Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Seno Aji
"Berdasarkan data SITB per 2 Februari 2022, terdapat 8306 kasus TB-RR/MDR terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Keberhasilan pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2021 belum mencapai target dan termasuk rendah dibandingkan dengan global yaitu sebesar 45%. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif. Penelitian menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien TB MDR yang berobat di RSUP Persahabatan tahun 2019 yang dilihat sejak awal pengobatan hingga didapatkan hasil akhir pengobatan. Terdapat 273 sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dengan uji chi-square, dengan RR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel dan dan p < 0,05 sebagai batas kemaknaan. Pada hasil analisis diketahui umur (p=0,000; RR=1,603 95CI% 1,251–2,055), jenis kelamin (p=0,749; RR=1,045 95CI% 0,798–1,369), pendidikan (p=0,165; RR=1,228 95CI% 0,929–1.634), pekerjaan (p=0,298; RR=0,893 95CI% 0,8723–1,103), status pernikahan (p=0,000; RR=1,932 95%CI 1,318–2,833), wilayah tempat tinggal (p=0,092, RR=1,288 95%CI 0,933–1,779), hasil pemeriksaan sputum awal (p=0,272; RR=1,126 95%CI 0,911–1,191), interval inisiasi pengobatan (p=0,021; RR=0,698 95%CI 0,494–0,986). Faktor yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, status pernikahan, dan interval inisiasi pengobatan.Based on SITB data as of February 2, 2022, there were 8306 confirmed cases of RR/MDR TB through laboratory tests. The success of MDR TB treatment in Indonesia in 2021 has not reached the target and is low compared to global, which is 45%. This study aims to identify factors associated with successful treatment of MDR TB patients at Persahabatan Hospital in 2019. This study used a retrospective cohort study design. The study used secondary data from the medical records of MDR TB patients who were treated at the Friendship Hospital in 2019 which were seen from the beginning of treatment until the final results of treatment were obtained. There were 273 samples that met the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using IBM SPSS Statistics 25 with chi-square test, with RR to determine the degree of relationship between variables and p < 0.05 as the limit of significance. The results of the analysis showed that age (p=0.000; RR=1.603 95CI% 1.251–2.055), gender (p=0.749; RR=1.045 95CI% 0.798–1.369), education (p=0.165; RR=1.228 95CI% 0.929– 1.634), occupation (p=0.298; RR=0.893 95CI% 0.8723–1.103), marital status (p=0.000; RR=1.932 95%CI 1.318–2.833), area of ​​residence (p=0.092, RR=1.288 95%CI 0.933–1.779), results of initial sputum examination (p=0.272; RR=1.126 95%CI 0.911–1.191), treatment initiation interval (p=0.021; RR=0.698 95%CI 0.494–0.986). Factors that had a statistically significant relationship with treatment success were age, marital status, and treatment initiation interval."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Alfiana Fauziah
"Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia baik dalam hal prevalensinya maupun masalah-masalah lainnya yang ditimbulkannya. Upaya dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis masih terus dilakukan. Namun dalam perjalanannya banyak hambatan dalam upaya tersebut, salah satunya adalah adanya fenomena tuberkulosis multidrug resistant (TB-MDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB-MDR. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus-kontrol dengan populasinya pasien TB di RSUP Persahabatan tahun 2013.
Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB-MDR di RSUP Persahabatan adalah umur (OR 1,7; 95%CI 0,7-4,1), konsumsi alkohol (OR 1,5; 95%CI 0,5-4,5), riwayat kontak TB (OR 2,1; 95%CI 0,8-5,2), kepatuhan minum obat (OR 10,8; 95%CI 4,4-26,8), status gizi (OR 3,3; 95%CI 1,4-7,8) dan diabetes mellitus (OR 2,1; 0,7-5,8). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk mendukung pelaksanaan program DOTS, penderita TB harus terus dimonitoring dan dikontrol selama pengobatannya terutama dalam hal kepatuhan dalam minum obat.

