Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyna Fransisca
"Subbidang Pengelolaan Program TIK merupakan PMO Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) yang bertugas menyusun strategi TIK, roadmap dan blueprint TIK, serta mengelola 5 jenis proyek di Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Proyek tersebut dikelola dengan pendekatan tradisional berdasarkan work breakdown structure (WBS) dengan mengutamakan dokumentasi sebagai bukti dukung capaian kinerja proyek meskipun dikembangkan dengan pendekatan berbasis agile. Adanya gap pengembangan dan pengelolaan proyek tersebut membuat capaian kinerja proyek yang dilaporkan belum sesuai dengan working progress yang dihasilkan setiap bulannya sehingga perlu dilakukan peningkatan PMO menjadi agile PMO dengan tujuan mendukung implementasi strategi TIK Kemenkeu yang fokus pada agile dan restrukturisasi organisasi Pusintek, dalam hal ini transformasi PMO. Transformasi PMO menjadi agile PMO dilakukan dengan cara meningkatkan kematangan fungsi atau layanan PMO pada kategori strategis dan operasional dengan menggunakan PMO Maturity Cube. PMO Maturity Cube tersebut dipilih karena menggunakan pendekatan pengukuran pada kategori strategis, taktis dan operasional dengan ruang lingkup yang dapat disesuaikan dengan ruang lingkup PMO Pusintek yaitu departemental atau organisasi. Hasil pengukuran tingkat kematangan tersebut menyatakan bahwa PMO telah berada pada tingkat intermediate untuk kategori strategis dan operasional, sedangkan untuk kategori taktis berada pada tingkat basic. Peningkatan pada kategori strategis dan operasional dilakukan dengan cara meningkatkan layanan PMO sebagai penyedia saran kepada manajemen, fasilitator pihak proyek, penyedia layanan training, menghubungkan antar proyek, terutama proyek pengadaan, menyesuaikan perhitungan kinerja proyek dengan konsep average, dan melaporkan progres proyek secara formal dengan nota dinas dan informal dengan tools pengelolaan proyek. Pada kategori taktis dilakukan peningkatan standard tools dan metodologi pengelolaan proyek, serta dukungan PMO dalam memberikan usulan anggota tim proyek dan menjaga anggaran proyek dengan cara berperan sebagai penentu keputusan prioritasi proyek dan modul proyek serta masukan deliverable proyek. Peningkatan yang didapat dari hasil pengukuran tingkat kematangan PMO tersebut, dikelompokkan ulang menjadi peningkatan aturan, fungsi atau layanan dan cara kerja PMO serta dilakukan prioritasi implementasi berdasarkan fungsi atau layanan utama agile PMO, terutama untuk kategori strategis dan operasional. Hasil pengelompokan dan prioritasi tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan rekomendasi strategi peningkatan PMO menjadi agile PMO dengan menggunakan enam tahapan scalable agile transformation process (SATP). Hasil peningkatan berupa aturan berada pada tahapan pembangunan sarana pendukung agile, sedangkan fungsi atau layanan dan cara kerja PMO berada pada tahapan perubahan organisasi. Enam tahapan SATP tersebut adalah tahap penentuan coach agile PMO yaitu Kepala Subbidang Pengelolaan Program TIK, tahap perubahan organisasi yang terdiri dari penyesuaian fungsi atau layanan, metodologi, tools, cara kerja serta tugas dan tanggung jawab pihak proyek, tahap penyiapan dedicated team berupa penunjukan dua orang pegawai PMO yang khusus mengelola proyek berbasis agile, tahap rebranding project dengan piloting project yang dikembangkan dan dikelola berbasis agile adalah proyek pengembangan aplikasi IKU dan non IKU, tahap sarana pendukung agile dilakukan dengan penambahan aturan, implementasi knowledge management, pemetaan kompetensi pihak proyek, dan dukungan PMO terhadap sumber daya proyek, dalam hal ini memberikan usulan tim proyek dan menjaga anggaran proyek dengan cara berperan sebagai pengambil keputusan prioritasi proyek dan modul proyek serta masukan deliverable proyek, tahap terakhir yaitu implementasi agile, dalam hal ini hybrid agile.

