Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kandi Rahardiyanti
"Sistem telemetri yang digunakan pada Roket Sonda RX-450 milik BRIN-ORPA (Badan Riset dan Inovasi Nasional-Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa) Pustekroket Indonesia telah memanfaatkan antena blade sebagai pemancar untuk mengirimkan data lokasi dan kondisi roket kepada sistem penerima stasiun bumi. Karena merupakan antena directional, maka dibutuhkan dua buah antena blade yang dihubungkan dengan perangkat splitter untuk memenuhi area jangkauan 360°. Dengan adanya penambahan perangkat, maka dibutuhkan daya tambahan pada muatan roket. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan antena pengganti sehingga dengan satu buah antena dapat melingkupi semua area jangkauan dan memiliki gain yang tinggi. Pada penelitian ini, dilakukan rancang bangun antena conformal 2.4 GHz untuk menghindari gangguan aerodinamis akibat bentuk antena sekaligus memiliki polarisasi melingkar untuk menghindari data transmisi hilang akibat loss polarisasi terhadap ground station. Dalam proses perancangan antena, untuk mendapatkan parameter yang sesuai dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak CST Studio Suite. Bahan yang digunakan untuk membuat antena ini adalah Roger 6010LM yang mempunyai ketahanan terhadap suhu hingga 500°C sehingga sesuai untuk diaplikasikan pada badan roket. Dari hasil pengukuran menggunakan substrat Roger 6010LM (εr = 10.2 dan δ = 0.0023) diperoleh bandwidth antena sebesar 71 MHz dengan rentang frekuensi 2412 – 2483 MHz. Gain antena maksimum diperoleh pada frekuensi 2.43 GHz sebesar 7.8 dB dan gain minimum pada frekuensi 2.47 GHz sebesar 4.5 dB. Dengan bentuk conformal pada struktur badan roket, didapatkan pola radiasi menyerupai isotropis yang berlekuk. Di samping itu, dengan metode Hilbert curve dengan slot-U pada ground plane diperoleh polarisasi melingkar dengan nilai axial ratio (AR) ≤ 2 dB.

The telemetry system used in the sounding rocket RX-450 belong to National Research and Innovation Agency (BRIN) Indonesia has utilized the blade antenna as a transmitter to send data consist of rocket’s location and condition to the receiving system of ground station. Since it is a directional antenna, it takes two blade antennas connected with a splitter device to cover 360° coverage area. With the addition of the device, additional power is needed on the rocket payload. To overcome this problem, a replacement of antenna is needed so that one antenna can cover all coverage areas and has high gain. In this study, a conformal 2.4 GHz was designed to avoid aerodynamic disturbances due to the shape of the antenna as well as having circular polarization to avoid data transmission loss due to polarization loss with ground station. Antenna was simulated using CST Studio Suite software to obtain good antenna’s parameters. The material used to make this antenna is Roger 6010LM which has resistance to high temperatures up to 500°C so it is suitable for application in rocket bodies. From the measurement results using the Roger 6010LM substrate (εr = 10.2 and δ = 0.0023) the antenna bandwidth is 71 MHz with a frequency range of 2412-2483 MHz. The maximum gain of the antenna is obtained at a frequency of 2.43 GHz by 7.8 dB and the minimum gain at a frequency of 2.47 GHz is 4.5 dB. With conformal shape on the structure of the rocket body, we get an almost isotropic radiation pattern. In addition, using the Hilbert curve method with a U-slot on the ground plane, a circular polarization with axial ratio (AR) ≤ 2 dB is obtained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Jullieta Islami
"Dunia industri merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penggunaan logam dan paduannya. Salah satu tantangan terbesar dan terumit bagi industri adalah bagaimana melindungi logam tersebut dari korosi. Baja karbon dan baja tahan karat merupakan material yang umum digunakan dalam industri. Kedua material tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme pembentukan lapisan pasif pada baja AISI 1018 dan baja 316 L dan juga efisiensi dari penggunaan inhibitor Na2S2O3 pada baja AISI 1018 dalam larutan NaCl 3,5%. Adapun pengujian yang dilakukan terdiri dari pengamatan mikroskopik, pengujian kehilangan berat, pengujian polarisasi, pengujian EIS, dan pengujian SEM-EDS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa fenomena pasivasi pada baja AISI 1018 terlihat pada penambahan inhibitor Na2S2O3 2000 ppm dimana terbentuknya dua daerah terjadinya pasivasi, yaitu daerah aktif dan daerah pseudo-pasif pada potensial -0,7 V. Sedangkan pada baja tahan karat 316 L fenomena pasivasi ditunjukkan oleh tiga daerah, yaitu daerah aktif, daerah pasif, dan daerah transpasif. Fenomena pasivasi ini dimulai pada potensial -0,3 V dengan rapat arus 2,51 x 10-4 A/cm2 dan kemudian akan memasuki daerah transpasif pada 0,5 V. Nilai efisiensi inhibitor Na2S2O3 pada konsentrasi 1000 ppm sebesar 23,25%, 1500 ppm sebesar 47,45%, 2000 ppm sebesar 59,78%, dan 2500 ppm sebesar 47,43%.

