Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203398 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joyce Carol Gabrielle
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung di Indonesia sejak awal tahun 2020 telah mengubah banyak sistem di negara ini, salah satunya adalah sistem pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka/luring, kini mau tidak mau dilakukan secara daring. Perubahan yang terjadi memaksa para pelajar untuk ikut beradaptasi dengan cepat. Hal ini tentunya berdampak secara tidak langsung kepada prestasi yang diraihnya. Pelajar/mahasiswa yang memiliki kegigihan dan ketahanan diri yang baik akan dapat lebih mudah beradaptasi dengan keadaan, sehingga perubahan yang terjadi tidak seharusnya menjadi hambatan yang berarti untuk tetap berprestasi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kegigihan dan ketahanan diri mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UI dalam belajar, keadaan sosioekonomi, dan sosiodemografinya terhadap prestasi yang diraih selama masa pandemi.
Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online pada mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021 dengan pengambilan sampel berupa total population sampling berjumlah 372 mahasiswa pada bulan Juli hingga Agustus 2021. Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan. Digunakan uji korelasi bivariat melalui uji Kendall’s Tau dan uji beda rerata dengan melihat nilai p-value dan r (koefisien korelasi) untuk analisis statistik.
Hasil: Berdasarkan uji korelasi Kendall’s Tau, terdapat perbedaan hubungan yang signifikan (p<0,05) antara kegigihan mahasiswa terhadap Prestasi yang dinilai melalui Indeks Prestasi Mahasiswa serta terdapat hubungan antara ketahanan diri terhadap prestasi yang dinilai melalui keikutsertaan lomba selama pandemi. Untuk beberapa faktor sosiodemografi dan sosioekonomi lainnya juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi yang diraih selama pandemi.
Kesimpulan: Kegigihan dan ketahanan diri mahasiswa dalam belajar memiliki korelasi positif dengan prestasi yang diraihnya. Namun kenyataannya, selama pandemi masih banyak mahasiswa yang memiliki kegigihan dan ketahanan diri yang rendah. Oleh karena itu, faktor sosiodemografi dan sosioekonomi diharapkan dapat memberi dukungan supaya kegigihan dan ketahanan diri dapat meningkat.

Introduction: COVID-19 pandemic in Indonesia has changed many systems in this country, including the education system. Teaching and learning activities that were originally carried out physically, are now being held online. This adaptation has an indirect impact on their achievements. Students who have good grit and resilience will be able to adapt to the situation easier, so that changes that occur should not be a significant obstacle to keep achieving good grades.
Objective: To find out the relationship between the grit and resilience of preclinical dental students in Universitas Indonesia with different sociodemographic factors and socioeconomic conditions, with the academic achievements during the pandemic.
Methods: Cross-sectional study in the form of online questionnaires for Preclinical Dental Students with total population sampling of 372 students collected from July to August 2021. The questionnaire consists of 14 questions. The mean difference and correlation test is used to determine the relationship of all variables and by looking at the p-value and correlation coefficient for statistical analysis.
Results: Based on the correlation test, there’s a significant difference in the relationship between student Grit and GPA scores. There’s also a relationship between resilience and academic achievement assessed through participation in competitions during the pandemic. Some other sociodemographic and socioeconomic factors also contribute to the academic achievements achieved during the pandemic.
Conclusion: Preclinical dental students who display higher grit and resilience scores, achieve higher GPA and more participation in competitions during pandemic. Therefore, it is crucial for dental students to consider these values and the impact that they might have on their overall progress.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutadji
"Penelitian ini bermula dari suatu peinikiran bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi di masyarakat ada kaitanny.a dengan prestasi studi yang diperoleh nahasiswa selama studi di perguruan tinggi. Mahasiswa yang ineniiliki prestasi studi yang inenivaskan akan mexnungkinkan untuk berprestasi di masyarakat.
Prestasi belajar tnahasiswa yang diperoleh selania studi di perguruan tinggi berhubungan dengan keniaznpüan inahasiswa dalarn znenyerap ilinu pengetahuan yang disampaikan oleh setiap dosen pada waktu perkuliahan.
