Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Attala Deschamps
"Di indonesia, perawat merupakan populasi tenaga kesehatan yang paling banyak terpapar oleh virus COVID-19 sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan mental mereka. Beban kerja yang tinggi, durasi kerja yang panjang, kesulitan menyesuaikan diri di situasi pandemi meningkatkan risiko mereka mengembangkan burnout. Studi menemukan bahwa unit kerja dapat menentukan risiko perawat terpapar oleh burnout. Akan tetapi, selama pandemi COVID-19 studi menemukan hasil yang berlawanan, ada yang menemukan perbedaan burnout pada perawat berdasarkan unit kerja, tetapi ada juga yang tidak. Maka dari itu, penelitian ini hendak melihat perbedaan taraf burnout pada perawat berdasarkan unit kerja mereka. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan Februari 2022 ketika gelombang dua COVID-19 terjadi di Indonesia. Menggunakan pendekatan hospital-based, 178 perawat dari ICU, UGD, Unit Operasi, Unit Rawat Inap, dan Unit Rawat Jalan dari rumah sakit X di Tangerang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ditemukan perbedaan burnout pada perawat berdasarkan unit kerja mereka selama pandemi COVID-19. Hal ini dapat dijelaskan oleh karakteristik rumah sakit X yang berada dalam skala yang kecil. Rumah sakit dengan skala kecil cenderung bisa mendistribusikan perawat secara merata di setiap unit, sehingga tekanan yang dialami perawat cenderung serupa. Maka dari itu, risiko burnout pada perawat di setiap unit cenderung sama.

Nurses are the largest population of health workers who are most exposed to the COVID-19 virus in Indonesia, which raises concerns about their mental health state. High workload, long shift duration, and hardship to adapt in uncertain situations increase their risk to develop burnout. In addition to that, previous studies found that hospital units are one of the risk factors that could affect burnout in nurses because each unit has different intensity levels. However, during COVID-19, there are contradicting findings, some studies found differences in burnout based on hospital units, but some studies don’t. Therefore, the aim is to find differences in burnout levels between nurses based on their hospital units. Using a hospital- based approach, a total of 178 nurses from ICU, ED, OT, Inpatient, and Outpatient Unit from a hospital in Tangerang participated in this study. Furthermore, this study was conducted in mid-February 2022 when the second wave of COVID-19 hit Indonesia. This study found that there aren’t any significant differences of burnout levels found among nurses based on their hospital units. This result could be explained by noticing the characteristic of hospital X, which is a small-scale hospital. Hospitals with small scale tend to be able to distribute nurses evenly in each unit, so the pressure experienced by nurses tends to be similar. Therefore, the burnout risk for nurses in each unit tends to be the same with one another."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuga Pamahayu Widhi
"Selama masa pandemi COVID-19, perawat yang bekerja di rumah sakit wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada tingkatan APD yang berbeda sesuai dengan pekerjaannya. Penggunaan APD selama ini diketahui tidak nyaman dan dapat meningkatkan tingkat tekanan pada perawat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan mental well-being antara penggunaan APD tingkat satu dua, dan tiga. Mental well-being diukur menggunakan Warwick Edinburgh Mental Well-being Scale dengan total 14 item. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada saat puncak gelombang ketiga pandemi virus COVID-19 varian Omicron pada tanggal 7 Februari 2022 sampai dengan 20 Februari 2022. Data yang diambil juga merupakan data-data dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Dengan menggunakan pendekatan hospital-based study, Sejumlah 188 perawat di sebuah rumah sakit swasta di Provinsi Tangerang Selatan, dengan rentang usia 20-56 tahun, berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan mental well-being yang signifikan berdasarkan penggunaan APD pada para perawat. Salah satu penjelasan dari hasil ini kemungkinan karena beberapa faktor, seperti kurangnya aturan yang ketat mengenai penggunaan APD sesuai dengan area pelayanan, kurangnya kepatuhan dalam menggunakan APD, kondisi lingkungan kerja di Rumah Sakit X, dan rendahnya persepsi risiko terhadap varian COVID-19 tertentu.

