Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152900 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kynanda Ivandi Ramadhan
"Sektor manufaktur merupakan penyumbang terbesar bagi perekonomian Indonesia. Melihat tren masa lalu di negara lain, mudah dipahami bahwa pengembangan sektor ini mampu menjadi kunci bagi suatu negara menjadi makmur. Meski demikian, guncangan yang diberikan oleh pandemi COVID-19 telah menunjukkan kelemahan resiliensi sektor. Perkembangan pesat dalam teknologi digital membawa perubahan baru ke sektor industri manufaktur. Perubahan ini acap kali dikaitkan dengan revolusi industri yang keempat, sehingga umum disebut sebagai Industri 4.0. Dalam beberapa studi yang sudah dilakukan, penerapan teknologi Industri 4.0 mampu meningkatkan ketangguhan sebuah perusahaan dalam menghadapi krisis. Resiliensi atau ketangguhan sendiri dapat diukur sebagai angka berdasarkan empat dimensi utama, yaitu robustness, resourcefulness, redundancy, dan rapidity. Dengan mencari indikator pengukur berdasarkan dimensi tersebut, maka tingkat resiliensi sebuah perusahaan pada suatu masa dapat ditentukan. Penelitian ini mengeksplorasi seberapa besar dampak yang diberikan oleh teknologi Industri 4.0 terhadap tingkat resiliensi perusahaan manufaktur untuk menghadapi guncangan atau krisis lainnya di masa depan.

The manufacturing sector is one of the biggest contributors to Indonesian economy. By seeing the past trends from other countries, it is easy to understand that the development of the sector can be a key to a nation’s prosperity. However, the shocks provided by the COVID-19 pandemic has shown us the weakness of the sector’s resilience. The rapid development in digital technology brings new changes to the manufacturing industry. These changes are often associated with the fourth industrial revolution, and thus gained the name Industry 4.0. According to the studies that have been carried out, the implementation of Industry 4.0 technology is able to increase the resilience of a company when facing a crisis. Resilience itself can be quantifiably measured based on four dimensions, they are robustness, resourcefulness, redundancy, and rapidity. By making measuring indicators based on said dimensions, we can determine the resilience index of a company at a time. This study explores how much impact Industry 4.0 technology has on the resilience level of a manufacturing companies to face shocks or other crises in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Lavina Sambowo
"Dengan meningkatnya nilai PDB Indonesia di dunia, diperlukannya perhatian yang lebih mendalam terhadap industri pengolahan, sektor yang menopang 20% PDB Indonesia. Krisis yang sebelumnya telah terjadi seperti krisis moneter tahun 2008 dan pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat mendalam terhadap industri pengolahan dimana secara langsung menurunkan putaran roda ekonomi di Indonesia. Pengembangan kerangka konsep dan model dasar indeks resiliensi dengan pendekatan sistem dinamis dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan performa ketahanan perusahaan dalam menghadapi krisis atau gangguan. Resiliensi merupakan salah satu bentuk upaya bagi perusahaan ketika mengalami gangguan atau risiko untuk bangkit kembali ke dalam kondisi semula atau tertentu. Dalam penelitian ini, resiliensi memiliki empat faktor, yaitu robustness, resourcefulness, redundancy, dan rapidity. Dimana fungsi organsasi seperti operasional, finansial, strategi, dan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap penilaian performa resiliensi. Setiap faktor memiliki kumpulan indikator yang diperoleh melalui studi literatur dan in-depth interview dengan ahli. Selanjutnya, pembobot dari setiap faktor dan indikator resiliensi dilakukan. Model dasar sistem bisnis juga dibuat agar kompleksitas dari sistem bisnis tersebut dapat digambarkan dan dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor dan indikator resiliensi yang paling berpengaruh ialah redudancy dan reserve funds, secara berurutan.