The industrial world is an inseparable part of the use of metals and their alloys. One of the biggest challenges for the industry is how to protect the metal from corrosion. Carbon steel and stainless steel are materials commonly used in industry. The two types of materials have different characteristics. This research was conducted to determine the mechanism of the formation of a passive layer on AISI 1018 steel and 316 L steel and also the efficiency of the use Na2S2O3 inhibitor on AISI 1018 steel in a 3,5% NaCl solution. The research conducted consisted of optical microscopy observation, weight loss testing, polarization testing, EIS testing, and SEM-EDS testing. The results of the study indicate that the phenomenon of passivation in AISI 1018 steel was seen in the addition of 2000 ppm Na2S2O3 inhibitor where the formation of two regions of passivation, namely the active region and the pseudo-passive region at a potential of -0,7 V. Meanwhile, in SS 316 L steel, the passivation phenomenon is indicated by three regions, namely the active region, passive region, and transpassive region. This passivation phenomenon starts at a potential of -0,3 V with a current density of 2,51 x 10-4 A/cm2 and will enter the transpassive region at 0,5 V. The efficiency values of Na2S2O3 inhibitor at concentrations of 1000 ppm is 23,25%, 1500 ppm is 47,45%, 2000 ppm is 59,78%, and 2500 ppm is 47,43%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hikam
"PZT (PbZr1-xTixO3) merupakan bahan berbentuk kristal perovskite yang dapat dimanfaatkan sebagai sensor inframerah. Penambahan sedikit dopan (bahan pendoping) dapat mengubah secara drastis karakteristik spesifik dari bahan keramik-ferroelektrik seperti polarisasi spontan, sifat dielektrik, sifat elektromekanik, elektrooptik dan sifat lainnya. Hard doping dengan menggunakan ion In3+ diaplikasikan pada penelitian ini dan dilakukan penumbuhan lapisan tipis dari bubuk PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2) pada substrat Si(100) dengan metode Chemical Solution Deposition (CSD) dengan konsentrasi 0,5 M dan kecepatan putar spin coating 3000 rpm. Karakteristik bahan PIZT baik bubuk maupun lapisan tipisnya diuji dengan difraksi sinar x. Analisis Rietveld dilakukan dengan menggunakan program GSAS-EXPGUI dan diperoleh parameter kisi dan komposisi fasa dari kristal. Polarisasi spontan (Ps) PIZT bubuk dan lapisan tipisnya mengalami penurunan dibandingkan dengan bahan asalnya (PZT). Polarisasi spontan yang optimum dari lapisan tipis PIZT dicapai pada rentang doping 0,5% - 1% In2O3. Momen quadrupol potensial listrik (�?�Q(r)) bahan PIZT pada suatu titik P (0,0,2a) mencapai kondisi optimum pada % doping 6% In2O3 dan dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bentuk lapisan tipis PIZT memiliki nilai (�?�Q(r)) yang lebih baik daripada bentuk bubuknya untuk rentang doping > 1% In2O3.