Untuk menyerap ilmu pengetahuan yang disajikan dosen ada faktor-faktor yang ikut inenentukannya yaitu factor dari dal am diri iridividu seperti inotivasi, inteligensi, minat dan persepsi inahasiswa terhadap kepengajaran dosen, kebiasaan belajar, sikap, serta faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan teinan, lingkungan perididika.n, sarana belajar, serta sarana pendidikan. Salah satu faktor dari dalani individu (internal) yang berhubungan dengan prestasi belajar inahasiswa adalah inotivasi berpr.estasi. Menurut McClelland (1953) siswa Yang meinpunyai niotivasi berprestasi akan belajar lebih gigih, sedangkan menurut Heckhausen (1968) pada uxnuinnya seseorang yang Inenipunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung akan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Faktor internal lainnya yang berhubungan dengan prestasi belajar inahasiswa adalah persepsi inahasiswa tentang kepengajaran dosen. Persepsi inahasiswa nerupakan pemberian arti dari inahasiswa terhadap suatu obyek yang ada pada lingkungannya. WR.Nord dikutip oleh Gibson dkk.(1973) menyatakan bahwa persepsi adalah proses peinbenian arti terhad-ap lingkungan oleh individu. Adapun lingkungan yang dimaksudkan disini adalah tentang kepengajaran dosen mereka. Sedangkan f aktor dari luar individu (eksternal) yang berhubungan dengan hasil belajar inahasiswa adalah tentang kepeng.ajaran dosen. Menurut Braskainp dan kawan-kawan (1979) terdapat korelasi antara pengajaran dosen dengan hasil belajar inahasiswa, deniikian pula studi yang pernah dilakukan oleh Centra (1979) inenunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup baik antara kepengajaran dosen dengan hasil belajar mahasiswa.
Ada faktor lain pula yang berkaitan dengan prestasi belajar inahasiswa yaitu sikap terhadap kegiatan belajar ditentukan oleh bagaimana persepsi mahasiswa terhadap kegiatan belajar yang dialaminya. Menurut Sinibolon (1984) mahasiswa yang senang terhadap aktivitas belajar cenderung nelaksanakan tugas-tugas belajar dengan perasaan lapang dan gembira, sehingga beban studi yang ada pada mahasiswa dapat diselesaikan. Tetapi sebaliknya jika mahasiswa tidak senang terhadap kegiatan belajar ia cenderung inenghindar bahkañ menolaknya. Dengan demikian tuga-tugas tidak diselesaikannya.
Melalui kajian teoritis tentang persepsi mahasiswa terhadap kepengajaran dosen, inotivasi berprestasi serta sikap dan kebiasaan belajar dalam hubungannya dengan prestasi belajar inahasiswa diajukan empat hipotesis. untuk diuji kebenarannya. Penelitian dengari sampel dua ratus einpat inahasiswa di Universitas Borobudur, rnengungkap hasil pengujian hipotesis-hipotesis sebagai berikut; tiga hipotesis ditolak dan satu diterima, hipotesis yang diteriina adalah hipotesis ketiga sedangkan hipotesis yang lainnya ditolak.
Dengan demikian terungkap hasil penelitian sebagai berikut:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi xnahasiswa tentang kepengajaran dosen dengan prestasi belajar inahasiswa,
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara inotivasi berprestasi dengan prestasi belajar uiahasiswa.
3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.
4. Tidak Ada hubungan yang signifikan secara bersainasama antara persepsi mahasiswa terhadap kepengajaran dosen, inotivasi berprestasi, sikap dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.
Penulis menyarankan agar dalani penerimaan ealon-calon inahasiswa baru diadakan seleksi agar inahasiswa yang diterima adalah mahasiswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, mahasiswa yang mempunyai keinginan tinggi untuk meperdalam ilmu pengetahuan, mahasiswa yang memuliki disiplin tinggi dalam melaksanakan tugas-tuugas, serta mahasiswa yang memiliki potensi yang meniadai untuk belajar di Perguruan Tiriggi.