Tuberculosis remains a major problem of public health in Indonesia, both in terms of prevalence and other problems it causes. An attempt of the tuberculosis prevention is still underway. But along the way there are a lot of obstacles in it, one of which is a phenomenon of multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). This study intended to find the factors that affecting the MDR-TB. The design study is a case-controland the population is patients with TB at RSUP Persahabatan in 2013.
This study found that affected is the factors in MDR-TB at RSUP Persahabatan are the age (OR 1.7; 95%CI 0.7-4.1), alcohol consumption (OR 1.5; 95%CI 0.5-4.5), history of TB contact (OR 2.1; 95%CI 0.8-5.2), medication compliance (OR 10.8; 95%CI 4.4-26.8), nutritional status (OR 3.3; 95%CI 1.4-7.8) and diabetes mellitus (OR 2.1; 95%CI 0.7-5.8). The study showed that to support the implementation of DOTS program, TB patients should be closely monitored and controlled during treatment, especially in terms of medication compliance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afianti Hasanah
"Indonesia masuk kedalam Negara dengan tiga beban TB tertinggi, salah satunya adalah TB-MDR. Persentase kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia melebihi batasan target WHO yaitu 10. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien Tuberkulosis Multi Drug Resistance TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder registrasi kohort e-TB Manager Surveilans TB Resistan Obat 2010-2014.
Variabel independen pada penelitian ini meliputi faktor kerentanan individu usia, jenis kelamin, komorbid diabetes mellitus, jumlah resistansi OAT, hasil pemeriksaan sputum di awal pengobatan, faktor kerentanan sistem kesehatan riwayat pengobatan TB sebelumnya dan interval inisiasi pengobatan, dan faktor kerentanan sosial wilayah tempat tinggal. Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil akhir kematian pada pasien TB-MDR. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan.

Indonesia is one of the countries in three high burden country list, partially MDR TB. The presentation of mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia is above WHO target which is 10. This study aimed to describe the epidemiological and factors associated with mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia from 2010 through 2014. The study was conducted with cross sectional using secondary data cohort registration e TB Manager Surveillance of TB Drugs Resistance 2010 2014.
Independent variables of this study were individual vulnerability age, sex, diabetes mellitus comorbidities, number of drugs resistance, initial sputum test, programmatic or institutional vulnerability previous history of TB treatment and interval of treatment, and social vulnerability living status. Dependent variable of this study was the end of treatment result for mortality among MDR TB patients. The results indicated that age associated with mortality among MDR TB patients during treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anette Yongki Wijaya
"Latar Belakang: TB hingga saat ini masih termasuk dalam sepuluh besar penyebab kematian di dunia. Dalam penatalaksanaannya terdapat beberapa tantangan seperti infeksi HIV/AIDS, diabetes melitus, dan beban resistensi obat. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2019, di Indonesia terdapat 9.118 kasus TB RO dengan 46% di antaranya memulai pengobatan. Dan pada Global Tuberculosis Report 2020, terdapat kenaikan sekitar 2,345 kasus menjadi 11.463 kasus dengan kenaikkan cakupan memulai pengobatan hanya 2%. Selain itu, munculnya pandemi COVID-19 membuat deteksi, konfirmasi, dan pengobatan TB dan TB MDR menurun. Hal ini dapat meningkatkan risiko lebih jauh beban resistensi obat, khususnya TB MDR.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observatif dengan data kuantitatif. Sumber data berasal dari data sekunder berupa rekam medik RSUP Persahabatan tahun 2020. Dengan desain studi kasus kontrol, 50 sampel dalam kelompok kasus dan 100 sampel dalam kelompok kontrol dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi square, OR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel, dan p<0,05 sebagai batas kemaknaan.