During COVID-19 pandemic, nurses who work in hospitals are required to use Personal Protective Equipment (PPE) at different levels according to their workload. The usage of the PPE has been known to be uncomfortable and may increase stress level among the nurses. Therefore, this study aims to find the differences in mental well-being between the usage of PPE level 1, 2, and 3. The mental well-being was assessed using the Warwick Edinburgh Mental Well-being Scale with a total of 14 items. Data collection in this study was carried out at the peak of the third wave of the Omicron variant of the COVID-19 virus pandemic on February 7, 2022 to February 20, 2022. The data taken is also data within the last two weeks. Using a hospital-based study approach, 188 nurses in a private hospital in Tangerang Selatan province, range of 20-56 years old, participated in this study. Results showed there was no significant difference in mental well-being by the usages of PPE among the nurses. One explanation of this result is possibly due to several factors, such as lack of PPE guidelines according to service areas, lack of compliance in using PPE, working environment conditions at Hospital X, and the low risk perception of the certain COVID-19 variant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Ananda Yulgian
"Pandemi Covid-19 merupakan kondisi baru yang menimbulkan burnout atau kelelahan kerja pada tenaga kesehatan. Burnout dapat mempengaruhi berlangsungnya kolaborasi interprofesional membuat kualitas pelayanan kesehatan menjadi terganggu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat burnout dan kolaborasi tim Covid-19 di Rumah Sakit Pendidikan. Sampel penelitian sebesar 88 responden teridir atas dokter, perawat, radiographer, dan analisis laboratorium yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data penelitian menggunakan instrumen yaitu Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (MBI-HSS) dan Assessment of Interprofessional Team Collaboration Scale II (AITCS II). Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat burnout dan kolaborasi tim Covid-19 di Rumah Sakit Pendidikan (p value > 0.05). Penelitian ini merekomendasikan agar Rumah Sakit dapat menurunkan kondisi kelelahan diantaranya melakukan relaksasi otot progresif pada tenaga kesehatan serta meningkatkan kolaborasi interprofesi dengan membentuk tim Covid-19 yang terdiri dari profesi berbeda.

The Covid-19 pandemic is a new phenomenon that causes burnout or work fatigue among health workers. Burnout can affect the ongoing interprofessional collaboration as well as causing disruption the quality of health services. This study is a quantitative study with cross-sectional design that aims to determine the relationship between burnout levels and the inter professional collaboration of the Covid-19 team at Teaching Hospital. The research sample was 88 respondents consisting of doctors, nurses, radiographers, and laboratory analysts who were selected by purposive sampling technique. The research data were collected using 2 instruments: the Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (MBI-HSS) and the Assessment of Interprofessional Team Collaboration Scale II (AITCS II). The data were then analyzed using both univariate analysis and bivariate analysis. The bivariate analysis used is Chi-square test. The results showed that there was no significant relationship of burnout levels and the Covid-19 team interprofessional collaboration during pandemic in Teaching Hospital (p value > 0.05). This study recommends that hospitals can reduce burnout conditions including progressive muscle relaxation for health workers and increasing interprofessional collaboration by forming a Covid-19 team consisting of different professions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Tri Handayani
"Stres kerja merupakan reaksi negatif dari seseorang terhadap tekanan yang dibebankan kepada mereka dari adanya tuntutan, hambatan atau peluang. Burnout syndrome adalah proses yang disebabkan oleh stres pekerjaan yang tidak teratasi sehingga menyebabkan kelelahan emosi, perubahan kepribadian serta penurunan pencapaian pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara tingkat stres kerja dengan Burnout Syndrome juga dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan kesehatan jiwa tenaga keperawatan. Metode penelitian menggunakan metode Cross Sectional kepada 165 perawat di RSUD Jati Padang dan Rumah Sakit Fatmawati. Pengukuran tingkat stres kerja dengan menggunakan kuesioner OSI-R (Occupational Stres Inventory-Revised) dan Burnout Syndrome diukur dengan kuesioner MBI-HSS (Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat termasuk dalam tingkat stress kerja sedang dan Burnout Syndrome sedang. Uji korelasi antara tingkat stres kerja dengan Burnout Syndrome diukur menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p 0,001 < ɑ). Hasil ini menunjukkan bahwa jika tingkat stres kerja semakin tinggi, maka perawat mengalami burnout syndrome tinggi juga, begitu pula sebaliknya. Peneliti selanjutnya dapat menganalisa setiap komponen stres kerja dan Burnout Syndrome, serta mengindentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja dan juga Burnout Syndrome.