The Calculation Spontaneous Polarization and Quadrupole Moment of Electric Potential PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2). PZT (PbZr1-xTixO3) is a perovskite crystal that can be used for IR sensor. Small amount of dopant can drastically change the specific characteristic of ferroelectric ceramic such as spontaneous polarization, dielectric constant, electromechanical and also electro-optic properties. The addition of In3+ ion (called as hard doping) has been applied in this research. Thin film of PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2) has been deposited on Si(100) substrate with Chemical Solution Deposition (CSD) method. The concentration of solution is 0,5 M and the angular speed applied of spin coating is 3000 rpm. The PIZT sample has been analyzed with x-ray diffraction method. Rietveld analyses using GSAS-EXPGUI software resulted lattice parameter of crystal and phase compositions of PIZT samples. The values of all sample PIZT spontaneous polarization (Ps) have been calculated lower than PZT. The optimally Ps was reached at 0,5% to 1% In2O3 doping. Quadrupole moment of electric potential (�?�Q(r)) at point P (0,0,2a) reached optimum at 6% In2O3 doping and they also showed that PIZT thin film have �?�Q(r) higher value than their bulk form for In2O3 doping >1%."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Dieva Tiffany Aziza
"Proses magmatisme berkaitan dengan jalur tektonik ring of fire, yang menyebabkan proses mineralisasi hidrotermal sehingga membentuk potensi sumber daya mineral di Indonesia. Salah satu endapan hidrotermal yaitu endapan epitermal sulfidasi rendah yang berada di Lapangan “RD”, Cibaliung. Struktur patahan menjadi pengontrol sistem epithermal sulfidasi rendah sebagai tempat terendapkannya mineral emas. Integrasi data geologi dengan geofisika diperlukan dalam menentukan struktur pengontrol dan zona potensi mineralisasi. Mineral bijih sulfida dapat dibedakan dari sifat kemagnetan dan kelistrikan dikarenakan mineral logam memiliki respon suseptibilitas, resistivitas dan chargeabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan mineral non-logam. Zona potensi mineralisasi emas sulfidasi rendah berada pada zona struktur yang didominasi alterasi argilik dan kaya akan mineral sulfida pada alterasi argilik ilitik dengan nilai suseptibilitas menengah hingga tinggi kisaran -83.7 nT – 92.3 nT, resistivitas dengan nilai rendah hingga menengah 0 – 25 ohm.m dan chargeabilitas dengan nilai menengah hingga tinggi 15 - >75 msec. Dari ketiga parameter tersebut, diduga zona mineralisasi berada pada zona struktur patahan berorientasi Baratlaut-Tenggara. Struktur pengontrol zona potensi mineralisasi tersebut berada di lintasan 3 yaitu patahan D dip 62° ke arah NE dan patahan E dip 83° ke arah NE. Lintasan 4 yaitu patahan D dip 79° ke arah NE, patahan E dip 77° ke arah NE dan patahan F dip 73° ke arah NE. Lintasan 7 yaitu patahan D dip 80° ke arah SW dan patahan E dip 75° ke arah NE. Lintasan 8 yaitu patahan D dip 84° ke arah NE dan patahan E dip 66° ke arah NE. Lintasan 9 yaitu patahan A dip 70° ke arah SW dan patahan B dip 81° ke arah NE.

