Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shefa Myria Khairunnisa
"Realita bekerja dari rumah dan physical distancing akibat pandemi COVID-19 telah menyebabkan pergeseran preferensi konsumen dari kosmetik ke produk personal care. Namun, sebagian besar produk personal care khususnya bath bomb masih menggunakan pewarna sintetis yang dapat menimbulkan berbagai efek samping bagi kulit. Sebagai respons terhadap permasalahan tersebut, penelitian ini akan memformulasi bath bomb dengan menggunakan pewarna alami yang diekstrak dari tanaman saffron (Crocus sativus) melalui metode maserasi, serta dengan penambahan gliserin dan air mawar sebagai bahan baru. Percobaan ini akan mempelajari dan mengevaluasi pengaruh pewarna alami dan sintetis, air mawar, substitusi air dengan minyak, serta perbedaan jumlah gliserin dalam formulasi yang divariasikan pada 0,5% (v/w), 1% (v/w), dan 2% (v/w). Hasil akhir menunjukkan bahwa adanya air dalam formulasi menyebabkan reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat yang didorong oleh panas yang dapat menyebabkan bath bomb kehilangan bentuknya pada suhu kamar. Sampel bath bomb juga terbukti memiliki beragam senyawa terpenoid yang mudah menguap, mampu menghambat aktivitas Escherichia coli, tidak kehilangan berat yang signifikan selama penyimpanan, dan memiliki pH yang berkisar antara 5,40 hingga 6,80.

The realities of working from home and physical distancing due to the COVID-19 pandemic have caused a shift in consumer preference from cosmetics to personal care products. However, the majority of personal care products, specifically bath bombs, are produced using synthetic colorants which can have various adverse effects. This research aims to formulate a bath bomb, using a natural dye extracted from saffron (Crocus sativus) through maceration, with glycerin and rose water as a novelty ingredient, as well as to evaluate the effects of natural and synthetic colorant, rose water, the substitution of water with oil, as well as variations in the glycerin content of 0.5% (v/w), 1% (v/w), and 2% (v/w). Based on the results, the presence of water in the formulation causes a reaction between citric acid and sodium bicarbonate that is facilitated by heat, causing the bath bomb to lose shape at room temperature. Also, the bath bomb samples have pH values ranging from 5.40 to 6.80, lost no significant weight during storage, and retain an abundance of volatile terpenoids which inhibit the activity of Escherichia coli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Aswara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pewarna alami dari ekstrak kulit buah manggis (Garcinia Mangostana linn.) dan minyak essensial pada formula tanpa penambahan air terhadap kestabilan bath bomb. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Variasi rasio serbuk kulit buah manggis dan pelarut yaitu 1:6, 1:7,5, dan 1:9 (g bahan/mL pelarut) serta jenis minyak essensial yang digunakan dalam formula bath bomb diteliti. Penelitian ini membuat 6 sampel bath bomb yaitu menggunakan jasmine oil berupa sampel A (pewarna buatan), sampel B (variasi pewarna 1:7,5), sampel C (variasi pewarna 1:6), dan sampel D (variasi pewarna 1:9) serta sampel E (variasi pewarna 1:7,5 & lavender oil), dan sampel F (variasi pewarna 1:7,5 & peppermint oil). Karakterisasi bath bomb meliputi uji pH, tinggi busa, kestabilan busa, ketahanan pada suhu ruang, dan antibakteri. Karakterisasi pewarna alami dan sampel bath bomb menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra-Red) dan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Berdasarkan hasil penelitian, bath bomb dengan warna yang optimal adalah sampel C. Semua sampel bath bomb memiliki pH asam yaitu antara 6,17 – 6,38. Berdasarkan tinggi dan kestabilan busa, bath bomb yang paling optimal adalah sampel F dengan tinggi busa 195 mL dan kestabilan busa selama 03 menit 20 detik. Sedangkan berdasarkan kehilangan massa yang paling kecil adalah sampel B sebesar 5,37 %.

