Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Akbar
"Pada masa pandemi COVID-19, banyak perusahaan yang kesulitan dalam mempertahankan kinerja perusahaannya—tidak terkecuali pada perusahaan rintisan. Adanya Pemutusan Hubungan Kerja, perubahan cara bekerja, dan tekanan lebih besar untuk meningkatkan kinerja perusahaan, mempengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan. Sedangkan, kesejahteraan karyawan juga memiliki dampak terhadap kinerja karyawan yang akhirnya berdampak juga pada kinerja perusahaan. Salah satu solusi adalah melalui implementasi praktik manajemen sumber daya manusia (SDM) berdasarkan teori AMO (ability-motivation-opportunity) yang mampu menjadi prediktor kesejahteraan psikologis karyawan. Teori Determinasi Diri digunakan untuk menyediakan penjelasan lebih lanjut atas dinamika internal karyawan pada praktik manajemen SDM serta korelasinya dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Dalam mengukur persepsi praktik manajemen SDM, penelitian ini menggunakan adaptasi dari alat ukur Gardner (2011). Sedangkan, adaptasi alat ukur Ryff (1989) untuk mengukur kesejahteraan psikologis karyawan. Responden berupa 200 karyawan perusahaan rintisan di wilayah Jakarta. Desain penelitian ini yaitu kuantitatif dan korelasional yang dianalisis menggunakan Pearson Correlation. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara praktik manajemen SDM dan kesejahteraan psikologis karyawan perusahaan rintisan Jakarta. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan melibatkan variabel mediasi atau moderasi serta melakukan penelitian longitudinal untuk menjelaskan lebih lanjut dinamika dalam jangka panjang.

During the COVID-19 pandemic, many companies struggled to maintain good performance in their business—including startup companies. The sudden employment termination and change in working arrangement caused bigger pressure to boost the company’s performance that affected employees’ psychological well-being (PWB). Whereas, employees’ PWB affected employees’ performance (and in the long run, the company’s performance). One of the solutions is through the implementation of human resource management practices (HRMP) based on the ability-motivation-opportunity theory which can be a predictor of psychological well-being. The Self-Determination theory used to provide further explanation of employees’ internal correlation between HRMP with employees’ PWB. This study used instruments from Gardner (2011) to measure the perception of HRMP. Meanwhile, Ryff's (1989) instrument was used to measure the employees' PWB. Respondents were 200 Jakarta-based startup companies’ employees. The research design that is used was quantitative and correlational methods analyzed with Pearson Correlation. Results showed there was a correlation between HRMP and startup companies’ employees’ PWB. Further research needs to be done by mediation or moderation variables. Longitudinal research can be considered to describe the dynamics in the long term further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Novembrina Dewi Embun Pramana
"Remaja rentan mengalami internalizing problems. Penelitian bertujuan untuk melihat interaksi faktor lingkungan dalam memprediksi internalizing problems pada remaja di masa pandemi. Penelitian merupakan studi skala nasional yang melibatkan 9.567 siswa SMA/sederajat di berbagai provinsi di Indonesia (M­ = 16.37, SD = 1.02). Hasil analisis multiple linear regression menunjukkan jenis kelamin, faktor keluarga, faktor sosial, dan faktor ekonomi dapat memprediksi internalizing problems secara signifikan (F(8,9588) = 83,683, p < .05, R2= .065), dengan jenis kelamin dan interaksi dengan teman sebagai kontributor.