Job stress is a negative reaction from a person to the pressure imposed on them from demands, obstacles, or opportunities. Burnout syndrome is a process caused by unresolved work stress that causes emotional exhaustion, personality changes, and decreased personal achievement. This study aims to obtain an overview of the relationship between work stress levels and Burnout Syndrome which can also be a guide for improving the mental health of nursing staff. The research method used the Cross-Sectional method to 165 nurses at Jati Padang Hospital and Fatmawati Hospital. Measurement of work stress level using the OSI-R (Occupational Stress Inventory-Revised) questionnaire and Burnout Syndrome measured by the MBI-HSS (Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey) questionnaire. The results showed that most of the nurses included in the level of moderate work stress and moderate Burnout Syndrome. The correlation test between the level of work stress and Burnout Syndrome measured using the Chi-Square test showed that there was a significant relationship (p 0.001 < ɑ). These results indicate that if the level of work stress is higher, then nurses experience high burnout syndrome as well, and vice versa. The next researcher can analyze each component of work stress and Burnout Syndrome, and identify the factors that cause."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Nuralifah Tafian
"Kesejahteraan psikologis merupakan aspek yang penting dalam mendukung perkembangan yang optimal pada masa kanak-kanak tengah. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kesejahteraan psikologis anak pada tahap ini adalah keterlibatan orang tua. Pada penelitian ini, peneliti hendak melihat perbedaan kesejahteraan psikologis siswa berdasarkan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran. Teknik analisis uji independent-samples t-test dan one-way ANOVA digunakan untuk melihat perbedaan skor kesejahteraan psikologis berdasarkan keberadaan keterlibatan dan banyaknya cara keterlibatan belajar. Hasil analisis pada studi ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kesejahteraan psikologis siswa berdasarkan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran (t(1849)= -4.35, p< 0,05). Implikasi pada studi ini menyimpulkan bahwa keterlibatan orang tua merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis siswa.

Psychological well-being is an important aspect in supporting optimal development in middle childhood. One of the factors related to the psychological well-being of middle childhood is parental engagement. This study seeks to see differences in students' psychological well-being based on parental engagement in learning. Independentsamples t-test and one-way ANOVA were used to see the differences in psychological well-being scores based on the presence of parental engagement and the number of ways of parental engagement. The results of the study found that there was a significant difference in students' psychological well-being scores based on parental engagement in learning (t(1849)= -4.35, p<0.05). The implications of this study conclude that parental engagement is a significant factor in improving students' psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikmatul Hidayah
"Pandemi Covid-19 telah menyebar secara global, sistem pelayanan kesehatan dihadapkan pada tantangan besar dan perawat sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19 berisiko mengalami burnout. Burnout adalah kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan burnout pada perawat selama masa pandemi covid-19 di RS X Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif dengan desain cross-sectional dan dilakukan pada 12 Juli - 20 Juli 2022. Sampel pada penelitian ini sebanyak 171 perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap RS X Kota Bogor. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey (MBI-HSS) dan analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 43,9% perawat mengalami burnout rendah dan 56,1 perawat mengalami burnout sedang. Variabel yang berhubungan dengan burnout yaitu jenis kelamin (p=0,037), stres kerja (p=0,000), beban kerja (p=0,036), dan kondisi kerja (p=0,003), sedangkan umur (p=0.490), pendidikan (p=0,170), lama bekerja (p=0,356), status pernikahan (p=0,751), dan dukungan sosial (p=0,408) tidak berhubungan dengan burnout. Kesimpulan penelitian ini adalah perawat mengalami burnout rendah dan sedang sehingga diperlukan upaya preventif untuk mengurangi risiko burnout pada perawat.

