Ditemukan 153805 dokumen yang sesuai dengan query
Naura Nafisha
"Tren usia perkawinan pertama di Indonesia terus meningkat dari tahun 1980 hingga tahun 2000. Akan tetapi, terjadi penurunan yang signifikan pada singulate mean age at marriage (SMAM) Indonesia sejak tahun 2000 hingga tahun 2010. Penurunan SMAM ini ditemukan terjadi pada semua kelompok jenis kelamin dan pada setiap tingkat pendidikan. Studi terdahulu di Indonesia menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka akan meningkatkan usia perkawinan pertama. Menggunakan data IFLS tahun 2000, 2007, dan 2014, studi ini ingin meneliti pengaruh lama tahun bersekolah terhadap usia perkawinan pertama serta perbedaan kecepatan usia perkawinan pertama pada kelompok usia 15 hingga 24 tahun kelahiran kohor 1976 - 1983 dan kohor kelahiran 1984 - 1992. Selain itu, studi ini juga melihat perbedaan pengaruh pendidikan dan kohor usia berdasarkan jenis kelamin. Studi ini menggunakan metode analisis survival yaitu Cox Proportional Hazard. Hasil studi menunjukkan bahwa peningkatan satu tahun bersekolah akan menurunkan hazard untuk kawin dan menunda perkawinan, baik pada keseluruhan sampel maupun kedua jenis kelamin. Namun, studi ini tidak menemukan perbedaan usia perkawinan pertama antara kedua kohor tersebut.
Trend in the average age of first marriage in Indonesia had been increasing from 1980 to 2000. However, it was found that the singulate mean age at marriage (SMAM) in Indonesia was declining from 2000 to 2010. The decline in SMAM was observed across all genders and educational levels. Previous research has found that increasing the level of education increases the age of first marriage in Indonesia. Using IFLS data from 2000, 2007, and 2014, this research aims to examine the relationship between years of schooling and age of first marriage. Furthermore, based on prior information, the study seeks to assess whether there is a difference in the rate of age marriage in the age group 15 to 24 years old in birth cohort 1976 to 1983 and birth cohort 1984 to 1992. This study is using Cox Proportional Hazard method in survival analysis. The results suggest that increasing one year of schooling reduces the hazard of getting married and increases the age of first marriage in all sample and both genders. Nevertheless, this study found no difference in the speed of marriage between these two birth cohorts."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nadhilla Sekar Pramesty
"Rata-rata Usia Kawin Pertama di Indonesia adalah 20,25 tahun. Rendahnya usia menikah biasanya tidak dibarengi dengan tingginya tingkat pendidikan yang berkaitan dengan siklus tidak setaraan dan kemiskinan yang tiada akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap usia kawin pertama di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data BPS tahun 2015-2020 dengan unit analisis 34 provinsi di Indonesia. Penelitian in menggunakan instrumen variabel untuk menangani permasalahan endogenitas dalam penelitian ini sehingga diperlukan variabel instrumen untuk mengatasinya. Instrument Variable Two Stage Least Square (IV2SLS) adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, dan rasio jumlah guru terhadap populasi murid sebagai variabel instrumen. Hasil first stage menunjukkan bahwa rasio jumlah guru terhadap populasi murid merupakan instrumen yang baik dan memenuhi asumsi relevance. Hasil estimasi IV2SLS menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap penundaan usia kawin pertama. Adanya peningkatan akses internet juga berkontribusi positif pada penundaan usia kawin pertama di Indonesia. Untuk meningkatkan usia kawin pertama dari 20,25 tahun (usia kawin pertama 2020) menjadi 21 tahun diperlukan peningkatan pendidikan sebesar 1,5 tahun dari 10,8 di tahun 2020.