Selain itu penulis juga menyarankan untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk inengetahui bagaimana hubungan antara persepsi nahasiswa terhadap kepengajaran dosen dengan inotivasi berprestasi inahasiswa, hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap kepengajaran dosen dengan sikap dt kêbiasaart belajar. mahaiswa, serta hubungan antara irotivasi berprestasi dengan sikap dan kebiasaan belajar thahasiswa. Penulis juga menyarankan agar kesejahteraan dosen perlu dlperhatikan agar dosen dapat mengemban dedikasi secara optimal. Dalam instruinen penelitian penulis menyarankan pula perlu dicari validitas eksternal jadi tidak hanya validitas internal saja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
T6939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasyanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenithesa Gifta Nadirini
"Individu memiliki attachment awal dengan orang tua sebagai care giver-nya dan dapat beralih ke teman sebaya saat masa remaja. Remaja tidak terpisah dengan dunia pendidikan yang memiliki peranan penting bagi pembangunan negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan parent dan peer attachment dengan prestasi akademik remaja di SMA Labschool Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analisis dengan pendekatan cross-sectional pada 87 responden dipilih melalui teknik cluster sampling. Peneliti melihat attachment menggunakan kuesioner IPPA-R dan prestasi akademik menggunakan nilai rapor semester akhir.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 50,6% responden memiliki insecure attachment dengan kedua orang tuanya dan 52,7% memiliki insecure attachment dengan teman sebaya. Sebanyak 51,7% responden memiliki prestasi atas rata-rata. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara parent attachment dan peer attachment dengan prestasi akademik (p=0,068; p=0,578; ɑ=0,05). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan studi komparatif antara sekolah swasta dan sekolah negeri agar didapatkan hasil yang lebih bervariasi.

Individuals have initial attachment with parents as their care giver and may switch to peers when they reach adolescent. Adolescents are inseparable from education with its important role for the development of the country. The aim of this research is to identify the relation between parent and peer attachment with adolescents’ academic achievement in SMA Labschool Jakarta. This research used analytic descriptive design with cross-sectional approach on 87 respondents was involved with cluster sampling technique. Researcher used IPPA-R questionnaire to study attachment and last semester grades to measure academic achievement.
The result showed that 50,6% respondents has insecure attachment with parent whilst 52,7% respondents has insecure attachment with peer. 51,7% respondents has above average academic achievement. Bivariate analysis result showed that there was no relation between parent and peer attachment on academic achievement (p=0,068; p=0,578; ɑ=0,05). The future research should conduct comparative studies between private and public schools to get vary result.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Erly Susilawati
"ABSTRAK
Berdasarkan data statistik Fakultas Psikologi UI, jumlah mahasiswa angkatan
1995 yang memiliki indeks prestasi (IP) < 2.0 menunjukkan angka yang tidak sedikit.
Pada akhir tahun ajaran pertama mereka, tercatat 5 mahasiswa yang drop out dari 101
mahasiswa. Jumlah ini termasuk besar bila dibandingkan dengan angkatan sebelumnya
(1994) yang tidak memiliki mahasiswa drop out pada akhir tahun pertama. Hal ini
sangat disayangkan mengingat bahwa pada dasarnya mahasiswa yang diterima di
Fakultas Psikologi UI secara umum dapat dikatakan mahasiswa yang memiliki potensi
karena sudah lulus saringan UMPTN. Mengapa mahasiswa yang berpotensi ini tidak
dapat berprestasi secara optimal ?.
Berdasarkan studi Winkel (1983) serta Crow & Crow (1984), faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi akademis seseorang dapal dikelompokkan menjadi dua,
yaitu kelompok faktor yang berasal dari dalam siswa dan kelompok faktor yang
berasal dari luar siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain: kondisi
jasmani, kondisi kesehatan, inteligensi, kepribadian, minat, motivasi, gaya belajar,
kebiasaan belajar dan keadaan emosi. Faktor yang berasal dari luar diri siswa antara
lain: situasi keadaan sosio-ekonomi dan kultural, kurikulum pelajaran, disiplin sekolah,
fasilitas belajar, faktor sosial di sekolah dan faktor-faktor situasional lainnya.