The ICT Program Management sub-division is the PMO of the Center for Information Systems and Financial Technology (Pusintek) in charge of developing ICT strategies, roadmaps, and blueprints and managing five types of projects at the Ministry of Finance (MoF). The project is managed using a traditional approach based on a work breakdown structure (WBS) with documentation supporting project performance achievements even though it was developed with an agile-based approach. The gap in project development and management makes the project performance achievements reported not following the working progress produced every month, so it is necessary to upgrade PMO to agile PMO to support the implementation of the MoF's ICT strategy that focuses on the agile, and Pusintek restructuring, in this case, PMO transformation. PMO transformation into agile PMO is done by increasing the maturity of PMO functions or services in the strategic and operational categories using the PMO Maturity Cube. The PMO Maturity Cube was chosen because it uses an approach in the strategic, tactical, and operational categories with a scope adjusted to the PMO Pusintek's scope, namely departmental or organizational. The assessment results show that the PMO is at the intermediate level for the strategic and operational categories and the basic level for the tactical category. In the strategic and operational categories, PMO services were improved as a management advisor, project facilitators, training service provider, linking between projects, especially procurement projects, adjusting project performance with the average concept, and reporting project progress formally with nota dinas and informally with project management tools. In the tactical category, PMO provided standard tools and project management methodology, project team members list, project and modules priority, and deliverable input decisions maker. The improvements are regrouped and prioritized into improving the rules, functions or services, and the PMO's workings, especially for the strategic and operational categories. The results of the grouping and prioritization are used as the basis for agile PMO recommendation strategies using six stages of the scalable agile transformation process (SATP). The results of the improvement in rules are at the stage of developing agile support facilities, while the functions or services and workings of the PMO are at the stage of organizational change. The six stages of the SATP: the stage of determining the agile PMO coach, namely the Head PMO Pusintek, the stage of organizational change with adjusting functions or services, methodologies, tools, working methods, and responsibilities of the project party, the stage of preparing a dedicated team with appointing two PMO employees who specifically manage agile-based projects, the rebranding project stage with piloting projects that are developed and managed on the agile-based basis are the IKU and non-IKU application development projects, the agile support facility stage with adding rules, implementing knowledge management, mapping the competence of the project party, and supporting PMO on project resources, in this case providing project team list and maintaining project budgets by acting as a project and modules priority, and deliverable input decisions maker. The last stage is agile implementation, in this case, hybrid agile."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Raharjo
"Berdasarkan penelitian lembaga survey yang ada, tingkat keberhasilan implementasi proyek teknologi informasi masih tergolong rendah yaitu di bawah nilai 50 . Salah satu faktor penyebab kegagalan proyek teknologi informasi tersebut adalah karena faktor lemahnya penerapan standard dan metodologi manajemen proyek. Pada area ini, Project Management Office PMO sangat berperan di dalam mendukung keberhasilan proyek. Kenyataannya penerapan PMO sendiri masih banyak mengalami kegagalan. Beberapa lembaga riset terkemuka menyatakan bahwa kegagalan PMO masih tinggi disebabkan karena kurangnya dukungan eksekutif, gagalnya PMO memberikan nilai tambah bagi organisasi, persepsi PMO hanya sebagai overhead cost, dan masalah harapan mengenai PMO yang tidak realistis. Di Indonesia sendiri belum ada lembaga riset yang meneliti mengenai kegagalan penerapan PMO pada proyek teknologi informasi. Survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis melalui jajak pendapat dengan para pakar manajemen proyek di organisasi Project Management Institute PMI Indonesia didapat kesimpulan yang sejalan bahwa masih ditemukan kegagalan penerapan PMO yang cukup tinggi di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi PMO di bidang proyek teknologi informasi di Indonesia untuk memecahkan masalah di atas. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan melakukan studi literatur dan jajak pendapat pakar untuk mencari faktor-faktor penyebab keberhasilan PMO. Faktor-faktor tersebut perlu dibuat prioritas, sehingga diperlukan suatu urutan dari yang paling tinggi. Untuk membuat prioritas tersebut digunakan metode kuantitatif dengan melakukan analisis olah data dengan Analytic Hierarchy Process AHP .Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan proyek menempati urutan pertama, sedangkan faktor dukungan top level management memberikan kontribusi terbesar pada keberhasilan PMO. Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan PMO adalah sumber daya PMO yang memiliki kompetensi tinggi, kualitas kepemimpinan PMO dan standard process yang harus dimiliki.Kata kunci: Teknologi Informasi, Manajemen Proyek, Manajemen Proyek Teknologi Informasi, Project Management Office PMO , Faktor-faktor Keberhasilan PMO, Analytic Hierarchy Process AHP.

