Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105683 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermawan Puji Yuwana
"Terak timah 2 merupakan hasil samping industri pengolahan timah. Terak timah 2 berpotensi untuk meningkatkan konsentrasi radioaktif yang kemudian dikenal dengan TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Materials). Terak timah 2 memiliki potensi untuk digunakan sebagai substitusi agregat halus pada pembuatan mortar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek teknis dan radiologis dari potensi penggunaan kembali terak timah 2 yang mengandung tenorm sebagai bahan mortar. Kandungan kimia utama dari terak timah 2 berdasarkan analisis XRF adalah SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, dan TiO2. Terak timah 2 masih mengandung Sn sebanyak 3,36% dan berkesesuaian dengan tipikal terak timah 2 pada umumnya. Hasil spektrometri gamma terhadap terak timah 2, dihasilkan konsentrasi aktivitas radionuklida 226Ra, 228Ra, 228Th, 238U, dan 40K berturut-turut adalah 5,724 Bq/gram, 16,590 Bq/gram, 14,29 Bq/gram, 0,895 Bq/gram, dan 1,161 Bq/gram. Terak timah 2 memiliki kandungan organik yang rendah, kadar lumpur kurang dari 5%, berat jenis sebesar 3,695 gram/cm3, gradasi terak timah 2 masuk dalam zona I yaitu ukuran butir kasar, dan nilai modulus halus butir sebesar 3,37. Terak timah 2 akan divariasikan pada 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% terhadap agregat halus. Mortar dibuat dengan proporsi semen dan pasir sebesar 1:3 dan faktor air semen (w/c) sebesar 0.7. Sampel mortar berbentuk silinder dengan ukuran diameter ± 3,5 cm dan tinggi ± 4 cm. Setelah mortar dicetak, sampel mortar direndam dalam air kemudian diuji pada umur 7,14, dan 28 hari. Penambahan terak timah 2 memberikan kuat tekan optimum pada umur 7, 14, dan 28 hari berturut-turut adalah 8,044, 8,836, and 11,172 MPa. Penambahan terak timah 2 memberikan kenaikan paparan radiasi permukaan pada benda uji mortar – terak timah 2. Rerata paparan radiasi permukaan pada variasi 5%, 10%, 15%, dan 20% berturut-turut adalah 0,112, 0,125, 0,136, 0,142 µSv/jam. Hasil analisis dari indeks Raeq, Hex, Hin, Dosis Serap, dan Dosis Efektif (E) didapatkan hasil berturut-turut 27.149 Bq/Kg, 88,79, 73,32, 12.371,11 nGyh-1, dan 15,17 mSv/tahun. Hasil simulasi RESRAD-ONSITE terhadap 2 skenario permukiman dan industri dan 2 skenario lokasi, menghasilkan nilai dosis di atas 1 mSv/tahun. Simulai dengan RESRAD-BUILD dengan skenario seperti variasi ukuran ruangan, variasi ketebalan lapisan acian dinding, variasi konsentrasi aktivitas, dan faktor hunian/okupansi juga menghasilkan nilai dosis di atas 1 mSv/tahun. Berdasarkan indeks dan simulasi, terak timah 2 memberikan potensi bahaya radiologi kepada pekerja dan masyarakat/publik.