This study aims to determine the effect of natural dyes from mangosteen rind extract (Garcinia Mangostana Linn.) and essential oils in a formula without the addition of water on the stability of the bath bomb. Extraction using maceration method with 96% ethanol solvent. The variations in the ratio between mangosteen rind powder and solvent, there are 1:6, 1:7.5, and 1:9 (g material/mL solvent) and the type of essential oil used in the bath bomb formula was investigated. This study made 6 samples of bath bombs using jasmine oil in the form of sample A (artificial coloring), sample B (dye variation 1:7.5), sample C (dye variation 1:6), and sample D (dye variation 1:9) and sample E (dye variation 1:7.5 & lavender oil), and sample F (dye variation 1:7.5 & peppermint oil). Characterization of the bath bomb include testing of pH, foam height, foam stability, resistance at room temperature, and antibacterial. Characterization of natural dyes and bath bomb by using FTIR (Fourier Transform Infra-Red) and GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Based on the research results, the bath bomb with the optimal color is sample C. All bath bomb samples have an acidic pH between 6.17 – 6.38. Based on foam height and stability, the most optimal bath bomb was sample F with a foam height of 195 mL and foam stability for 03 minutes 20 seconds. Meanwhile, based on the smallest mass loss, sample B was 5.37%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nurannida
"ABSTRAK
Telah dilakukan studi mengenai penggunaan Achromobacter insolitus dengan penambahan pupuk kandang, yakni pupuk kotoran ayam, pupuk kotoran kambing, pupuk kotoran sapi, dan pupuk urin kelinci, untuk mengontrol Pythium aphanidermatum pada mentimun (Cucumis sativus). Tujuan penelitian untuk mengetahui: potensi Achromobacter insolitus sebagai agen biokontrol untuk menekan penyakit rebah kecambah akibat Pythium aphanidermatum, mekanisme bakteri dalam menekan penyakit tersebut, pengaruh penambahan pupuk kandang pada penggunaan A. insolitus dalam menekan penyakit rebah kecambah, dan kombinasi bakteri-pupuk kandang yang memiliki efek paling efektif. Penelitian dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi pada bulan November 2014 sampai April 2015. Metode yang digunakan: uji biokontrol in planta yang diamati selama 14 hari, uji aktivitas protease, uji aktivitas selulase, dan uji in vitro daya hambat. Persentase kelayuan mentimun didapat sebagai berikut: kelompok dengan pemberian Achromobacter insolitus 40%, A. insolitus dan pupuk kotoran ayam 20%, A. insolitus dan pupuk kotoran kambing 30%, A. insolitus dan pupuk kotoran sapi serta A. insolitus dan pupuk urin kelinci masing-masing 35%. Achromobacter insolitus menghasilkan enzim protease ekstraseluler dengan indeks proteolitik (IP) sebesar 1,4, enzim selulase ekstraseluler dengan indeks selulolitik (IS) sebesar 1,7, dan persentase daya hambat terhadap P. aphanidermatum sebesar 28%. Kombinasi bakteri-pupuk kotoran ayam merupakan kombinasi yang paling efektif dalam menekan penyakit rebah kecambah.

ABSTRACT
A study on effect of Achromobacter insolitus combined with various kinds of manures, which are manures of chicken, goat, cow, and rabbit urine, to control Pythium aphanidermatum of cucumber (Cucumis sativus) has been conducted. This research aims to evaluate: biological control activity of Achromobacter insolitus alone and its combination with the manures for suppressing damping-off caused by Pyhtium aphanidermatum and its mechanisms. Research has been conducted at Microbiology, Research Center for Biology, Indonesian Institute of Science (LIPI) from November 2014 to April 2015. The methods are biocontrol assay in planta which observed for 14 days, protease activity assay, cellulase activity assay, and in vitro inhibition assay. Result showed that A. insolitus alone resulted 40% of cucumber damping-off, A. insolitus combined with chicken manure (20%), A. insolitus combined with goat manure (30%), A. insolitus combined with cow manure (35%), and A. insolitus combined with rabbit urine (35%). In in vitro test showed that A. insolitus inhibited P. aphanidermatum growth (28%) that produced extracellular protease enzyme with proteolytic index (PI) value was 1,4 and extracellular cellulase enzyme with cellulolytic index (CI) value was 1,7. Bacteria-chicken manure combination has the most effective effect to suppress damping-off."