Based on existing research institute survey, the success rate of project implementation of information technology is still relatively low, well below the 50 . One of the factors causing the failure of information technology projects that are due to weak implementation of project management standards and methodologies. In this area, the Project Management Office PMO was instrumental in supporting the success of the project. In fact the implementation of PMO itself still many failures. Some of the leading research institutes stated that the failure of the PMO is still high due to lack of executive support, failure of the PMO provide added value to the organization, perceptions of PMO just as overhead cost, and problems regarding PMO expectations unrealistic. In Indonesia there has been no research institution that examines the failure of the implementation of PMO on information technology projects. Preliminary survey conducted by the authors through the poll with experts in organizational project management Project Management Institute PMI Indonesia obtained the conclusion that line that still found in PMO implementation failure is quite high in Indonesia.This research aims to find the factors that influence the success of the implementation of PMO in the field of information technology projects in Indonesia to solve the above problem. Research conducted qualitatively by studying literature and expert opinion poll to find the causative factors of success PMO. These factors need to be made a priority, so we need an order from the highest. To make it a priority to use quantitative methods to perform the analysis of the data with the Analytic Hierarchy Process AHP. Consideration of the use of AHP as a tool if the data in this study because the AHP has been frequently used in the area of project management and in accordance with the problems encountered.The results showed that the project success criteria have the highest priority, while the top level management support factor contributing to the success of the PMO's largest. Other factors to consider for a successful PMO are a PMO rsquo s resource that has a high competence, leadership qualities and standards process that should be owned.Keywords Information Technology, Project Management, Information Technology Project Management, Project Management Office PMO , Success Factor for PMO, Analytic Hierarchy Process AHP "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Rizki Yana
"Hasil observasi dan survei penilaian tingkat kematangan implementasi manajemen proyek agile menggunakan kerangka kerja scrum di VCTD menunjukkan bahwa VCTD telah mencapai tingkat kematangan level 3. Proses implementasi scrum yang ada di VCTD dapat ditingkatkan lagi agar bisa mencapai level 4 dengan cara melengkapi variabel-variabel yang belum terpenuhi. Masalah utama yang terdapat di VCTD adalah belum tercapainya target rilis pada produk Non-GDS dikarenakan belum idealnya beberapa variabel saat implementasi scrum pada divisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kematangan implementasi scrum di VCTD saat ini dan mengetahui berapa level kematangan yang telah didapatkan, setelah itu, diberikan rekomendasi untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi untuk menentukan variabel penilaian dengan cara mengumpulkan data dari artefak-artefak scrum, dokumentasi perusahaan serta tools yang dipakai dalam manajemen proyek agile saat menerapkan kerangka kerja scrum. Setelah tahap pertama selesai, kemudian dilakukan survey kepada seluruh tribe pada produk Non-GDS di VCTD untuk mendapatkan nilai kematangan di VCTD saat ini.

