Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachvika Cindy Gayatri
"Infiltrasi sebagai salah satu proses dari siklus hidrologi yang mempunyai manfaat bagi manusia dan lingkungan. Morfologi Sungai Citarum, Kecamatan Bojongsoang dan sekitarnya telah mengalami perubahan dan alih fungsi lahan terutama di bagian danau oxbow. Alih fungsi lahan tersebut dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air sehingga laju infiltrasi menjadi buruk. Tekstur tanah merupakan salah satu aspek dalam menentukan jenis tanah yang berkembang sehingga dapat mempengaruhi kondisi laju infiltrasi di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju infiltrasi, mengetahui tekstur tanah, dan hubungan laju infiltrasi dan tekstur tanah di daerah penelitian. Laju infiltrasi ditentukan dengan pengukuran di lapangan menggunakan double ring infiltrometer dan perhitungan metode Horton, dan distribusi tekstur tanah diperoleh dari analisa ayakan. Laju infiltrasi terbesar memiliki nilai laju infiltrasi konstan 1200 mm/jam, sedangkan terkecil 30 mm/jam sehingga laju infiltrasi yang ditermukan terkategori sangat cepat, cepat, dan sedang. Daerah penelitian mempunyai tekstur tanah dan jenis tanah yang sama berupa pasir bergradasi buruk dan gleisol. Hubungan laju infiltrasi dan tekstur tanah didapatkan melalui uji korelasi regresi, dan hasil kedua aspek divisualisasikan melalui peta peringkat laju infiltrasi terhadap jenis tanah.

Infiltration as a hydrological cycle process that has benefits for humans and the environment. The morphology of the Citarum River, Bojongsoang District and its surroundings has undergone changes and changes in land use, especially in the oxbow lake section. Land conversion can reduce the ability of the soil to absorb water so that the infiltration rate becomes poor. Soil texture is one aspect in determining the type of soil that develops so that it can affect the condition of the infiltration rate in an area. This study aims to determine the rate of infiltration, determine soil texture, and the relationship between infiltration rate and soil texture in the study area. The infiltration rate was determined by field measurements using a double ring infiltrometer and Horton's method calculations, as well as the distribution of soil texture obtained from sieve analysis. The largest infiltration rate has a constant infiltration rate of 1200 mm/hour, while the smallest is 30 mm/hour so that the infiltration rates found are classified as very fast, fast, and moderate. The research area has the same texture and soil type in the form of poorly graded sand and gleisols. The relationship between infiltration rate and soil texture was obtained through a regression correlation test, and the results of these two aspects were visualized through a ranking map of the infiltration rate of soil types."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Rachmat
"Infiltrasi merupakan fenomena aliran air dari atas tanah ke bawah permukaan. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis laju infiltrasi pada empat jenis tutupan lahan, yaitu di Sawah (SW), Pemukiman (PM), Pertanian Lahan Kering (PLK), dan Pertanian Lahan Kering Campur (PLKC), di daerah Rancamulya, Bandung. Dengan menggunakan double ring infiltrometer dan metode Horton, diperoleh hasil klasifikasi laju infiltrasi yang terbagi menjadi empat kelompok, yaitu sedang, agak cepat, cepat, dan sangat cepat. Stasiun PM-1 memiliki nilai laju infiltrasi konstan terbesar dengan nilai 600 mm/jam, sedangkan SW-2 memiliki nilai terkecil yaitu 48 mm/jam. Perbedaan yang signifikan ini dipengaruhi oleh perbedaan nilai kadar air PM-1 yang hanya 21,2%, sedangkan pada SW-2 sebesar 71,4%. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan metode regresi sederhana untuk melihat pengaruh sifat fisika tanah terhadap laju infiltrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa urutan sifat fisika tanah yang paling berpengaruh berdasarkan nilai koefisien korelasi adalah kadar air (0,996), ruang pori total (0,737), dan bobot isi (0,679). Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap peta klasifikasi laju infiltrasi berdasarkan jenis tutupan lahan. Kesimpulan yang diperoleh adalah variasi laju infiltrasi dapat terjadi bahkan pada satu jenis tutupan lahan yang sama, seperti pada jenis tutupan lahan pemukiman.

