Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfanie Wiyatama
"Prokrastinasi akademik merupakan masalah umum dalam dunia pendidikan yang memiliki dampak negatif terhadap aktivitas akademik siswa. Muraqabah dipandang dapat memberikan pengaruh positif terhadap regulasi diri yang mana salah satu bentuk dari regulasi diri adalah regulasi emosi untuk dapat memberikan pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Penelitian terdahulu mengungkapkan salah satu upaya dalam mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam meregulasi emosi. Regulasi emosi yang baik dapat mengubah emosi aversi untuk mengurangi prokrastinasi. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara variabel muraqabah, prokrastinasi akademik, dan regulasi emosi. Serta untuk menginvestigasi peran regulasi emosi sebagai mediator hubungan muraqabah dan prokrastinasi akademik. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan adaptasi skala prokrastinasi akademik (APS), kuesioner muraqabah, dan kuesioner regulasi emosi (ERQ-CA). Sedangkan untuk pengumpulan data kualitatif, menggunakan teknik wawancara. Partisipan dalam penelitian kuantitatif berjumlah 201 siswa, dan partisipan untuk penelitian kualitatif adalah delapan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan pada setiap pasangan variabel, serta regulasi emosi ditemukan memediasi penuh secara signifikan hubungan antara muraqabah dan prokrastinasi akademik pada siswa SMP.

Academic procrastination is a common problem in the world of education that has a negative impact on students’ educational activities. Muraqabah is considered to positively influence self-regulation, where emotion regulation is one of self-regulation’ forms. Previous research has revealed that one of the efforts to overcome academic procrastination is to enhance the ability to regulate emotions. Excellent emotion regulation can change aversion emotions to reduce procrastination. This study investigates the relationship between academic procrastination, muraqabah, and emotion regulation. In addition, it also examines the role of emotion regulation as a mediator in the relationship between muraqabah and academic procrastination in Junior High School Students. This study used mixed methods. Quantitative data were collected by distributing adaptation of the academic procrastination scale (APS) , muraqabah questionnaire, and emotion regulation questionnaire (ERQ-CA). Meanwhile, to collect qualitative data were used interview techniques. Participants in quantitative research were 201 students, and participants in qualitative research were eight students. This study showed a significant correlation in each pair of variables, and emotion regulation was found to significantly mediate the relationship between muraqabah and academic procrastination in junior high school students."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aninditha
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran peran moderasi konsep diri akademik terhadap hubungan antara prestasi akademik dan adaptabilitas karir pada siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di Kota Depok. Pengukuran adaptabilitas karir dilakukan dengan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale CAAS Savickas Porfeli, 2012 . Prestasi akademik diukur melalui nilai rata-rata rapor semester lima partisipan saat duduk di bangku SMP. Sedangkan, konsep diri akademik diukur menggunakan Academic Self Concept for Adolescence ASCA Scale Ordaz-Villegas, Acle-Tomasini, Reyes-Lagunes, 2013 . Partisipan berjumlah 704 orang yang berasal dari dua sekolah di Kota Depok.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari konsep diri akademik terhadap hubungan antara prestasi akademik dan adaptabilitas karir p = .250, LOS = .05 . Artinya, kuat-lemahnya hubungan antara prestasi akademik dan adaptabilitas karir individu tidak dipengaruhi oleh seberapa positif konsep diri akademik yang ia miliki. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting dilakukan pengembangan adaptabilitas karir pada siswa SMP, dengan memperhatikan prestasi akademik dan konsep diri akademik yang dimilikinya.

This study aimed to find the moderating role of academic self concept towards the relationship of academic achievement and career adaptability among Junior High School Students in Depok City. Career adaptability was measured using modification of Career Adapt Abilities Scale CAAS Savickas Porfeli, 2012 . Students rsquo average score of 5th semester report used to measure academic achievement. Academic self concept was measured using modification of Academic Self Concept for Adolescence ASCA Scale Ordaz Villegas, Acle Tomasini, Reyes Lagunes, 2013 . This study involve 704 participants from two schools in Depok City.
The result found that there is no significant effects of academic self concept towards the relationship of academic achievement and career adaptability. It means, the strength of academic achievement and career adaptability rsquo s relationship not affected by how positive a person rsquo s academic self concept. Based on this study, its important for Junior High School Students to develop their career adaptability, regard their academic achievement and academic self concept.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmanditha Ardian Mahatma
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan self-efficacy dengan prestasi akademik. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Self-efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Bandura, 1997). Menurut KBBI, prestasi akademik adalah hasil pencapaian seseorang yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di sekolah atau perguruan tinggi yang biasanya ditunjukan dengan nilai angka atau simbol. Kecerdasan emosi diukur menggunakan Emotional Intelligence Inventory (EII) dan self-efficacy diukur menggunakan College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). Penelitian ini dilakukan pada 178 mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2012, 2013, 2014, dan 2015. Data penelitian diolah menggunakan teknik statistik Pearson Correlation & Multiple Correlation.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan prestasi akademik, self-efficacy dengan prestasi akademik, maupun kecerdasan emosi dan self-efficacy secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada seluruh sivitas akademik terutama psikologi pendidikan, untuk mempertimbangkan aspek kecerdasan emosi dan self-efficacy demi pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang lebih baik.