The average age at first marriage in Indonesia is 20.25 years. The low age at marriage is usually not accompanied by a high level of education which is associated with an endless cycle of inequality and poverty. This research aims to determine the effect of education on the age at first marriage in Indonesia. This research uses BPS data for 2015-2020 with analysis units from 34 provinces in Indonesia. This research uses variable instruments to deal with endogeneity problems in this research so that instrument variables are needed to overcome them. Instumental Variable Two Stage Least Square (IV2SLS) is the method used in this research, and the ratio of the number of teachers to the student population is the instrument variable. The first stage results show that the ratio of the number of teachers to the student population is a good instrument and meets the relevance assumptions. The IV2SLS estimation results show that the education has a positive effect on delaying the age at first marriage. The increase in internet access has also contributed positively to delaying the age at first marriage in Indonesia. To increase the age at first marriage from 20.25 years (age at first marriage in 2020) to 21 years requires an increase in the education by 1.5 from 10.8 in 2020."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Shania Rahmi
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan status kerja terhadap transisi ke perkawinan. Dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2007 dan 2014, hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa perubahan pada status kerja signifikan memengaruhi terjadinya transisi ke perkawinan dan terdapat perbedaan hasil berdasarkan gender. Pekerjaan dapat mendorong transisi ke perkawinan bagi lelaki, namun malah menghambat perempuan untuk masuk ke dalam perkawinan. Berbagai karakteristik individu lainnya seperti bertempat tinggal di desa, berpendidikan rendah, berjenis kelamin perempuan, religius, dan usia dapat meningkatkan peluang untuk kawin. Sementara status ekonomi dan tingkat pendidikan ibu memiliki variasi hasil berdasarkan jenis transisi kerja.
ife Survey (IFLS) 2007 and 2014, binary logistic regression results show that changes in employment status significantly affect the transition to marriage and there are differences in results by gender. Employment may encourage the transition to marriage for men, but discourage women from entering marriage. Other individual characteristics such as rural residence, low education, female, religious, and age increase the likelihood of marriage. While economic status and mother's education level have variation in outcomes by type of employment transition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anindya Amanah Primaningrum
"Sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024, untuk mengupayakan agenda meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, dibutuhkan penduduk yang tumbuh seimbang dan tata kelola penduduk yang kuat. Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan penduduk, dimana waktu saat pertama kali melakukan perkawinan akan mempengaruhi individu yang terlibat dan keturunan yang dilahirkan di waktu mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh modal manusia terhadap umur kawin pertama. Sumber data penelitian ini adalah hasil Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) 2007 dan 2014. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, status kesehatan, dan pengeluaran per kapita mempengaruhi umur kawin pertama. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menurunkan kemungkinannya untuk melakukan perkawin pada umur 25 tahun atau kurang. Seseorang dengan riwayat penyakit kronis akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang, dan pengeluaran per kapita keluarga yang lebih tinggi mengurangi kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang.
As stated in Indonesia’s RPJMN 2020-2024, to pursue the agenda of increasing human resources with high quality and competitive, population growth that is balance and a good population management are needed. The timing of entry to marriage is one of the factors of population growth. The timing of entry to marriage would affect people involved in family. This research aims to do a study on the impact of human capital on age at first marriage. Using the IFLS 2007 and 2014, the author regressed the data with binary logistic regression method, this study show that educational attainment, health status, and per capita expenditure affect age at first marriage. Someone with higher educational attainment less likely to marry when they are 25 years old or younger. Someone with chronic disease diagnose more likely to marry when they are 25 years old and younger. Lastly, the higher per capita expenditure the family of someone spent, will lessen the probability of that someone to marry when they are 25 years old or younger."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anita Putri Wulandari
"Studi ini berusaha untuk mencari tahu bagaimana kebijakan pembangunan fasilitas pendidikan terbesar di Indonesia, kebijakan SD INPRES program, yang diikuti oleh generasi pertama dapat memberikan manfaat kepada anaknya atau generasi keduanya dalam bentuk usia menikah pertama sebagai proksi dari manfaat non-tunai dari pengembalian pendidikan. Dengan menggunakan IFLS 4 dan 5 dan juga data dari Duflo, studi ini mengaplikasikan different in different model untuk menganalisis manfaat orang tua dari SD INPRES program dapat mempengaruhi preferensi anaknya dalam bentuk tambahan rata-rata usia menikah. Interaksi antara kelompok grup berdasarkan tahun lahir dan jumlah sekolah yang dibangun berdasarkan lokasi lahir orang tua digunakan untuk menentukan apakah masing-masing orang tua menerima manfaat dari adanya program. Hasil estimasi menemukan bahwa tidak ada cukup bukti bahwa orang tua yang mendapat manfaat dari SD INPRES program mempunyai dampak kepada anaknya dalam bentuk tambahan usia menikah. Lebih lanjut lagi, lokasi spesifik dari pelaksanaan program dapat mempengaruhi hasil tingkat signifikansi dari model regresi.