Tin slag 2 is a by-products of tin processing industry. Tin slag 2 has potential to increase the radioactive concentration, then known as TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Materials). Tin slag 2 has the potential to be used as a substitute for fine aggregate in the mortar. The aims of this study was to determine the technical and radiological aspects of the potential reuse of tin slag 2 containing TENORM as fine aggregate subtituent on mortar. Tin slag 2 has major constituent such as SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, and TiO2 based on XRF analysis. Tin slag 2 still contains Sn in the range of 3,36% still in accordance with the typical tin slag 2 in general. The results of gamma spectrometry on tin slag 2 showed that the concentration activity of 226Ra, 228Ra, 228Th, 238U, and 40K are respectively 5,724 Bq/gram, 16,590 Bq/gram, 14,29 Bq/gram, 0,895 Bq/gram, and 1, 161 Bq/gram. Tin slag 2 has low organic content, silt/clay content is less than 5%, specific gravity is 3,695 gram/cm3, gradation area (zone) I which is coarse grain size, and the fine modulus (FM) value is 3.37 outside the range of fineness modulus in ASTM C33. The tin slag 2 substitution was varied at 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% of the fine aggregate. Proportion of 1:3 cement to sand with water/cement ratio (W/C) of 0.7. The mortar sample is cylindrical in shape with with a size of ± 3,5 cm in diameter and ± 4 cm in height based on the existing practice at IPLN - BRIN. After the mortar was molded, the mortar samples were immersed in water and then tested at the ages of 7,14, and 28 days. The addition of 5% tin slag 2 give the most optimum compressive strength value at the age of 7, 14, and 28 days are 8.044, 8.836, and 11.172 MPa. The addition of tin slag 2 gives an increase in surface radiation exposure on the mortar– tin slag 2. The average of radiation surface exposure at variations of 5%, 10%, 15%, and 20% respectively is 0.112, 0.125, 0.136, 0.142 µSv /hour. Based on the indexs of Raeq, Hex, Hin, Absorbed Dose, dan Effective Dose (E) the results were 27.149 Bq/Kg, 88,79, 73,32, 12.371,11 nGyh-1, dan 15,17 mSv/year. The results of the RESRAD-ONSITE simulation for residential and industrial scenarios and 2 location scenarios, resulted in a dose value above 1 mSv/year. Simulation with RESRAD-BUILD with scenarios such as variations in room size, variations in wall plaster layer thickness, variations in activity concentration, and occupancy factors also produces dose values above 1 mSv/year. Based on the index and simulation, tin slag 2 provides a potential radiological hazard to the workers and the public"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onek Gunawan
"Meningkatnya aktivitas eksploitasi dan kegiatan indutri pengolahan bijih Timah (SnO2) di pulau Bangka berpotensi menyebabkan kenaikan konsentrasi dan aktivitas TENOR (Technologically Enchanced Naturally Occurring Radioaktive Materials) di permukaan. Peningkatan konsentrasi dan aktivitas TENORM akan memberikan dampak bagi keselamatan dan kesehatan pekerja serta lingkungan. Pada penelitian ini diperoleh konsentrasi aktivitas TENORM pada Tin Slag yang cukup tinggi yaitu di atas 1 Bq/g untuk Th-232, Th-228, U-238 dan Ra-226. Sedangkan untuk radionuklida K-40 masih berada pada level alam yaitu maksimum 2,16 Bq/g dari batas maksimal yang ditentukan 10 Bq/g. Sebagai konsekuensi tingginya aktivitas deret Th-232 dan U-238 adalah Tin Slag pada penelitian ini memiliki karakteristik nilai rata-rata Radium Equivalent Activity (Raeq) dan External Hazard Index (Hi) masing-masing sebesar 27,08 Bq/g dan 73,14 sedangkan batasan maksimum yang ditentukan oleh United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2000 masing-masing sebesar 0,37 Bq/g untuk Raeq dan 1 untuk Hi. Konsekuensi lain yang diperoleh adalah tingginya dosis absorbsi dan dosis efektif yang mungkin diterima pekerja dimana dalam penelitian ini diperoleh masing-masing untuk dosis absorbsi sebesar 12104 nGy/jam dan dosis efektif 23,04 mSv/tahun. Dari simulasi menggunakan perangkat RESRAD ONSITE diketahui terdapat kenaikan dosis efektif sampai batas maksimum pada tahun ke-20 sebesar 27,17 mSv/tahun jauh di atas ambang 20 mSv/tahun untuk pekerja radiasi. Selain itu diperoleh pola kontribusi dosis untuk tiap radionuklida sampai tahun ke-60 dimana dari total keseluruhan kontribusi hampir semuanya didominasi oleh deret Th-232 yaitu lebih dari 50 % dari total dosis. Estimasi peluang terjadinya kanker menunjukan nilai maksimum 63 x 10-3 hal ini berarti terdapat 63 dari 1000 kejadian, nilai ini juga berada di atas nilai ambang yang ditetapkan United States Evironmental Protection Agency (EPA) yaitu pada skala 10-4.

