Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Izdihar Safira Noorhanifah
"Popularitas hallyu yang terus meningkat seiring dengan laju globalisasi yang cepat telah membawa nama Korea Selatan semakin terkenal di kancah internasional. Melihat keantusiasan yang diberikan oleh dunia internasional terhadap hallyu, Korea Selatan menggunakan kesempatan tersebut untuk mengenalkan budaya tradisionalnya kepada dunia melalui sebuah proyek global bernama Han Style. Sebagai salah satu aspek dari proyek budaya global Han Style, Hanbok rupanya mengalami modernisasi dari segi rupa, warna, dan motif yang sengaja disesuaikan dengan perubahan zaman dan tren dalam industri fesyen. Penelitian ini menelaah dua fungsi atau peran Hanbok sebagai bagian dari strategi diplomasi budaya Korea Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif dan pendekatan kualitatif berupa studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hanbok dipopulerkan oleh pemerintah sebagai alat atau sarana bagi Korea Selatan untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensinya sebagai suatu bangsa dalam lingkup internasional. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dalam mencapai tujuan tersebut antara lain adalah mengenakan Hanbok dalam kunjungan diplomatik, mengadakan pertukaran budaya dan pameran dengan tema Hanbok, serta mendukung perancang Hanbok dalam berkreasi dan berinovasi.

The popularity of hallyu which keeps increasing along with the rapid pace of globalization has brought South Korea's name to be more well-known internationally. Seeing the enthusiasm given by the international community to hallyu, South Korea took that as an opportunity to introduce its traditional cultures to the world through a global project named Han Style. As one of the aspects of the global cultural project, Hanbok seems to be an undergoing modernization in terms of appearance, color, and motifs which are deliberately adapted to the changing eras and trends in the fashion industry. This study examines two functions or roles of Hanbok as a part of South Korea's cultural diplomacy strategy. This research was conducted using descriptive analysis methods and qualitative approaches in the form of literature studies. The results showed that Hanbok was popularized by the government as a tool or means for South Korea to gain recognition for its existence as a nation in the international sphere. Some of South Korea government’s efforts to achieve that goal include wearing Hanbok on diplomatic visits, holding cultural exchanges and exhibitions with Hanbok as the theme, and supporting designers with their creation and innovation of Hanbok."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Mariena
"Skripsi ini membahas hanbok sebagai salah satu identitas Bangsa Korea, dengan melihat bagian-bagian yang dimilikinya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana unsur-unsur hanbok yang terdiri dari bentuk, warna, simbol, bahan dan aksesorisnya yang menggambarkan identitas bangsa Korea.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil dari penelitian ini adalah pakaian yang telah memiliki sejarah panjang ini menjadi pakaian tradisional Korea yang tentu saja mewakili Korea, meskipun telah mendapat berbagai pengaruh tetapi masih tetap bisa mempertahankan ciri khasnya dengan begitu masih dapat dikenali sebagai hanbok.

This thesis discusses Hanbok as Korean Identity, looking through the five important parts of the dress. The purpose of this study is to know how the five important parts, such as form or the style of the dress, the color, symbol, the material of the dress and ornament can describe Korean identity. This research is qualitative descriptive.
The result of this study is this dress, which have a long history became a traditional costume of Korea, representing this country. Although it has accepted many influences, this dress still can maintain the characteristics and still can be recognized as Hanbok.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43622
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Zahri Mardhiyah
"Artikel ini membahas tentang identitas nasional pada Masjid Syuhada, yang terletak di Kotabaru, Yogyakarta. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 1952, dengan latar berdirinya sebagai monumen kemerdekaan Republik Indonesia. Permasalahan dari penelitian ini adalah apakah Masjid Syuhada benar-benar dapat merepresentasikan identitas nasional, dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan bentuk bangunan dari Masjid Syuhada serta menjelaskan representasi identitas nasional yang terdapat didalamnya. Dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Sharer and Ashmore, terdiri dari; formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Berdasarkan latar sejarah, ide dan konsep para pendiri, serta konteks dengan lingkungan sekitar, Masjid Syuhada memiliki identitas utama sebagai masjid yang merepresentasikan nilai-nilai kemerdekaan dan persatuan Indonesia. Disamping itu, Masjid Syuhada juga melekat dengan nilai keislaman dan ketradisionalnya sebagai bangunan masjid, dan dapat mampu beradaptasi dengan bangunan-bangunan di sekitarnya.

