Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143983 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Assifa Rizki
"Aborsi atau dalam istilah medis dikenal dengan istilah Abortus Provocatus merupakan suatu tindakan menghentikan kehamilan atau menggugurkan kandungan. Pengaturan mengenai aborsi di beberapa negara seringkali menjadi polemik, apakah merupakan suatu tindakan yang legal atau ilegal. Indonesia dan Australia merupakan dua negara yang berbeda dalam mengatur mengenai tindakan aborsi. Indonesia adalah salah satu negara yang menjadikan tindakan aborsi sebagai suatu kejahatan sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Namun, dalam beberapa peraturan telah memberikan batasan yang limitatif bagi tindakan aborsi yang legal yaitu terdapat adanya kedaruratan medis, korban perkosaan dan apabila janin terdiagnosa cacat lahir. Salah satu bentuk kedaruratan medis adalah jika terdapatnya suatu penyakit kongenital berpotensi aborsi yang dapat dideteksi saat janin masih di dalam kandungan. Sedangkan di Australia, aborsi dianggap sebagai suatu masalah kesehatan dan merupakan tindakan yang legal. Masing-masing negara bagian di Australia telah mengesahkan peraturan yang mendekriminalisasi aborsi. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif yang bersifat preskriptif dengan cara mengkaji literatur berkenaan dengan peraturan atas tindakan aborsi antara negara Indonesia dengan Australia terhadap janin dengan penyakit kongenital berpotensi aborsi. Simpulan penelitian ini yaitu pengaturan mengenai aborsi berkenaan dengan situasi medis janin dengan penyakit kongenital di Indonesia sudah cukup mengakomodir, akan tetapi dibutuhkan lagi peraturan khusus mengenai praktik aborsi dengan situasi ini apabila didapati kelalaian atau negligence dokter sehingga membuat pasien tidak memiliki kesempatan untuk memilih apakah melanjutkan kehamilan atau menghentikannya. Berbeda dengan Australia yang sudah sangat komperhensif dalam mengatur mengenai aborsi termasuk apabila terdapat kelalaian dokter sehingga dapat dimintakan pertanggungjawaban dalam bentuk konsep wrongful birth.
Abortion or in medical terms known as Abortus Provocatus is an act of terminating a pregnancy. Laws regarding abortion in some countries are often controversial, whether it is legal or illegal. Indonesia and Australia are two different countries in regulating abortion. Indonesia is one of the countries that makes abortion a crime, as regulated in the Criminal Code (KUHP). However, several regulations regarding abortion in Indonesia have provided limitations for legal abortion, namely in some circumstances such as medical emergencies, rape victims and if the fetus is diagnosed with abnormal birth (birth defects). One of the conditions for an abortion to be carried out due to an indication of a medical emergency is if there is a congenital disease with the potential for abortion which can be detected while the fetus is still in the womb of the pregnant woman. Abortion is considered as a health problem in Australia and is legal. Each state in Australia has passed regulations that decriminalize abortion. This research is a juridical-normative research and prescriptive in nature which is done by examining the literature regarding the regulations on abortion between Indonesia and Australia for fetus with congenital diseases that have the potential for abortion. The conclusions of this research are that the regulation regarding abortion in medical situation of fetus with congenital diseases with potential abortion in Indonesia is sufficient to accommodate, however, specific regulations regarding the practice of abortion in this situation are needed if the doctor's negligence or negligence is found so that the patient does not have the chance to choose whether to continue the pregnancy or terminate it. In Australia, regulation about abortion has been very comprehensive, including if there is a doctor's negligence, so that it can be held accountable in the form of the concept of wrongful birth."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Rita Sita
Netherlands: Ponsen & Looijen, 2004
617.7 SIT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Navy Laksmono
"Latar belakang: Society of Thoracic Surgeons – European Association of Cardiothoracic Surgeons (STS-EACTS) mortality score dan category merupakan sistem stratifikasi risiko terbaru yang dikembangkan sebagai prediktor mortalitas dan morbiditas pascaoperasi penyakit jantung bawaan (PJB). Namun belum pernah divalidasi di Indonesia.