Infiltration is the phenomenon of water flow from above the ground to below the surface. This study aimed to analyze the infiltration rate in four types of land use: Rice Field, Residential Area, Dry and Mixed Land of Agriculture, in the Rancamulya area, Bandung. The infiltration rates were collected by using a double ring infiltrometer and the Horton method, and it was classified into four groups: moderate, moderately rapid, rapid, and very rapid. PM-1 has the largest constant infiltration rate with a value of 600 mm/hour, while SW-2 has the smallest value of 48 mm/hour. This significant difference is influenced by the difference in the water content of PM-1 which is only 21.2%, while in SW-2 is 71.4%. The next test was carried out using a simple regression method, and the results show that the order of the most influential soil physical properties towards infiltration rate based on the coefficient of correlation is water content (0.996), total pore space (0.737), and bulk density (0.679). Based on the map, it can be concluded that variations in infiltration rates can occur even in the same type of land use, such as residential land."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Fadhil
"Tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang penting, karena mengatur sebagian besar proses fisik, kimia, biologi, dan hidrologi di tanah. Informasi mengenai tekstur tanah sangat penting untuk pengelolaan tanaman dan lahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran spasial tekstur tanah menggunakan metode Kriging, serta menganalisis pengaruh lereng, ketinggian, dan penggunaan lahan terhadap tekstur tanah. Hasil penelitian menunjukkan persebaran tekstur tanah di daerah penelitian didominasi oleh tekstur liat, lempung, dan lempung berpasir. Ketinggian dan lereng diketahui memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap fraksi pasir dan debu dengan korelasi yang positif, sedangkan fraksi liat menunjukkan korelasi negatif. Persebaran fraksi pasir dan debu cenderung semakin tinggi ke arah Selatan, sedangkan fraksi liat ke arah Utara. Validasi menggunakan nilai RMSE menunjukkan nilai RMSE masing-masing fraksi pasir, debu, dan liat menggunakan metode Kriging yaitu 0,33, 0,17, dan 0,37.

Soil texture is an important soil physical property, because it regulates most physical, chemical, biological, and hydrological processes in the soil. Information about soil texture is very important for proper management of plants and land. This study aims to map the spatial distribution of soil textures using the Kriging methods, and analyze the effect of slope, elevation, and land use on the soil texture. The results showed the distribution of soil texture in the study area was dominated by the texture of clay, loam, and sandy loam. The elevation and slope have a strong correlation with the sand and silt fraction with a positive correlation whereas, the clay fraction shows a negative correlation. The distribution of sand and silt fraction tends to be higher to the south, while the clay fraction to the north. Accuracy using RMSE values shows the RMSE values of each sand, silt and clay fraction using Kriging method is 0.33, 0.17 and 0.37."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Naufal Irvyant
"Pulau Ambon termasuk dari salah satu pulau yang berada di Kepulauan Maluku dan secara fisiografis merupakan bagian dari Busur Banda yang memiliki kompleksitas tektonik akibat pertemuan tiga lempeng aktif. Akibatnya Pulau Ambon juga memiliki kondisi geologi regional yang menunjukkan banyaknya jenis batuan beku. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik geokimia batuan serta kandungan unsur logam tanah jarang yang terdapat pada batuan tersebut. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis petrografi dan analisis XRF (X-Ray Fluoresence). Berdasarkan data petrografi dan geokimia dari 10 sampel batuan, digunakan batuan beku yang tersebar di Pulau Ambon pada tiga jenis yang dominan, yaitu batuan peridotit, batuan ambonit, dan batuan granitoid. Batuan peridotit Ambon terdiri atas lherzolit yang didominasi oleh mineral olivin dan piroksen serta terdapat ubahan mineral menjadi serpentin. Batuan peridotit termasuk seri magma basal tholeiitik dengan lingkungan tektonik island arc. Batuan ambonit terdiri atas dasit yang didominasi oleh mineral plagioklas, kuarsa, dan hornblenda, serta dicirikan terdapat kordierit. Batuan ambonit termasuk seri magma calc-alkaline dengan lingkungan tektonik continental arc. Batuan granitoid terdiri atas syenogranit yang didominasi oleh mineral kuarsa, plagioklas, dan alkali feldspar serta terdapat mineral pembawa LTJ berupa apatit, monasit, dan zirkon. Batuan granitoid Ambon termasuk seri magma calc-alkaline dengan lingkungan tektonik continental arc. Hasil data XRF menunjukkan bahwa terdapat kandungan unsur logam tanah jarang pada sampel batuan beku Pulau Ambon berupa yttrium (Y), europium (Eu), praseodymium (Pr), dan ytterbium (Yb). Unsur LTJ ini dapat dikaitkan dengan karakteristik geokimia batuan untuk menentukan lingkungan tektoniknya.