The magmatism process is related to the Ring of Fire tectonic pathway, which causes a hydrothermal mineralization process to form potential mineral resources in Indonesia. One of the hydrothermal deposits is an epithermal low-sulfidation deposit in the "RD" Field, Cibaliung. The fault structure controls the epithermal low-sulfidation system as a place for gold mineral deposition. Integration of geological data with geophysical data is required in determining the controlling structure and potential mineralization zone. Sulfide ore minerals can be distinguished from their magnetic and electrical properties because metal minerals have a higher susceptibility, resistivity and chargeability response compared to non-metallic minerals. The potential zone of low sulfidation gold mineralization is located in the structure zone which is dominated by argillic alteration and rich in sulphide minerals in Illitic argillic alteration has medium to high susceptibility values ranging from -83.7 nT - 92.3 nT, resistivity with low to medium values 0 - 25 ohm.m and chargeability with medium to high values of 15 -> 75 msec. From those three parameters, it is assumed that the mineralization zone is located in the NW-SE oriented fault structure zone. The controlling structure for the zone of mineralization potential is in line 3 is fault D with dip 62° to the NE and the E fault with dip 83° to the NE. Line 4 is fault D with dip 79° to the NE, fault E with dip 77° to the NE and fault F with dip 73° to the NE. Line 7, is fault D with dip 80 ° to the SW and the E fault dip 75° to the NE. Line 8 is fault D with dip 84° to the NE and fault E with dip 66 ° to the NE. Line 9 is fault A with dip 70° SW and fault B with dip 81° to NE."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schieck, Hans Paetz gen
"A significant part of the book is devoted to introducing the formal theory—a description of polarization and of nuclear reactions with polarized particles. The remainder of the text describes the physical basis of methods and devices necessary to perform experiments with polarized particles and to measure polarization and polarization effects in nuclear reactions. The book concludes with a brief review of modern applications in medicine and fusion energy research. For reasons of conciseness and of the pedagogical aims of this volume, examples are mainly taken from low-energy installations such as tandem Van de Graaff laboratories, although the emphasis of present research is shifting to medium- and high-energy nuclear physics. Consequently, this volume is restricted to describing non-relativistic processes and focuses on the energy range from astrophysical energies (a few keV) to tens of MeV. It is further restricted to polarimetry of hadronic particles.
"
Berlin : [Springer, ], 2012
e20425005
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astuti Cahyasiwi
"Polarisasi merupakan salah satu parameter antena yang telah banyak diteliti untuk menjawab kebutuhan aplikasi sistem komunikasi nirkabel. Polarisasi adalah parameter yang menunjukkan bagaimana medan listrik pada gelombang elektromagnetik beradiasi pada medan jauh. Keberagaman polarisasi menjadi salah satu cara dalam meningkatkan kapasitas transmisi sistem komunikasi nirkabel dan bergerak, karena penggunaan antena dengan polarisasi yang berbeda maka spektrum frekuensi dapat kembali digunakan. Beberapa metode untuk mengatur polarisasi telah diteliti baik untuk polarisasi linier maupun melingkar. Beberapa metode juga telah mengajukan pembangkit polarisasi dengan struktur yang serupa namun dengan tambahan rekonfigurasi dapat menghasilkan polarisasi linier dan melingkar. Dari metode terdahulu belum pernah menggunakan metode pembangkit polarisasi yang dapat juga menambahkan parameter antena dengan kemampuan seleksi sebagaimana sebuah filter. Kemampuan filter untuk melewatkan daya pada frekuensi operasi dan menahan daya di luar frekuensi operasinya merupakan fungsi yang penting untuk mencegah terjadinya interferensi pada sinyal telekomunikasi. Selama ini teknik pembangkit polarisasi dan teknik untuk menghasilkan selektifitas pada antena merupakan dua metode yang terpisah. Penelitian ini mengajukan sebuah metode yang menggabungkan teknik pembangkit polarisasi dan teknik pembentuk selektifitas menjadi satu metode yang sama, karena kebutuhan telekomunikasi nirkabel di masa yang akan datang adalah penggunaan perangkat yang terintegrasi dan multifungsi. Disertasi ini