2015
S59594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Kamilah
"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula dan metode pembuatan bath bomb tanpa penambahan air dengan pewarna alami dari ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Kayu secang diekstraksi menggunakan metode maserasi dalam pelarut etanol 96%. Penelitian ini membuat 7 sampel bath bomb yaitu sampel A (pewarna buatan), sampel B (pewarna alami 3:100, tepung jagung 11,9%), sampel C (tepung jagung 7%), sampel D (pewarna alami, tepung jagung 17%), sampel E (pewarna alami 2:100, tepung jagung 11,9%) , sampel F (pewarna alami ekstrak 1:100, tepung jagung 11,9%), dan sampel G (penambahan isopropil alkohol 91%). Variasi konsentrasi ekstrak kayu secang berpengaruh terhadap intensitas warna ekstrak kayu secang yang dihasilkan. Variasi tepung jagung berpengaruh terhadap stabilitas bath bomb disuhu ruang serta stabilitas busa yang dihasilkan. Sampel C (tepung jagung 7%) memiliki kepadatan dan tekstur yang terbaik pada pengujian suhu ruang dengan total skor 75. Sampel D (tepung jagung 17%) memiliki volume busa tertinggi yaitu 230 mL serta waktu berbusa yang paling panjang yaitu 10 menit 47 detik. Sampel G yang merupakan variasi penggantian minyak zaitun dengan isopropil alkohol 91% mengalami penurunan berat paling banyak yaitu sebesar 11.2% dan juga memiliki volume busa paling rendah yaitu 70 mL.

This study evaluate the effect of corn flour in the formulation and the use of natural dye extracted from sappan wood (Caesalpinia sappan L.). In the bath bomb formulation, the addition of corn flour (7%, 11.9%, 17% w/w) affected the stability of the bath bomb in room temperature and foaming. This study made 7 bath bomb samples, which sample A (artificial coloring), sample B (3:100 natural dye, 11.9% corn starch), sample C (7% corn starch), sample D (natural dye, corn starch 17 %), sample E (natural dye 2:100, corn starch 11.9%) , sample F (natural dye extract 1:100, corn starch 11.9%), and sample G (addition of isopropyl alcohol 91%). Variations in the concentration of sappan wood extract affect the color intensity of the sappan wood extract produced. Variations in corn starch affect the stability of the bath bomb at room temperature and the stability of the resulting foam. Sample C (7% corn starch) has the best stability at room temperature testing with a total score of 75. Sample D (17% corn starch) has the highest foam volume of 230 mL and longest effervescent time for 10 minutes 47 s. Sample G (91% isopropyl alcohol) has the most weight loss of 11.2% and also had the lowest foam volume of 70 mL.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koerner, Robert M.
New York : John Wiley & Sons, 1980
624.189 7 KEO c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: American Society of Civil Engineers, 1996
624.18 TEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Rahmatika
"Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) merupakan sumber energi alternatif yang sangat menjanjikan. Salah satu komponen penting DSSC adalah fotoanoda yaitu berupa bahan TiO2 yang disensitasi dengan zat warna. Pada penelitian kali ini, TiO2 Nanorod telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode hidrotermal menggunakan Ti(OBu)4 sebagai prekursor Ti dan dilanjutkan dengan perlakuan panas (kalsinasi) pada variasi suhu (tanpa kalsinasi, 500ºC, 700ºC, 800ºC, dan 950ºC). Berdasarkan hasil karakterisasi SEM-EDX, bentuk morfologi nanorod belum nampak pada sampel TiO2 (tanpa kalsinasi), untuk sampel TiO2 (dengan suhu kalsinasi 700ºC) sudah mulai nampak terbentuk morfologi nanorod tetapi belum sempurna dan untuk sampel TiO2 (dengan suhu kalsinasi 950ºC) sudah terbentuk morfologi nanorod secara jelas dengan diameter lubang rod yang bervariasi yaitu sebesar 223.8 nm, 277.8 nm, 322.0 nm, dan 326.3 nm. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa pada suhu kalsinasi semakin tinggi maka puncak serapan pada daerah yang khas untuk gugus fungsi hidroksil semakin rendah nilai serapannya, mengindikasikan semakin berkurangnya keberadaan residu gugus OH bebas. Sedangkan, hasil dari analisis XRD didapatkan hasil bahwa sampel tanpa kalsinasi menunjukkan keberadaan fasa anatase dan rutile dengan ukuran kristalit sebesar 11.34 nm. Sampel TiO2 Nanorod dengan perlakuan panas pada suhu kalsinasi 500ºdidominasi oleh keberadaan fasa kristal rutile, memiliki ukuran kristalit sebesar 20.98 nm. Semakin besar suhu kalsinasi diamati semakin didominasi oleh fasa rutile, dan ukuran kristalitnya menjadi semakin besar, berturut-turut sampel TiO2 Nanorod (dengan suhu kalsinasi 700º, 800ºC dan 950ºC) sebesar 22.14 nm, 39.45 nm, 46.76 nm. Hasil karakterisasi dengan menggunakan Spektrofotometri UV-DRS didapatkan hasil semakin besar suhu kalsinasi maka nilai energi band gap semakin kecil. Nilai band gap yang dihasilkan berada pada rentang anatase dan rutile. TiO2 Nanorod (tanpa kalsinasi) memiliki nilai band gap sebesar 3.06 eV, sedangkan untuk TiO2 Nanorod (dengan suhu kalsinasi 500ºC, 700ºC, 800ºC dan 950ºC sebesar 3.05 eV, 3.04 eV, 3.03 eV, dan 3.03 eV.

Dye-sensitized solar cell (DSSC) is a very promising source of alternative energy. One of the key components of the DSSC is photoanoda, which is associated with the TiO2 content. In this research, nanorod TiO2 has been successfully synthesized using the hydrothermal method, by using Ti(OBu)4 as a precursor of Ti, and followed by thermal treatment (calcination) at various temperature (without calcination, 500ºC, 700ºC, 800ºC, and 950ºC). Based on SEM-EDX characterization, TiO2 samples the sample (without calcination) showed no clear formation of nanorod morphology. In the other hand, the TiO2 sample which was heated at 700ºC, started showing the nanorod morphology and a clear nanorod morphology was observed in the TiO2 sample which has heated at 950ºC. The diameter of the rood produced was 223.8 nm, 277.8 nm, 322.0 nm, and 326.3 nm, respectively. The FTIR analysis showed that the peak absorption attributed to the OH group decreased when with more high temperature treatment exposed to the TiO2 samples. The XRD analysis of uncalcinated sample indicated the formation of slightly anatase and more predominantly by rutile, which has a crystallite size of 11.34 nm. It was observed that with more higher temperatures, TiO2 Nanorod samples were predominated by rutile crystal phase. In addition the higher calcination temperatures resulted bigger crystallite size these are the calcination temperature of 500ºC, 700ºC, 800ºC, and 950oC resulted crystallite size of 20.98 nm, 22.14 nm, 39.45 nm, and 46.76 nm, respectively. The characterization results using UV-DRS spectrophotometry showed that the greater the calcination temperature, the smaller the band gap energy value. The resulting band gap values are in the anatase and rutile ranges. TiO2 Nanorod (without calcination) has a band gap value of 3.06 eV, while for TiO2 Nanorod (with calcination temperatures of 500ºC, 700ºC, 800ºC and 950ºC of 3.05 eV, 3.04 eV, 3.03 eV and 3.03 eV."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Daging sintetik merupakan salah satu alternatif pilihan makanan yang dapat
menggantikan daging hewani dengan tingkat protein yang tidak kalah tinggi.
Kandungan protein yang tinggi dapat diperoleh dari berbagai bahan organik
seperti gluten dari tepung terigu, jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), dan
tepung kacang merah. Pembuatan daging sintetik dilakukan dengan variasi bahan
baku, yaitu tepung jamur dan jamur yang dicincang; serta variasi konsentrasi.
