Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.X. Kevin Lineria
"Penelitian ini berfokus untuk melihat gaya komunikasi berdasarkan teori genderlect styles communication pada pria gay dalam menjalin committed romantic relationship. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi dan mendeskripsikan pasangan gay dalam menjalin committed romantic relationship dan gaya komunikasi yang terjadi di dalamnya berdasarkan stereotip peran gender dan konteks sosio kultural di Indonesia. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif deskriptif dan strategi studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dengan informan kunci yang telah dipilih menggunakan purposive dan convenience sampling, serta data sekunder studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis data tematik. Hasilnya adalah pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship memiliki keunikan dalam menjalin dan memelihara hubungan mereka. Stereotip peran gender yang selama ini berlaku pada pasangan heteroseksual (pria dan wanita) menjadi suatu hal yang dapat dinegosiasikan dan disesuaikan sesuai dengan kesepakatan dari pasangan gay tersebut. Selain itu, berdasarkan teori genderlect styles communication, terdapat modifikasi gaya komunikasi dalam gender pria jika mengaitkannya dengan faktor orientasi seksual, yaitu pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship menunjukan gaya komunikasi pria yang mementingkan status (report talk), sementara mereka juga mengadopsi gaya komunikasi wanita (rapport talk) secara bersamaan. Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah dapat melihat gaya komunikasi pria gay dalam konteks lain, seperti keluarga, pertemanan, dan pekerjaan.

This research focuses on the communication styles of gay couples in committed romantic relationships. The purpose of this study is to identify and describe gay couples in establishing committed romantic relationships and the communication styles that occur in them based on gender role stereotypes in the socio-cultural context of Indonesia. The researcher uses a constructivist paradigm, a descriptive qualitative approach, and a case study strategy. The researcher conducted observation, in-depth interviews with key informants who had been selected using purposive and convenience sampling, and also collected secondary data to back up the findings. This research uses the thematic data analysis method. The result is that gay couples who have committed romantic relationships are unique in establishing and maintaining their relationship. Gender role stereotypes that have been applied to heterosexual couples (male and female) are not seen to the gay couple who always try to negotiate and adjust their relationship. In addition, based on the genderlect styles communication theory, there is a modification of the communication style in the male gender if applied sexual orientation factor. Moreover, gay couples who have committed romantic relationships exhibit a male communication style that focuses on status (report talk), while they also adopt a female communication style (rapport talk) simultaneously. The recommendation for further research is to see the communication style of gay men in other contexts, such as in family, friendship, or work relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christin Agustina P.
"Tesis ini membahas bagaimana Tempo mengkonstruksikan gay dalam pemheritaan tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan. Dilihat dari teori simulacra yang dikemukakan oleh Baudrillard. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah analisis framing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media khususnya Tempo membingkai kasus Ryan temp terfokus kepada orientasi seksual Ryan dan masih dipengaruhi oleh pendapat lingkungan sosial wartawan. Yang masih menunjukkan sisi identitas pribadi dari Ryan. Sehingga proses pengkonstruksian gay yang muncul dalam pemberitaan Tempo masih dipengaruhi oleh apa yang ada di masyarakat. Berakibat kepada terminoritaskannya gay dan kelompoknya di media.

The thesis studies how Tempo magazine reconstructed gay on the rcportings of the murders done by Ryan. Conducted using simulacra theory by Baudrillard, this is a qualitative research using framing analysis method. The result showed that the media, Tempo in particular, framed that the Ryan case was focused on Ryan's sexual orientation and influenced by the opinion of the reporter‘s social surroundings, that still indicated Ryan's personal identity. The gay reconstruction process reported on Tempo was still influenced by public opinion. This reporting caused the gay community to become a minority group on media."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33862
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Easter Borny uliarta
"The research is aimed at finding out the love relation between Indonesian homosexuals with their foreign couples in Yogyakarta. Besides, the research is also conducted to seek some information on how love penetration among them transferred. Finally it is also purposed to dig out some factors that trigger the love relation.
The research applied social penetration theory (Altman and Taylor, 1973). The theory is consisted of development phase's happened in homosexual's love relation, orientation to affective explorative, affective explorative to exchange of affective, exchange of affective to an already stable exchange of affective.