Ambon Island is one of the islands located in the Maluku Islands and physiographically, it is part of the Banda Arc, which has a complex tectonic setting due to the convergence of three active plates. Consequently, Ambon Island also has a regional geological condition that exhibits a variety of igneous rocks. This study was conducted to determine the geochemical characteristics of the rocks and the content of rare earth elements in these rocks. The methods used for this research include petrographic analysis and XRF (X-Ray Fluorescence) analysis. Based on petrographic and geochemical data from 10 rock samples, igneous rocks distributed on Ambon Island are classified into three types: peridotite, ambonite, and granitoid. Ambon peridotite consists of lherzolite, which is dominated by olivine and pyroxene minerals, with some alteration to serpentine. Ambon peridotite rocks are part of the tholeiitic basalt magma series with an island arc tectonic setting. Ambonite rocks consist of dacite, dominated by plagioclase, quartz, and hornblende minerals, and are characterized by the presence of cordierite. Ambonite is part of the calc-alkaline magma series with a continental arc tectonic setting. Granitoid rocks consist of syenogranite dominated by quartz, plagioclase, and alkali feldspar, and contain rare earth element-bearing minerals such as apatite, monazite, and zircon. Granitoid rocks in Ambon belong to the calc-alkaline magma series with a continental arc tectonic setting. XRF data indicate that the igneous rock samples from Ambon Island contain rare earth elements such as yttrium (Y), europium (Eu), praseodymium (Pr), and ytterbium (Yb). These rare earth elements can be associated with the geochemical characteristics of the rocks to determine their tectonic environment."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanri Bawafi
"Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kekritisan di DAS Toyoaning Kabupaten Kediri sebagai upaya konservasi daerah resapan air menggunakan metode Indeks Konservasi (IK), Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), dan Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) yang berbasis pada pembobotan. Hasil pemetaan dari masing-masing metode IK, RTkRHL-DAS dan SMCA dibandingkan dengan data lokasi kejadian bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan untuk menilai akurasi dari masing-masing ketiga metode tersebut dalam mengidentifikasi kondisi daerah resapan air di DAS Toyoaning. Hasil pada metode IK menunjukkan bahwa 89% wilayah DAS Toyoaning berada pada kondisi kritis, kemudian pada metode RTkRHL-DAS menunjukkan jumlah luas daerah yang memiliki kondisi kritis dan sangat kritis adalah 78%, dan pada metode SMCA menunjukkan luas kondisi kritis 60%. Alih fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi yang terjadi pada tahun 2017 diduga telah meningkatkan kekritisan DAS Toyoaning sehingga menurunkan kondisi konservasi DAS tersebut. Metode yang memiliki akurasi tertinggi dalam menilai kondisi resapan air DAS Toyoaning adalah metode IK.

This study aims to mapping the criticality in the Toyoaning watershed of Kediri Regency as an effort to conserve water recharge areas using the Conservation Index (IK) method, the Forest and Land Rehabilitation Technical Plan (RTkRHL-DAS), and Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) based on weighting. The results of the mapping of each IK, RTkRHL-DAS and SMCA methods were compared with data on flood, landslide and drought disaster location data to assess the accuracy of each of the three methods in identifying the condition of the Toyoaning Watershed. The results of the IK method show that 89% of the Toyoaning watershed area is in critical condition, then in the RTkRHL-DAS method the total area of critical and very critical conditions is 78%, and in the SMCA method the area of critical condition is 60% . The conversion of the function of protected forest to production forest that occurred in 2017 is thought to have increased the criticality of the Toyoaning watershed, thereby reducing the watershed conservation conditions. The method that has the highest accuracy in assessing the water catchment conditions of the Toyoaning Watershed is the IK method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasriyasti Saptowati
"Rancangan resapan air ini akan dibuat untuk mengurani dampak yang ditimbulkan pembangunan NTC di daerah padat gedung dan untuk menanggulangi berkurangnya sumber air tanah atau menurunnya tinggi air tanah. Dengan dibuatnya rancangan resapan ini, kondisi tanah di daerah tersebut dapat terjaga struktur tanah dan daya permeabilitasnya sehingga mesyarakat di lingkungan tersebut dapat terhindar dari bahaya banjir akibat dar daya serap tanah yang masih cukup besar. Sumur-sumur resapan ini dibuat di beberapa tempat dihitung dari jumlah kapasitas air resapan yang dapat ditampung dan menginduk di satu resapan induk. Rancangan resapan air ini menggunakan rumus Darcy dan Manning."