Tujuan: Melakukan validasi eksternal STS-EACTS mortality score dan category pada populasi Indonesia.
Metode: Uji validasi dengan studi potong lintang, menggunakan data dari Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita bagian bedah jantung anak dan kongenital dari Januari 2015 – Desember 2019. Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan area under curve – receiving operator characteristic (AUC-ROC) menjadi luaran utama dalam menilai kemampuan prediksi mortalitas dan pemanjangan lama rawat pascoperasi (PLRP).
Hasil: Penelitian melibatkan 4139 subjek dengan tingkat mortalitas 5,4% (230 subjek). STS-EACTS score memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 65% dan 68% dalam memprediksi mortalitas, dengan 62% dan 71% dalam memprediksi PLRP. STS-EACTS category memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 63% dan 68% dalam memprediksi mortalitas, dengan 61% dan 75% dalam memprediksi PLRP. STS-EACTS category memperlihatkan kemampuan diskriminasi yang baik untuk mortalitas dan PLRP (AUC-ROC 0,704 dan 0,701). Sementara pada mortality score hanya memberikan hasil cukup untuk PLRP (AUC-ROC 0,704 dan 0,679).
Kesimpulan: STS-EACTS category merupakan prediktor yang baik dalam menilai luaran mortalitas dan PLRP pascaoperasi PJB.

Introduction: Society of Thoracic Surgeons – European Association of Cardiothoracic Surgeons (STS-EACTS) mortality score and category were the latest risk stratification for congenital heart disease (CHD) surgery, but it hasn't been validated in Indonesia.
Aim: Validate STS-EACTS score and category in Indonesian population.
Methods: Cross-sectional validation study was done using the dataset of Paediatric and Congenital Heart Surgery Department, National Cardiovascular Center Harapan Kita Indonesia, from January 2015 – December 2019. Sensitivity, specificity and area under curve – receiving operator characteristic (AUC-ROC) are used to assess its ability to predict mortality and PHLOS.
Results: This study enrolled 4139 subjects with 5.4% mortality rate. The STS-EACTS score have the sensitivity and specificity of 65% and 68% to predict mortality, with 62% and 71% to predict PHLOS. The STS-EACTS category have the sensitivity and specificity of 63% and 68% to predict mortality, with 61% and 75% to predict PHLOS. The STS-EACTS category shows good discrimination ability in predicting mortality and PHLOS (AUC-ROC 0.704 and 0.701), whereas the mortality score only gives sufficient results in predicting PHLOS (AUC-ROC 0.704 and 0.697).
Conclusions: The STS-EACTS category is a good predictor that can be used in Indonesian population to predict mortality and PHLOS following CHD surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book is a practical guide to the use of TEE (transoesophageal echocardiography) in the diagnosis of congenital heart disease (CHD). Beginning with an introduction to TEE for CHD, the following chapters describe procedures to be used for different cardiac conditions. 3D TEE allowing multi-dimensional perspectives is also covered."
New Delhi: Jaypee Brothers Medical, 2014
616.12 TRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Nugraha
"Peran NT-proBNP sebagai penanda biologis untuk mengetahui terjadinya sindrom curah jantung rendah pada pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan sianotik pascabedah jantung terbuka belumlah diketahui. NT-proBNP diharapkan dapat menjadi penanda sindrom curah jantung rendah sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian cross sectional ini melibatkan 40 pasien pediatrik dengan penyakit jantung bawaan sianotik yang menjalani pembedahan jantung terbuka di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, selama bulan Maret 2019-April 2019. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar NT-proBNP prabedah, 4 jam pascabedah, 24 jam pascabedah dan 72 jam pascabedah terhadap kejadian sindrom curah jantung rendah (p<0,001). Kadar NT-proBNP tertinggi pada 24 jam pasca bedah dengan perbedaan bermakna terhadap kadar NT-proBNP prabedah (p<0,001), 4 jam pascabedah dan 72 jam pascabedah (p<0,001). Diperoleh pula variabel lain yang berhubungan secara bermakna dengan NT-proBNP yaitu usia, berat badan, jenis penyakit jantung bawaan sianotik, lama aortic cross clamp, lama cardiopulmonary bypass, lama ventilasi mekanik dan lama rawat PICU. Dapat disimpulkan bahwa kadar NT-proBNP yang tinggi sebagai penanda kejadian sindrom curah jantung rendah.