Hasil: Usia ≤30 tahun (OR=0,30; p=0,019) dan kepatuhan minum obat (OR=6,64; p=0,000) memiliki hubungan statistik yang signifikan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020 adalah usia dan kepatuhan minum obat. Diperlukan pengawasan lebih di masa pandemi COVID-19 ini terhadap kepatuhan minum obat pada kelompok usia >30 tahun. Serta diperlukan penelitian mengenai hubungan COVID-19 dengan TB MDR.

Background: Tuberculosis is still one of the top ten diseases causing death globally. Several challenges could not be omitted in TB treatment, for instance HIV/AIDS infection, diabetes mellitus, dan drug resistant burden. According to Global Tuberculosis Report 2019, in Indonesia there were 9,118 drug resistant TB cases which around 46% were on treatment. However, in Global Tuberculosis Report 2020, the case increased about 2,345 cases to 11,463 cases, yet the treatment enrollment only raised about 2%. The emerging of COVID-19 pandemic causing TB and MDR-TB’s notification, confirmation, and treatment decrease significantly. Due to this situation, the burden of drug resistant TB would be uncontrollable and causing more serious damage in the future.
Aim: The aim of this study is to identify factors associated with MDR-TB in Persahabatan Hospital year 2020.
Methods: This is a quantitative analytic-observational study using secondary data from Persahabatan Hospital’s medical records. With case control as the study design, 50 cases and 100 controls were analyzed with SPSS. Chi square analysis, OR to understand the association degree between variables, and P-Value <0,05 as significance level are used in this study.
Result: Age ≤30 years (OR=0,30; p=0,019) and treatment adherence (OR=6,64 p=0,000) have significant statistical association with MDR-TB cases in Persahabatan Hospital year 2020.
Conclusion: Age and treatment adherence are the risk factors associated with MDR-TB cases in Persahabatan Hospital year 2020. Further treatment supervision needed in COVID-19 pandemic era among patients age of >30 years. And furthermore, studies about association between COVID-19 and MDR-TB are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Insidensi TB di Indonesia menempati urutan kedua terbesar di dunia tahun 2016. Buruknya, sebagian besar provinsi di Indonesia masih belum bisa mencapai target keberhasilan pengobatan tahun 2016, salah satunya DKI Jakarta. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya jumlah putus pengobatan (default treatment). Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk yaitu peningkatan kasus TB MDR. Oleh karena itu faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pengobatan perlu identifikasi, namun faktornya bervariasi di berbagai tempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pengobatan pada pasien TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2016-2018. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan rekam medis dan wawancara 60 subjek.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi TB MDR dengan riwayat putus pengobatan di RSUP Persahabatan tahun 2016-2018 adalah 16,9%. Berdasarkan analisis bivariat, faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan putus pengobatan adalah perilaku merokok (p=0,008). Melalui analisis multivariat diketahui bahwa hanya perokok sedang yang berhubungan dengan putus pengobatan (p = 0,035, OR = 4,364; KI95% = 1,112-17,128). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa perokok sedang merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pengobatan TB pada pasien TB MDR.

TB incidence of Indonesia ranks the second largest in the world in 2016. Poorly, most provinces in Indonesia still cannot reach the target of successful TB treatment in 2016, one of which is DKI Jakarta. This can be caused by the large number of dropouts (treatment default). This finding is worrisome, individuals who default from tuberculosis (TB) treatment experience an increased risk of multi drugs resistance tuberculosis cases. Therefore it is important to identify local risk factors for default and for further research to demonstrate the best programme models for reducing default.
This study aims to determine the factors associated with default from TB treatment in multi drugs resistance tuberculosis patients in RSUP Persahabatan in 2016-2018. The study was conducted with a cross-sectional design using medical records and 60 tuberculosis patients were interviewed.