Tanggerang: Pusat Rekayasa perangkat nuklir Puspiptek- Tanggerang, 2010
PRIMA 7:14 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika Akhmad Nusantara
"ABSTRAK
Mangrove adalah tipe hutan yang berada di sepanjang pantai dan/atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi. Pesisir Kabupaten Karawang mengalami penurunan luas mangrove dari seluas 2.699,3 hektar (1972) menjadi seluas 233,7 hektar (2013). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan luasan mangrove adalah Restorasi Mangrove yang dilakukan oleh PHE-ONWJ melalui 6 tahap Restorasi Mangrove di Desa Sedari. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tekstur tanah, mengetahui salinitas air, menganalisis pemahaman masyarakat tentang mangrove, mengetahui program pengelolaan pesisir dari Pemerintah Daerah, dan rekomendasi program restorasi mangrove yang sesuai. Penelitan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan pengujian tekstur tanah, pengukuran langsung pada salinitas air, penyebaran kuesioner kepada sampel yang berjumlah 247 KK dengan metode Multistage Sampling, dan wawancara pada Pemerintah Daerah.
Hasil yang diperoleh, untuk jenis Tekstur Tanah Tahap I dan VI adalah liat, Tahap II adalah lempung berpasir, dan Tahap V adalah lempung liat berpasir. Hasil pengukuran salinitas air adalah 0 20?. Masyarakat paham akan mangrove dan fungsinya, namun untuk di Dusun Tanjungsari masyarakatnya tidak paham. Program pengelolaan pesisir dari Pemerintah Daerah adalah penanaman mangrove, pelatihan dan sosialisasi, dan pengembangan wisata mangrove. Program Restorasi Mangrove yang sesuai adalah penanaman mangrove dengan jenis Rhizophora sp., Avicennia sp., dan Nypa sp.

ABSTRACT
Mangrove is one of forest types that found along the coast and/or estuaries which influenced by tidal and functioned to prevent abrasion. Mangrove area in the Coastal area of Karawang District was declining from 2,699.3 hectares (1972) to 233.7 hectares (2013). To prevent this situation, effort that could be done was Mangrove Restoration by PHE-ONWJ through 6 phase Restoration Programs in Sedari Village. The objectives of this research are to analyze soil texture, to know water salinity, to analyze public's understanding about mangrove, to know coastal management programs from the Local Government, and to develop recommendation about the appropriate mangrove restoration program. This research uses quantitative approach, data collection by using sample testing for soil texture, direct measurement for water salinity, questionnaire for 247 families as sample through Multistage Sampling, and interview with the Local Government.
The results of soil texture on Phase I and VI are clay, Phase II is sandy loam, and Phase V is sandy clay loam. The range of water salinity were 0 in Tanjungsari Orchard the communities weren?t understood. The coastal management programs cover mangrove plantation, training and socialization, and development of mangrove ecotourism. The suitable Mangrove Restoration Program was mangrove plantation with the genera Rhizophora sp., Avicennia sp., and Nypa sp."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The effect of changing permeability at the interface for common residual soils, namely Silty Sand, Fine Sand and Gravelly Sand was investigated by conducting numerical simulations of vertical infiltration tests on two layered soil columns of Silty Sand over Fine Sand, and Silty Sand
over Gravelly Sand. The results show that water movement across interface between the two layered soils will only occur when the matric suction, ua - uw, at the interface reached a breakthrough head of 0.4 kPa and 3.5 kPa for Gravelly Sand and Fine Sand, respectively. The pressure heads are defined as the water-entry value, ψw, at which the coarser layer became conductive regardless of infiltration rate or the properties of the overlying finer soil layer. The barrier effect in the underlying coarser soil layer was verified from the numerical analysis. The effect was more apparent when the difference in the permeability and the pore-water pressure change across the finer-coarser soil interface were larger."