The results of observations and surveys on the assessment of the maturity level of the implementation of agile project management using the scrum framework in VCTD show that VCTD has reached a maturity level of level 3. The scrum implementation process in VCTD can be improved again so that it can reach level 4 by completing the missing variables fulfilled. The main problem with VCTD is that the release target for Non-GDS products has not been achieved because some variables were not ideal when implementing Scrum in the division. This study aims to assess the maturity level of the current scrum implementation in VCTD and to find out how many maturity levels have been obtained, after which, recommendations are given to reach a higher maturity level. This research was conducted by means of interviews and observations to determine the assessment variables by collecting data from Scrum artifacts, company documentation and tools used in agile project management when implementing the Scrum framework. After the first phase was completed, a survey of all the tribes in the Non-GDS product in VCTD was conducted to obtain the maturity value in the current VCTD."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fauziyah
"Perkembangan implementasi teknologi informasi dan komunikasi TIK di bidang kepemerintahan saat ini semakin meningkat pesat baik untuk peningkatan kinerja internal organisasi maupun untuk peningkatan kualitas layanan publik Kementerian Keuangan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melakukan banyak perbaikan dalam penerapan TIK untuk mendukung pencapaian pengelolaan keuangan yang kredibel dan akuntabel Untuk mendukung hal tersebut Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek yang merupakan unit TIK pusat di lingkungan Kementerian Keuangan melakukan banyak proyek TIK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis tingkat kematangan pelaksanaan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan Model kematangan yang digunakan adalah Project Management Maturity Model PMMM yang disesuaikan dengan Project Management Body of Knowledge PMBoK Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan adalah tingkat 2 Hal ini menunjukkan bahwa Pusintek telah memiliki kebijakan dan standar dalam pelaksanaan manajemen proyek Namun berdasarkan pemeriksaan dan observasi dokumen yang dilakukan penelitian ini pelaksanaan manajemen proyek belum sepenuhnya mengacu pada kebijakan tersebut Menurut PMMM tingkat 2 menunjukkan belum adanya konsistensi dalam pemahaman dan pelaksanaan manajemen proyek Penelitian ini juga memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh Pusintek Kementerian Keuangan untuk dapat mencapai kematangan tingkat 3 Rekomendasi mencakup beberapa aspek yaitu aspek kebijakan yang terdiri dari melakukan sosialisasi kebijakan dan menyusun beberapa prosedur yang dibutuhkan aspek sumber daya manusia yang terdiri dari memberikan pelatihan manajemen proyek evaluasi manajemen proyek dan manajemen program serta melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja tim proyek serta aspek teknologi yang terdiri dari pemanfaatan tools atau sistem manajemen proyek.

The implementation of information and communication technology ICT in government today is growing rapidly both to improve the internal performance of the organization and to improve the quality of public services The Ministry of Finance is one of the government agencies that make a lot of improvements in the implementation of ICT to encourage the achievement of credible and accountable financial management To support this Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek which is the IT department of the Ministry of Finance did a lot of ICT projectsThis study was conducted to evaluate and analyze the maturity level of project management implementation in Pusintek Ministry of Finance Maturity model used is Project Management Maturity Model PMMM which is adapted to the Project Management Body of Knowledge PMBOK The result of this study indicates that the project management maturity level in Pusintek Ministry of Finance is level 2 It means that Pusintek already have policies and standards in the implementation of project management However based on the evaluation and documents observation conducted by this study the implementation of project management have not been fully based on the policies According to PMMM level 2 shows the lack of consistency in the understanding and implementation of project management This study also provides some recommendations that can be done by Pusintek to achieve the maturity level 3 The recommendations are grouped into three aspects policy by disseminating the policy and developing the necessary procedures human resource by providing project management project management evaluation and management program training and evaluating and measuring the performance of the project team and technology by more using the project management tools and systems Keywords Project Management Maturity Level PMMM PMBOK."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fauziyah
"Perkembangan implementasi teknologi informasi dan komunikasi TIK di bidang kepemerintahan saat ini semakin meningkat pesat baik untuk peningkatan kinerja internal organisasi maupun untuk peningkatan kualitas layanan publik Kementerian Keuangan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melakukan banyak perbaikan dalam penerapan TIK untuk mendukung pencapaian pengelolaan keuangan yang kredibel dan akuntabel Untuk mendukung hal tersebut Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek yang merupakan unit TIK pusat di lingkungan Kementerian Keuangan melakukan banyak proyek TIK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis tingkat kematangan pelaksanaan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan Model kematangan yang digunakan adalah Project Management Maturity Model PMMM yang disesuaikan dengan Project Management Body of Knowledge PMBoK Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan adalah tingkat 2 Hal ini menunjukkan bahwa Pusintek telah memiliki kebijakan dan standar dalam pelaksanaan manajemen proyek Namun berdasarkan pemeriksaan dan observasi dokumen yang dilakukan penelitian ini pelaksanaan manajemen proyek belum sepenuhnya mengacu pada kebijakan tersebut Menurut PMMM tingkat 2 menunjukkan belum adanya konsistensi dalam pemahaman dan pelaksanaan manajemen proyek Penelitian ini juga memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh Pusintek Kementerian Keuangan untuk dapat mencapai kematangan tingkat 3 Rekomendasi mencakup beberapa aspek yaitu aspek kebijakan yang terdiri dari melakukan sosialisasi kebijakan dan menyusun beberapa prosedur yang dibutuhkan aspek sumber daya manusia yang terdiri dari memberikan pelatihan manajemen proyek evaluasi manajemen proyek dan manajemen program serta melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja tim proyek serta aspek teknologi yang terdiri dari pemanfaatan tools atau sistem manajemen proyek.