Adolescents are prone to internalizing problems. This study aims to investigate how environmental factor predicts internalizing problems among adolescents during the pandemic. This is a national scale study involving 9.567 high school/vocational students from several provinces in Indonesia (M­ = 16.37, SD = 1.02). Multiple linear regression analysis indicated that gender, family factor, social factor, and economic factor significantly predicted internalizing problems (F(8,9588) = 83,683, p < .05, R2= .065), with gender and peer interaction as the biggest contributor."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Eka Wahyuni
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 merupakan salah satu stressor yang menyebabkan terjadinya ansietas pada Perawat. Ansietas mempengaruhi kesehatan dan kualitas pelayanan keperawatan dan berdampak terhadap produktifitas dan kinerja perawat, sehingga dibutuhkan intervensi dalam menangani ansietas pada Perawat COVID-19. Tujuan: memperoleh model dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dalam menangani ansietas perawat COVID-19. Metode: Penelitian mixed methods dengan pendekatan transformatif sekuensial. Tahap 1 merupakan tahap identifikasi dan eksplorasi gambaran ansietas, faktor risiko, faktor protektif dan upaya yang dilakukan dalam menangani ansietas melalui systematic review dan studi kualitatif. Tahap 2 adalah penyusunan model melalui analisis dan sintesis hasil tahap I dengan melibatkan tiga pakar. Tahap 3 adalah identifikasi pengaruh model dukungan kesehatan jiwa dan psikososial. Hasil: Terdapat tujuh tema berdasarkan hasil penelitian tahap 1. Keseluruhan tema masuk ke dalam penyusunan model pada Tahap 2. Perangkat Model yang dihasilkan berupa modul, buku kerja/buku evaluasi. Analisis GLM Univariat menunjukkan bahwa Cognitive Behavior Therapy dan Self Help Group merupakan pilihan terapi terbaik dalam menurunkan ansietas (p-value<0.05). Cognitive Behavior Therapy dan Self Help Group lebih tinggi efeknya dalam meningkatkan resiliensi dan koping Perawat COVID-19. Simpulan: Model Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial efektif menurunkan ansietas.

Background: The COVID-19 pandemic is one of the stressors that causes anxiety. Anxiety affects health and quality of service, and productivity and performance of nurses, so intervention is needed in dealing with anxiety in COVID-19 Nurses. Objective: to get a mental health and psychosocial support model in dealing with COVID-19 nurses' anxiety. Method: Mixed method research. Stage 1 is the stage of identification and exploration of anxiety descriptions, risk factors, protective factors, and efforts made in dealing with anxiety through a systematic review and qualitative study. Stage 2 is the preparation of a model through analysis and synthesis of the results of stage I involving three experts. Stage 3 identifies the effect of the model. Results: There are seven themes in first phase. Furthermore, all themes are included in the preparation of the model in Phase 2. The resulting model devices are in the form of modules, workbooks, and evaluation books. Univariate GLM analysis shows that Cognitive Behavior Therapy and Self Help Groups are the best therapy options for reducing anxiety (p-value< 0.05). Cognitive Behavior Therapy and Self Help Group have a higher effect on increasing resilience and coping of COVID-19 Nurses. Conclusion: Model is effective in reducing anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nur Rohmah
"Pandemi COVID-19 telah menghadirkan berbagai masalah dan juga berdampak pada para pelaku usaha, khususnya yang bergerak di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Adanya penurunan penjualan, pembelian, bahkan modal usaha yang mengakibatkan adanya penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) di daerah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk menggambarkan penyesuaian program pemulihan UMKM Kabupaten Cianjur dengan menggunakan model contingency pada masa pandemi COVID-19, demi mengembangkan sumber daya manusia dan daya saing para pelaku usaha di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Informan penelitian berasal dari a) Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cianjur; b) Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM Cianjur; c) Direktorat Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia; serta d) UMKM Kabupaten Cianjur, dengan total informan berjumlah 15 orang. Karya ini menyajikan gambaran rancangan pemulihan UMKM Kabupaten Cianjur melalui model contingency plan. Hasil menunjukan terdapat tiga kebijakan yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur pada masa pandemi COVID-19 yaitu: 1) Sumber daya manusia; 2) Pemasaran dan 3) Pembiayaan, hal tersebut terlihat dengan adanya peningkatan anggaran dalam pemulihan UMKM Cianjur pada tahun 2021. Akan tetapi, masih terdapat beberapa program yang belum mampu diwujudkan dalam pemulihan pengembangan UMKM Cianjur pada tahun anggaran 2021.