Increased activity of exploitation and industrial activities of Tin Ore processing (SnO2) in Bangka Island has the potential to increase the concentration and activity of TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioaktive Materials) on the surface. Increasing TENORM concentration and activities will have an impact on workers and environment. In this research, TENORM activity concentration in Tin Slag is higher than 1 Bq/g for Th-232, Th-228, U-238 and Ra-226. K-40 is still at a natural level that is a maximum of 2,16 Bq/g from the maximum limit specified 10 Bq/g. As a consequence of the high level of activity of Th-232 and U-238 series is Tin Slag in this research has characteristic of average value of Radium Equivalent Activity (Raeq) and External Hazard Index (Hi) respectively 27,08 Bq/g and 73, 14 while the maximum limit determined by the United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2000 was 0.37 Bq/g for Raeq and 1 for Hi. Another consequence is the high absorption dose and high the effective dose will be received by the workers. In present research we found high value for absorption dose and effective dose are respectively 12104 nGy/hour and 23.04 mSv/year. From the simulation using the RESRAD ONSITE device is known that effective dose will increase up to the maximum limit (27.17 mSv/year ) in the 20th year. It is above the threshold 20 mSv/year for radiation workers. In addition, from dose contribution pattern ,we found from total contribution dose is more than 50 % dominated by Th-232 series. The probability of cancer indicate a maximum value of 63 x 10-3, this means there are 63 out of 1000 events, this value is also above the threshold value set by United States Evironmental Protection Agency (EPA) on scale 10-4."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annafi Kevin Putra
"ABSTRAK
<
Ekstratksi tin dari sumber sekunderterbukti menjadi altematifyang atraktif
melihat dari permintaan produksi timah yang tems bertumbuh. Terak timah, yang
tergolong sumber sekunder, masih menyisakan timah oksida sekitar 1 sampai 3%.
Literature studi menunjukkan, untuk melakukan leaching dari terak timah secara
efektif, formasi silica gel hams di cegah, oleh karenanya asam oksalat dipilih. Empat
parameter leaching, konsentrasi asam oksalat, waktu, temperature, dan rasio, dipilih
untuk mengekstrak tin (sebagai target) beserta titanium, tantalum, dan niobium.
Eksperimen menunjukan, bahwa parameter leaching paling optimum berada di 24
jam waktu leaching, pada 50 C dan 10% rasio cairan dan solid.

ABSTRACT
Recovering tin from secondary resource proves to be an attractive
alternative tin resource to help satisfy the ever-growing tin demands. Tin slag,
considered as a secondary resource, still consist of tin in the form of oxides
approximately 1 - 3%. Studies found that in order to leach tin slag effectively the
formation of S,ilica gel has to be prevented, hence oxalic acid was chosen as the
leaching reagentofor the study. Four leaching parameters, oxalic acid concentration,
leaching time, leaching temperature and solid liquid ratio, were tested through the
experiment to extract tin as the primary metal, along with titanium, tantalum and
niobium. The experiment concluded that the optimum leaching time is at 24 hours
with a temperature of 50 C at 10% solidiliqvid ratio."
2017
S69414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vithiya Sri Yulina
"Unsur transisi merupakan unsur yang terdapat pada golongan 3-12. Unsur transisi ini memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi. Dengan adanya hal tersebut menyebabkan unsur transisi memiliki kemampuan sebagai katalis yang baik dan memiliki kemampuan penyerapan zat pada permukaan yang baik. Selain unsur transisi juga terdapat Logam Tanah Jarang LTJ . Unsur LTJ terdapat pada deret lanthanida dan juga Yttrium Y dan Scandium Sc .Terak timah merupakan limbah slag dari proses peleburan timah. Terak timah yang digunakan yaitu terak timah I. Terak timah dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan mineral berharga seperti Tantalum Pentaoksida Ta2O5 dan Niobium Pentaoksida Nb2O5 dan LTJ. Proses diawali dengan pemanggangan, pencelupan pada larutan NaOH 0.5M. Kadar Ta2O5 dan Nb2O5 mengalami penurunan setelah proses pemanggangan. Setelah itu dilakukann proses pelindian menggunakan larutan pelindi HCl dengan konsentrasi 4M, 6M dan 8M. Kadar dari mineral pengikut mengalami penurunan tetapi kadar dari Ta2O5, Nb2O5, Ce2O3 serta La2O3 juga mengalami penurunan.