With the increasing value of Indonesia's GDP worldwide, more attention is needed to the manufacturing industry, the sector that accounts for 20% of Indonesia's GDP. Previous crises such as the 2008 monetary crisis and the Covid-19 pandemic had a very deep impact on the manufacturing industry which directly reduced the economic transaction in Indonesia. The development of the conceptual framework and basic model of the resilience index with a system dynamic approach is carried out as an effort to improve the company's resilience performance in the face of crises or disturbances. Resilience is a form of effort for companies when experiencing disturbances or risks to bounce back to their original or certain conditions. In this study, resilience has four factors, namely robustness, resourcefulness, redundancy, and rapidity. Where organizational functions such as operations, finance, strategy, and human resources also affect the assessment of resilience performance. Each factor has a set of indicators obtained through literature studies and in-depth interviews with experts. Next, the weighting of each factor and indicator of resilience is carried out. The basic business system model is also made so that the complexity of the business system can be described and analyzed. The results of this study indicate that the most influential factors and indicators of resilience are redundancy and reserve funds, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Prabu Tejonugroho
"Tingkat kegagalan perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia masih sangat tinggi. Semakin banyaknya tantangan dan ancaman disrupsi, membuat perusahaan harus merancang strategi agar perusahaan rintisan berbasis teknologi masih bisa bertahan di masa yang akan datang. Penelitian ini menghasilkan alat ukur resiliensi organisasi yang dapat digunakan perusahaan untuk merancang strategi keberlanjutan organisasi. Penelitian ini menghasilkan 12 variabel dimensi kemampuan organisasi dan 9 variabel dimensi kerentanan organisasi yang valid dan reliabel untuk digunakan. Pengukuran resiliensi organisasi yang dilakukan dengan alat ukur ini menunjukkan kondisi resiliensi organisasi pada perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia masih ada dalam kondisi Buruk dan diperlukan strategi agar kerentanan perusahaan dapat diturunkan.

The failure rate of new technology-based firms in Indonesia is still quite high. The future business environment is more challenging dan disruptive, so the new technology-based firms in Indonesia need develop strategy to be sustain and viable in business. This research aims to develop resilience measurement tool which can be used by organization to develop strategy to be sustain in the future. 12 variable of organization vulnerability dimension and 9 variable of organization capability proved valid and reliable to be used. Based on this measurement tool, the resilience profiling of new technology-based firms in Indonesia are in Bad conditions, and there are needs to develop strategy so the vulnerability can be decreased."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan peran pemuda yang dalam hal ini KNPI Aceh dapat mewujudkan gerakan kewirausahaan sosial. Penulis berargumentasi bahwa peran KNPI Aceh sangat signifikan dalam membangun gerakan kewirausahaan sosial melalui peran aktor dan inovasi yang dilakukan melalui pemberikan pelatihan, akses modal, dan pemberdayaan. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui sejauh mana peran yang dilakukan oleh KNPI Aceh. Proses pengumpulan data penulis gunakan dengan menggunakan beberapa teknik penelitian seperti diskusi grup terfokus, pembagian kuesioner dan wawancara mendalam serta dokumentasi dari hasil penelitian-penelitian terdahulu baik dalam bentuk Buku, jurnal dan karya ilmiah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa peran KNPI sangat besar bagi terwujudnya gerakan kewirausahaan sosial yang berkorelasi secara positif terhadap ketahanan nasional di Aceh. Ada dua faktor yang mengoptimalkan peran KNPI Aceh dalam mempengaruhi tumbuhnya gerakan kewirausahaan sosial yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pengetahuan terhadap kewirausahaan sosial, kultur masyarakat dan peraturan dan paradigma politik. Sedangkan faktor eksternal yaitu akses terhadap perbankan, identifikasi masalah dan terakhir isu personal. Kedua faktor tersebut berujung pada penciptaan sebuah nilai baru melalui proses inovasi yang terus-menerus dilakukan oleh KNPI Aceh periode 2013-2016.

This research is conducted to find out what factors cause the role of youth which in this case KNPI Aceh can realize social entrepreneurship movement. The authors argue that KNPI Aceh's role is significant in building a social entrepreneurship movement through the role of actors and innovation through training, access to capital, and empowerment. The author uses a qualitative approach to determine the extent of the role undertaken by KNPI Aceh. The data collection process used the author using several research techniques such as focus group discussions, questionnaires and in-depth interviews and documentation of the results of previous studies in the form of books, journals and scientific papers.