This study aimed to examine the relationship between emotional intelligence and self-efficacy with academic achievement. Emotional intelligence is the ability to recognize our own feelings and the feelings of others, motivating and managing emotions well in ourselves and in relationships with others (Goleman, 1999). Self-efficacy is the belief that one has the ability to organize and carry out actions in achieving a particular goal (Bandura, 1997). According KBBI, academic achievement is the achievement of an individual derived from teaching and learning activities in schools or colleges that usually indicated by the value of numbers or symbols. Emotional intelligence was measured using the Emotional Intelligence Inventory (EII) and self-efficacy was measured using the College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). This study was conducted on 178 students of the University of Indonesia class of 2012, 2013, 2014, and 2015. Data were analyzed using statistical techniques Pearson Correlation and Multiple Correlation.
The results showed that there is a positive and significant relationship between emotional intelligence and academic achievement, self-efficacy with academic achievement, as well as emotional intelligence and self-efficacy together have a positive and significant relationship with achievement. The results of this study can be input to all academic faculty primarily educational psychology, to consider aspects of emotional intelligence and self-efficacy for the sake of academic achievement of students better.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Hanasa
"ABSTRAK
Penelantaran emosional adalah ketidakmampuan orang tua atau pengasuh utama untuk merespon kebutuhan emosional anak dengan ditandai kurangnya interaksi antara orang tua atau pengasuh utama terhadap anak. Dampak dari penelantaran emosional dapat berpengaruh pada berbagai aspek, salah satunya adalah prestasi belajar anak. Kasus penelantaran emosional atau perlakuan salah lainnya pada remaja seringkali tidak terdeteksi. Hal ini disebakan oleh kurang terbukanya remaja akan pengalaman tidak menyenangkan yang dia pernah alami. Desain penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan total subjek yang diteliti berjumlah 209 orang. Subjek tersebut diminta untuk mengisi kuesioner data demografi dan Childhood Trauma Questionnaire untuk dinilai apakah subjek pernah mengalami atau memiliki riwayat penelantaran emosional. Indikator prestasi belajar didapatkan dari nilai rapor individu subjek di semester genap tahun ajaran 2016/2017. Dari hasil pengisian data demografi didapatkan sebaran usia, jenis kelamin, suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, dan jumlah tanggungan orang tua. Dari 209 subjek, 41 subjek memiliki riwayat penelantaran emosional. Hasil menunjukan tidak ada nya hubungan bermakna secara statistik maupun klinis. Uji Chi-square antara riwayat penelantaran emosional dan prestasi belajar memberikan hasil berupa nilai p = 0,176 dan RR = 0.757 95 CI 0,513 ndash; 1,117 . Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor perancu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sekolah menengah atas dengan riwayat penelantaran emosional.

ABSTRACT
Emotional neglect is the inability of parent or primary caregiver to provide child rsquo s emotional needs and characterized by lack of interaction between parent of primary caregiver to children. The impact of emotional neglect can affect many aspects, one of which is the child rsquo s academic performance. Cases of emotional neglect or other maltreatment in adolescents are often undetectable caused by the lack of teenager rsquo s openness about the unpleasant experiences that they had experienced. This research is a cross sectional study with 209 subjects. To assess the association between history of emotional neglect and academic performance of high school students, the subjects were asked to fill out a demographic questionnaire and Childhood Trauma Questionnaire. The results of demographic data questionnaire describe the distribution of age, gender, ethnicity, parent education, parent jobs, parent income, and the number of parental dependents. Of 209 subjects, 41 subjects have experienced emotional neglect. The results show there is no statistical and analytical significance. Chi square test between the history of emotional neglect and academic performance gave the result of p value 0.176 and RR 0.757 95 CI 0.513 1.117 . Further research is needed to find out which confounding factors that can influence high school students 39 achievement with a history of emotional neglect.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara manajemen waktu, locus of control, dan prestasi akademik pada siswa SMA. Prestasi akademik merupakan merupakan hal yang penting pada siswa SMA sebagai bahan evaluasi performa mereka di akademik. Evaluasi tersebut membantu siswa untuk mengetahui pekerjaan yang tepat di masa depan. Penelitian ini dilakukan ke 66 siswa SMA. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Time Management Behavior Scale (TMBS) untuk mengukur manajemen waktu, Levenson Multidimensional Locus of Control Scale (LMLoC) untuk mengukur locus of control, dan nilai rata-rata rapor untuk mengukur prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi kepercayaan siswa bahwa konsekuensi yang mereka terima disebabkan oleh orang lain, maka semakin rendah prestasi akademik siswa. Lebih lanjut, semakin tinggi kepercayaan siswa bahwa konsekuensi yang mereka terima disebabkan oleh faktor kebetulan, keberuntungan atau takdir, maka prestasi akademiknya semakin rendah.