620 MJCE 20:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Aulia Sartika
"ABSTRAK
Dalam menganalisis suatu Daerah Aliran Sungai, salah satu parameter yang dibutuhkan adalah nilai runoff coefficient atau curve number. Dimana nilai ini menggambarkan aliran yang melimpas atau terserap ke dalam tanah sesuai dengan peruntukkan penggunaan lahannya. Dalam menentukan nilai parameter tersebut, perlu diperhatikan klasifikasi jenis tanah atau pengelompokkan hidrologis tanah (Hydrologic Soil Group). Hydrologic Soil Group ini terdiri dari 4 kelompok yaitu A, B, C, dan D. Saat jenis kelompok hidrologisnya berbeda, maka nilai runoff coefficient atau curve number ini akan berbeda. Pengelompokkan Hydrologic Soil Group dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu berdasarkan sifat-sifat tanah, peta tanah detail, atau laju infiltrasi minimum. Menurut Badan Informasi Geospasial, 2018, klasifikasi Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu, A, B, dan D. Dalam klasifikasinya, Hydrologic Soil Group yang berbeda memiliki nilai laju infiltrasi yang berbeda pula. Sehingga dengan diketahuinya nilai laju infiltrasi di suatu lokasi, akan diketahui pula klasifikasi Hydrologic Soil Group pada lokasi tersebut. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis persebaran klasifikasi Hydrologic Soil Group berdasarkan laju infiltrasi yang didapatkan dari penelitian langsung di lapangan. Penelitian dilakukan di 14 titik lokasi yang berbeda, yang tersebar di wilayah DAS Ciliwung Hulu, dengan waktu yang berbeda. Metode penelitian langsung di lapangan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat double-ring infiltrometer. Data yang didapatkan dari penelitian lapangan kemudian diolah dengan menggunakan estimasi parameter dan Metode Horton untuk mendapatkan laju infiltrasi Horton. Dengan bantuan Inverse Distance Weighted (IDW) pada software ArcMap, akan didapatkan peta persebaran laju infiltrasi dan peta persebaran klasifikasi Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai laju infiltrasi pada DAS Ciliwung bagian Hulu berkisar antara 0.15 - 24.45 cm/jam. Dengan laju infiltrasi tersebut, didapatkan pula persebaran Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu, yaitu terdiri dari kelompok A, B, dan C. Dari peta persebaran Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu terlihat bahwa kelompok Hydrologic Soil Group yang mendominasi adalah kelompok A yang memiliki kemampuan infiltrasi yang tinggi dan potensi run-off yang rendah.

ABSTRACT
In analyzing a watershed, one of the parameters needed is the runoff coefficient or curve number. This value describes the flow that overflows or absorbed into the soil in accordance with the intended use of land. In determining the value of these parameters, it is necessary to note the classification of soil types or soil hydrological grouping (Hydrologic Soil Group). The Hydrologic Soil Group consists of 4 groups: A, B, C, and D. When the types of hydrological groups are different, then the runoff coefficient or curve number will be different. Grouping the Hydrologic Soil Group can be determined using several methods, based on soil properties, detailed soil maps, or minimum infiltration rates. According to the Badan Informasi Geospasial, 2018, the classification of the Hydrologic Soil Group in the Ciliwung Hulu watershed is divided into three groups, namely, A, B, and D. In the classification, different Hydrologic Soil Groups have different infiltration rate values. So that by knowing the rate of infiltration in a location, the classification of the Hydrologic Soil Group will be known at that location. In this study, an analysis of the distribution of the Hydrologic Soil Group classification based on the infiltration rate obtained from direct research in the field will be conducted. The study was conducted in 14 different location points, which were spread across the Upper Ciliwung watershed, with different times. The direct research method in the field is carried out using the aid of a double-ring infiltrometer. Data obtained from field research were then processed using parameter estimation and Horton Method to obtain Horton infiltration rate. With the assistance of Inverse Distance Weighted (IDW) in ArcMap software, a map of the infiltration rate distribution and a map of the distribution of the Hydrologic Soil Group distribution in the Ciliwung Hulu watershed will be obtained. The results obtained from this study indicate that the infiltration rate in the Upper Ciliwung watershed ranges from 0.15 - 24.45 cm/hour. With the infiltration rate, the distribution of the Hydrologic Soil Group was also found in the Ciliwung Hulu watershed, which consisted of groups A, B, and C. From the distribution map of the Hydrologic Soil Group in the Upper Ciliwung watershed it was seen that the dominant group of Hydrologic Soil Group A had high infiltration capability and low run-off potential."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyasih
"Arsitektur merupakan produk dari kebudayaan, faktor-faktor lingkungan dan pandangan hidup dari masyarakat yang membangunnya. Ornamen merupakan bagian dari arsitektur yang tidak hanya merniliki makna estetis dalam masyarakat tradisional Jawa tetapi dapat mempunyai makna spiritual, simbol dan sebagainya. Kebudayaan Jaws bersifat sinkretik dan kebudayaan Islam selalu beradaptasi dengan kebudayaan sebelumnya. Pada saat Islam mulai berkembang di Banten abad XVI , pengaruh kebudayaan lama yaitu Hindu Jawa terbadap kebudayaan Islam cukup besar. Kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh kebudayaan lain karena Banten juga merupakan kota perdagangan yang cukup ramai pads abad XVI. Masjid Agung banten dan Masjid Kasunyatan adalah masjid tua di Banten. Pada ornamen kedua masjid tersebut terdapat pengaruh kebudayaan lama yaitu Hindu Jawa dan pengaruh kebudayaan acing yaitu Cina dan Timur Tengah. Ternyata ornamen pada kedua masjid ini tidak hanya memiliki nilai estetis tetapi ada juga yang memiliki makna spiritual atau sebagai simbol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>