The COVID-19 pandemic has presented various problems and also has an impact on business actors, especially those engaged in the Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME) sector. There was a decrease in sales, purchases, and even business capital which resulted in a decrease in Gross Domestic Product (GDP) in the region. This study seeks to describe the recovery plan for SMEs in Cianjur Regency using the contingency model during the COVID-19 pandemic, to develop human resources and competitiveness for business actors in Cianjur Regency. This study uses a qualitative approach with data collection through in-depth interviews, observation, and documentation studies. Research informants came from a) the Department of Cooperatives, MSMEs, Trade and Industry of Cianjur Regency; b) Center for Integrated Services of SMEsCo in Cianjur Regency; c) Directorate of Domestic Trade, Ministry of Trade of the Republic of Indonesia; and d) SMEs in Cianjur Regency, with a total of 15 informants. This study describes the dimension of adjustment that covers an overview of the design for the recovery of MSMEs in Cianjur Regency through a contingency plan model. The results show that there are three policies developed by the Cianjur Regency Government during the COVID-19 pandemic, namely, human resource development, marketing, and financing, this can be seen by the increase in the budget for the restoration of the Cianjur MSMEs in 2021. However, there are still several programs that have not been able to be realized in the recovery of the Cianjur MSME development in the 2021 fiscal year."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisa Amira Imani
"Beberapa upaya sudah dilakukan untuk memperlambat penularan COVID-19, dan menetap di rumah sudah terbukti merupakan salah satu tindakan pencegahan yang efektif. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia terutama dewasa muda yang tidak melakukan perilaku tersebut. Penelitian ini menggunakan theory of reasoned action untuk melihat bagaimana peran sikap dan norma subjektif terhadap intensi menetap di rumah selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional pada mahasiswa dan karyawan berusia 18-25 tahun (M = 21,3, SD = 1,65) yang sedang melakukan pembelajaran jarak jauh atau work from home (N = 308). Mayoritas partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 53,2%. Penelitian ini memilih populasi dewasa muda karena memiliki kepatuhan akan tindakan preventif yang paling rendah dibandingkan kelompok usia lain (Jørgensen & Petersen, 2020). Hasil analisis multiple regression menemukan bahwa sikap (β = 0,49, p < 0,01) dan norma subjektif (β = 0,22, p < 0,01) berkorelasi secara positif dengan intensi menetap di rumah. Edukasi mengenai pentingnya menetap di rumah tidak hanya penting dilakukan kepada dewasa muda saja, tetapi juga kepada tokoh agama, orang tua, serta tokoh berpengaruh lainnya.

Several attempts have been made to slow the transmission of COVID-19, and staying at home has proven to be an effective preventive measure. However, there are still many Indonesian people especially young adults who do not practice this behavior. This study uses the theory of reasoned action to see how the role of attitude and subjective norm on the intention to stay at home during the COVID-19 pandemic. This study is a correlational study on students and employees aged 18-25 years (M = 21,3, SD = 1,65) who are doing distance learning or work from home (N = 308). The majority of participants in this study were women (53,2%). This study selected a population of young adults because they have the lowest obedience to preventive measures compared to other age groups (Jørgensen & Petersen, 2020). The results of multiple regression analysis found that attitude (β = 0,49, p < 0,01) and subjective norms (β = 0,22, p < 0,01) were positively correlated with the intention to stay at home. Education about the importance of staying at home is not only important for young adults, but also for religious leaders, parents, and other influential figures."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiky Rahmat Syamsudin
"Situasi pandemi Covid-19 saat ini membuat banyak perusahaan harus melakukan berbagai penyesuaian seperti rasionalisasi yang banyak berdampak pada situasi kerja karyawan khususnya generasi milenial sebagai generasi produktif yang memiliki persentase paling besar dalam komposisi angkatan kerja di Indonesia saat ini. Oleh sebab itu, peneliti hendak melihat hubungan korelasi antara job insecurity dan grit dengan turnover intention pada karyawan milenial (berusia 20 – 38 tahun) di Indonesia di masa pandemi. Jumlah partisipan penelitian adalah 227 karyawan yang diperoleh secara daring dengan cara convenience sampling. Tipe penelitian yang dilakukan merupakan kuantitatif korelasional dengan alat ukur Turnover Intention Scale (2013), Job Insecurity Scale (2013), dan Grit Scale (2009). Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji statistik korelasi terhadap ketiga variabel penelitian. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi positif signifikan antara job insecurity dan turnover intention, serta terdapat korelasi negatif signifikan antara grit dan turnover intention. Dalam situasi pandemi, ternyata semakin tinggi job insecurity membuat turnover intention semakin tinggi pada karyawan milenial di Indonesia. Selain itu grit juga memiliki korelasi negatif dengan turnover intention, sehingga jika karyawan memiliki tingkat grit yang tinggi maka tingkat turnover intention yang dimilikinya rendah. Adapun, nilai korelasi antara job insecurity dengan turnover intention tampak lebih besar dibandingkan nilai korelasi grit dengan turnover intention. Oleh sebab itu, job insecurity memiliki peran yang cukup penting bagi karyawan milenial dalam menghadapi situasi pandemi ini.