This study was conducted to examine the relationship between time management, locus of control and academic achievement. Academic achievement is important to senior high school students as an evaluation of their perform. That evaluation help students knowing the right job for them in the future. 66 students participated in this study. Time management measured with Time Management Behavior Scale (TMBS), locus of control measured with Levenson Multidimensional Locus of Control Scale (LMLoC) and academic achievement measured with report card grades. The result of this study is the higher student’s trust that the consequences they received were caused by other people, the lower student’s academic achievement. Furthermore, the higher student’s trust that the consequences they received were caused by fate, luck, chance, the lower student’s academic achievement"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradaniasari Dewi Safitri
"Kecurangan akademik merupakan fenomena yang masih terjadi dalam dunia pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan achievement goal dan identitas moral dengan kecurangan akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada peserta didik SMA dengan rentang usia 15-18 tahun yang melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia (N = 296). Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan alat ukur Patterns of Learning Adaptive Survey (PALS) dari Midgley et. al. (2000), Moral Identity Questionnaire (MIQ) dari Black dan Reynolds (2016), dan Kuesioner Kecurangan Akademik dari Septiana (2016). Hasil penelitian menunjukan bahwa achievement goal dimensi mastery goal memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = -0,12, p<0,05), dimensi performance-approach goal tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = 0,04, p>0,05) dan dimensi performance-avoidance goal juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = 0,09, p>0,05). Untuk identitas moral memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecurangan akademik (r = -0,37, p<0,01). Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi mastery-goal pada peserta didik SMA, semakin rendah kecenderungan untuk melakukan kecurangan akademik dan semakin tinggi identitas moral yang dimiliki, semakin rendah kecenderungan melakukan kecurangan akademik. Pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya dijabarkan.

Academic cheating is a phenomenon where it still happened in today’s education. This research aims to determine the relationship between achievement goal and moral identity with academic cheating. This research is quantitative research conducted on high school students aged 15-18 years who carry out distance learning (PJJ) in Indonesia (N = 296). The research was conducted online using the Patterns of Learning Adaptive Survey (PALS) by Midgley et. al. (2000), Moral Identity Questionnaire (MIQ) by Black and Reynolds (2016), and Academic Cheating Questionnaire by Septiana (2016). The results show there is significant negative relationship between mastery goal dimension of achievement goals and academic cheating (r = -0,12, p<0,05), the performance-approach goal dimension does not have a significant relationship with academic cheating (r = 0,04, p>0,05) and the performance-avoidance goal dimension also did not have a significant relationship with academic cheating (r = 0,09, p>0,05). Moral identity has a negative and significant relationship with academic cheating (r = - 0.37, p<0,01). The research results show the higher the mastery-goal of high school students, the lower the tendency to commit academic cheating and the higher the moral identity they have, the lower the tendency to commit academic cheating. Discussion and suggestion for future research are explained."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nur Utami
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan motivasi berprestasi remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan dengan menggunakan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan pengukuran motivasi berprestasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur motivasi berprestasi yang dibuat oleh Widyasari (2005). Partisipan pada penelitian ini adalah 266 remaja kelas 2 SMP di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, berusia 13-15 tahun, dan memiliki ayah. Hasil penghitungan Pearson Correlation menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dan motivasi berprestasi remaja kelas 2 SMP, sehingga semakin tinggi keterlibatan ayah maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi remaja kelas 2 SMP.

The purpose of this research is to examine the relationship between father involvement and achievement motivation in adolescents. Father involvement was measured using Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas the achievement motivation was measured using Achievement Motivation Scale (Widyasari, 2005). The participants of this research were 266 adolescents currently attending 2nd grade junior high school in East Jakarta and South Jakarta, with the age of 13-15 years old, and has a father. The Pearson Correlation obtained shows that there is a positive and significant relationship between father involvement and achievement motivation among 2nd grade junior high school adolescents. Thus, higher father involvement would indicate a higher achievement motivation among 2nd grade junior high school adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Eka Putri
"Counterproductive work behavior (CWB) merupakan perilaku secara sengaja untuk membahayakan organisasi dan orang lain di dalamnya yang dapat meningkatkan kerugian organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi memediasi hubungan antara trait mindfulness dengan CWB. Responden penelitian ini terdiri dari 134 pria dan 176 wanita (N = 310) yang bekerja penuh waktu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Berdasarkan hasil analisis, terdapat indirect effect (ab = -.046, p < .01) dan direct effect (c = -.225, p < .01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memediasi secara parsial hubungan antara trait mindfulness dengan CWB.