There are some obstacles faced by homosexual?s couple in orientation phase. One of them is that they have to confront the act of prejudice from Indonesia society toward them. Thus, the society in which they live can not tolerate and support the homosexual manner. It makes them difficult to get a long each other in a public.
Love relation among homosexual starts in affective explorative and affective phases. In these two phases homosexual couple starts to express their feeling by sharing some certain selective topics. They tried to focus on higher level on intimacy (Budyatna, 1993). They are resembled to heterosexual couple in this phase.
In subsequent phase, a stable exchange of affective, the couples concentrate on the openness of mind, supportive each other in loneliness and emptiness. The equal and positive feelings are followed by the highest level o intimacy. In this phase, homosexual couples decide to live together and share thee room apartment. Even, they decide to get married.
Self disclosure is the most difficult phase for homosexual couples. Telling other or proclaiming their identity are done in a secret and personal way. Self disclosure is the most crucial phase for homosexual couple to build a more intimate relation (Taylor and Peplau 1997).
Finally, the research is somehow a qualitative one in which the approach is focused on the individual back ground of homosexual by using symbolic interaction perspective. The data are descriptive, gathered from close observations and depth interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T 9164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilreath, Shannon, 1977-
St. Paul, MN: Thomson/West, 2007
342.087 GIL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 1991
306.76 INS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Nursita Dewi
"Keberadaan individu gay masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Individu gay yang sudah berani membuka diri seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungannya. Individu gay yang membutuhkan sumber dukungan sosial memilih untuk bergabung dengan komunitas gay tertentu yang memberikan banyak kontribusi bagi individu gay, baik yang belum membuka diri maupun yang sudah terbuka mengenai orientasi seksualnya yang homoseksual. Kompleksnya permasalahan yang dialami oleh individu gay yang belum terbuka berkaitan dengan orientasi seksualnya diperberat oleh adanya tuntutan dari masyarakat untuk menikah. Tuntutan itu umumnya bersumber dari lingkungan yang paling dekat, yaitu keluarga dan menjadi sumber masalah baru bagi individu gay. Individu gay yang tidak ingin melawan norma sosial yang telah tertanam dalam masyarakat akhirnya memilih untuk memenuhi tuntutan sosial tersebut.
Konflik yang dialami oleh individu gay yang menikah menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Masalah ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana konflik yang dialami oleh individu gay yang menikah dan bagaimana mereka mengatasi hal tersebut. Konflik internal dalam diri individu gay sudah cukup menjadi masalah ditambah konflik dengan masyarakat yang masih belum menerima keberadaan mereka. Situasi ini diperparah dengan keharusan untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk menikah dengan lawan jenisnya. Masalah dalam perkawinan yang dilakukan oleh individu heteroseksual terkadang memaksa mereka untuk berpisah dengan pasangannya, terlebih lagi masalah yang akan dihadapi oleh individu gay yang menikah.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti melakukan Studi eksploratif dengan menggunakan metode kualitatif terhadap dua orang individu gay yang telah menikah. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan sejak tanggal 25 Februari sampai dengan 13 Maret 2005. Subyek dalam penelitian ini ialah individu gay ya.ng telah menikah dengan lawan jenisnya yang heteroseksual, berusia antara 20-40 tahun, dan telah menikah minimal selama satu tahun. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kesamaan orientasi seksual dan berada pada gradasi 3-4 pada skala gradasi kontinum seksualitas dari Kinsey. Perilaku coping masing-masing subjek untuk mengatasi konflik yang dialaminya juga berbeda. Perbedaan latar belakang perkawinan yang dilakukan kedua subyek semata-mata untuk memenuhi norma sosial yang ada, bahwa laki-laki harus menikah dengan perempuan. Mereka menggunakan baik coping terpusat masalah maupun coping terpusat emosi. Perbedaan pola asuh dalam keluarga juga menentukan proses penerimaan dan keterbukaan mereka mengenai kondisi mereka. Cara terakhir yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah sama, yaitu dengan turning to religion, dimana agama dijadikan sumber penguatan emosional.