Transition elements or transition metal is an element contained in group 3 to 12 on the table periodic. The transition elements have two or more oxidation numbers. Given this causes the transition elements have the ability as a good catalyst, and has the ability absorption on the surface of the well. On the otherhand there is also a Rare Earth Elements REE . Rare Earth Elements are in series lanthanida and Yttrium Y and Scandium Sc . Tin slag is a waste from the lead smelting process. Tin slag has a valuable mineral that can be used as Tantalum Pentoxide Ta2O5 , Niobium Pentoxide Nb2O5 and Rare Earth Element REE . In this research, leaching is a process used to increase grade of Ta2O, Nb2O5 and REE Cerium Ce and Lanthanum La in tin slag. This research to found effect of roasting on 900 C, effect of using sodium hydroxide NaOH as a quenching agent and effect of variation chloride acid HCl concentration as leaching agent. The roasting result was obtained highest mass distribution on 100 and use to leaching process. But grade of Ta2O5, Nb2O5 and REE after roasting process was decreased. The result of leaching in variation concentration 4M, 6M, and 8M grade of gangue minerals was decreased but Ta2O5, Nb2O5 and REE also decreased."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Doloressa
"Industri fosfat di Indonesia menggunakan batuan fosfat dari Jordania, Maroko, Mesir dan Cina yang merupakan hasil tambang yang mengandung TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Materials) yang umumnya terdiri atas 238U, 232Th, 228Th, 226Ra, 228Ra, 40K, 210Pb, 210Po, 222Rn dan 220Rn, yang mempunyai waktu paro sangat panjang. TENORM tersebut dapat memberikan kontribusi pajanan radiasi eksterna maupun interna kepada pekerja yang terlibat langsung dalam industri fosfat secara terus menerus.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan pengawasan terhadap TENORM pada industri fosfat. Penelitian menggunakan desain studi eksplorasi yang merupakan suatu penelitian dengan melakukan analisis kualitatif terhadap data yang dikumpulkan melalui wawancara maupun kajian literatur. Analisis data dilakukan melalui dua tahapan, yaitu melakukan perhitungan dengan menggunakan program RESRAD dan melakukan analisis literatur terhadap peraturan-peraturan yang terkait dengan TENORM, baik peraturan yang ada di Indonesia maupun di negara lain.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi aktivitas radionuklida yang terkandung di dalam TENORM pada umumnya melebihi 1 Bq/g, dan perkiraan nilai total dosis efektif yang diterima pekerja di daerah kerja pada umumnya melebihi 1 mSv per tahun.
Untuk itu, kebijakan pengawasan TENORM pada industri fosfat dapat diterapkan melalui koordinasi yang efektif dalam melindungi pekerja di industri fosfat antara BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), selaku lembaga pengawas pemanfaatan tenaga nuklir, dengan badan pengawas terkait lainnya, seperti DEPPERIN, DEPNAKERTRANS, KLH, ESDM, PEMDA. Selain itu, kebijakan tersebut juga dapat diterapkan melalui pelaksanaan intervensi dengan tindakan remedial atau perizinan, yang baru dapat diterapkan setelah melaksanakan pengkajian dan analisis lebih lanjut.

The phosphate ores used in the phosphate industry in Indonesia are imported from Jordan, Marocco, Egypt, and China; ores that contain TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Materials) generally consisting of 238U, 232Th, 228Th, 226Ra, 228Ra, 40K, 210Pb, 210Po, 222Rn and 220Rn, whose half lives are very long. The TENORM can contribute to the internal and external radiation exposures to the workers directly and continuously involved in the phosphate industry.
The objective of the study is to provide recommendations on the regulatory policy of TENORM in the phosphate industry. The exploration study design is used in the study and is conducted by qualitatively analyzing the data gathered from interviews and references. Data analysis is carried out by using RESRAD software for the calculation and by studying relevant regulations concerning TENORM in Indonesia and in other countries.
The results show that the activity concentrations of the radionuclides contained in the TENORM generally exceed 1 Bq/kg and the total estimated effective dose received by the workers in the working environment in general surpass 1 mSv/yr.
Therefore, the regulatory policy of TENORM in the phosphate industry can be implemented through an effective coordination between BAPETEN (Nuclear Energy Regulatory Agency), as the competent regulatory authority in the utilization of nuclear energy, and other regulatory authorities, such as DEPPERIN (Department of Industry), DEPNAKERTRANS (Department of Labor and Transmigration), KLH (Ministry of Environment), ESDM (Department of Energy and Mineral Resources), and PEMDA (Provincial Government) with the aim to protect the workers in the phosphate industry. In addition, the policy can also be implemented through intervention by remedial action or through licensing, which can only be executed after further analysis and assessment."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T41270
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Masnita
"Tantalum dan Niobium masuk kedalam logam critical in mid term yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020. Berdasarkan ketersediaan sumber, terak timah dapat menjadi sumber alternatif untuk mendapatkan logam tantalum dan niobium dalam bentuk Tantalum Pentaoksida Ta2O5 dan Niobium Nb2O5 . Di terak timah juga mengandung Logam Tanah Jarang LTJ oksida yang dapat ditingkatkan kadarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar Tantalum, Niobium dan LTJ dengan menggunakan proses pelindian dengan variabel bebas temperatur pelindian Terak timah dilakukan pemanggangan di temperatur 900 C selama 2 jam lalu didinginkan dengan cepat menggunakan larutan NaOH 0.5 M, kemudian dilakukan pengayakan dengan ukuran 100, minus;100 120, minus;120 180. Setelah itu dilakukan pelinidan dengan menggunakan larutan HCl 6 M, S/L 1:30, dan lama pelindian ialah 50 menit. Pelindian dilakukan dengan variabel bebas yaitu temperatur pelindian. Temperatur pelindian yang digunakan ialah 25 , 45 , 65 C.