The results showed the prevalence of multi drugs resistance tuberculosis with a history of default tb treatment at RSUP Persahabatan in 2016-2018 is 16.9%. Based on bivariate analysis, significant factor associated with default for drug-sensitive TB programmes is smoking behavior (p = 0.008). In multivariate logistic regression, it was found that only moderate smokers were associated with default from treatment (p = 0.035, OR = 4.364; CI95% = 1.112-17.128). From these results it was concluded that moderate smokers were a factor identified to be associated with treatment default in multi drugs resistance tuberculosis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikrie Za`iemullah
"TB resistan obat (MDR-TB) sampai saat ini masih menjadi permasalahan kompleks dengan pengobatan lebih sulit, efek samping obat, dan tingkat kematian yang tinggi dibandingkan TB sensitif obat. Infeksi TB-MDR dapat terjadi pada pasien TB setelah selesai pengobatan OAT yang dikenal sebagai kasus TB-MDR relaps/kambuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya TB-MDR relaps di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta tahun 2016-2018. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah subjek 80 pasien di Poli Paru dan TB-MDR RSUP Persahabatan. Data diambil dengan menggunakan rekam medis dan wawancara langsung dengan pasien. Berdasarkan karakteristik, pasien didominasi oleh laki-laki, usia 36-55 tahun, pendidikan terakhir SMA, tingkat pendapatan per bulan rendah (Rp1.825.000,00-Rp3.299.999,00/bulan), menjalani pengobatan dengan patuh, bukan perokok, tidak ada komorbid diabetes melitus (DM) maupun koinfeksi HIV.
Melalui analisis bivariat didapatkan kepatuhan berobat p= 0,002 bermakna terhadap kejadian TB-MDR relaps. Sementara itu, hasil analisis multivariat dengan metode regresi logistik hasil signifikan didapatkan variabel pendapatan per bulan sangat rendah (

Nowadays, multidrug-resistant TB (MDR-TB) still faces many problems including harder treatment with more toxic drugs and higher mortalities among patients compared than drug-sensitive TB infection. MDR-TB can occur in patients who have already been cured or completed their previous TB treatment, known as MDR-TB relapse cases. The aims of this research to identified risk factors among MDR-TB relapse patients in Persahabatan Central General Hospital in 2016-2018. This study used cross-sectional design and involved 80 patients at Poli Paru and MDR-TB in Persahabatan Hospital. Data were collected using medical records and direct interview with patients. Among them, most of were dominated by male, age 36-55 years old, senior high-school education, lower income (Rp1,825,000.00-3,299,999.99/month), good adherence during previous treatment, non-smoker, and without the presence of diabetes mellitus (DM) and HIV-infection.
Bivariate analysis showed only adherence to previous treatment (p = 0,002) to be statistically significant. Meanwhile, after adjusted other factors through multivariate analysis, it was found very low monthly income ("
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Apriani
"Masalah resistensi obat pada pengobatan TB khususnya TB-MDR menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting dan merupakan hambatan terhadap efektivitas program penanggulangan TB. Berbagai upaya pengendalian TB-MDR telah dilakukan, namun penyakit ini sulit diberantas karena gagal pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kegagalan pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia tahun 2009 - 2014.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager di Subdit Tuberculosis, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) - Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI. Desain penelitian adalah cohort retrospective. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 889 pasien TB-MDR dimana 592 pasien (59,50%) sembuh, 20 (2,25%) pengobatan lengkap, 62 (6,97%) gagal pengobatan, 132 (14,85%) lost to follow up dan 83 (9,33%) meninggal dunia.
Dari penelitian ini diketahui bahwa penderita yang resisten terhadap OAT lini ke-1 + injeksi lini ke-2 + fluorokuinolon berisiko 3 kali lebih besar untuk terjadi gagal pengobatan dibanding kelompok yang resisten terhadap RH (HR 3.016; 95% CI 1.696 - 5.364). Penderita yang mengalami konversi >6 bulan berisiko 4 kali lebih besar untuk mengalami gagal pengobatan dibanding kelompok dengan konversi sputum ≤6 bulan (HR 3.955; 95% 1.642 - 9.529), dan penderita yang tidak mengalami konversi berisiko 22,4 kali lebih besar untuk mengalami gagal pengobatan dibanding kelompok yang konversi sputum ≤6 bulan (HR 22.436; 95% CI 11.425 - 44.059). Penderita dengan kavitas paru berisiko 2,2 kali lebih besar untuk terjadi gagal pengobatan dibandingkan yang tidak ada kavitas paru (HR 2.192; 95% CI 1.265 - 3.80). Diperlukan penanganan secara intensif pasien TB-MDR di Indonesia dengan memperhatikan resistensi terhadap OAT, konversi sputum dan kavitas paru.