mengajukan sebuah metode untuk membangkitkan polarisasi berdasarkan teori polarisasi umum. Medan listrik berjalan yang mewakili polarisasi antena sesungguhnya dapat diuraikan menjadi dua komponen medan listrik maya dengan arah vertikal dan horisontal, sehingga kedua medan listrik yang ortogonal ini dapat diwakili masing-masingnya oleh resonator dengan arah arus permukaan vertikal dan horisontal. Saat penggabungan kedua resonator ini dilakukan, maka polarisasi dapat dibangkitkan menjadi vertikal, 75°, 45° serta melingkar dengan mengubah variabel panjang dan lebar radiator, jarak antara radiator dan resonator serta jarak antara resonator. Integrasi komponen radiator dan resonator ini mengadaptasi integrasi antena-filter menggunakan pencatu tunggal. Metode yang diajukan dimodelkan pada radiator berbentuk persegi dengan arus permukaan vertikal serta resonator yang memberikan arus permukaan horisontal yang dapat direpresentasikan antara lain oleh dua jenis resonator yaitu, interdigital dengan lubang via dan hairpin, dimana kedua resonator ini membentuk komponen ortogonal jika masing-masingnya diintegrasi dengan radiator persegi. Pengujian model dilakukan secara simulasi dan diverifikasi dengan pembuatan sebuah purwarupa antena dengan polarisasi 45° dan dua buah antena dengan polarisasi melingkar serta divalidasi dengan pengukuran. Hasil desain antena-filter dengan resonator interdigital membuktikan bahwa metode yang diajukan berhasil membangkitkan polarisasi vertikal, 75°, 45° pada frekuensi kerja 4.65 GHz, lebar pita impedansi -10 dB sebesar 300 MHz, dan perolehan masing-masing 5,4 dBi, 6,7 dBi dan 6,82 dBi. Antena-filter dengan polarisasi melingkar menggunakan sebuah resonator interdigital berhasil diperoleh dengan frekuensi kerja 4,65 GHz, perolehan 6,467 dBi, lebar pita impedansi -10 dB sebesar 224 MHz dan lebar pita rasio aksial 160 MHz. Antena-filter dengan polarisasi melingkar menggunakan sebuah resonator hairpin juga diperoleh dengan frekuensi kerja 2,58 GHz, lebar pita impedansi -10 dB sebesar 133 MHz, lebar pita rasio aksial 20 MHz dan perolehan 6,8 dBi yang dapat digunakan untuk aplikasi satelit broadcast. Seluruh antena juga memiliki respon perolehan seperti respon filter lolos-pita sebagaimana respon antena-filter. Maka dapat disimpulkan bahwa polarisasi dapat dibangkitkan dengan integrasi dua komponen resonator ortogonal mengadaptasi metode integrasi antena dan filter, dimana keseimbangan besar medan ortogonal dipengaruhi oleh panjang dan lebar radiator persegi, sedangkan perbedaan fasa dipengaruhi oleh besar celah antara radiator dengan resonator.

One of the antenna’s parameters being discussed widely is its polarization, representing the way the electrical field propagates in the far-field. Polarization diversity is one of the solutions to increase the channel capacity and avoid the cross-band interference. Some methods to excite polarization have been studied both for linear and circular polarization. There has been polarization excitation using the same structure, and with an additional reconfigure, it can perform linear or circular polarization. However, it has never been a polarization excitation method that can also add a selectivity feature to an antenna as in the filter function. A filter can pass the power in the bandpass and block the power out of the bandwidth, which is an essential function to avoid signal interference. In the previous studies, techniques for exciting polarization and techniques for selectivity forming in the antennas are two different methods. While at the same time, the need for wireless telecommunications in the future is the use of integrated and multifunctional devices. So, this study proposes a technique that combines polarization excitation techniques and selectivity shaping techniques into the same method.

This dissertation proposes a method for generating polarization based on general polarization theory. The propagate electric field, representing the antenna's polarization, can be decomposed into two virtual electric field components with vertical and horizontal directions. These two orthogonal electric fields can be represented respectively by resonators with vertical and horizontal surface current directions. Integration of radiator and resonator components adapts antenna-filter integration using a single feed. The proposed method is proved on a rectangular radiator and two different types of resonators which are the interdigital and hairpin.