The role of NT-proBNP as a biological marker to determined the occurrence of low cardiac output syndromes in pediatric patients with cyanotic congenital heart disease after open heart surgery was unknown. NT-proBNP was expected to be a marker of low cardiac output syndrome so that it can reduce morbidity and mortality. This cross-sectional study involved 40 pediatric patients with cyanotic congenital heart disease who underwent open heart surgery at National Cardiovascular Centre Harapan Kita, during March 2019-April 2019. There were significant differences between pre-operative levels of NT-proBNP, 4 hours postoperatively, 24 hours postoperatively and 72 hours postoperatively with the incidence of low cardiac output syndrome (p <0.001). The highest NT-proBNP level was 24 hours postoperatively with a significant difference in preoperative levels of NT-proBNP (p <0.001), 4 hours postoperatively and 72 hours postoperatively (p <0.001). Other variables that were significantly associated with NT-proBNP were age, body weight, type of cyanotic congenital heart disease, duration of aortic cross clamp, duration of cardiopulmonary bypass, duration of mechanical ventilation and length of stay of PICU. It can be concluded that high NT-proBNP level as a marker of low cardiac output syndrome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thiara Maharani Brunner
"Latar Belakang: Pasien anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik memiliki risiko perdarah pasca-operasi cardiopulmonary bypass (CPB) yang tinggi .Pada CPB, heparin digunakan sebagai antioagulan, dikembalikan dengan protamine sulfat dan diukur menggunakan activated clotting time (ACT). Heparin dapat menginduksi perdarahan dan protamine sulfat berlebih dapat berperan sebagai antikoagulan. Penelitian mengenai hubungan antara dosis awal heparin dan nilai ACT pasca pemberian protamine terhadap perdarahan pasca-operasi belum diteliti pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik di CMGH.
Tujuan: Untuk menilai korelasi antara dosis awal heparin dan nilai ACT pasca pemberian protamine terhadap perdarahan pasca-operasi pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik di CMGH.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian descriptive-analytical, dengan metode cross-sectional. Pasien berusia 0 hingga 17 tahun, memiliki penyakit jantung bawaan sianotik, dan menjalani operasi jantung terbuka elektif disertakan dalam penelitian ini. Sebanyak 100 rekam medis dari Januari 2016 hingga Maret 2018 di CMGH digunakan dalam penelitian ini. Analisis dilakukan dengan mencari korelasi antara dosis awal heparin dan nilai ACT pasca-pemberian protamine terhadap perdarahan pasca-operasi.
Hasil: Terdapat korelasi positif antara dosis awal heparin dengan perdarahan pasca-operasi (p=0,011). Korelasi antara ACT pasca pemberian protamine dengan perdarahan pasca-operasi adalah p=0,257. Perdarahan pasca-operasi yang dialami pasien adalah 15,3 mL/kgBB (3,0 – 105,6 mL/kgBB).
Konklusi: Penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara dosis awal heparin dan perdarahan pasca-operasi; dosis tinggi menghasilkan perdarahan yang lebih banyak pada pasien anak yang sianotik di CMGH. Selanjutnya, tidak ditemukan adanya korelasi antara nilai ACT pasca-protamine dan perdarahan pasca-operasi.

. Background: Pediatric cyanotic CHD patients have an increased risk of post-operative bleeding following cardiopulmonary bypass (CPB). In CPB, heparin is used as an anticoagulant, reversed by protamine sulphate and measured using activated clotting time (ACT). Heparin can induce bleeding and excess protamine sulphate can act as an anticoagulant. No studies of the same kind has been done to assess the relationship between the initial heparin dose and post-protamine ACT value to post-operative bleeding in pediatric cyanotic congenital heart disease cases in CMGH.