Drug resistance problem in the TB treatment especially MDR-TB, become an important public health problem and an obstacle to the TB control programs effectiveness. Various efforts to control MDR-TB have been conducted, but the disease is difficult to eradicate because of failed treatment. The purpose of this study is to determine the various factors associated with failure treatment on patients with MDR-TB in Indonesia in 2009 - 2014.
The study was conducted using secondary data from the e-TB manager application in Sub Directorate Tuberculosis ? Directorate of Prevention and Communicable Disease Control, Direcorate General of Prevention and Disease Control - Ministry of Health. The study design was a retrospective cohort. The number of samples in this study were 889 patients with MDR-TB in which 592 patients (59.50%) cured, 20 (2.25%) complete treatment, 62 (6.97%) failed treatment, 132 (14.85%) lost to follow up and 83 (9.33%) died.
From this research it is known that patients who are resistant to first lines TB drugs + 2nd lines injection + fluoroquinolone have a risk 3 times more likely to occur as treatment failures compared to the group that is resistant to Rifampicin and Isonazid (HR 3016; 95% CI 1.696-5.364). Patients who experience a sputum conversion >6 months have 4 times greater risk for treatment failure compared to the group with sputum conversion ≤6 months (HR 3.955; 95% 1.642-9.529), and patients who do not undergo a sputum conversion have 22.4 times greater risk for experiencing failed treatment than they who have ≤6 months sputum conversion (HR 22.436; 95% CI 11.425-44.059). Patients with lung cavities have 2.2 times greater risk for treatment failure than they who have no lung cavity (HR 2.192; 95% CI 1.265 - 3.80). Intensive care is required in patients with MDR-TB in Indonesia with regard to TB drugs resistance, conversion of sputum and lung cavity
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Siti Aminah
"Tiga permasalahan TB di Indonesia yaitu TB sensitif, TB Resistan Obat (TB-RO) dan TB-HIV. TB-RO merupakan masalah yang menghawatirkan, angka penemuan kasus TB-RO setiap tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan angka pengobatan. Penggunaan paduan jangka pendek untuk pengobatan pasien TB-RO sejak September 2017 merupakan salah satu upaya menekan peningkatan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB Resistan Obat (TB RO) dengan paduan Shorter Treatment Regiment (STR) di Indonesia Tahun 2017-2019. Penelitian menggunakan desain kohort restropektif. Sumber data adalah semua pasien TB RO paduan jangka pendek yang terdaftar dalam sistem informasi TB MDR Subdit Tuberkulosis. Metode sampling adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan uji cox regression. Sebanyak 3.100 pasien disertakan dalam analisis, didapat angka keberhasilan pengobatan adalah 41,94%. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, kepatuhan, hasil pemeriksaan sputum awal pengobatan, pola resistensi monoresisten dan poliresisten, serta wilayah tempat tinggal. Kepatuhan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan. Perlu dilakukan upaya penguatan kepatuhan dengan melakukan konseling sedini mungkin, pendamping PMO dari non petugas dan inisiasi grup dukungan pasien di setiap faskes MDR.