To prove the method, three prototype filtering antennas each with a vertikal, 75°, and 45° polarization and two filtering antennas with circular polarization are designed and validated using measurement. The results of the filtering antenna with the interdigital resonator proved that the proposed method had succeeded in generating 45° polarization at an operating frequency of 4.65 GHz, an impedance bandwidth -10 dB of 300 MHz, and a gain of 5.4 dBi, 6.7 dBi and 6.82 dBi respectively. Filtering antenna with circular polarization using an interdigital resonator is obtained with a frequency of 4.65 GHz, 6.467 dBi gain, -10 dB impedance bandwidth of 224 MHz and 160 MHz axial ratio bandwidth. Filtering antenna with circular polarization using a hairpin resonator is also obtained with a frequency of 2.58 GHz, -10 dB impedance bandwidth of 133 MHz, 3 dB axial ratio bandwidth of 20 MHz and gain of 6.8 dBi which can be used for broadcast satellite applications. The three antennas have bandpass filter gain responses as is a filtering antenna. It is proven that polarization can be generated by integrating two orthogonal resonator components adapting the antenna and filter integration method, where the balance of the orthogonal magnitude of electrical field is affected by the length and width of the square radiator, while the phase difference is stimulated by the gap between the radiator and the resonator."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tb. Tidra Barezna Imanu
"Skripsi ini membahas rancang bangun antena reconfigurable untuk aplikasi cognitive radio pada alokasi spektrum 1,8 GHz, 2,1 GHz uplink, 2,1 GHz downlink, dan 2,35 GHz. Rancang bangun antena terdiri dari dua antena yaitu antena sensing dan antena communicating yang digabungkan dalam satu divais. Antena sensing memiliki karakteristik ultrawideband dari 1,65 GHz - 3,75 GHz (bandwidth = 2,1 GHz) dan antena communicating memiliki karakteristik narrowband pada frekuensi 1.8 GHz, 2.1 GHz uplink, 2.1 GHz downlink, dan 2.35 GHz. Hasil validasi dengan pengukuran diperoleh hasil yang sesuai dengan rancangan simulasi, terutama meliputi parameter return loss, pola radiasi, dan gain.

This bachelor thesis discusses a design and fabrication of reconfigurable antenna for cognitive radio applications, especially for allocation of spectrum 1.8 GHz, 2.1 GHz Uplink, 2.1 GHz Downlink, and 2.35 GHz. The antenna design consists of two antennas which sensing antenna and communicating antenna. The sensing antenna has ultrawideband characteristics from 1.65 GHz - 3.75 GHz (the bandwidth about 2.1 GHz) and the communicating antenna has narrowband characteristics at the center frequency 1.8 GHz, 2.1 GHz uplink, 2.1 GHz downlink, and 2.35 GHz. The validation has been conducted by the measurement, where it agrees with the simulation result, in particular for the parameter of return loss, radiation pattern and gain of the antenna."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak Krisnanda S.
"Cognitive radio merupakan teknologi telekomunikasi yang sedang dikembangkan dalam rangka mengatasi terbatasnya sumber daya spektrum frekuensi dan rendahnya efisiensi penggunaan spektrum yang ada. Skripsi ini membahas rancang bangun antena yang sesuai untuk aplikasi cognitive radio yang dapat bekerja pada frekuensi CDMA 1,9 GHz , WCDMA 2,1 GHz dan WiMAX 2,3 GHz untuk divais elektronik.
Rancang bangun antena terdiri dari dua antena yaitu printed monopole antenna untuk pemindai dan Z-shape slot microstrip antenna untuk reconfigurable antenna. Dua antena tersebut di fabrikasi pada substrat FR4 dengan ground yang umum pada lapisan atasnya.
Antena pemindai bertujuan sebagai pemindai spektrum dengan karakteristik pita lebar (1,0 GHz sampai 2,4 GHz). Reconfigurable antenna bertujuan untuk menghasilkan frekuensi resonansi dengan mengatur switch pada antenna yang memungkinkan antena memiliki tiga frekuensi resonansi yang berbeda.