The Covid-19 has spread globally and healthcare system faced major challenges in terms of human resources. Nurses, as the front line of handling Covid-19 are at risk of having burnout. Burnout is defined as physical exhaustion, emotional exhaustion, and mental exhaustion caused by prolonged stress. This study aims to determine factors that potentially associated with burnout in nurses during the Covid-19 pandemic at RS X Bogor City. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and was conducted in 12 July – 20 July 2022. The sample in this study was 171 nurses who worked in the Inpatient Room of RS X Bogor City. Data collection using the Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey (MBI-HSS) questionnaire and data analysis using the chi-square statistical test. The results showed that 43.9% of nurses experienced low burnout and 56.1% nurses experienced moderate burnout. Variables related to burnout were gender (p=0.037), work stress (p=0.000), workload (p=0.036), and working conditions (p=0.003), while age (p=0.490), education (p=0.170), length of work (p=0.356), marital status (p=0.751), and social support (p=0.408) were not associated with burnout. In conclusion, preventive efforts are required to handling the burnout risks, particularly for nurses with low and moderate burnout’s level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Gloria Lengkong
"Pendahuluan: Pandemi COVID-19 menyebabkan tantangan tersendiri bagi Rumah Sakit (RS) Meilia yaitu tingginya angka pasien pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) karena mencari second opinion ke RS lain sebesar 22%, rendahnya kepatuhan visit dokter spesialis < pukul 14.00 (50,56% dari target >80%), rendahnya kepatuhan asesmen medis rawat inap <24 jam (75% dari target >80%), dan tingginya turnover dokter spesialis yaitu 22%, serta belum adanya standar penilaian kinerja dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja dokter di instalasi rawat inap RS Meilia selama pandemic COVID-19 tahun 2021. 
Metode: desain penelitian cross sectional dengan metode kuantitatif. Penelitian berlokasi di RS Meilia pada bulan Juni-Juli 2022. Untuk variabel kepuasan kerja menggunakan instrumen kuesioner kepuasan kerja yang cara penilaiannya mengadaptasi kuesioner Job Satisfaction Survey, namun dengan indikator yang disesuaikan dengan pandemi COVID-19. Penilaian kinerja dokter dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis secara retrospektif menilai kinerja dokter di instalasi rawat inap pada tahun 2021, berdasarkan indikator waktu, efek, dan reaksi pada dokter umum yang bekerja di instalasi rawat inap RS Meilia dan dokter spesialis yang pernah menjadi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). 
Hasil penelitian: terdapat hubungan antara pendidikan terakhir (p-value = 0,02) dan status kepegawaian (p-value = 0,03) terhadap kepuasan kerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia, terdapat hubungan antara kepuasan kerja, keadaan lingkungan kerja, tuntutan pekerjaan, dan gaji terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia selama Pandemi COVID-19 (p=0,04; p=0,03; p=0,03; p=0,04; secara berurutan), sedangkan indikator kepuasan kerja yang lain dan variabel individu tidak berhubungan terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia. 
Kesimpulan: terdapat hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia Selama Pandemi COVID-19. Baik komite medis maupun manajemen rumah sakit diharapkan dapat membuat indikator kinerja yang baku sehingga ada evaluasi kinerja bagi dokter di RS Meilia. Dengan adanya evaluasi kinerja, pemberian gaji maupun jasa medis dapat sesuai dengan penilaian kinerjanya.

Introduction: The COVID-19 pandemic has caused its own challenges for the Meilia Hospital, namely the high number of patients going home on their own request (APS) to seek second opinion from another hospital of 22%, the low compliance of specialist doctor visits < 14.00 (50.56% of the target > 80%), low compliance with inpatient medical assessments <24 hours (75% of the target >80%), and high turnover of specialists at 22%, and the absence of standards for assessing physician performance. This study aims to determine the relationship between job satisfaction and the performance of doctors in the inpatient installation of Meilia Hospital during the COVID-19 pandemic in 2021. 
Methods: cross sectional research design with quantitative methods. The research is located at Meilia Hospital in June-July 2022. For the job satisfaction variable, the job satisfaction questionnaire instrument is used, the assessment method is based on the Job Satisfaction Survey questionnaire, with indicators adapting COVID-19 situation. The doctor's performance assessment is carried out using secondary medical record data retrospectively assessing the performance of doctors in inpatient unit in 2021, based on performance indicators of time, effects, and reactions of general practitioners who work in inpatient installations at Meilia Hospital and specialist doctors who have been the Incharge Doctor. 