This article discusses the national identity of the Syuhada Mosque located in Kotabaru, Yogyakarta. This mosque was completed in 1952, with the backdrop of its establishment as a monument to the independence of the Republic of Indonesia. The problem of this research is whether the Syuhada Mosque can really represent national identity, with the aim of the study to describe the shape of the building of the Syuhada Mosque and explain the representation of national identity contained therein. By using the method proposed by Sharer and Ashmore, consisting of; formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation and publication. Based on the historical background, the ideas and concepts of the founders, as well as the context with the surrounding environment, the Syuhada Mosque has its main identity as a mosque that represents the values of Indonesian independence and unity. Besides that, the Syuhada Mosque is also attached to its Islamic and traditional values as a mosque building, and is able to adapt to the surrounding buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rostineu
"Studi ini menganalisis peran organisasi perempuan Kristen yang dikenal sebagai Korea- YWCA (Young Women Christian Association), dalam demokratisasi bagi kaum buruh perempuan di kawasan industri kota Seoul, Republik Korea, tahun 1961 hingga 1987. Korea-YWCA adalah organisasi perempuan Kristen pertama yang dibentuk di Korea tahun 1922 pada masa kolonial Jepang (1910-1945). Melalui peristiwa demo buruh perempuan yang terjadi di kota Seoul tahun 1975, penelitian ini menganalisis peran organisasi Korea-YWCA dalam menghidupkan kembali semangat demokrasi dan sumbangsihnya dalam meruntuhkan kediktatoran pemerintah. Dengan menerapkan pendekatan strukturis dari Lloyd dan sumber arsip dari Republik Korea, penelitian ini menekankan dinamika peran Korea-YWCA dalam penegakan demokrasi yang terjadi sepanjang rentan waktu yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara konseptual, gagasan penegakan demokrasi oleh Korea-YWCA di periode 1961 hingga 1979 berakar dari reformasi politik nasional Korea di akhir abad ke-19 yang berhasil mencetak perempuan modern Korea, yang disebut sinyeoseong.Gerakan kemerdekaan rakyat Korea yang disebut Samil Undong, yang meletus di masa kolonisasi Jepang (1910-1945), menjadi titik tolak Korea-YWCA sebagai organisasi berbasis ajaran Kristen yang bersifat politis sehingga peran Korea-YWCA dalam demokratisasi pun sudah terlihat sejak dibentuk di tahun 1922. Peran Korea- YWCA dalam demokratisasi di tahun 1961 hingga 1987 berhasil mempresentasikan peran agency bernama Park Esterd dalam bentuk perluasan sektor kerja bagi kaum buruh perempuan Korea. Adapun peran Korea YWCA dalam demokratisasi pada periode ini bersumber dari gagasan Park Esterd yang diakui telah menghadirkanminjujueui room (ruang demokrasi) yang sangat menekankan kebebasan. Gagasan demokratis dari Park Esterd menjadi fondasi dalam transformasi pada kaum perempuan Korea yang dapat dijelaskan alasannya sebagai berikut. Bahwa, ajaran agama Kristen bagi masyarakat Korea tidak hanya dipandang sebagai agama baru, tetapi juga sebagai ideologi yang dipupuk dalam wadah organisasi sehingga melahirkan perempuan modern. Selain itu, terkait dengan demokratisasi, di bawah kepemimpinan Park Esterd, peran Korea-YWCA dapat sekaligus mengungkap semangat Puritanisme Amerika yang membentuk karakter kaum Kristen Korea yang menekankan nilai-nilai toleransi, tekun, dan rajin sehingga mengantarkan Republik Korea menjadi negara yang maju.