Diantara faktor-faktor di atas, salah satu faktor yang diketahui berhubungan
secara signifikan dengan prestasi belajar adalah inteligensi (Enlwislle, !9S3). Selain
itu, Howe (1986) mengungkapkan kurangnya pelatihan dalam belajar (gaya belajar)
sebagai faktor yang memberikan sumbangan yang terbesar bila dibandingkam dengan
faktor-faktor lainnya. Hal ini didukung oleh hasil percobaan Pask (Entwistle, l983)
yang rnembuktikan bahwa mahasiswa dengun gaya belajar yang sesuai dengan mana kuliah dapat menjawab hampir semua pertanyaan tentang apa saja yang telah mereka
pelajari.
Sclain itu, lingkungan perguruan tinggi memiliki tuntutan yang berbeda dengan
lingkungan SMU. Penyesuaian diri terhadap perubahan yang tiba-tiba dari cara
pengajaran serta lingkungan sekolah menengah ke perguruan tinggi ini menuntut
mahasiswa untuk mencari dan mengadaptasikan strategi / gaya belajar yang baru yang
lebih sesuai.
Butterweck (Howe, 1986) dalam penelitiannya mengenai masalah-masalah
yang terkait dengan belajar, mencatat bahwa ketidakberhasilan mahasiswa tingkat I
dalam kegiatan belajarnya sebagian besar dikarenakan mereka tidak mempunyai tujuan
akhir yang ingin dicapai, sedikit membaca, tidak mencatat kuliah dengan baik dan
gagal menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas (dengan kata Iain karena strategi dan
cara belajarnya yang buruk). Sedangkan mahasiswa yang sukses biasanya terbiasa
belajar dengan baik dan mengikuti tehnik / strategi belajar yang dianggap sesuai bagi
mereka sendiri.
Penelitian ini berusaha melihat seperti apa gambaran gaya belajar mahasiswa
Psikologi angkatan 1995 Serta melihat hubungan antara gaya belajar dengan prestasi
belajar mahasiswa (da1am hal ini nilai yang didapat untuk mata kuliah Psikologi Umum
1, Statistik 1, Filsafat Umum dan Indeks Prestasi Semester 1).
Dari populasi mahasiswa Psikologi UI angkatan 1995 didapat 52 subyek
penelitian yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi persyaratan (skor APM
minimal rata-rata). Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa 46.2% subyek
penelitian menggunakan gaya belajar divergen. 32.7% menggunakan gaya belajar
akomodasi, 19.2% menggunakan gaya belajar konvergen dan 1.9% menggunakan
gaya belajar assimilasi. Meskipun dominan dipakai oleh subyek penelitian, gaya
belajar divergen dan akomodasi tidak selalu menjamin diperolehnya nilai yang tinggi
untuk nilai mata kuliah yang diukur. Kecenderungan yang terlihat adalah frekuensi
nilai terbanyak jatuh pada nilai C (untuk mata kuliah Psikologi Umum 1 dan Statistik
1), sedangkan untuk mata kuliah Filsafat Umum frekuensi nilai terbanyak adalah pada
nilai B.
Dari penghitungan korelasi, didapat hasil yang tidak signifikan sehingga semua
hipotesa kerja diterima. Dengan demikian tidak ada hulmungan yang signifikan antara
gaya belajar yang digunakan oleh mahasiswa Psikologi UI angkatan 1995 dengan nilai
yang mereka dapat untuk mata kuliah Psikologi Umum 1. Statistik I. Filsafat Umum
dan lndeks Prestasi Semester I."
1996
S2455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Bambang Sugema
"Perlu disadari bahwa prestasi belajar seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti minat, bakat, inteligensi, keluarga, sosial ekonomi, kebiasaan belajar, motivasi belajar, harapan-harapan, genetik dan lain-lain. Dari berbagai faktor tersebut, penelitian ini hanya menelaah hubungan dua variabel batas yaitu kebiasaan belajar dan motif berprestasi dengan prestasi belajar sebagai variabel terikatnya.
Dalam kaitan itu semua, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: (1.) ada tidaknya hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar, (2) ada tidaknya hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar, (3) ada tidaknya hubungan kebiasaan belajar dan motif berprestasi secara bersama-sama dengan prestasi belajar, (4) ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa izin belajar dengan mahasiswa tugas belajar.