This study aims to examine how the largest Indonesian schools construction program in 1974, the SD INPRES program, experienced by first generation can give benefits to their children or their second generation in forms of age of first marriage as a proxy of non-cash benefit of return of education. Using IFLS 4 and 5 data and Duflo’s data, this study applies the different in different model to analyze if first generation benefited from the SD INPRES program can affect their children preference with an increasing average age of first marriage. Interaction of young cohort based on parent year of birth and number of schools constructed based on parent location of birth are used to decide if each of the parents can benefited from the program or not. The main finding suggests that there is no significance evidence that parent benefits from the SD INPRES program has an effect to a higher preference on children age of marriage. Furthermore, any specific location can leads to a significance findings in the regression model."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fajar Maulinda
"
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh usia kawin pertama wanita terhadap kesehatan maternal yang diukur dari kejadian komplikasi persalinan dan kesehatan bayi yang diukur dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Penelitian ini menggunakan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan anak pertamanya pada kurun waktu lima tahun sebelum survei. Analisis data menggunakan metode logistik biner untuk unit analisis komplikasi persalinan dan binomial probit untuk unit analisis prevalensi bayi BBLR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kawin pertama (UKP) memengaruhi komplikasi persalinan dan bayi BBLR. peningkatan UKP cenderung menurunkan risiko mengalami komplikasi persalinan, tetapi peningkatan UKP disertai dengan kondisi ekonomi rendah akan cenderung meningkatkan risiko mengalami komplikasi persalinan. Selain itu, semakin rendah UKP atau semakin tinggi UKP cenderung meningkatkan peluang melahirkan bayi dengan BBLR.
ABSTRACTThis study aims to know the impact of age at first marriage (AFM) to maternal health based on complication during delivery, and baby's health based on baby with low birth weight (LBW). This study uses the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS 2017), on women aged 15-49 years old which had delivering baby in five years preceding survey, analyzes the first birth. Binary logistic regression uses to analyze the impact AFM to delivery complication, and binomial probit regression use to analyze the impact AFM to baby with LBW. The result show that AFM have a significant impact to delivery complication and baby with LBW. Higher AFM less likely complication during delivery, but higher AFM with low economic status more likely complication during delivery. In addition, lower AFM or higher AFM can improve the probability delivering baby with LBW."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ahmad Junaedi
"Fenomena penurunan persentase perkawinan usia 15-19 tahun dan peningkatan median usia kawin pertama (UKP) dari data SDKI 1997, 2002-2003, dan 2007 menjadi anomali dengan masih adanya permasalahan kependudukan, termasuk dalam hal keluaran kesehatan reproduksi. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Praktek diduga mempengaruhi hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan membagi keluaran kesehatan reproduksi menjadi dimensi fisik dan sosial. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap dan praktek mengganggu hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi dengan begitu disarankan pemerintah tak hanya berfokus dalam UKP saja melainkan juga mempertimbangkan hasil temuan ini.