This study analyzes the role of the Christian women's organization known as Korea- YWCA (Young Women Christian Association) in the democratization for women workers in the industrial area of Seoul, Republic of Korea from 1961 to 1987. Korea- YWCA is the first Christian women's organization to be formed in Korea since 1922 during the Japanese colonial period (1910-1945). Through the events of the women's labor demonstrations that took place Seoul in 1975, this study analyzes the role of the Korea-YWCA organization in reviving the spirit of the democratization and its contribution to overthrowing the government dictatorship. Applying a structurist approach from Lloyd's and archival sources from the Republic of Korea, this study emphasizes the dynamics of the Korea-YWCA influence in social change that occurs over a defined period of time. The results showed that conceptually the idea of upholding democracy by the Korea-YWCA in the period 1961 to 1979 was rooted in the Korean national political reforms in the late 19th century which succeeded in producing modern Korean women called sinyeoseong. The Korean people's independence movement called Samil Undong which occured during the Japanese colonization (1910- 1945) became the starting point for Korea-YWCA as a political organization based on Christian teachings so that the roke of Korea-YWCA in democratization has been seen since its formation in 1922. The role of Korea-YWCA in democratization from 1961 to 1987 succeeded in presenting the role of an agency named Park Esterd in the form of expanding the employment sector for Koren women workers. The Korea YWCA’s role in democratization in the period stemmed from the idea of Park Esterd who has acknowledged to have presented the minjujuei room (democracy room) which strongly emphasized freedom. Park Estherd’s democratic ideas became the foundation for the transformation of Korean women, which can be explained as follows. Whereas, the teachings of Christianity for the Korean people are not seen as a new religion, but also as an ideology that is fostered in organization so as to give birth to modern women. In addition, with regard to democratization, under the leadership of Park Esterd, the role of Korea-YWCA can simultaneously reveal the spirit of American Puritanism that shapes the character of Korea Christians who emphasize the values of tolerance, perseverance, and diligence so as to lead the Republic of Korea to become a developed country."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Rasyid
"Penelitian ini menganalisis performa dari tim tenis nasional Australia dalam turnamen Davis Cup periode 1950-1968. Australia adalah negara yang tumbuh dengan tradisi olahraga yang kuat, salah satunya dalam cabang olahraga tenis. Pasca kemenangan dan prestasi yang ditorehkan tim nasional Australia dalam ajang Davis Cup selama periode tersebut, tenis menjadi salah satu olahraga yang populer dalam kalangan masyarakat Australia dan menjadikan atlet-atlet berprestasinya sebagai representasi dari identitas nasional Australia. Penelitian ini ditulis menggunakan metode sejarah melalui pengumpulan arsip majalah dan surat kabar sezaman yang diakses melalui situs resmi National Library of Australia seperti artikel koran dari surat kabar The Sydney Morning Herald, Age, The West Australian, dan beberapa surat kabar lainnya. Untuk sumber sekunder diperoleh dari beberapa buku karya peneliti sejarah olahraga dan politik, autobiografi dari Rod Laver dan jurnal ber-indeks SCOPUS yang diperoleh secara daring maupun luring dari Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. National Library of Australia, dan portal informasi lainnya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterlibatan tim nasionalAustralia dalam Davis Cup periode 1950-1968 membawa dampak yang signifikan terhadap identitas nasional Australia sebagai Sporting Nation.

This research analyzes the performance of Australian national team in Davis Cup tournament since 1950 until 1968. Australia is a nation that had strong ties with sport in their tradition, especially tennis. After their domination and achievement in Davis Cup in that period, Tennis become a popular sport among Australian people dan Australian tennis athletes become the representation of Australian national identity. This research utilizes historical method through compiling archives, such as newspaper article from The Sydney Morning Herald, Age, The West Australian and other newspaper or magazine article in the respective period, from the National Library of Australia. The secondary resources for this research came from several books written by Sport and Political Science researcher, autobiography of Rod Laver, and article journal accredited by SCOPUS that has been retrieved either by online or offline from Universitas Indonesia Central Library, National Library of Indonesia, National Library of Australia, and other information portal. This research concludes that the participation and domination of Australian national team in Davis Cup in 1950 until 1968 brings significant impact to the Australian national identity as a sporting nation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Han, Sin Bee
"Kepentingan kesehatan bagi manusia menjadi sangat penting. Sehingga perlindungan kesehatan bukan lagi hanya tanggungjawan seorang namun hal ini sudah menjadi kewajiban negara untuk mempromosikan kesehatan masyarakat dengan menyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang peran jaminan kesehatan nasional sebagai pemenuhan kewajiban negara di Korea Selatan dan Indonesia berdasarkan undang-undang dasar dari negara masing-masing. Persamaan dan perbedaan antara Jaminan Kesehatan Nasional di Korea Selatan dan Indonesia dari segi komponen kunci untuk Cakupan Kesehatan Universal (Universal Health Coverage) yaitu, pesertaan, pembayaran iuran dan manfaat jaminan adalah pembahasan dalam penelitian ini.
Penelitian ini adalah penelitian normative yang menggunakan studi dokumen dan undang-undang terkait Natioinal Helath Insurance Act dari Korea selatan dan Undang-undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Antara kesamaan dan perbedaan yang signifikan, kepersertaan Warga Negara Asing dalam jaminan kesehatan nasional di Korea Selatan lebih luas daripada di Indonesia. Hasil penelitian ini merekomendasikan unutk menubah pasal 1 ayat (4) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 untuk memperluas kepersertaan WNA sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia dan memberikan kepastian hukum kepadanya.