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIA-LAN Pejompongan Jakarta Pusat, yang diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : 2000 mahasiswa izin belajar yang diambil 200 orang sebagai sampling. Selanjutnya untuk kategori yang kedua, dari sejumlah 100 mahasiswa tugas belajar diambil 80 orang sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan insidental sampling. Teknik pengambilan data dengan menggunakan angket dengan skala Likert. Angket ini sebelumnya diujicobakan kepada 30 mahasiswa dan dipilih item yang valid dan reliabel. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa STIA-LAN yang sekurang-kurangnya sudah menempuh 3 semester.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product-moment, Regresi Ganda dan T-test. Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada korelasi positip antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar dengan koefisien korelasi r= 0,17, (2) ada korelasi positip antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar dengan koefisien r= 0,18, (3) ada korelasi positip antara kebiasaan belajar dan motif berprestasi secara bersama-sama terhadap prestasi belajar dengan koefisien korelasi ganda R = 0,24, (4) terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar mahasiswa izin belajar dengan mahasiswa tugas belajar dengan harga t = 2,57. Dilihat dari harga meannya maka ternyata menunjukkan bahwa prestasi belajar mahasiswa izin belajar lebih baik dibanding dengan mahasiswa tugas belajar.
Dari realitas demikian penelitian ini setidaknya dapat memberikan gambaran riil tentang perbedaan antara mahasiswa izin belajar dengan tugas belajar. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan dalam kebijakan terhadap mahasiswa tugas belajar dengan izin belajar para mahasiswa STIA-LAN di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T7977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Suhardi
"ABSTRAK
Mahasiswa adalah orang-orang yang sedang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi tentunya mempunyai harapan akan keberhasilan studi demi masa depannya. Sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan mahasiswa adalah nilai yang diperolehnya adalah tinggi yang dihitung dengan nilai rata-rata disebut Indek Prestasi Kumulatif (IPK).
Berkenaan dengan hal tersebut penelitian ini ingin mengkaji seberapa jauh faktor ilmu tertentu yaitu ilmu komunikasi dalam konstribusinya terhadap tingginya IPK seseorang. Untuk itu penulis mengajukan suatu permasalahan yaitu : apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor komunikasi dengan besarnya Indek Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Untuk lebih terfokus lagi dalam menjawab permasalahan di atas maka tujuan penelitian diarahkan yaitu untuk mengetahui hubungan antara komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, penggunaan media massa terhadap perolehan Indek Prestasi Kumulatif Mahasiswa di Perguruan Tinggi tersebut.
Selain faktor komunikasi penelitian ini juga mengantisipasi adanya pengaruh non komunikasi antara lain motivasi studi, efektifitas belajar sendiri, pendapatan orang tua, tingkat kecocokan dalam mengambil bidang studi dan sebagainya. Bahkan penelitian ini juga diharapkan dapat diketahui efektifitas mana yang menonjol antara faktor komunikasi dangan non komunikasi.
Selanjutnya data yang dirancang untuk menJawab permasalahan di atas dibuat instrumen sebanyak 20 variabel independen yang terbagi dalam dua komponen yaitu faktor komunikasi dan non komunikasi. Sedangkan variabel dependen adalah Indek Prestasi Kumulatif yang terbagi dalam IPK dibawah 2, antara 2,1 s/d 2,5, 2,6 s/d 3, dan 3,1 sampai dengan 4.
Penelitian ini menggunakan metode kwantitatif sehingga dilakukan analisis statistik yang diolah oleh program SPSS-PC. Dihasilkan sejumlah tabel silang dengan analisis bivariat. Hasil analisis tersebut ditemukan beberapa kesimpulan penting dengan nomor yang merupakan urutan sbb :
Faktor komunikasi meliputi sbb : 1. Komunikasi Antar Pribadi antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain, 2. Komunikasi kelompok dalam kegiatan kelompok belajar, 3. Komunikasi massa dalam penggunaan bahan bacaan dari majalah. Faktor non-komunikasi yang meliputi : 1. Sikap positif terhadap prospek lulusan, 2. Perasaan cocok dakam memilih bidang studi ilmu ekonomi pada perguruan tinggi tersebut, dan 3. Kebiasaan belajar mahasiswa yang umumnya dilaksanakan setiap hari.
Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam kegiatan belajar mahasiswa, ternyata menunjukan bahwa yang sangat dominan adalah Komunikasi Antar Pribadi yang dilaksanakan dengan teman studi. Bentuk KAP lain meliputi komunikasi mahasiswa dengan dosen, dengan konselor dan keluarga dirumah menunjukan korelasi yang rendah.
Peranan komunikasi kelompok ternyata hasil penelitian menunjukan bahwa yang paling dominan adalah komunikasi kelompok dalam bentuk belajar kelompok. Berikutnya adalah karena faktor kursus dan terakhir adanya kegiatan tentir kedua hal tersebut menghasilkan korelasi rendah. Jadi belajar kelompok dalam bentuk belajar bersama dengan teman-teman studi di perguruan tinggi menunjukan peran yang tinggi terhadap peningkatan IPK Mahasiswa dibandingkan dengan komunikasi melalui kursus atau tentir secara formal.
Dalam penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat peranan media massa yang berkorelasi dengan tingginya IPK Mahasiswa. Media yang dominan adalah majalah, berikutnya adalah surat kabar, televisi dan radio. Namun demikian terpaan media massa terhadap Mahasiswa tidak banyak yaitu hanya 30 % s/d 50 % Mahasiswa dari sampel.
Dari keseluruhan analisis statistik baik komunikasi maupun non komunikasi yang dominan tingkat korelasi dengan IPK atau mendapatkan nilai tertinggi adalah unsur non komunikasi yaitu yang menganggap bahwa masa depan lulusan bidang studi ekonomi adalah berpenghidupan cerah (nilai Kendal Tau-C = 0, 39). Urutan kedua IPK berkorelasi dengan Komunikasi antar pribadi khususnya komunikasi dengan teman belajar dan peranan komunikasi kelompok dalam kelompok belajar. Sebagai urutan ketiga adalah IPK berkorelasi dengan belajar dari seringnya membaca majalah dan IPK juga berkorelasi dengan mahasiswa yang perasaannya cocok untuk studi pada bidang ilmu ekonomi maupun cocok terhadap perguruan tinggi yang bersangkutan (nilai Kendal Tau = 0,32).
Penelitian ini juga memiliki signifikansi akademik dalam pengembangan komunikasi belajar. Hal tersebut mengingat komunikasi belajar memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dengan bentuk cabang komunikasi lain. Penulis beranggapan bahwa dalam komunikasi belajar antara lain lebih ditekankan kepada " transfer of knowledge " sampai kepada hal yang sangat mendalam."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Mini Adi Prianto
"Pemerintah menyadari pentingnya kebutuhan pendidikan bagi rakyatnya agar siap menghadapi tantangan dalam era globalisasi yang tengah melanda dunia. Pendidikan dirasakan sangat penting untuk mengembangkan potensi seseorang. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah mengusahakan suatu lingkungan dimana setiap anak didik diberi kesempatan untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, baik sesuai dengan kebutuhannya maupun kebutuhan masyarakatnya (Utami Munandar, 1990). Oleh karena itu, pemerintah menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, kreatif dan berprestasi di berbagai bidang.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk anak yang normal saja tetapi juga berlaku bagi anak-anak yang mengalami cacat maupun anak-anak dengan kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Selama ini pemerintah telah mengusahakan berbagai pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi anak-anak cacat agar bisa maju dan berkembang. Dengan mengusahakan berbagai sarana dan alat bantu yang dibutuhkan. Namun bagi anak-anak dengan kemampuan yang unggul belum dapat mengembangkan potensinya dalam suatu sekolah khusus karena pemerintah selama ini hanya menyediakan sekolah-sekolah umum, sehingga anak-anak dengan kemampuan unggul berkembang bersama anak-anak normal. Anak-anak yang tergolong cerdas dan berbakat menjadi kurang dapat mencapai prestasi yang seharusnya ditampilkan karena rangsangan yang kurang sesuai. Sedangkan mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai bakat dan minatnya.