The current covid-19 pandemic situation has made many companies have to make various adjustments such as rationalizations which have a lot of impacts on employee’s work situations especially millenial employees as the productive generation that has the largest percentage in the composition of Indonesia’s current workforce. Therefore, researchers want to see the correlation between job insecurity and grit with turnover intention for millennial employees (aged 20 - 38 years) in this pandemic. The number of study participants was 227 employees who were obtained online by means of convenience sampling. This type of research is correlational quantitative with the measurement tools of Turnover Intention Scale (2013), Job Insecurity Scale (2013), and Grit Scale (2009). The data obtained were processed using the correlation statistical test of the three research variables. The results found in this study are that there is a significant positive correlation between job insecurity and turnover intention, and there is a significant negative correlation between grit and turnover intention. In a pandemic situation, it turns out that higher job insecurity makes turnover intention higher for millennial employees in Indonesia. In addition, grit also has a negative correlation with turnover intention, so that if an employee has a high level of grit, the turnover intention will be low. Meanwhile, the correlation between job insecurity and turnover intention appears to be greater than the correlation between grit and turnover intention. Therefore, job insecurity has an important role for millennial employees in dealing with this pandemic situation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evin Novianti
"Latar belakang: Tingginya kasus COVID-19 di dunia mengakibatkan 13,3-16,6 juta kematian di kawasan Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia lonjakan kematian mencapai 158.429, terbayak usia dewasa. Dampak kematian orang tua menimbulkan stress, cemas berisiko pada masalah kesehatan jiwa remaja yang lebih berat. Tujuan: menganalisis model mekanisme koping remaja yang menghadapi kehilangan orang tuaakibat COVID-19 terhadap tanda gejala stress, cemas. Metode: Penelitian tahap 1 survei pada 516 sample remaja di DKI Jakarta, dianalisa dengan SEM-PLS. Penelitian tahap 2, desain quasy eksperiment with control group menguji keefektifan model dengan sample kelompok intervensi, kontrol masing-masing 52. KuisionerZung Self Rating Anxiety Scale (SAS), Perceived Stress Scale (PSS). Analisa data mancova repeated. Hasil:Koefisien determinasi kuat (R2>0,67), stimulus fokal, stimulus kontekstual, penilaian stressor, sumber koping membentuk mekanisme koping (p-value<0,05). Terdapat perubahan tanda gejala stress, cemas pada remaja sebelum dan sesudah diterapkan model mekanisme koping pada kelompok intervensi. Simpulan: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua efektif menurunkan tanda gejala stress, cemas. Saran: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua dapat diimplementasikan kepada remaja dalam upaya pencegahan masalah psikososial yang lebih berat lagi, dan dapat diimplementasikan oleh guru dan perawat setingkat ahli Madya.