The importance of health to people is increasing. Thus protection of health is no longer duty of individual rather it has become an obligation of state to promote the public health by providing National Health Insurance. This research aims to discuss about role of national health insurance as fulfillment of state obligation in South Korea and Indonesia based on the Constitution of each state. The similarities and differences between National Health Insurance in South Korea and Indonesia in respect to key components of achieving Universal Health Coverage that are membership, contribution payment and insurance benefits are another discussion in this research.
This research is categorized as normative research which uses document study on the National Health Insurance Act, Law No. 40 of 2004 on National Social Insurance System, and other prevailing laws and regulations. Significant similarities and differences are found from the research, among others, broader scope of membership of NHI in regards to eligibility of foreigners compared to JKN. The result of this research concludes that amendment of article 1 paragraph (4) of Presidential Decree No. 12 Year 2013 is necessary for expanding the scope of membership to foreigners and provides more legal certainty.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S65947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Satrya Utama
"ABSTRAK
Nasionalisme dapat tumbuh melalui beragam cara dan media, salah satunya melalui media olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci bahwa identitas nasional dan identitas kelompok dapat terbentuk melalui aspek olahraga, khususnya olahraga sepakbola. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pemerhati sepakbola di tingkat nasional dan komunitas Bobotoh serta Viking sebagai pendukung setia Persib Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data utama. Hasil penelitian memperlihatkan tiga hal, pertama bahwa sepakbola di tingkat lokal dapat menumbuhkan perasaan in-group yang didasari kearifan lokal seperti bahasa, ritual dan simbol-simbol yang didukung pembentukannya oleh media sosial. Kedua kehadiran tim nasional sepakbola Indonesia di sisi lain dapat membentuk komunitas imajiner serta identitas nasional dengan persepsi akan sejarah, simbol, ritual, bahasa, serta media massa dan ketiga, nasionalisme yang terbentuk cenderung bersifat banal sebagai platform utama yang menyambungkan rasa kekerabatan dan nasionalisme.

ABSTRACT
Nationalism is a concept that can be developed through any media. This study aims to explain in detail that national identity and group identity can be formed through aspects of sport, such as football. This study uses a qualitative approach with observation and in depth interviews as the main data retrieval technique with the fans of Persib Bandung Viking and Indonesia men rsquo s national football team as the unit of analysis. The results of this study show that football at the local level can establish in group feelings based on local wisdom such as language, rituals and symbols that supported by using social media as the basic. The presence of Indonesia 39 s national football team on the other hand can form an imagined community and national identity with perceptions of history, symbols, rituals, languages, and mass media and other things that tend to be banal as the main platform that connects the sense of kinship And nationalism."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdha Amelia
"Tema LGBT, khususnya gay atau boys love, marak diangkat untuk drama serta film Korea Selatan akhir-akhir ini. Beberapa di antaranya mengisahkan perjuangan kaum gay untuk bisa hidup bebas menunjukkan identitas mereka serta terhindar dari stigma negatif dan diskriminasi yang dilayangkan oleh masyarakat. Piteopaenui Kkum dipilih oleh penulis sebagai film yang mewakili representasi identitas kaum gay di Korea Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi identitas gay dalam film Piteopaenui Kkum. Identitas kaum gay yang terdapat dalam film Piteopaenui Kkum diperoleh dengan menggunakan semiotika model John Fiske melalui metode analisis deskriptif. Penulis menganalisis para tokoh dalam film dengan menggunakan teori penokohan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film pendek Piteopaenui Kkum merepresentasikan identitas kaum gay yang sulit mengekspresikan diri, mengalami perundungan secara fisik dan verbal, dan mendapat label stereotip yang cenderung buruk sehingga pada akhirnya kedua tokoh utama ini menyerah pada keadaan dengan mengorbankan hubungan mereka.