Sistem pendidikan di Indonesia pada dasarnya juga mendukung perlunya perhatian khusus bagi anak-anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Hal ini telah dikemukakan dalam GBHN tahun 1993 dan Pasal 8 ayat 2 UU Pendidikan No. 11 tahun 1989.
Secara implisit hal-hal tersebut mengisyaratkan perlunya menyelenggarakan sekolah unggul sebagai salah satu alternatif untuk melayani anak-anak yang berbakat unggul, atau disebut juga anak-anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
Secara khusus, sekolah unggul bertujuan menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam hal-hal sebagai betikut, yaitu (a) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) nasionalisme dan patriotisme yang tinggi; (c) wawasan IPTEK yang mendalam dan luas; (d) motivasi dan komitmen yang tinggi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lanawati
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa prestasi belajar siswa di sekolah tidak terlepas dari kemampuan inteligensi (IQ) yang dimiliki siswa. Diperkirakan siswa yang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi juga akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Namun dalam proses belajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, bahkan ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. IQ bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan siswa di sekolah, masih banyak faktor lain yang menentukan, seperti kreativitas, kepribadian, emosi dan sebagainya.
Menurut Goleman manusia mempunyai dua inteligensi yang berbeda yaitu Emotional Intelligence (EI) dan Rational Intelligence (IQ). Keberhasilan kehidupan seseorang tidak hanya ditentukan oleh IQ, melainkan juga ditentukan oleh EI. Selanjutnya ia juga menunjukkan bahwa EI dapat dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar (Goleman, 1995:284).
Berdasarkan pandangan di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana hubungan antara EI, IQ dan prestasi belajar yang diperoleh siswa SMU di sekolah, serta melihat sumbangan yang diberikan EI dan IQ terhadap prestasi belajar, dan sumbangan yang diberikan dimensi-dimensi EI (kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial) dan IQ terhadap prestasi belajar.
Dalam penelitian ini siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah siswa SMU, di mana pada masa ini siswa dianggap telah menunjukkan perkembangan kematangan fisik, mental, emosional dan sosial (Hurlock, 1987). Sebanyak 129 siswa SMU Methodist dilibatkan dalam penelitian ini. Kepada mereka diberikan Inventori EI (Emotional Intelligence Inventory) dan Tes CFIT (Culture Fair Intelligence Test), sedangkan prestasi belajar diperoleh dari nilai rata-rata raport cawu III tahun ajaran 1997-1998.
Untuk penelitian ini dilakukan adaptasi Inventori EI melalui analisis butir, penentuan validitas dan reliabilitas. Sampel normatif adalah siswa SMU dan mahasiswa S1, sejumlah 895 orang dari SMU Kalam Kudus, SMU Bethel, Universitas Atma Jaya, Universitas Kristen Indonesia. Data diperoleh melalui pemberian tes secara kelompok. Prosedur adaptasi inventori EI adalah : butir-butir EI yang telah disusun berdasarkan Bar-On Emotional Inventory (Bar-On, 1997) dan Meta Mood Scale (Salovey, 1996), serta beberapa butir yang disumbangkan oleh Rudy Salan, dan beberapa butir lagi disusun oleh penulis sendiri, dikonsultasikan bersama tiga orang nara sumber. Uji coba diadakan untuk menentukan waktu yang diperlukan dan kejelasan pengertian bahasa. Kemudian hasil uji coba digunakan untuk mengambil data adaptasi inventori EI. Analisis butir dilakukan dengan metode skala Liked. Dalam menilai taraf reliabilitas butir-butir digunakan rumus Cronbach's Alpha, kemudian untuk melihat validitas konstruk dilakukan analisis faktor dengan rotasi varimaks.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara EI dan prestasi belajar (r = 0.150 dengan p = 0.090). El juga berkorelasi secara tidak bermakna dengan IQ (r = 0.054 dengan p = 0.545). Namun ditemukan korelasi yang bermakna antara IQ dan prestasi belajar (r = 0.239 dengan p = 0.006). Dari analisis regresi untuk menghitung sumbangan varians EI dan IQ terhadap prestasi belajar, dengan metode step-wise, varians yang keluar hanya IQ, dan diperoleh multiple regression sebesar 0.239. Dengan kata lain dalam penelitian ini hanya IQ yang memberikan sumbangan yang bermakna kepada prestasi belajar (R2 = 5.7%), sedangkan EI tidak memberikan sumbangan yang bermakna kepada prestasi belajar. Dalam menghitung sumbangan varians dari ke lima dimensi EI (self-awareness, self-control, self-motivation, empathy dan social skill) dan IQ terhadap prestasi belajar, ternyata hanya IQ dan SC (self-control) yang memberikan sumbangan signifikan kepada prestasi belajar (R= 0.324). Dengan kata lain, SC dan IQ memberikan sumbangan varians sebesar 10.5%, di mana 4.8% sumbangan dari dimensi SC dan 5.7% sumbangan dari varians 1Q. Hal ini berarti dari ke lima dimensi EI hanya dimensi SC yang memberikan sumbangan yang bermakna kepada prestasi belajar.