Hasil penelitian ini menunjukan setelah pemanggangan dan pendinginan cepat distribusi ukuran terbanyak di ukuran 100 dan terjadi penurunan kadar Tantalum, Niobium, dan LTJ. Hasil pelindian menunjukan semakin tinggi temperatur maka kadar Tantalum, Niobium, dan LTJ di terak timah meningkat, didapatkan temperatur optimun pelindian di 45 C dengan peningkatan sebesar 240 untuk Niobium dan 164.3 untuk Tantalum.

Tantalum and Niobium were known include as critical in mid term, expected to be exhausted in 2020. Based on availability sources, Tin Slag can be an alternative source for Tantalum Pentaoxide Ta2O5 , Niobium Pentaoxide Nb2O5 and Rare Earth Elements REE.
This research aimed to find out effect of effect Natrium Hydroxide as quenching media and leaching process with variable of temperatur leaching for increasing Tantalum, Nobium, and REE oxides grade with leaching process. Tin slang roasted at 900 C for two hours and quenched in NaOH 0.5 M, the sieved to the size of 100, minus 100 120, minus 120 180. Leaching process with Chloride Acid 6 M, S L 1 30, and leached for 50 minutes. The leaching variable temperature used were 25 , 45 , 65 C.
The roasting and quencheds result showed the highest mass distribution at 100 and the grade were decreased. The result of leaching, higher temperature leaching then Tantalum, Niobium, and REE oxides grade increased. The optimum temperature was 45 C, increased 240 for Niobium and 164.3 for Tantalum.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Triana Sari
"Terak timah II merupakan hasil samping dari pengolahan timah, pada terak timah II terkandung unsur-unsur yang masih dapat dimanfaatkan kembali seperti kuarsa, rutile, hematit, zirkonium oksida, alumunium oksida, tantalum oksida, dan niobium oksida. Tantalum dan Niobium beberapa tahun mendatang akan mengalami kepunahan, oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan recovery tantalum dan niobium dari terak timah II. Terak timah II memiliki kadar tantalum dan niobium oksida sebesar 0,33 dan 0,645.
Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi terhadap logam tantalum dan niobium dari terak timah II menggunakan metode Leaching. Leaching dilakukan dua kali, yang pertama dengan menggunakan HCl dan Alkali NaOH dan yang kedua dengan menggunakan HF dan H2SO4 kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan reagen MIBK dan karakterisasi dilakukan dengan instrumen ICP-OES. Kadar tantalum dan niobium pentoksida sebelum ditambahkan asam fitat adalah 68,6465 ppm dan 931,858 ppm dan setelah ditambahkan asam fitat menjadi 463,535 atau meningkat sebesar 85,229 ppm pada tantalum dan menurun sebesar 31,30 menjadi 640,165 ppm.

Tin slag II is a by product of tin processing, in tin slag II contained elements that can still be reused such as quartz, rutile, hematite, zirconium oxide, aluminum oxide, tantalum oxide, and niobium oxide. Tantalum and Niobium in the next few years will experience extinction, therefore in this research will be done tantalum and niobium recovery from tin slag II. Tin slag II has tantalum and niobium oxide levels of 0.33 and 0.645.
In this research will be extraction of tantalum and niobium metal from tin slag II using Leaching method. Leaching is done twice, the first by using HCl and Alkali NaOH and the second by using HF and H2SO4 and characterization done with ICP OES instrument. Levels of tantalum and niobium pentoxide before added phytic acid were 68.6465 ppm and 931.858 ppm and after added phytic acid to 463.535 ppm 640.165 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annafi Kevin Putra
"Ekstratksi tin dari sumber sekunder terbukti menjadi alternatif yang atraktif melihat dari permintaan produksi timah yang terus bertumbuh. Terak timah, yang tergolong sumber sekunder, masih menyisakan timah oksida sekitar 1 sampai 3%. Literature studi menunjukkan, untuk melakukan leaching dari terak timah secara efektif, formasi silica gel harus di cegah, oleh karenanya asam oksalat dipilih. Empat parameter leaching, konsentrasi asam oksalat, waktu, temperature, dan rasio, dipilih untuk mengekstrak tin (sebagai target) beserta titanium, tantalum, dan niobium. Eksperimen menunjukan, bahwa parameter leaching paling optimum berada di 24 jam waktu leaching, pada 50?C dan 10% rasio cairan dan solid.