The implementation of information and communication technology ICT in government today is growing rapidly both to improve the internal performance of the organization and to improve the quality of public services The Ministry of Finance is one of the government agencies that make a lot of improvements in the implementation of ICT to encourage the achievement of credible and accountable financial management To support this Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek which is the IT department of the Ministry of Finance did a lot of ICT projectsThis study was conducted to evaluate and analyze the maturity level of project management implementation in Pusintek Ministry of Finance Maturity model used is Project Management Maturity Model PMMM which is adapted to the Project Management Body of Knowledge PMBOK The result of this study indicates that the project management maturity level in Pusintek Ministry of Finance is level 2 It means that Pusintek already have policies and standards in the implementation of project management However based on the evaluation and documents observation conducted by this study the implementation of project management have not been fully based on the policies According to PMMM level 2 shows the lack of consistency in the understanding and implementation of project management This study also provides some recommendations that can be done by Pusintek to achieve the maturity level 3 The recommendations are grouped into three aspects policy by disseminating the policy and developing the necessary procedures human resource by providing project management project management evaluation and management program training and evaluating and measuring the performance of the project team and technology by more using the project management tools and systems."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Farid Rusdi
"Dalam rangka menghadapi tantangan ancaman keamanan informasi yang terus meningkat, Pusintek selaku pengelola Pusat Data Kementerian Keuangan melakukan pengelolaan keamanan informasi untuk melindungi aset informasi dari berbagai serangan keamanan informasi. Pusintek dituntut untuk secara berkelanjutan meningkatkan keamanan informasi yang diterapkan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan informasi adalah dengan melakukan pengukuran keamanan informasi menggunakan kerangka kerja keamanan informasi, sehingga diperoleh gambaran keamanan informasi yang menyeluruh. Selain itu, dengan adanya beberapa insiden keamanan informasi yang terjadi menunjukkan perlunya ruang perbaikan dalam pengelolaan keamanan informasi pada kondisi saat ini. Oleh karena itu, perlu disusun strategi peningkatan keamanan informasi yang didasarkan atas pengukuran keamanan informasi tersebut. Kegiatan pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan kerangka kerja cybersecurity maturity capability model (C2M2) yang ditambah dengan dua domain center for internet security (CIS). Hasil pengukuran keamanan informasi menunjukkan terdapat permasalahan berupa aktivitas - aktivitas keamanan informasi yang tidak dilakukan atau dilakukan tetapi belum lengkap. Dari dua belas domain yang diukur, tiga domain berada pada maturity indicator level (MIL) 3 dan sembilan domain masih memiliki kesenjangan level MIL. Hasil pengukuran keamanan informasi dianalisis lebih lanjut sehingga dapat disusun strategi peningkatan keamanan informasi yang dapat diterapkan di Pusintek.