Results: there is a relationship between the latest education (p-value = 0.02) and employment status (p-value = 0.03) on the job satisfaction of doctors at the Inpatient Unit of Meilia Hospital, there is a relationship between job satisfaction, job resources, job demands, and salaries on the performance of doctors at the Meilia Hospital Inpatient Unit during the COVID-19 Pandemic (p=0.04; p=0.03; p=0.03; p=0.04; respectively), while the other indicators of job satisfaction and individual variables are not related to the performance of doctors in the Inpatient Unit of Meilia Hospital. 
Conclusion: there is a relationship between job satisfaction and the performance of doctors at the Meilia Hospital Inpatient Installation during the COVID-19 Pandemic. Both the medical committee and hospital management are expected to be able to make standard performance indicators so that there is a performance evaluation for doctors at Meilia Hospital. With the performance evaluation, the provision of salaries and medical services can be in accordance with the performance appraisal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Naufal Darydzaky
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat secara spesifik hubungan antara jenis-jenis tuntutan kerja (quantitative job-demand,cognitive demand, &emotional demand) dengan burnout serta melihat jenis tuntutan kerja mana yang paling dirasanakan tenaga kesehatan. Penelitian dilakukan kepada 317 tenaga kesehatan (Perawat 75%, 77.3% Perempuan, rentang usia berkisar dari 20-65 tahun) Menggunakan alat ukur Oldenburg burnout inventoryuntuk mengukur burnout, dan bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire-II untuk mengukur tuntutan kerja. Pengambilan data dilakukan secara daring dan menggunakan teknik convenient sampling dan dilakukan selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara quantitative demand dan burnout (r = .46, p < .01), lalu terdapat hubungan positif yang signifikan antara cognitive demand dan burnout (r = .31, p < .01) dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara emotional demand dan burnout (r = .37, p < .01). Tuntutan kerja dengan jenis emotional demand yang tinggi dirasakan oleh 84% tenaga kesehatan, diikuti dengan cognitive demand yang tinggi dirasakan oleh 64% tenaga kesehatan, dan quantitative job demand yang tinggi dirasakan oleh 30% tenaga kesehatan.

This study aim to analyze the specific relationship between various type of job-demand (quantitative job-demand, cognitive demand, & emotional demand) with burnout and seek which type that healthcare workers experienced the most. The study was conducted on 317 healthcare workers (75% nurse, 77.3% female, age range 20-65 years) using the Oldenburg Burnout Inventory to measure burnout, and several part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire-II to measure job-demand. The data were collected using online questionnaire, we also used convenient sampling method, the data collection we’re took seven days. We founded that quantitative job-demand corelates with burnout (r = .46, p <.01), cognitive demand also corelates with burnout (r = .31, p <.01) and emotional demand also corelates with burnout (r = .37, p <.01). The majority of healthcare workers experienced that emotional demand are the worse. We also founded that 84% of healthcare workers felt high emotional demand, 64% of healthcare workers felt a high cognitive demand, and 30% of healthcare workers felt high quantitative job demand."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nining
"Latar belakang: Tingginya tekanan kerja dan peliknya permasalahan yang muncul di masa pandemi COVID-19 menyebabkan tenaga keperawatan mengalami burnout, tak terkecuali kepala ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi burnout yang dialami kepala ruangan di masa pandemi COVID-19. Metode: penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif menggunakan analisis tematik. Sampling: sebanyak 12 kepala ruangan yang diambil dari RS Fatmawati dan RSUD Depok yang dipilih menggunakan teknik purposif sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semiterstuktur secara daring. Hasil: Eksplorasi burnout kepala ruangan mendapatkan 6 tema yaitu 1) kendala layanan yang dialami, 2) emotional exhausted, 3) stressor di luar pekerjaan, 4) perubahan status kesehatan 5) mekanisme koping adaptif, dan 6) dukungan yang didapatkan. Kesimpulan: kepala ruangan mengalami burnout di masa pandemi akibat adanya kendala pelaksanaan peran dan fungsi manajemen disertai tinginya stressor di luar pekerjaan namun dengan mekanisme koping adaptif yang diterapkan dengan dukungan dari dalam dan luar lingkungan kerja, membuat kepala ruangan bisa melalui kondisi krisis di masa pandemi COVID-19.