TB problems in Indonesia are TB sensitive, Drug-Resistant TB and TB-HIV. TB-RO is the most challengging problem, the number of case finding is increase every year, but treatment rate is decrease. The use of short-term regiment since September 2017 is one of strategy to reduce default of TB treatment. This research was conducted to see trends and factors related to the TB treatment success rate among patients with Drug Resistance TB (TB RO) using Shorter Treatment Regiment (STR) in Indonesia 2017-2019. The study desain is restropective cohort. Data sources are all patients of TB RO using STR regiment, which is enrolled in the e-TB manager, Sud Directorate of Tuberculosis, MoH RI. The sampling method is total sampling that meets the inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the chi-square test and the cox regression test. As many as 3,100 patients were included in the analysis, the treatment success rate was 41,94%. The results of the analysis showed that factors related to treatment success were age, adherence, results of initial sputum examination of treatment, patterns of monoresistant and polyresistant resistance, and area of ​​residence. Adherence is a dominant factor related to treatment success. Efforts should be made to strengthen compliance by conducting counseling as early as possible, PMO assistants from non-helath officers and initiating patient support groups in each MDR facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanti Soepandi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang hasil pengobatan dan variasi biaya TBMDR/
XDR di RSUP Persahabatan Jakarta dengan menggunakan strategi
Programatic Management Drug Resistance Tuberculosis (PMDT), yang
memerlukan jangka waktu pengobatan yang lama 18-24 bulan serta memerlukan
biaya yang sangat tinggi.
Tujuan umum adalah mengetahui hasil pengobatan dan variabel-variabel biaya
TB-MDR/XDR. Penelitian ini adalalah penelitian operasional dengan metode
campuran kuantitatif dan kualitatif. Sampel adalah semua pasien TB-MDR/XDR
yang mulai diobati Agustus 2009 sampai 31 Desember 2010, berjumlah 104
pasien.
Hasil pada penelitian ini lama pengobatan TB-XDR lebih panjang dan angka
keberhasilan (lengkap dan sembuh) lebih rendah yaitu 42,9 % dan 80,9% jika
dibandingakan dengan TB-MDR, tetapi angka keberhasilan ini jauh lebih tinggi
dari angka keberhasilan di dunia.
Biaya pasien sampai sembuh dan lengkap pada pasien TB-XDR Rp 91.704.767,33
lebih tinggi dari TB-MDR Rp 72.260.081,73. Biaya pasien TB-XDR yang
meninggal Rp 63.246.069,- lebih tinggi dari TB-MDR Rp 34.142.692,44. Hal ini
juga terjadi pada total biaya pengobatan TB-XDR dengan efek samping ringan
lebih tinggi biayanya dari pada pasien TB-MDR. Penambahan lama pengobatan
mempunyai peluang peningkatan biaya sebesar Rp 115.205,- per hari
Jenis kelamin laki-laki yang bertempat tinggal di Jakarta Timur dengan lama
pengobatan kurang dari 569 hari memiliki peluang 1.7 kali lebih tinggi
mengalami kesembuhan dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan, yang
bertempat tinggal di daerah dan lama pengobatan yang sama.
Kesimpulan : Angka keberhasilan pada TB-MDR dan TB-XDR pada penelitian
ini lebih tinggi dari angka keberhasilan di dunia . Biaya total pengobatan TBXDR
jauh lebih tinggi dari TB-XDR dan terdapat keeratan hubungan antara
variabel biaya pengobatan dengan lama pengobatan

ABSTRACT
This research captured the Programmatic Management of Drug resistant
Tuberculosis (PMDT) at Persahabatan Hospital, Jakarta which required long
treatment duration which is 18-24 months and especially the treatment outcome
and variation cost. The study aimed to know regarding the treatment outcome
as well as cost variaties of MDR/XDR-TB patients.
This is a operational research using a mixture of quantitative and qualitative
methods. The samples were all treated MDR/XDR-TB patients who started
treatment from August 2009 until December 31, 2010. Total number of sample
were 104 patients.