Saran penelitian yang diberikan untuk masyarakat umum hendaknya tidak mempunyai kesan negatif kepada individu gay. Tidak semua individu gay berperilaku negatif banyak dari mereka mampu berkreasi dengan baik. Bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarganya homoseksual, hendaknya melakukan pendekatan sehingga dapat menjadi pendukung dalam masalah yang harus dihadapi oleh mereka. Penanaman norma-norma agama dan sosial juga hendaknya dilakukan sejak kecil. Individu gay yang mengalami masalah dapat mencari sumber-sumber dukungan sosial dan informasi cara pemecahannya dari teman-teman sesama gay yang juga mengalami masalah serupa. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika diperoleh subjek dengan beragam latar belakang dan penelitian dilakukan dengan lebih mendalam. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliza
"Perempuan penggemar fans kisah percintaan antar lelaki tersebut di sebut fujoshi Fujoshi sendiri adalah sebutan istilah yang diambil dari bahasa Jepang sedangkan boy s love adalah sebutan untuk genre penerbitan media fiksi yang berfokus pada hubungan antar pria yang bersifat homoerotis maupun homoromantis Di Jepang ada beberapa istilah atau genre yang berkaitan dengan boy s love dalam komik manga Istilah istilah tersebut adalah june shota con shounen ai yaoi dan lain lain Dalam skripsi saya ini saya berfokus pada genre yaoi yaitu kisah percintaan antar lelaki yang berisikan materi hubungan seksual yang lebih banyak dan lebih jelas Penelitian yang digunakan adalah penelitian etnografi dengan mengunakan metode wawancara mendalam in depth interviews dan pengamatan berperanserta participant observation dengan para informan di dunia maya atau biasa dikenal dengan metode cyberetnography dimana subyek fujoshi yang di ambil tidak terbatas Melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperanserta diharapkan bisa mengetahui apa saja fantasi dan representasi fujoshi terhadap gay terutama dalam genre yaoi.

Females who is into and is a fan of love story between men is called fujoshi. Fujoshi itself is a reference term taken from the Japanese language, while "boy's love" is the term used as the genre of a fiction story focusing on the relationships between men in a homoromantic and homoerotic nature. In Japan there are several terms or genre of comic books (manga) that are associated with "boy's love", these terms are june, shota-con, shounen-ai, yaoi and others. My thesis will be focusing on the genre, yaoi, which is a love story between men with a more obvious depiction of sexual relationship. This thesis is an ethnographic research using in-depth interviews and participative observation as the data collecting methods. These methods are used as I interact with the informants in cyberspace, commonly known by the method of 'cyberethnography', where fujoshi subjects are unlimited. Through in-depth interviews and observations this thesis is expected to be able to inform the fantasies and representation of fujoshi towards gays, especially in the genre, yaoi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roberto
"Skripsi ini menelusuri realita pengalaman dan kehidupan sehari-hari yang dialami kelompok gay dan lesbian. Biseksualitas juga akan dibahas secara ringkas dalam tulisan ini. Ancaman kekerasan fisik serta kekerasan verbal berupa mikroagresi dan pesan tersembunyi yang disampaikan kepada individu dengan homoseksualitas ditelusuri dan dilihat sebagai pengalaman hidup kelompok marginal. Keberadaan stigma dan proses passing sebagai proses manajemen stigma ditelusuri sebagai realita kehidupan. Heteroseksisme hukum yang mengatur dan menciptakan lingkungan ini ditelusuri dan dikritik sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi homofobia. Rezim HAM dalam hukum juga ditelusuri untuk dilihat kemungkinannya sebagai titik tolak perlindungan.