Saran yang diajukan untuk penelitian lanjutan ialah perlu melakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang menurut konstruk teoritik lebih sesuai, yaitu orang dewasa yang sudah mempunyai pengalaman kehidupan sehari-hari. Perlu melakukan validitas eksternal dengan menemukan hubungan tes EI ini dengan instrumen lainnya. Selain itu juga disarankan agar dalam mendapatkan data prestasi belajar siswa perlu menggunakan tes yang baku."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Ejasa
"ABSTRAK
Penelitian ini bermula dari suatu pemikiran bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi di masyarakat ada kaitannya dengan prestasi studi yang diperoleh mahasiswa selama di perguruan tinggi. Mahasiswsa yang memiliki prestasi yang memuaskan akan memungkinkan untuk berprestasi di masyarakat.
Prestasi belajar mahasiswa yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi berhubungan dengan kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh setiap dosen pada waktu perkuliahan.
Untuk menyerap ilmu pengetahuan yang disajikan dose nada factor-faktor yang menentukannya yaitu factor dari dalam individu seperti motivasi kreativitas intelegensi kepribadian minat lingkungan rumah. Salah satu factor dari dalam individu yang berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa adalah motivasi berprestasi. Menurut McClelland (1953) siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan belajar lebih gigih sedangkan menurut Heckhausen (1968) pada umumnya seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung akan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Factor internal lainnya yang berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa adalah kreativitas. Menurut Silverman (1978) mengemukakan bahwa orang-orang kreatif biasanya menggunakan kesempatan dengan baik mereka adalah sumber ide-ide baru, bukan hanya mampe menyelesaikan masalah melainkan juga menemukan masalah-masalah baru.
Ada factor lain pula yang berkaitan dengan prestasi belajar mahasiswa yaitu iklim kelas. Menurut Reilly dan Lewis (1983) bahwa iklim kelas merupakan kondisi psikologis yang tercermin dari suatu lingkungan kelas sebagaimana dipersepsikan oleh individu yang ada di dalamnya. Kondisi psikologis tersebut terbentuk karena adanya factor-faktor yang ada di dalamnya seperti administrative disiplin formalitas emosi social, dimana kesemuanya tidak terpisahkan, saling berinteraksi sehingga mempengaruhi di dalamnya.
Melalui kajian teoritis tentang iklim kelas, kreativitas, motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian dengan sampel 120 mahasiswa di Akademi Perhotelan dan Pariwisata Sahid mengungkap hasil pengujian hipotesis-hipotesis adalah sebgai berikut: keempat hipotesis ditolak.
Dengan demikian terungkap hasil penelitian sebagai berikut:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan prestasi belajar mahasiswa
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan prestasi belajar mahasiswa
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa
4. Tidak ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara iklim kelas, kreativitas, motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa
Untuk penelitian lanjut dalam bidang ini penulis menyarankan antara lain iklim kelas perlu diciptakan sedemikian rupa, diberikan kesempatan untuk bersikap kreatif, dan perlunya ditingkatkan motivasi berprestasi. Selain itu perlu ditingkatkan mutu kepengajaran dosen antara lain program peningkatan pengajaran melalui training, lokakarya, meningkatkan kesejahteraan dosen."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>