sehingga penyebaran api dapat terus berlangSung_ Setiap jenis material fumitur memiliki sifat ketahanan terhadap api yang berbeda-beda. Sifat ini dapat terlihat jelas dari_jum1aI1 Iaju produksi kalor yang dimilikinya. Laju produksi kalor suatu benda dapat diukur berdasarkan konsumsi oksigennya pada saat proses pembakar:-1n_ Teknik pengukuran ini mengacu kepada prinsip dasar lgahwa panas yang dilepaskan per unit oksigen yang dibutuhkan adalah kurang lebih sama untuk bahan bakar organik umum yang sering ditemui sebagal bahan bakar dalam kebakaran, yajtu 13.1 kJ/gram 02. Penelilian ini membahas hasil penelitian berupa fenomena, karakteristik dan sifat bakar kayu jati belanda (Guazuma ulmifolfa) yang diberi pelapisan cat terhadap proses pembakaran_
Alat uji yang digunal-can adalah kalorimeter api dengan skala laboratorium, yang terdid dari conical healer berdaya 4000 Watt pada tegangan 220 V, load cell, perangkat gas buang berbahan dasar stainless-sreel, system pengukuran gas buang, sistem pcngukuran dan kontrol temperatur, sistem pengukuran tekanan, specimen holclcr dan sistem akuisisi data.
Penelitian dilakukan dengan orientasi sampel horizontal dan pemanasan awal pada Huks kalor 26kW/1112. Berdasarkan data penelitian serta analisa_ yang dilakukan diperoleh adauya kemiiipan pola visualisasi Serta pola variabel-variahel pengujian (Iaju penurunan massa, Iaju pelepasan kalor, produk gas buang) pada pembakaran balk pada kayu jati belanda tanpa cat maupun kayu jati belanda yang diberi cat. Kemiripan tersebut lebih jelas terlihat pada kayu jati belanda yang dicat menggunakan cat dengan bahan dasar alkyd. Pengunaan cat temyata dapat mempercepat atau memperrnudah pemicu-nyala kayu jati belanda, terutama pada cat dengan bahan dasar alkyd dan acrylic. Penggunaan cat dengan bahan dasar alumunium dapat menghambat Iaju pembakaran, Iaju penurunan massa serta meuunda peak laju pelepasan kalor yang kedua alcibat tidak ilcut terbakarnya bahan dasar cat, dan juga alcibat moisrure dan volalile yang tidak dapat terlepas dengan bebas karena terhambat bahan dasar cat alumunium. Char yang terbentuk dapat menghambat pembalcaran, hal ini ditunjukkan dengan laju pelepasan kalor yang semakin menurun seiring bertambah tebalnya Iapisan char. Terbentuknya char ju ga menambah tingkat bahaya akibat tenjadinya pembakaran tidak sempuma sehingga dihasilkan konsentrasi CO yang tinggi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>