This study will explore the experiential reality of lesbians and gays. Bisexualty will also be explored, though to a limited extent. Risks of violence and experienced violence, both physical and verbally expressed through microagressions is explored as an everyday reality for homosexual individuals. Stigma and its management is expressed as an everyday experience for marginalized society. Heterosexism of the legal system of Indonesia as a contributing factor to homophobia will be critiqued and explored. The human rights regime as law and its basis for protection of marginalized society is evaluated as a stepping stone for progress.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S61489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Pitutur Jati
"Pemuda gay merupakan kelompok sosial yang rentan karena mengalami kekerasan secara mental maupun fisik di lingkungan sosialnya yang berdampak pada kesehatan psikologis yang rendah. Mekanisme mengatasi stres dilakukan sebagai respon secara kognitif maupun perilaku dalam merespon kejadian yang diluar kapasitas dan sumber individu. Masih sedikit studi sebelumnya bagaimana mekanisme mengatasi stres yang membahas dikalangan pemuda gay. Studi sebelumnya hanya membahas mengenai tema-tema umum strategi mengatasi stres dan sumber mengatasi stres yang dilakukan pemuda gay. Studi sebelumnya belum terlalu banyak membahas mengenai kompleksitas dari situasi yang berdampak pada strategi mengatasi stres. Padahal situasi menjadi penting karena memberikan atau membentuk sumber ndash; sumber yang tersedia bagi pemuda gay hingga berdampak pada strategi mengatasi stres. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana strategi mengatasi stres pemuda gay berserta kompleksitasnya untuk mengatasi stres. Studi ini melahirkan beberapa argumen. Pertama, terjadinya proliferasi stres dalam perkembangan kehidupan pemuda gay. Kedua, pemuda gay menggunakan banyak strategi dalam mengatasi stres yang dibagi menjadi dua strategi, problem-focused dan emotion-focused. Ketiga, konteks sosial membentuk sumber mengatasi stres. Keempat, internet mempunyai peran ganda dalam proses mengatasi stres pemuda gay. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara secara mendalam enam pemuda gay yang berusia 16-30 tahun untuk menggambarkan makna dan kompleksitas yang terkandung dalam tindakan mengatasi stres

Gay youth are vulnerable social groups due to mental and physical abuse in their social environment which affects low psychological health. The stress coping mechanism is performed in response to cognitive and behavioral responses to events beyond the capacity and individual sources. There are still few previous studies on how to deal with stress that addresses gay youth. Previous studies have only addressed the general themes of stress coping strategies and stress-tackling resources by gay youth. Previous studies have not discussed too much about the complexity of situations that impact on coping strategies. Though the situation is important because it provides or forms the resources available to gay youth to impact on coping strategies. Therefore, this study aims to explain how strategies to cope with gay youth stress and its complexity to cope with stress. This study spawned several arguments. First, the proliferation of stress in the development of gay youth life. Second, gay youth use many strategies in dealing with stress that is divided into two strategies, problem-focused and emotion-focused. Third, the social context forms the source of coping with stress. Fourth, the Internet has a dual role in the process of coping with gay youth stress. This study used a qualitative approach with in-depth interviews of six gay men aged 16-30 years to describe the meaning and complexity contained in the action to cope with stress."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deborah Baninya Putri Marlin
"Filipina merupakan negara dengan mayoritas penduduk yang menganut agama Katolik konservatif. Tingginya nilai-nilai keagamaan di Filipina mendasari adanya diskriminasi terhadap kaum LGBT. LAGABLAB Network hadir sebagai jaringan advokasi LGBT di Filipina. LAGABLAB Network melakukan upaya-upaya untuk mendorong Senate dan House of Representatives, hingga akhirnya pada tahun 2017 House of Representatives meloloskan SOGIE Bill pada tahap 3rd Reading. Oleh karena itu penulis menggunakan pertanyaan `Bagaimana upaya LAGABLAB Network dalam mendorong disetujuinya SOGIE Bill oleh House of Representatives tahun 2017. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teori Aktivisme Politik oleh Pippa Norris dan teori Civil Society dari Larry Diamond.

The Philippines is a country with the majority of people being adherents of conservative Catholicism. The high religious values in the Philippines is the main reason why LGBT people being discriminated. LAGABLAB Network was made as an LGBT advocacy network in the Philippines. LAGABLAB Network is making efforts to encourage the Senate and the House of Representatives, until finally in 2017 the House of Representatives passed the SOGIE Bill in the 3rd Reading. Therefore, the writer uses the question "What is the effort of LAGABLAB Network in encouraging the approval of SOGIE Bill by the House of Representatives in 2017. In conducting research, the author uses Political Activism Theory by Pippa Norris and the Civil Society Theory from Larry Diamond.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>