Recovering tin from secondary resource proves to be an attractive alternative tin resource to help satisfy the ever-growing tin demands. Tin slag, considered as a secondary resource, still consist of tin in the form of oxides approximately 1 – 3%. Studies found that in order to leach tin slag effectively the formation of silica gel has to be prevented, hence oxalic acid was chosen as the leaching reagent for the study. Four leaching parameters, oxalic acid concentration, leaching time, leaching temperature and solid liquid ratio, were tested through the experiment to extract tin as the primary metal, along with titanium, tantalum and niobium. The experiment concluded that the optimum leaching time is at 24 hours with a temperature of 50?C at 10% solid/liquid ratio."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mailani
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana pengawasan TENORM di Indonesia serta pengelolaan TENORM. TENORM sebagai produk samping zat radioaktif alam yang mengalami peningkatan karena kegiatan bukan hanya dihasilkan pada kegiatan pemanfaatan nuklir, namun juga pada kegiatan non nuklir lainnya, seperti energi dan sumber daya mineral pada kegiatan penambangan, pengolahan, pemurnian dan industri. Di mana dalam hal ini, pengawasan terhadap zat radioaktif menjadi kewenangan dari BAPETEN, namun selama ini pengawasan hanya terhadap pemegang izin pemanfaatan sehingga dalam hal ini terdapat bisa lepasnya pengawasan terhadap zat radioaktif berupa TENORM. Selain itu Undang-undang B3 juga mengatur tentang pengawasan dan pelarangan pemanfaatan TENORM dikecualikan bila tidak melewati batas yang telah ditetapkan. Setiap Pengusaha yang menghasilkan TENORM harus melakukan intervensi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat paparan radiasi.

This thesis discusses how TENORM supervises in Indonesia and TENORM management. TENORM as a by-product of natural radioactive substances that have increased due to activities not only generated in nuclear utilization activities, but also on other non-nuclear activities, such as energy and mineral resources in mining, processing, refining and industrial activities. Where in this case, the monitoring of radioactive substances becomes the authority of BAPETEN, but so far only done to the license holder in the case of this could be the release of the monitoring of TENORM radioactive substances. In addition, B3 Law also regulates the supervision and prohibition of utilization of TENORM except if it does not exceed the established limits. Any Entrepreneur who produces TENORM should intervene aimed at lowering radiation exposure levels."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Winner Lorenzo
"Perhitungan ketinggian slag nikel di dalam Electric Arc Furnace (EAF) dapat dipengaruhi dari densitas yang dimiliki oleh slag tersebut. Slag nikel terdiri dari berbagai elemen penyusun dengan komposisi kadar yang berbeda-beda dan hal ini dapat mempengaruhi perilaku nilai densitas. Sejumlah rangkaian dilakukan dengan melibatkan mesin X-Ray Fluorosence (XRF) untuk mengetahui kadar komposisi dari setiap elemen dan perhitungan densitas dengan metode perhitungan densitas cair. Variasi yang digunakan dalam penelitian adalah Al2O3 dan SiO­2 dengan temperatur yang dianggap konstan yaitu ±1520oC. Hasil pengujian menyatakan bahwa kenaikan kadar komposisi Al2O3 menyebabkan kenaikan nilai densitas namun sebaliknya kenaikan kadar komposisi SiO2 menyebabkan penurunan nilai densitas. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa kenaikan densitas dapat menyebabkan penurunan dari ketinggian slag di dalam proses smelting.

The calculation of nickel slag level in Electric Arc Furnace (EAF) can be affected by the density of the slag itself. Nickel slag consists of various constituent elements with different content compositions and thus can affect the behavior of the density values. Experimental works are carried out by involving an X-Ray Fluorence (XRF) machine to determine the composition of each element and calculating the density using the liquid density calculation method. The variations used in this research are Al2O3 and SiO2 with a temperature that is considered to be constant at ±1520oC. The test results state that an increase of Al2O3 composition can cause an increase of the density value but conversely an increase of the SiO2 composition can cause a decrease of the density value. The test results also state that an increase of nickel slag density can cause a decrease of slag level in the smelting process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>