Background: The high number of COVID-19 cases worldwide has resulted in 13.3-16.6 million deaths across Southeast Asia, Europe, and the Americas. In Indonesia, the death toll surged to 158,429, with the majority being adults. The loss of parents has led to stress and anxiety, increasing the risk of more severe mental health issues among adolescents. Objective: To analyze the coping mechanism model for adolescents dealing with the loss of parents due to COVID-19 in relation to symptoms of stress and anxiety. Methods: The study consisted of two phases. Phase 1 was a survey involving 516 adolescent samples in Jakarta, analyzed using SEM-PLS. Phase 2 used a quasi-experimental design with a control group to test the effectiveness of the model, involving intervention and control groups of 52 participants each. The Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) and Perceived Stress Scale (PSS) were used. Data were analyzed using repeated measures MANOVA. Results: The model showed a strong coefficient of determination (R² > 0.67). Focal stimuli, contextual stimuli, stressor appraisal, and coping resources significantly shaped the coping mechanism (p-value < 0.05). Changes in stress and anxiety symptoms were observed in adolescents before and after applying the coping mechanism model in the intervention group. Conclusion: The coping mechanism model for adolescents experiencing parental loss effectively reduced stress and anxiety symptoms. Recommendations: The coping mechanism model for adolescents dealing with parental loss can be implemented to prevent more severe psychosocial issues and can be applied by teachers and nurses at the associate expert level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Safira
"Pandemi Covid-19 berdampak pada tingginya permintaan pelayanan kesehatan dan menempatkan pegawai rumah sakit pada kondisi yang penuh tekanan. Kondisi tersebut diduga memiliki dampak jangka panjang hingga masa transisi pandemi Covid-19. Akibatnya, tuntutan kerja pegawai rumah sakit menjadi meningkat, khususnya tuntutan kerja emosional sehingga rentan untuk menurunkan kesejahteraan psikologisnya. Agar kesejahteraan psikologis pegawai tetap terjaga, diperlukan sumber daya pribadi berupa modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis, serta hubungan modal psikologis dan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 184 partisipan yang merupakan pegawai rumah sakit berusia 18 hingga 55 tahun dengan masa kerja selama minimal satu tahun dan melibatkan interaksi langsung dengan pasien atau pelanggan dalam pekerjaannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional study. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well-Being Scale (PWBS), bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). Hasil uji Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis (r = -0,27, p < 0,05). Sebaliknya, ditemukan hubungan positif yang signifikan antara modal psikologis dan kesejahteraan psikologis (r = 0,73, p < 0,05). Dengan demikian, pegawai dengan tingkat modal psikologis tinggi dapat tetap sejahtera walau mengalami tuntutan kerja emosional dalam pekerjaannya.

The Covid-19 pandemic has resulted in a high demand for health services and has put hospital workers under stressful conditions. This situation is expected to have a prolonged effect in the current transition of the Covid-19 pandemic. As a result, the job demands of hospital workers have increased, especially emotional job demands which are prone to reducing their psychological well-being. Therefore, hospital workers need to have psychological capital as a personal resource to maintain their psychological well-being. This research aims to examine the relationship between emotional job demands and psychological well-being, and also the relationship between psychological capital and psychological well-being. This research was conducted on 184 hospital workers aged 18 to 55 years old who had at least one year of working experience and involved direct interaction with patients or customers within their work. This study used a quantitative method with a correlational cross-sectional study design. The Psychological Well-Being Scale (PWBS), part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), and the Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) were used as measurement instruments. Pearson's Correlation test showed a significant negative relationship between emotional job demands and psychological well-being (r = -0,27, p<0,05). In contrast, a significant positive relationship was found between psychological capital and psychological well-being (r = 0,73, p<0,05). Thus, hospital workers with high levels of psychological capital can remain prosperous even in emotionally demanding work environments."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cassie Michelle
"Di era perkembangan teknologi, pemerintah Indonesia sedang gencar untuk menjalankan “ Gerakan Menuju 100 Smart City” yang bertujuan untuk menunjang pelayanan masyarakat di Indonesia. Selain itu, saat ini masyarakat Indonesia sedang dilanda berbagai masalah akibat pandemi COVID-19. Hal ini mendorong pembangunan layanan smart city agar dapat melayani masyarakat kota dengan lebih baik. Pemerintah telah membuat beberapa chatbot untuk membantu masyarakat di masa pandemi. Namun, chatbot tersebut belum memperhatikan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, dan mobilitas. Selain itu, penggunaan chatbot masih kurang diminati akibat percakapannya yang masih terkesan kaku dan memiliki perbendaharaan kata yang masih terbatas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi berupa chatbot layanan smart city untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat kota selama masa pandemi. Perancangan dilakukan dengan menggunakan metode user-centered design yang melibatkan target pengguna pada setiap tahapannya. Pengumpulan kebutuhan chatbot dilakukan dengan menggunakan survei daring. Temuan yang diperoleh dijadikan acuan dalam perancangan purwarupa untuk chatbot layanan smart city di masa pandemi. Evaluasi terhadap purwarupa dilakukan dengan menggunakan metode usability testing dan A/B testing untuk evaluasi kualitatif, sedangkan untuk evaluasi kuantitatif menggunakan instrumen SUS dan CUQ. Chatbot layanan smart city yang dirancang dengan hasil yang cukup baik dilihat dari nilai SUS dan CUQ yang diperoleh cukup untuk dikategorikan ‘acceptable’.