Aim: To assess the correlation between initial heparin dose and post-protamine ACT value to post-operative bleeding in pediatric cyanotic congenital heart disease patients in CMGH
Method: This is a descriptive-analytical study, utilizing cross-sectional method. Patients aged 0 to 17 years old with cyanotic congenital heart disease, undergoing elective open heart surgery were included. A total of 100 medical records from January 2016 to March 2018 in CMGH were used. The correlation between initial heparin dose and post-protamine ACT value to post-operative bleeding was analyzed.
Result: Initial heparin dose and post-operative bleeding showed a positive correlation (p=0.011). The correlation between post-protamine ACT value and post-operative bleeding is p=0.257. Post-operative bleeding experienced by the patients is 15.3 mL/kgBW (3.0 – 105.6 mL/kgBW).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik A. Rahman
"Latar belakang: Setiap tahunnya sekitar 13 78.000 dari kematian ibu terjadi akibat tindakan aborsi yang tidak aman. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN memprediksikan dari 2.5 juta kasus aborsi per tahun, 1.5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja. Masalah kesehatan reproduksi remaja dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan. Perilaku seksual yang cenderung permisif dan berani disertai keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi telah meningkatkan risiko aborsi. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menilai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap aborsi pada dewasa muda. Desain penelitian berupa deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Sampel yakni perempuan dewasa muda berusia 18-24 tahun, pemilihan sampel berdasarkan metode konsekutif sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel minimal pada penelitian ini adalah 41. Pengetahuan, sikap dan perilaku dinilai dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program stastistik dan disajikan dalam bentuk tabel univariat dan tabel tabulasi silang. Hasil: Pada penelitian ini, total responden adalah 55. Tingkat pengetahuan baik didapatkan pada 28 50.9 responden dan pengetahuan sedang pada 27 49.1 responden. Sikap sedang pada 29 52.7 responden, sikap baik pada 20 36.4 responden dan sikap kurang pada 6 10.9 responden. Perilaku baik didapatkan pada 30 54.5 responden dan perilaku sedang pada 25 45.5 responden. Kesimpulan: Responden pada penelitian ini dominan memiliki tingkat pengetahuan baik, sikap sedang dan perilaku baik terhadap aborsi.

Background Approximately 13 78,000 of maternal deaths every year caused by unsafe abortion. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN predicts 2.5 million abortions per year, 1.5 million of them committed by teenagers. Adolescent reproductive health problems is more alarming year by year. Sexual behavior tends to be permissive and bold with limited knowledge of reproductive health has increased the risk of abortion. Methods The aims of this study was to assess the knowledge, attitudes and practice regarding abortion in young adults. This is a descriptive cross sectional study. Samples were young female aged 18 24 years that taken by consecutive methods and selected by inclusion and exclusion criteria. The minimum sample in this study was 41. The knowledge, attitudes and practice was assessed using questionnaires. The results were analyzed using statistical program and presented in tables and cross tabulation table.Results In this study, a total sample was 55. Twenty eight 50.9 of respondents had a good knowledge and 27 49.1 of respondents had a moderate knowledge. Twenty nine 52.7 of respondents had a moderate attitude, 20 36.4 of respondents had a good attitude and 6 10.9 respondents lack of attitude. Thirty 54.5 of respondents had a good practice and 25 45.5 respondent had a moderate practice. Conclusions Dominantly, respondents in this study had a good level of knowledge and moderate attitude toward abortion. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertati
"Dengan analisis deskriptif, studi ini ingin mencoba melihat bagaimana perilaku aborsi di kalangan perempuan menikah. Berdasarkan hasil pengolahan data sekunder dari SDKI 1997 diperoleh gambaran bahwa ternyata aborsi induksi lebih banyak dilakukan oleh perempuan menikah yang tinggal di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Tingkat pendidikan dari perempuan menikah yang melakukan aborsi induksi juga relatif tinggi, yaitu dengan tingkat pendidikan lanjutan ke atas. Temuan lain yang menarik adalah bahwa ternyata para perempuan menikah dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi lebih banyak yang melakukan aborsi sendiri, misalnya dengan minum jamu, atau lainnya.