Penentuan jenis daging sintetik terbaik dilakukan dengan analisis proksimat, asam
amino, dan organoleptik. Daging sintetik terbaik diperoleh dari kombinasi 70%
gluten, 15% tepung kacang merah, dan 15% tepung jamur tiram putih dengan
kadar protein sebesar 29,7%; kadar air 48,05%; kadar abu 1,680%; kadar lemak
2,480%; dan kadar karbohidrat 18,05%. Terdapat 15 jenis asam amino yang
terkandung dalam daging sintetik, diantaranya adalah aspartat, glutamat, serin,
glisin, histidin, arginin, threonin, alanin, prolin, valin, tirosin, isoleusin, leusin,
phenylalanin, lisin. Sedangkan hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa
responden menilai kemiripan daging sintetik dengan daging hewani mengenai
rasa sebesar 67,5%; kekenyalan 66,0%; aroma 73,5%; dan wujud 90,5%., Synthetic meat is one of the alternative food choices that can replace animal meat
with the same amount of protein content. High protein content can be obtained
from a variety of organic materials such as gluten from wheat flour, white oyster
mushroom (Pleurotus ostreatus), and red bean flour. In this research,
manufacturing process of synthetic meat is divided into two types, the first type
use mushroom flour and the second type use chopped mushroom as its raw
material. Every type of synthetic meat manufactured in different variety of
concentration. The best synthetic meat is determined by using proximate analysis,
amino acid analysis, and organoleptic analysis. The best synthetic meat derived
from a combination of 70% gluten, 15% red bean flour and 15% of white oyster
mushroom flour with a protein content of 29.7%; moisture content of 48.05%; ash
content of 1.680%; fat content of 2.480%; and carbohydrate content of 18.05%.
There are 15 types of amino acids contained in the synthetic meat, such as
aspartate, glutamate, serine, glycine, histidine, arginine, threonine, alanine,
proline, valine, tyrosine, isoleucine, leucine, phenylalanin, lysine. While the
organoleptic test results showed that the respondents assess similarity synthetic
meat with animal flesh about the taste of 67.5%; elasticity of 66.0%; scent of
73.5%; and form of 90.5%. ash content]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susiana Maria
"Permasalahan difokuskan kepada hubungan variabel pengendalian manajemen, proses perundingan, dan kondisi kerja dengan pelaksanaan hubungan industrial di lingkungan perusahaan garmen/ tekstil yang berbeda sumber kepemilikan modal. PT Katexindo mewakili perusahaan penanaman modal dalam negeri dan PT Bitratex Industries mewakili perusahaan penanaman modal asing. Pendalaman atas hubungan tiga variabel tersebut dalam hubungan industrial dimaksudkan untuk membuktikan besaran hubungan yang terjadi sehingga karakteristik faktor-faktor pendorong dari ketiga variabel yang terdapat di kedua perusahaan dapat terdeskrispsi secara spesifik dan dianalisa secara komprehensif.
Dengan sifat populasi yang cenderung homogen, penentuan jumlah sampel berdasarkan label Krejcie cukup dapat merepresentasikan karakteristik sampel. Dan jumlah 341 sampel yang layak uji, menunjukkan bahwa hubungan industrial di kedua perusahaan menghasilkan outcome berbeda dalam hal penerapan pengendalian manajemen, kualitas proses perundingan, dan kualitas kondisi kerja, serta kaitan ketiga variabel tersebut beserta indikator pengukuran yang dipakai.
Hubungan ketiga variabel di Perseroan Terbatas Katexindo menghasilkan suatu kualitas hubungan industrial yang kondusif baik secara proses, kelembagaan, maupun prosedur. Hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan menghasilkan suatu sinergi seimbang antara hubungan dua struktur dan fungsi yaitu manajemen dan Pimpinan Unit Kerja. Sebaliknya, hubungan industrial di Perseroan Terbatas Bitratex Industries menunjukkan suatu outcome negatif atas ketiga variabel bebas terhadap kualitas pelaksanaan hubungan industrial. Penanganan ketiga variabel telah mendorong kualitas hubungan industrial menjadi tidak kondusif dan merupakan refleksi atas ketidakseimbangan proses hubungan timbal balik perusahaan dan karyawan.
Sehingga, disimpulkan bahwa status kepemilikan modal perusahaan memiliki kualitas hubungan industrial yang berbeda lebih dikarenakan kebijakan internal perusahaan dalam mengelola komunikasi baik lisan ataupun tertulis sebagai refleksi atas pengendalian manajemen, kemudian proses perundingan, dan pengelolaan kondisi kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Larry L.
New York, N.Y. : John Wiley & Sons, Inc, 1979
662.66 AND s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>