To address the challenges posed by the increasing threats to information security, Pusintek, as the manager of the Ministry of Finance Data Center, undertakes information security management to safeguard information assets from various security attacks. Pusintek is is required to continuously improve the information security that is implemented. One of the steps that can be taken to improve information security is to measure information security using an information security framework, to obtain a comprehensive picture of information security. In addition, the existence of several information security incidents that occurred shows the need for room for improvement in information security management in the current condition. Therefore, it is necessary to develop an information security improvement strategy based on the information security measurement. Measurement activities in this study were carried out with the cybersecurity maturity capability model (C2M2) and two domain from the center for internet security (CIS). The results of information security measurements show that there are problems in the form of information security activities that are not carried out or carried out but are incomplete. Of the twelve domains measured, three domains are at maturity indicator level (MIL) 3 and nine domains still have MIL level gaps. The results of information security measurements are further analyzed so that an improvement strategy can be developed."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Wardana Tabrani
"Kebutuhan akan energy listrik di Indonesia semakin tinggi seiring berkembangnya pembangunan peningkatan pembangunan baik di bidang industri, teknologi dan informasi. Pembangunan yang dilakukan dalam jumlah besar membutuhkan Project Management Office PMO untuk meminimalkan kegagalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran PMO terhadap pengelolaan proyek ketenagalistrikan dengan menggunakan metode Partial Least Square PLS dimana data akan diperoleh melalui hasil survey dan wawancara kepada pakar dan responden. Hasil yang didapat akan menjadi masukan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan ketenagalistrikan.

The need for electric energy in Indonesia is getting higher as the development of the construction of an increase both in the construction industry, and information technology. Large scale development requires project management office PMO to minimize failures project management office PMO to minimize failures.
This study aims to determine the role of the PMO on the performance of electrification projects using the Partial Least Square methode where the data will be obtained through surveys and interviews to experts and respondents. The results will be input for companies which engaged in the field of electricity development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T47503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Andiane Sari
"Sektor konstruksi Indonesia merupakan salah satu pilar penting penopang perekonomian Indonesia. Namun ada masalah yang terjadi pada proyek-proyek konstruksi, yaitu kinerja proyek tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengelolaan SDM merupakan hal yang penting dalam mendukung kesuksesan kinerja suatu proyek. Dibuat suatu hipotesa bahwa peran PMO dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan SDM yang dapat meningkatkan kinerja proyek. Kuesioner dilakukan kepada para manajer proyek di perusahaan jasa konstruksi di Indonesia, kemudian dianalisa dengan SmartPLS dilihat hubungan antara masing-masing variabel. Hasilnya adalah faktor-faktor dominan dalam pengelolaan SDM yang mempengaruhi kinerja proyek, tetapi sebaliknya penerapan fungsi PMO tidak nunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja proyek.

Indonesian construction sector is one of four main business sectors are growing rapidly in Indonesia. But, there is a phenomena where the project performance of construction projects isn`t satisfied. HRM is one of the important thing to support and impact to the project performance. Hypothesis was developed about PMO role to improve the HRM effectiveness to support project performance. Questioner was distributed to the Project Managers in construction companies then was analyzed using smartPLS to see the relationship among variables. The result shows the dominant factors in HRM which affect project performance significantly but the implementation of PMO role hasn`t a significant influence in project performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T52863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tiara Ayu
"Tingkat kesuksesan proyek suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh bagaimana suatu organisasi mengelola proyek. Salah satu faktor yang memengaruhi kesuksesan proyek adalah tingkat kematangan manajemen proyek. Terdapat korelasi antara tingkat kematangan manajemen proyek dan kesuksesan proyek. Ada beberapa proses kematangan yang dapat memengaruhi kesuksesan proyek. Pada penelitian ini penulis melakukan perhitungan dan analisis tingkat kematangan manajemen proyek berdasarkan teori project management maturity model (PMMM). Penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk mencapai tingkat kematangan yang diharapkan dan sesuai dengan faktor kesuksesan proyek. Penelitian dilakukan di Bank XYZ dan terbatas hanya pada unit kerja ITPM (Information Technology Project Management). Penelitian ini menggunakan focus group discussion, wawancara, kuesioner dan observasi dokumen. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Proses kematangan manajemen proyek di Bank XYZ berada pada tingkat-1. Hal ini dikarenakan ada beberapa proses yang belum terlaksana sesuai dengan best practice.