Background: The high work pressure and the problems complexity that arose during the COVID-19 pandemic caused nursing staff to experience burnout, including head nurse. This study aimed to explore the burnout experienced by the head nurse during the COVID-19 pandemic. Methods: this research is a qualitative descriptive using thematic analysis. Sampling: 12 head nurses were taken from Fatmawati Hospital and Depok Regional Hospital which were selected using a purposive sampling technique. Data was collected by online semi-structured interviews. Results: Exploration of head nurse burnout found 6 themes: 1) service constraints experienced, 2) emotional exhausted, 3) stressors outside of work, 4) changes in health status 5) adaptive coping mechanisms, and 6) support obtained. Conclusion: the head nurse experienced burnout during the pandemic due to obstacles in carrying out management roles and functions accompanied by high stressors outside of work but with adaptive coping mechanisms that were applied with support from inside and outside the work environment, making the head nurses able to go through the crisis conditions during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nur Asmita Rahma
"Dampak pademi COVID-19 hampir dirasakan oleh seluruh masyarakat di dunia tidak terkecuali profesi perawat. Perawat sering menghadapi stresor tinggi dalam usaha menyelamatkan pasien, melakukan pekerjaan rutin, berada di ruang kerja yang dirasa padat, frekuensi jumlah pasien yang tinggi, serta melakukan tindakan yang cepat untuk merespon kebutuhan pasien. Perawat profesional juga dituntut untuk bisa memberi layanan paripurna kepada klien. Kondisi yang kompleks ini dapat menimbulkan risiko burnout. Tujuan penelitian adalah untuk mengAnalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Burnout Perawat Puskesmas pada Masa Pandemi COVID-19 di Kota Pekanbaru Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode obsevasional analitik dengan rancangan cross- sectional dengan populasi sebanyak 245 perawat puskesmas di Kota Pekanbaru dan melalui metode cluster random sampling dan total sampling diperoleh sampel 6 puskesmas dengan 71 perawat. Analisis data menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan faktor demografi mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan lama masa kerja serta organizational effort factor tidak berpengaruh terhadap burnout. sedangkan, individual effort factor dan work environtment berpengaruh terhadap burnout pada perawat. Didapatkan juga hasil 80,3% perawat di Kota Pekanbaru berada pada tingkat rendah berada pada kondisi burnout selama pandemi COVID-19, sedangkan 19,7% nya berada pada tingkat sedang. Menurunkan angka kejadian burnout dapat dilakukan dengan mempertahankan dukungan dari atasan, dukungan rekan kerja dan dengan mempertahankan suasana kerja yang nyaman serta tetap memperhatikan kemampuan individu perawat puskesmas dan memberi ruang lebih bagi perawat untuk berpikir kreatif, menyampaikan pikiran positif.

The impact of the COVID-19 pandemic has been felt of the all people in the world, including the nursing profession. Nurses often face the high stressors in an effort to save patients, doing routinity, a workspace that feels crowded, the high frequency of patients, and have taking quick action to respond to patient needs. Professional nurses are also required to be able to provide best treatment to the clients. This complex condition can pose a risk of burnout. This study aim to analyze the factors that influenced the burnout of nurses in public health center during the COVID-19 pandemic in Pekanbaru City. This study used an analytical observational method with a cross-sectional design with a population of 245 nurses in nurses in public health center at Pekanbaru City and used cluster random sampling method and a total sampling to get 6 public health center with the 71 nurses. The data was analyzed with univariate, bivariate, and multivariate tests with multiple logistik regression. The results showed that demographic factors include age, gender, education level, marital status, and length of service and organizational effort factors have no effect on burnout. Meanwhile, individual effort factor and work environment affect burnout in nurses. Reducing the incidence of burnout can be solve by increasing organizational effort factor and can provide more space for nurses to think creatively and positive thoughts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>