Phenomenon of reduction percentage of marriage aged 15-19 and the enchancement of the median of age at first marriage from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 1997, 2002-2003, and 2007 are anomaly of persistence population problems, one of them is outcome health reproduction. Knowledge, Attitude, and Practice influence are expected confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction. This study used IDHS’s data in 2007 by dividing the health reproduction outcome into physical and social dimensions. The results are Attitude and Practice confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction and suggested to the government to not only focused in age at first marriage but also the results of these findings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46435
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cempaka Sekkauwati Mubtadi
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pernikahan dini yang cukup tinggi di dunia. Pernikahan dini berdampak buruk pada pendidikan wanita yang kemudian dapat berdampak pada pendidikan anak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap pendidikan antargenerasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data IFLS 5 tahun 2014 dan IFLS East. Terdapat permasalahan endogenitas dalam penelitian ini sehingga diperlukan variabel instrumen untuk mengatasinya. Metode yang digunakan adalah Two Stage Least Square (2SLS) dengan variabel instrumen usia pubertas (usia haid pertama). Hasil first stage menunjukkan bahwa usia pubertas merupakan instrumen yang baik dan memenuhi asumsi relevance. Hasil estimasi 2SLS menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pernikahan dini ibu pendidikan anak. Adanya program wajib belajar 9 tahun bagi setiap anak dapat menjadi kontribusi positif pada capaian pendidikan anak di Indonesia.
Indonesia is one of the countries with the highest rate of early marriage in the world. Early marriage can reduce mother’s educational attainment and impact their children’s educational outcomes. This study aims to analyze the intergenerational effect of early marriage on children’s educational attainment by using nationally representative household data from the IFLS wave 5 and IFLS East. In the empirical strategy, age at menarche is used as an instrumental variable to address the endogeneity problem. The result of the first stage shows that age at menarche is a good and relevance instrument. The Two Stage Least Square (2SLS) estimates show that mother’s early marriage does not have a significant effect on children’s educational attainment. A 9-year compulsory education program for every child could give a positive contribution for children’s educational attainment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Tambunan, Regina
"Tesis ini membahas pengaruh karakteristik demografi, kerentanan terkait perkawinan dan keinginan mempunyai anak dengan umur ideal kawin pertama pada remaja (15-24 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian dilakukan secara potong lintang atau cross sectional. Variabel penelitian akan diukur dan dikumpulkan dalam satu waktu. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 Remaja. Data umur ideal kawin pertama akan dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji Chi-Square dan Regresi logistic sederhana, dan multivariat dengan menggunakan analisis Regresi Logistic Ganda dengan menggunakan aplikasi SPSS 25. Hasil penelitian diketahui rata-rata umur ideal kawin pertama remaja perempuan usia 15-24 tahun adalah 23 tahun walaupun diketahui 0,3% remaja masih memiliki umur ideal kawin pertama pada umur <18 tahun. Selain itu, hubungan antara umur ideal kawin pertama kali dengan umur ideal memiliki anak pertama kali, tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan kuintil kekayaan memiliki hubungan yang significant secara statistik. Sedangkan umur ideal kawin pertama tidak memiliki hubungan significant secara statistic dengan jumlah anak ideal, umur remaja, keterpajanan dengan media massa, umur pertama kali mentruasi, umur pertama kali pacaran, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, dan pengetahuan kesehatan reproduksi yaitu pengetahuan masa subur perempuan dan pengetahuan resiko kehamilan. Umur ideal memiliki anak pertama merupakan variable independent langsung yang pengaruhnya paling besar kepada umur ideal kawin pertama dimana memiliki OR 220,266 yang diintepretasi bahwa remaja perempuan yang memiliki umur ideal memiliki anak pertama kali < 20 tahun beresiko 220,266 memiliki umur ideal kawin pertama <18 Tahun. Sedangkan OR kuintil kekayaan diperoleh 1,578 yang diintepretasikan pada remaja yang kuintil kekayaan terbawah memiliki resiko 1,578 kali untuk memiliki umur ideal kawin pertama <18 Tahun.