Hasil pengukuran menunjukkan sensing antenna memiliki impedance bandwidth 1,4 GHz (VSWR ≤ 2) dengan pola radiasi yang baik jika dibandingkan dengan hasil simulasi. Sedangkan reconfigurable antenna dapat bekerja dengan baik CDMA 1,9 GHz , WCDMA 2,1 GHz dan WiMAX 2,3 GHz sebagai prediksi pada hasil simulasi.

Cognitive radio is technology that is developed as a solution for limited frequency spectrum resources and inefficiency spectrum utilization issues. This thesis discusses the design of antenna for cognitive radio applications applied into electronic device which can perform at CDMA, WCDMA and WiMAX frequency.
The design consists of two antennas, namely a printed monopole antenna for sensing and Z-shape slot microstrip antenna for reconfigurable antenna. Two antennas are fabricated on FR4 substrate with common ground on the top layer.
The sensing antenna is aimed at spectrum sensing, which has wideband characteristics (1.0 GHz to 2.4 GHz) and omnidirectional radiation pattern. The reconfigurable antenna is designed for generating the desired resonant frequency by adjusting the switch position on the antenna structure allowing for the antenna to have three different resonant frequencies.
The measurement results show that the sensing antenna has 1.4 GHz impedance bandwidth (VSWR ≤ 2) with good agreement of the radiation pattern compared to the simulation results. Moreover, reconfigurable antenna can work well at CDMA 1.9 GHz, WCDMA 2.1 GHz dan WiMAX 2.3 GHz as predicted in the simulation results.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stine, G. Harry
New York: Henry Holt, 1957
629.1 STI r (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Parmaji
"Dalam dunia telekomunikasi, echo (gema) muncul pada waktu sinyal dikirimkan, hal ini sangat mengganggu karena menurunkan kualitas sinyal aslinya. Penekanan echo merupakan masalah yang menarik sekarang ini. Pada dasarnya, ada dua cara untuk mengurangi echo yaitu echo suppressor dan echo canceller. Echo suppressor memproses sinyal asli dan sinyal echo berdasarkan amplitudo. Amplitudo echo lebih kecil dibandingkan dengan sinyal asli. Kelemahannya adalah echo dengan level tinggi dapat dikategorikan sebagai sinyal sedangkan sinyal dengan level rendah dapat dikategorikan sebagai echo. Hal itu kemudian diatasi dengan penggunaan filter dengan adaptasi tertentu (filter adaptif) yang disebut dengan cara echo canceller. Filter adaptif berfungsi untuk membangkitkan sinyal replika echo yang bekerja untuk menggagalkan echo.
Salah satu hal yang penting pada echo canceller adalah menentukan orde filter optimum. Dengan mengetahui orde filter optimum, maka akan menjadi masukan dalam melakukan desain filter. Pada tesis ini digunakan sistem adaptive subband echo canceller yang membagi pita-pita frekuensi menjadi lebih sempit menggunakan transformasi wavelet. Hasilnya diukur menggunakan parameter echo return loss enhancement (ERLE) terhadap orde filter. Dengan menggunakan subband echo canceller adaptif yang berbasis transformasi wavelet, didapatkan orde filter optimum yang lebih pendek dan penekanan echo yang lebih besar.

A common problem encountered in telephone communications is the presence of echo. Which is produced when the signal passes through channels. Echo cancellation has attracted much attention lately. There are two methods to reduce echo such as echo suppressor and echo canceller. Echo suppressor is processes signals based on signal amplitude. Echo amplitude signal is smaller than input signal. Echo suppressor disadvantages are echo with high level detected as signal and low level signal detected as echo. Those problems are overcame by adaptive filter. Adaptive filter generates echo replica that usually use to remove echo.
There is important on the echo canceller to know optimum filter order. If optimum filter order known as input for filter design. In this paper, we present a new structure for the echo canceller. The structure is wavelet transform for adaptive sub band echo canceller. That input signals are split into adjacent frequency by wavelet transform.
Result is require precise measured by echo return loss enhancement (ERLE) again filter order. Simulation results show that using wavelet transform for adaptive sub band echo canceller indicate that optimum filter order is shorter and echo canceling is better.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T5805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>