LGBT themes, especially gay or boys love, have been widely used in South Korean dramas and films recently. Some of them tell the story of the struggle of gay people to be able to live freely, show their identity and avoid negative stigma and discrimination posted by the community. Piteopaenui Kkum was chosen by the writer as a film that represents the representation of gay identity in South Korea. The purpose of this study is to describe the representation of gay identity in the film Piteopaenui Kkum. The identity of the gay people in the film Piteopaenui Kkum is obtained by using the semiotic model of John Fiske through descriptive analysis method. The author analyzes the characters in the film by using the theory of characterization. The results show that the short film Piteopaenui Kkum represents the identity of gay people who find it difficult to express themselves, experience physical and verbal abuse, and get stereotyped labels that tend to be bad so that in the end these two main characters give up on the situation at the expense of their relationship."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasha Waznah Hamidi
"Artikel ini akan membahas perkembangan seni A.D. Pirous dari Abstrak ke Kaligrafi pada tahun 1965-1970. Perjalanan seorang seniman sehingga mencapai gaya khasnya tidaklah instan. Perkembangan gaya kesenian seorang seniman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keinginan untuk mencari identitasnya. Fenomena tersebut juga dilalui oleh A.D Pirous yang pada awal karirnya dikenal sebagai seniman abstrak Indonesia mengalami perkembangan yang unik di mana awalnya ia dikenal sebagai seniman abstrak Indonesia menjadi salah satu perintis kaligrafi modern di Indonesia. Perubahan tersebut menarik terdorong dari keinginannya untuk menemukan identitas nasionalnya setelah menyadari bahwa pendidikan seninya sangat dipengaruhi seni barat. Kini, karya kaligrafinya menjadi khas keindonesiaan Pirous pada dunia kesenian internasional. Telah banyak penelitian mengenai nilai-nilai Islam serta kajian yang menguraikan teknikalitas pada karya-karya Pirous. Maka dari itu, kajian ini akan menggambarkan identitas nasional A.D Pirous melalui perkembangan keseniannya pada tahun 1965-1980. Perkembangan seninya memperlihatkan bahwa perubahan gayanya melalui proses yang panjang. Penelitian ini menggunakan metode penulisan sejarah yang mencakup pemilihan topik, heuristik, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Data yang mendukung penelitian didapatkan dari pengumpulan arsip lukisan, pamflet pameran, wawancara, dan buku.
This article will discuss the development of A.D. Pirous' art from Abstract to Calligraphy in 1965-1970. An artist's journey to achieve his or her signature style is not instantaneous. The development of an artist's art style can be influenced by various factors such as the desire to find his identity. A.D Pirous, who at the beginning of his career was known as an Indonesian abstract artist, experienced a unique development where he was initially known as an Indonesian abstract artist to become one of the pioneers of modern calligraphy in Indonesia. The change was interestingly driven by his desire to find his national identity after realizing that his art education was heavily influenced by western art. Today, his calligraphic works are typical of Pirous's Indonesianness in the international art world. There have been many studies on Islamic values as well as studies outlining the technicalities of Pirous' works. Therefore, this study will illustrate A.D Pirous' national identity through the development of his art from 1965-1980. The development of his art shows that the changes in his style went through a long process. This research uses a historical writing method that includes topic selection, heuristics, verification (source criticism), interpretation, and historiography. Data supporting the research was obtained from the collection of painting archives, exhibition pamphlets, interviews, and books."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Tomi Saputra
"Tesis ini membahas identitas nasional yang terdapat dalam naskah teks sejarah perumusan dasar negara Pancasila tentang sistem tanda dan makna yang terdapat dalam naskah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Dengan menggunakan analisis semiotika Peirce, dapat disimpulkan bahwa makna yang didapatkan dari perumusan naskah tersebut menunjukkan proses komunikasi menggunakan sistem tanda yang saling mendukung satu sama lain. Proses pembangkitan makna dalam persidangan yang berlangsung menghasilkan rumusan Pancasila yang disepakati sebagai dasar Indonesia Merdeka, dan menjadi simbol identitas nasional.
Penelitian ini memiliki implikasi teoritis yang membedah naskah sejarah ke dalam level teks untuk kemudian dianalisis proses semiosisnya dalam beberapa tahap dan menginterpretasikan tanda tersebut ke dalam suatu pemaknaan tanda yang saling menguatkan. Penelitian ini memberi rekomendasi bagi akademisi yang tertarik untuk mengkaji naskah teks sejarah Indonesia yang menjadi konsensus nasional dengan memperhatikan proses perumusan dan penyusunannya sehingga menjadi refleksi dalam mengatasi permasalahan bangsa.

This thesis discuss national identity contained in the manuscript of the text the history of the state basic formulation of Pancasila about system of signs and meanings that was found in the manuscript. This research is the qualitative study with the design descriptive. Using the Peirce semiotics analysis, it can be concluded that meaning obtained from the formulation of a manuscript is indicated processes of communication using system of signs of mutual support each other. The process of the generation of meaning in meetings that produce synthesis Pancasila agreed as the basis of Indonesia became independent, and become a symbol of national identity.
This research have an implication theoretical that dissected manuscript the history into the level of the text, then analyzed the process of semiosis in several stages and interpret the signs into a meanings of which corroborate. This research give recommendations for academics who are interested to study the manuscript of the text Indonesian history becomes national consensus by observing the process of formulation and its compilation becomes a reflection in solving the nation problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T42935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>