This study shows that the role of KNPI is great for the realization of a social entrepreneurship movement that is positively correlated to national resilience in Aceh. There are two factors that optimize the role of KNPI Aceh in influencing the growth of social entrepreneurship movement that is internal factors and external factors. Internal factors are knowledge of social entrepreneurship, community culture and regulation and political paradigm. While external factors are access to banking, problem identification and final personal issues. Both of these factors lead to the creation of a new value through continuous innovation process carried out by KNPI Aceh period 2013-2016.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Endaryono
"Kepemimpinan stratejik berperan penting dalam mencapai keberhasilan organisasi untuk bertahan dan berkembang dalam lingkungan bisnis yang penuh tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran kepemimpinan stratejik dalam merespon peristiwa langka di industri kesehatan, yaitu kombinasi antara regulasi pemerintah yang cenderung terus berubah dan munculnya COVID-19. Sebanyak 358 responden dari 141 rumah sakit tipe C dan D di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan enam variabel laten dan dua puluh tujuh dimensi yang diolah dengan menggunakan Structural Equation Modeling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan resiliensi stratejik berperan sebagai mediator antara persepsi terhadap peraturan pemerintah, sumber daya organisasi, dan kapabilitas organisasi yang diwujudkan melalui kapabilitas jejaring dan rekonfigurasi sumber daya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kapabilitas jejaring tidak berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan operasional rumah sakit, sedangkan rekonfigurasi sumber daya berpengaruh signifikan terhadap keberlanjutan operasional rumah sakit. Penelitian ini memberikan kontribusi penting yang memungkinkan manajemen rumah sakit untuk mengembangkan rencana aksi dalam menanggapi peraturan pemerintah bidang kesehatan ditambah dengan muncul dan meluasnya pandemi COVID-19; serta hasil investigasi terhadap sumber daya organisasi, dan untuk mengimplementasikan kapabilitas resiliensi stratejik secara lebih efektif.

Strategic leadership plays an important role in achieving organizational success in surviving and growing in a challenging business environment. This research aims to examine the role of strategic leadership in responding to a rare moment in the health industry, which is the combination of government regulations that tend to continue to change and the emergence of COVID-19. A total of 358 respondents from 141 type C and D hospitals in Indonesia participated in this research. This study employed six latent variables and twenty-seven dimensions, processed using structural equation modelling. Results of the research show that strategic resilience leadership serves as a mediator between perceptions of government regulations, organizational resources, and organizational capability realized through network capabilities and resource reconfiguration. This research also reveals that network capabilities have no significant effect on hospitals’ sustainability, while resource reconfiguration has a significant effect on hospital survival. This study makes an important contribution that enables hospital management to develop action plans in response to national healthcare regulations coupled with the emergence and extension of the COVID-19 pandemic; as well as the results of the investigation into organizational resources, and to implement strategic resilience capability more effectively."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Hasibuan
"ABSTRAK
Hadirnya teknologi dijital pada sistem transmisi penyiaran TV memberikan banyak keuntungan, seperti kualitas penerimaan yang lebih baik, kebutuhan daya pancar yang lebih kecil, penggunaan bandwidth yang lebih efisien, pengiriman gambar dan audio beresolusi tinggi serta memungkinkan integrasi layanan lain seperti internet, perkiraan cuaca, sms voting dan layanan interaktif. Standar
penyiaran dijital yang diimplementasikan di Indonesia antara lain adalah DVB-T dan DVB-H. DVB-H merupakan pengembangan dari standar DVB-T yang khusus diperuntukkan untuk perangkat handheld. Dalam implementasi layanan siaran TV dijital pada masa transisi dari penyiaran analog ke dijital perlu dilakukan analisis interferensi penerapan DVB-H dan DVB-T terhadap sistem siaran TV analog
karena kanal ? kanal siaran TV dijital menggunakan kanal yang sama dengan kanal TV analog yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian ini dianalisis interferensi penerapan DVB-H dan DVB-T terhadap TV PAL analog pada masa transisi ke sistem penyiaran dijital yang dilakukan dengan simulasi menggunakan perangkat lunak SEAMCAT. Hasil simulasi memperlihatkan interferensi kanal berdekatan yang tidak dapat ditoleransi terjadi jika penerima berada diujung cakupan transmitter sistem yang beradius 45 km dan berada di sekitar transmitter
penginterferensi, yaitu pada radius 0-15 km. Teknik mitigasi interferensi dengan co-site transmitter berhasil mengurangi interferensi hingga probabilitas interferensi menjadi 1 persen, sedangkan teknik mitigasi interferensi dengan Emmision Masking / Block Edge Mask (BEM) cukup berhasil mengatasi interferensi jika radius penerima lebih dari 1 km dari transmitter penginterferensi, namun tidak berhasil pada radius kurang dari 1 km dari transmitter penginterferensi.