Counterproductive work behavior (CWB) is behavior intends to harm organization and other people inside it that increased organizational loss. The purpose of this study is to find out whether emotional intelligence mediates the relationship between trait mindfulness and CWB. Respondents of this study consist of 134 men and 176 women (N = 310) who work full-time. Instruments used in this study are Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Based on the result of analysis, there is significant indirect effect (ab = -.046, p < .01) and direct effect (c = -.225, p < .01). It has shown that emotional intelligence partially mediates the relationship between trait mindfulness and CWB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"Prestasi akademik sebagai salah satu prediktor kesuksesan siswa di sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Konstruk yang menjelaskan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi prestasi akademik ini adalah school well being, dikembangkan oleh Konu & Rimpelä (2002). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara school well-being dengan prestasi akademik bagi siswa berbakat akademik. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SMA program akselerasi di Jakarta. Sebanyak 52 siswa menjadi sampel penelitian ini. Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner untuk mengukur school well-being siswa dan tes prestasi akademik yang menggunakan soal Ujian Akhir Nasional pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa school well-being memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Hasil analisis tambahan, menunjukkan bahwa dimensi having memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan perbedaan yang signifikan pada prestasi akademik siswa berdasarkan latar belakang pendidikan ibu. Ditemukan pula perbedaan yang tidak signifikan antara school well-being dengan jenis kelamin, school well-being dengan latar belakang pendidikan orang tua, prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin, dan prestasi akademik berdasarkan latar belakang pendidikan ayah.

Academic achievement is predictor of student success in school, affected by internal and external factor. One construct that describes internal and external factor that affects academic achievement is a school well being by Konu & Rimpelä (2002). This research was conducted to examine the relationship between school well-being of academic achievement for students with academic gifted. The research was conducted on the students of class XI Acceleration Program in high school. Total sample comprised 52 students.
Result indicated that school well-being has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In comparison, it was found thas just only having dimension of school well-being that has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In addition, there was a significant difference in the academic achievement of students based on maternal education. Moreover, there are no significant differences between the school wellbeing by gender, school well-being based on parental education, academic achievement by gender, and academic achievement based on father's education.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiana Nisa Wiegati
"Berbagai seleksi dilakukan untuk dapat memprediksi kesuksesan akademik mahasiswa, namun belum ada seleksi yang yang berkaitan dengan kemampuan regulasi diri, motivasi akademik, dan berpikir abstrak. Executive function terbukti berkaitan dengan regulasi diri, motivasi akademik, dan berpikir abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan dan pengaruh executive function terhadap prestasi akademik pada mahasiswa. Partisipan berjumlah 144 mahasiswa Universitas Indonesia. Komponen-komponen executive function diukur dengan alat ukur Backward Digit Recall Test, Kelancaran Verbal Fonemik dan Semantik, Tower of Hanoi, dan Stroop Color and Word Test. Hasil perhitungan multiple regression menunjukkan secara bersama-sama komponen-komponen executive function tidak dapat memprediksi prestasi akademik. Namun jika dihitung menggunakan simple regression, ditemukan bahwa tiga dari empat komponen executive function yang diteliti, yaitu working memory, generativity dan inhibition secara signifikan dapat memprediksi prestasi akademik. Cognitive flexibility ditemukan tidak dapat memprediksi prestasi akademik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam memanipulasi dan menyimpan informasi, memunculkan ide, serta menahan respon yang tidak sesuai konteks berpengaruh terhadap prestasi akademik.

Various selection is done to be able to predict the academic success of students, but there is no selection with regard to the ability of self-regulation, academic motivation, and abstract thinking. Executive function has been found associated with self-regulation, academic motivation, and abstract thinking. This study was conducted to see the relationship between executive function and academic achievement in students. Participants are 144 students of Universitas Indonesia. The components of executive function was measured by Backward Digit Recall Test, Phonemic and Semantic Verbal Fluency Test, Tower of Hanoi, and the Stroop Color and Word Test. Results of multiple regression calculation shows that together the components of executive function can not predict academic achievement. However, if calculated using simple regression, it was found that three of the four components of executive function, which are working memory, inhibition and generativity significantly predicted academic achievement. Cognitive flexibility was found not able to predict academic achievement. Results of this study indicate that students' ability to manipulate and store information, generate new ideas, and holding the inappropriate response affect academic achievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>