The results of this study revealed that duration of treatment for XDR-TB patients
is longer than MDR-TB patients with lower success rate which are 42,9% and
80,9% respectively and was statistically significant. However this result is
relatively higher than reports from many countries in the world. The cost per
patient for those who cured and completed treatment was US$ 9,357 and US$
7,373 for the XDR-TB patients and MDR-TB patients respectively which was
statistically significant. The cost spent for XDR-TB patients who died during
treatment was higher compare to MDR-TB ones, US$ 6,453 and US$ 3,484
respectively. The same finding was similar higher when comparing the total cost
of mild side effect for XDR-TB and MDR-TB. Additional time for length of
treatment would give the probability of spending US$ 11,75 per day. Male
patients who live in East Jakarta with length of treatment was less than 569 days
have the chance to cured 1.7 fold compare to females patient with the same
condition in term of length of stay and residencial.
Conclusion: Success Rate of MDR/XDR-TB in this study is higher than those
being reported worldwide. Cost for XDR-TB is extremely high than for MDR-TB.
There is an association found between cost and length of treatment.
"
2013
T35173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hayanti
"Analisis Data e-TB Manager Subdit Tuberkulosis - Kemenkes RI TB resistensi obat khususnya TB-XDR pada program pengendalian TB menjadi burden. Berbagai upaya pengendalian TB dilakukan untuk mencapai target global yaitu bebas TB, salah satunya melalui penurunan insiden gagal pengobatan. Penelitian untuk melihat gagal pengobatan TB-XDR belum dilakukan di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gagal pengobatan pasien TB-XDR di Indonesia tahun 2009 - 2017 dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager di Subdit Tuberkulosis - Kementerian Kesehatan RI. Sebanyak 151 pasien TB- XDR di Indonesia dianalasis dengan cox regression terdapat 28 19 pasien TB-XDR yang sembuh, 2 1 pengobatan lengkap, 38 25 gagal pengobatan, 4 3 lost to follow up, 35 23 meninggal dunia dan 44 29 tidak dievaluasi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa pasien yang interupsi pengobatan le 60 hari berisiko 0,57 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan HR 0,57; 95 CI -1,29 - 0,15 dan nilai p 0,12 sedangkan pada pasien yang interupsi >60 hari berisiko 0,11 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan dibanding kelompok yang tidak interupsi HR 0,11; 95 CI -3,67- -0,69 dan nailai p 0,00 . Pasien yang memiliki kavitas paru berisiko 3,60 kali lebih besar untuk terjadi gagal pengobatan dibandingkan yang tidak memiliki kavitas paru HR 3,60; 95 CI 0,50 - 2,06 dan nilai p 0,00 . Program pengendalian TB-XDR di Indonesia diharapkan lebih memfokuskan intervensi pada interupsi pengobatan dan kavitas paru.

TB drug resistance especially XDR TB on TB treatment program becomea burden. Many programs have been conducted to achieve global target, free ofTB, one of strategy is to decrease failed treatment. Study to prove failed treatmenton XDR TB never been conducted in Indonesia. Purpose of this study is todetermine the various factors associated with failure treatment on patients withXDR TB in Indonesia in 2009 ndash 2017 was conducted using secondary data fromthe e TB manager application in Sub Directorate Tuberculosis. Based on analysisby cox regression 151 patients with XDR TB in which 28 patients 19 cured, 2 1 complete treatment, 38 25 failed treatment, 4 3 lost to follow up, 35 23 died and 44 29 do not be evaluated.
From this research it is known thatpatients who are interruption treatment le 60 days have a lower risk 0.57 timesmore likely to occur as treatment failure HR 0.57 95 CI 1.29 ndash 0.15 and pvalue 0.12 otherwise patients who are interruption treatment 60 days have alower risk 0.11 times more likely to occur as treatment failures compared to thegroup that is no interruption HR 0.11 95 CI 3.67 0.69 and p value 0.00 .Patients with lung cavities have 3.60 times greater risk for treatment failure thanthey who have no lung cavity HR 3.60 95 CI 0.50 2.06 and p value 0.00 .Treatment program XDR TB resistant in Indonesia is expected to be more focusedintervention to interruption treatment and lung cavity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>