ABSTRACT
The digital technology in the system of TV broadcast transmission has
given a lot of benefits, such as a better receiving quality, a less transmission power, a more efisien bandwidth, with high resolution audio and picture transmission, making posibility of another service integration, such as internet, wheather forecast, sms voting, and interactive service. in Indonesia Standard of Implemented digital broadcasting are DVB-T and DVB-H.DVB-H is the extension of DVB-T standard which is specially used for hendheld equipments. In
transition of analog to digital broadcasting, Digital TV Broadcast service implementation needs to perform DVB-H and DVB-T implementation interference analysis with Analog TV broadcast system because Digital TV broadcast channels use same existing channels of Analog TV broadcast. In this thesis, The interference of DVB-H and DVB-T implementation with analog PAL TV in the transition periode to Digital broadcasting system is analysis which is performed with SEAMCAT software simulation. Hasil simulasi memperlihatkan
interferensi kanal berdekatan yang tidak dapat ditoleransi terjadi jika penerima berada diujung cakupan transmitter sistem yang beradius 45 km dan berada di sekitar transmitter penginterferensi, yaitu pada radius 0-15 km. Teknik mitigasi interferensi dengan co-site transmitter berhasil mengurangi interferensi hingga probabilitas interferensi menjadi 1 persen, sedangkan teknik mitigasi interferensi
dengan Emmision Masking / Block Edge Mask (BEM) cukup berhasil mengatasi interferensi jika radius penerima lebih dari 1 km dari transmitter penginterferensi, namun tidak berhasil pada radius kurang dari 1 km dari transmitter penginterferensi."
2009
T25949
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Aulia Putra
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi digital telah menjadikan sistem automatisasi berkembang pesat. Tuntutan efisiensi dalam kegiatan operasi sebuah industri menjadikan sistem automatisasi menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan-kegiatan operasi perusahaan manufaktur. Dalam menjalankan sistem automatisasi sensitifitas peralatan menjadi permasalahan yang sering terjadi dikarenakan kualitas sumber energi yang kurang baik, antara lain energy listrik. Masalah yang timbut yang dapat menyebabkan berhentinya proses produksi adalah turunnya tegangan temporer dibawah 0,9 p.u. Hal ini menyebabkan peralatan-peralatan yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi seperti Programming Logic Control (PLC), Adjustable Speed Drive (ASD) dan Komputer (PC) menjadi padam. Namun karena gangguan tersebut temporer (kurang dari 1 detik) maka utilitas tidak merasakan hal tersebut sebagai gangguan, namun pelanggan merasakan sebagai gangguan. Selama tiga tahun terakhir (2017-2019), PLN UP3 Cikokol telah melakukan pengambilan data sampling pada salah satu pelanggan PLN, PT. Toray Politech Jakarta. Berdasarkan hasil evaluasi data kejadian dip pada jaringan listrik menyebabkan bertambahnya Energy Not Sale (ENS) sebesar 653,08 MWh pada pelanggan tersebut. Untuk itu maka dibutuhkan solusi untuk menghilangkan gangguan temporer yang disebabkan oleh dip tegangan. Studi ini akan membandingkan keekonomian antara Battery Energy Storage Sistem (BESS) dan Rotary uninterruptible Power Supply (RUPS). Penerapan kedua peralatan ini membutuhkan investasi yang akan berdampak kepada kenaikan biaya operasi PLN dan pelanggan. Dari hasil kajian dengan melakukan simusasi asumsi Pay Back period yang ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun maka didapat kanaikan Rupiah/kWh jual sebesar sebesar 201 Rp/kWh atau sebesar 17,86%, dan 623 Rp/kWh atau sebesar 55,44%

ABSTRACT
The Development of digital technology has made automation system devices become advance. Efficiancy demands on industrial operation make automation system as one of part that cant be sparated in operational manufacture industry. Sensitivity devices in automatic control system come to one of problem that can be finded, especialy in electrical power source quality. The case that could make problem when voltages drop become less then 0,9 pu, the control device likes Programming Logic Control (PLC), Adjustable Speed Drive (ASD) dan computer (PC) will mal function. In other side, voltage drop less than 1 second will not write as electrical disturbance in PLN, but operational process in customer will be shut-down. In last three years (2017-2019) PLN UP3-Cikokol had captured data from one of customer, PT Toray Politech Jakarta. Base-on data evaluation, dip voltage events in electrical network will make ENS (potensial energy sells) lost up to 653,08 MWh. Therefore it's important to fine the solution from this problem. This study would evaluate the economics between Battery Energy Storage system (BESS) and Rotary Uninterrupted Power Supply (RUPS). Investation cost dan operational cost will be counted and would be finded. By using assumption payback periode 5 years, additional price per kWh would be 201 Rp/kWh (17,86%) and 623 Rp/kWh (55,44%).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Rinaldy Muzakki