In the era of technological development, the Indonesian government is intensively running the "Gerakan Menuju 100 Smart City" that aims to support public services in Indonesia. In addition, Indonesians are currently experiencing various problems due to the COVID-19 pandemic. This encourages the development of smart city services to serve citizens better. The government has created several chatbots to help citizens during the pandemic. However, the chatbot has not paid attention to the needs of citizens in the fields of economy, education, and mobility. Not only that, the use of chatbots is still less desirable because the conversations still stiff and have a limited vocabulary. This research seeks to provide a solution in the form of a smart city service chatbot to solve various problems faced by citizen during the pandemic. The design is done using a user- centered design method that involves the target user at each stage. The chatbot needs collection is done by using online surveys. The findings were used as reference in designing chatbot. Evaluation of the prototype was conducted using usability testing and A/B testing methods for qualitative evaluation, while quantitative evaluation using SUS and CUQ instruments. Chatbot smart city services are designed with good results, chatbots SUS and CUQ values obtained enough to be categorized as ‘acceptable’."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Dwiananda Putra
"Intervensi non-farmasi sosial merupakan factor kunci dalam menanggulangi pandemic Covid-19 di Indonesia. Pentingnya intervensi non-farmasi sosial telah berkembang di Industri perjalanan dan wisata. Penelitian sebelumn menemukan bahwa kepercayaan pada intervensi non-farmasi social memidiasi hubunga antara upaya negosiasi dan minat berwisata. Studi ini meneliti hubungan antara intervensi non-farmasi social terhadap minat berwisata dalam negeri di Indonesia dan faktor yang memengaruhi minat berwisata dalam negeri seseorang baik yang sudah melakukan wisata dalam negeri sebelum situasi pandemic covid-19 dan yang belum. Data penelitian ini diambil di Indonesia, hal ini dikarenakan pada saat kasus covid-19 berkurang, regulasi yang berlaku di Indonesia memungkinkan untuk melakukan wisata dalam negeri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bagi yang terlah berwisata dalam negeri, motivasi secara positif memengaruhi minat berwisata, pembatasan secara negatif memengaruhi minat berwisata, pembatasan secara positif memengaruhi upaya negosiasi, dan negosiasi & kepercayaan pada intervensi non-farmasi memediasi hubungan antara motivasi dan negosiasi. Di sisi lain, bagi yang belum berwisata, motivasi secara positif memengaruhi minat berwisata, pembatasan secara positif memengaruhi upaya negosiasi, dan negosiasi & kepercayaan pada intervensi non-farmasi memediasi hubungan antara motivasi dan negosiasi, dan pembatasan tidak memiliki pengaruh yang signikan kepada minat berwisata

Non-pharmaceutical intervention is one of the key factors in overcoming the Covid-19 pandemic in Indonesia. The importance of social non-pharmaceutical intervention (individual, social, and community) has been growing in the travel and tourism industries. Past research discovered that trust in social non-pharmaceutical intervention mediates the relationship between negotiation effort and travel intention. This study examined the relationship between non-pharmaceutical intervention on domestic travel intention in Indonesia and the factors influencing individual domestic travel intention among those who have and have not traveled during the pandemic situation. The data were collected in Indonesia as the regulation allow domestic travel when the covid case decreases. The results showed that among those who have traveled, motivation positively influences travel intention, constraint negatively influences travel intention, constraint positively influences negotiation efforts, and negotiation & trust in non-pharmaceutical intervention mediate the relationship between motivation and negotiation. On the other hand, for individuals who have not traveled, motivation positively influences travel intention, constraint positively influences negotiation efforts, and negotiation & trust in non-pharmaceutical intervention mediate the relationship between motivation and negotiation, and constraint does not have significant influence on travel intention"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>