This study focus on the influence of demographic characteristics, susceptibility related to marriage and the desire to have children with the ideal age of first marriage in adolescents (15-24 years) in Indonesia. This study is a descriptive analytical research using quantitative research methods. The research design was carried out in a cross-sectional approach. The research variables will be measured and collected at one time. This study uses secondary data from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey (IHDS) for Adolescents. The data of the ideal age of the first marriage will be analyzed univariately, bivariate with Chi-Square and Simple logistical regression and multivariate with binary logistical regression analysis using the SPSS 25 application. The results of the study show that the average ideal age of first marriage for adolescent girls aged 15-24 years is 23 years old, although it is known that 0.3% of adolescents still have an ideal age for first marriage at the age of <18 years. In addition, the relationship between the ideal age of first marriage and the ideal age of having a child for the first time, place of residence, education level, and wealth quintile had a statistically significant relationship. Meanwhile, the ideal age of first marriage does not have a statistically significant relationship with the ideal number of children, adolescent age, exposure to mass media, the age of first menstruation, the age of first dating, the age of first sexual intercourse, and reproductive health knowledge, namely knowledge of women's fertile period and knowledge of pregnancy risk. The ideal age of having the first child is a direct independent variable that has the greatest influence on the ideal age of first marriage where having an OR of 220,266 which is interpreted that adolescent girls who have an ideal age of having a child for the first time < 20 years have a risk of 220.266 having an ideal age of first marriage <18 years. Meanwhile, the quantile OR of wealth was obtained 1.578 which was interpreted in adolescents whose lowest quantile wealth had a risk of 1.578 times to have an ideal age of first marriage <18 years."
Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mita Widia Pangesti
"Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki asosiasi anatara usia pernikahan pada ibu terhadap pendidikan intergenerasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang 5 dengan menggunakan model regresi logistik biner. Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah anak yang telah berusia 25 tahun atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendidikan intergenerasi sebagai variabel tidak bebas dan usia pernikahan ibu sebagai variabel bebas utama. Variabel bebas lainnya yang digunakan adalah jenis kelamin, pendidikan ayah, rasio biaya pendidikan, tempat tinggal, dan wilayah tempat tinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia pernikahan ibu berkorelasi positif dan berdampak secara siginifikan terhadap pendidikan intergenerasi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas memiliki pendidikan intergenerasi yang rendah lebih tinggi pada anak yang lahir dari ibu menikah pada saat usia 18 tahun atau kurang daripada pada anak dari ibu yang menikah pada usia lebih dari 18 tahun. Pengaruh yang sama ditunjukkan setelah dikontrol terhadap jenis kelamin, pendidikan ayah, rasio biaya pendidikan, tempat tinggal, dan wilayah tempat tinggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas pendidikan intergenerasi yang rendah lebih tinggi pada anak yang berjenis kelamin perempuan, memiliki ayah dengan tingkat pendidikan rendah, memiliki rasio biaya pendidikan rumah tangga yang rendah, bertempat tinggal di pedesaan, serta berdomisili di Pulau Jawa.
This study investigated the association between maternal age at marriage and intergenerational education in Indonesia. This study used a binary logistic regression model with secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) wave 5 in 2014. The unit of analysis used in this study was children aged 25 years or older with. This study used intergenerational education as the dependent variable and maternal age of marriage as the main independent variable. Meanwhile, other independent variables used were gender, father's education, the ratio of education costs, place of residence, and region of residence. The results of the study showed that mother’s age at marriage age was positively correlated and significantly impacted intergenerational education in Indonesia. It shows that the probability of having a low intergenerational education was higher among children who were born to mothers who were married at child’s age (18 years or younger) than among children of mothers who were married at older than 18 years. The same effect was shown after controlling for gender, father's education, the ratio of education costs, place of living area, and place of residence. This study shows that the probability of low intergenerational education was higher for female children, had fathers with low levels of education, had a low ratio of household education expenditure, lived in rural areas, and lived in Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library