"Masyarakat telah berkembang seiring dengan berkembangnya peran digitalisasi dalam beberapa dekade terakhir. Digitalisasi mempermudah interaksi manusia terkait dengan memanfaatkan teknologi, sehingga menghasilkan interaksi yang lebih efisien dan lebih baik. Manfaat digitalisasi juga telah diakui oleh berbagai peneliti dan pemerintah. Dengan demikian, banyak pemerintah dan organisasi telah menempatkan digitalisasi sebagai isu prioritas, termasuk Kelompok Dua Puluh (G20). Penelitian ini mengkaji pentingnya digitalisasi di masing-masing negara, termasuk bukti bagaimana hal itu membentuk pertumbuhan ekonomi mereka. Untuk itu, penelitian ini mengekstraksi data dari tahun 2000 hingga 2021 dari 20 anggota yang terdiri dari 19 negara dan satu perserikatan. Data tersebut kemudian diregresi menggunakan metode OLS dan efek tetap. Hasilnya menunjukkan bahwa masing-masing teknologi digital memiliki dampak yang berbeda terhadap pertumbuhan ekonomi, bahkan ada yang memiliki koefisien negatif dan signifikan. Penelitian ini juga mencoba mengkaji perbedaan antara negara maju dan negara berkembang dalam menyikapi digitalisasi, dan menemukan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki reaksi yang berbeda terhadap digitalisasi.

The society has been evolving since digitalization took its role in the past few decades. Digitalization allows human interaction to be closely linked to technologies, resulting in more efficient and enhanced interactions. The benefits of digitalization has been recognized by various scholars and governments. Additionally, many governments and organizations have put digitalization as a priority issue, including the Group of Twenty (G20). This research examines the importance of digitalization in the respective countries, including the evidence on how it has shaped their economic growth. To proceed, this research extracted data from 2000 to 2021 of the 20 members, consisting of 19 countries and one union. The data are then regressed using the OLS and fixed-effects method. The results rendered that each digital technology has a different impact on economic growth, some of which even have a negative and significant coefficient. This research also tried to examine the differences between developed and developing nations in reacting to digitalization, and found that the two groups have different reactions toward digitalization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Anggoro
"Pada era digitalisasi, infrastruktur teknologi berperan penting dalam pengembangan literasi digital di berbagai sektor yang dimana hal ini dapat memberikan informasi penting bagi masyarakat secara luas. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan indikator TIK yang sangat masif. Penduduk yang menggunakan internet juga mengalami peningkatan selama periode 2016–2020, yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase penduduk yang mengakses internet pada tahun 2016 dari sekitar 25,37 persen menjadi 53,73 persen pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mereview kembali kerentanan TIK di wilayah Indonesia timur melalui pendekatan analisis klaster yang berbasis pembelajaran mesin machine learning. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui SUSENAS untuk memperoleh gambaran tingkat kesejahteraan sosial ekonomi dan SAKERNAS untuk mendapat sudut pandang dari sisi lapangan kerja. Penelitian ini menggunakan 15 variabel berdasarkan aspek kerentanan yang meliputi 174 kabupaten/kota. Analisis klaster menggunakan Fuzzy C Means (FCM) digunakan untuk mendapatkan profil kerentanan TIK di wilayah Indonesia bagian timur dengan pemilihan model terbaik. Model terbaik diperoleh dengan mempertimbangkan nilai validasi seperti Silhouette Index, Partition Entropy, Partition Coefficient, dan Modified Partition Coefficient. Untuk beberapa daerah dengan tingkat kerentanan yang sangat tinggi, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah pusat atau daerah untuk mendukung peningkatan teknologi informasi melalui perencanaan yang baik. Aspek sosial ekonomi dan lapangan kerja sudah tercermin dalam analisis klaster ini, dan dampak peningkatan TIK akan memberikan nilai positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dari hasil pemodelan, model klaster terbaik adalah dua cluster, yang dikategorikan dalam kerentanan tinggi dan kerentanan rendah. Anggota klaster yang memiliki kesamaan atau kedekatan satu sama lain, akan berada dalam satu anggota klaster.