The success rate of an organization can be influenced by how an organization manages projects. One of the factors that influence project success is the level of project management readiness. There is a correlation between project management maturity level and project success. Several maturity processes can affect project success. In this study, the authors calculated and analyzed the project maturity level based on the theory of the project management maturity model (PMMM). This study also provides recommendations for achieving the expected maturity level and in accordance with the project's success factors. The research was conducted at Bank XYZ and was limited to the ITPM (Information Technology Project Management) work unit. This study uses focus group discussions, interviews, questionnaires, and document observations. From the research results, the result of the project management process at XYZ Bank is level 1. This is because several processes have not been implemented in accordance with best practice."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlillah Akmal Yusron
"Project Management Office (PMO) mempunyai peran yang berbeda-beda akan tetapi jika ditarik kesimpulan keberadaan PMO ini akan dibutuhkan oleh proyek. Faktor yang berkontribusi terhadap kinerja proyek diantaranya adalah dukungan dari PMO. PMO pada PT. XYZ mulai di implementasikan mulai tahun 2019. Pada tahun 2019 sampai dengan 2022 mengerjakan 3 royek penugasan dari pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya terdapat masalah dimana 2 dari tiga proyek tersebut menglami keterlambatan penyelesaian dan 1 proyek lainnya mengalami penundaan pembayaran, dimana risiko-risiko pada proyek belum secara maksimal dilakukan pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi peran project Management office (PMO) yang dimiliki oleh PT. XYZ, melakukan identifikasi risiko pada pengelolaan PMO dan identifikasi peran PMO yang paling berpengaruh terhadap kinerja proyek berbasis risiko pada PT. XYZ. metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode survey kepada beberapa responden dimana kuisioner sebelumnya di validasi oleh pakar serta dilakukan pilot survey dan hasil kuisioner akan dianalisa menggunakan analisa RII. Pada perannya PMO harus dapat melakukan pembuatan prosedur kontrol terhadap finansial proyek, memiliki knowledge management yang sistematis dalam pembangunan proyek, melakukan pengembangan karir professional untuk manajer proyek dan staff proyek, serta memiliki wewenang berdasarkan divisi atau perorangan dalam emmonitor proyek yang ada didalam domainnya. Dalam peran, tugas dan tanggung jawabnya PMO harus dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko yang berpengaruh terhadap kinerja proyek serta memiliki kemungkinan terjadi tinggi antara lain perubahan desain pada saat berlangsungnya proyek, keterlambatan pembayaran, kesalahan perhitungan durasi pekerjaan, kerusakan pada perangkat atau peralatan yang digunakan, kekurangan tenaga kerja, kesulitan akses kepada pengambil keputusan dan proses pengadaan terkendala dana. Dan level PMO yang sejajar atau dibawah Direktur Utama dapat menjadikan peran PMO lebih efektif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk menghindari resistensi dengan tim proyek serta dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja proyek

The Project Management Office (PMO) has different roles, but if it is concluded that the existence of this PMO will be needed by the project. Factors contributing to project performance include support from the PMO. PMO at PT. XYZ will begin to be implemented starting in 2019. From 2019 to 2022 work on 3 project assignments from the local government. In practice, there were problems where 2 of the three projects experienced delays in completion and 1 other project experienced payment delays, where the risks to the project have not been optimally managed. This study aims to identify the role of the project management office (PMO) owned by PT. XYZ, identify risks in PMO management and identify the role of PMO that has the most influence on risk-based project performance at PT. XYZ. The research method used in this study is a survey method for several respondents where the previous questionnaire was validated by experts and a pilot survey was carried out and the results of the questionnaire will be analyzed using the RII method. In its role, the PMO must be able to create control procedures for project finances, have systematic knowledge management in project development, carry out professional career development for project managers and project staff, and have authority based on divisions or individuals in monitoring projects within its domain. In its role, duties and responsibilities, the PMO must be able to manage risks that affect project performance and have a high probability of occurring, including design changes during the project, late payments, errors in calculating work duration, damage to devices or equipment used, shortages. workforce, difficulties in access to decision makers and the procurement process is constrained by funds. And a PMO level that is equal to or below the President Director can make the PMO's role more effective in carrying out its duties and responsibilities to avoid resistance with the project team and can have a significant influence on project performance."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>