Untuk data kualitatif yang digali dari hasil wawancara mendalam dengan 6 perempuan menikah yang melakukan aborsi, yang ditarik dengan cara purposive, memperlihatkan bahwa ke 6 informan tersebut banyak yang mempergunakan metode aborsi tradisional. Meminta pertolongan dokter merupakan langkah terakhir mereka, terutama setelah mereka mengalami masalah kesehatan akibat tindakan aborsi yang mereka lakukan, misalnya pendarahan yang terus menerus, infeksi dan lain-lain. Alasan para informan juga bermacam-macam, mulai dari masalah kesulitan ekonomi, jumlah anak yang banyak, sampai masalah karir hingga trauma pada kelahiran anak sebelumnya. Selain itu, para informan mengakui bahwa tindakan aborsi induksi yang mereka lakukan terus membuat merasa menyesal dan berdosa bahkan mengganggu kehidupan sosial mereka, baik dengan suami, teman maupun tetangga.
Temuan studi ini menarik, terutama bagi pembaca yang tertarik mengamati masalah kesehatan reproduksi perempuan. Bahkan dengan mengamati karakteristik perempuan menikah yang melakukan aborsi dapat diperoleh gambaran tentang kelompok perempuan menikah yang mana dari karakteristik tertentu (baik karakteristik sosial, demografi, ekonomi dan budaya) yang memiliki persentase melakukan aborsi lebih tinggi. Dengan kata lain, pola dan perbedaannya dapat diamati.
Walaupun studi ini tidak cukup dapat digeneralisasi untuk perempuan menikah di Indonesia, karena keterbatasan data yang tersedia dalam SDKI 1997, tetapi temuan studi ini sedikit banyak dapat memberikan masukan bagi kita semua, terutama para pembuat kebijakan, untuk lebih memperhatikan kebutuhan para perempuan, khususnya perempuan menikah, dalam hal menangani masalah kehamilan yang tidak diinginkan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T10991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Abortus secara formal di Indonesia dianggap sebagai perbuatan yang secara moralitas formal dianggap sebagai perbuatan jahat dan dikategorikan seabagai pembunuhan. Oleh karena itu dalam undang-undang pidana tindakan aborsi tersebut dimasukkan dalam kelompok tindakan kejahatan pembunuhan atau penghilangan nyawa manusia/orang lain...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Miranda Marsaulina
"Tesis ini membahas konflik antara kelompok liberal dan kelompok konservatif mengenai isu kebebasan aborsi. Tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini adalah memahami suatu proses perjuangan untuk meningkatkan kualitas demokrasi melalui perluasan kebebasan individual dan persamaan hak.
Tesis ini memanfaatkan model konflik Dahrendorf, teori demokrasi dan teori konservatisme dalam membangun kerangka teori untuk menganalisa kepentingankepentingan yang mendorong konflik berkelanjutan antara kelompok liberal dan konservatif mengenai isu kebebasan aborsi.
Tesis ini menggunakan Pendekatan Kualitatif sebagai metodologi penelitiannya sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan.
Hasil penelitian tesis ini adalah bahwa kompleksitas aspek-aspek dalam masyarakat majemuk Amerika Serikat, yang membentuk perbedaan paradigma mendasar dalam menafsirkan hak hidup prenatal, menggerakkan konflik antara kelompok liberal dan konservatif mengenai isu kebebasan aborsi berkesinambungan.

This thesis discusses the continuating conflict for abortion liberalization over liberals and conservatives. The aim of this thesis is to comprehend a process of struggle in improving democratic quality through the realization of individual liberties expansion and equality of rights.
This thesis takes the patterning of conflict model from Dahrendorf, the theories of democracy and conservatism in constructing-the theoretical framework for analyzing the interests, which generate the continuation of abortion liberalization conflict over liberals and conservatives.
This thesis uses a qualitative approach and a library research as its methodology as well as method.
The result of this thesis is that the complex aspects of American plural society producing deeply distinctive views of fetus rights interpretation have stimulated the continuation of abortion liberalization conflict.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>