In the present digital era, technology infrastructure plays an important role in the development of digital literacy in various sectors that can provide various important information on a large scale. The use of information and communication technology (ICT) in Indonesia in the last five years has shown a massive development of ICT indicators. The population using the internet also experienced an increase during the period 2016–2020, as indicated by the increasing percentage of the population accessing the internet in 2016 from around 25.37 percent to 53.73 percent in 2020. This study led to a review of the level of ICT vulnerability in eastern Indonesia through a machine learning-based cluster analysis approach. Data were collected in this study from Badan Pusat Statistik (BPS) through SUSENAS to obtain an overview of the socioeconomic level and SAKERNAS to capture the employment side. This study uses 15 variables based on aspects of business vulnerability covering 174 districts/cities. Cluster analysis using Fuzzy C Means (FCM) was used to obtain a profile of ICT level vulnerability in eastern Indonesia by selecting the best model. The best model is obtained by selecting the validation value such as Silhouette Index, Partition Entropy, Partition Coefficient, and Modified Partition Coefficient. For some areas with a very high level of vulnerability, special attention is needed for the central or local government to support the improvement of information technology through careful planning. Socio-economic and occupational aspects have been reflected in this very vulnerable cluster, and the impact of the increase in ICT will provide a positive value for community development. From the modelling results, the best cluster model is two clusters, which are categorized as high vulnerability and low vulnerability. For each cluster member who has a similarity or proximity to each other, there will be one cluster member."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Resilience has become an important topic on the safety research agenda and in organizational practice. Most empirical work on resilience has been descriptive, identifying characteristics of work and organizing activity which allow organizations to cope with unexpected situations. Fewer studies have developed testable models and theories that can be used to support interventions aiming to increase resilience and improve safety. In addition, the absent integration of different system levels from individuals, teams, organizations, regulatory bodies, and policy level in theory and practice imply that mechanisms through which resilience is linked across complex systems are not yet well understood. Scientific efforts have been made to develop constructs and models that present relationships; however, these cannot be characterized as sufficient for theory building. There is a need for taking a broader look at resilience practices as a foundation for developing a theoretical framework that can help improve safety in complex systems.
This book does not advocate for one definition or one field of research when talking about resilience; it does not assume that the use of resilience concepts is necessarily positive for safety. We encourage a broad approach, seeking inspiration across different scientific and practical domains for the purpose of further developing resilience at a theoretical and an operational level of relevance for different high-risk industries. The aim of the book is twofold:
1. To explore different approaches for operationalization of resilience across scientific disciplines and system levels.
2. To create a theoretical foundation for a resilience framework across scientific disciplines and system levels.
By presenting chapters from leading international authors representing different research disciplines and practical fields we develop suggestions and inspiration for the research community and practitioners in high-risk industries."
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502985
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>