Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122072 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhealma Nuhasti Avicena Fabian
"Mengoleksi merupakan salah satu budaya penggemar K-Pop. Photo card selama dua tahun terakhir menjadi komoditas koleksi yang paling banyak diminati di dalam fandom K-Pop. Bersamaan dengan tingginya minat koleksi photo card, muncul perubahan perilaku penggemar yang menjadi obsesif dan protektif terhadap photo card. Penelitian ini ditujukan untuk melihat perubahan perilaku konsumsi dan pemaknaan oleh penggemar terhadap photo card serta budaya penggemar mengoleksi photo card. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis keterlibatan emosional pada perubahan perilaku penggemar. Data yang diperoleh menjelaskan mengenai bagaimana perilaku penggemar dalam menjalankan dan memaknai aktivitas budaya penggemar koleksi photo card. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mencakup wawancara mendalam secara daring dan kajian pustaka. Informan yang terlibat merupakan penggemar K-Pop yang turut berpartisipasi menjadi kolektor photo card selama dua tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumsi yang dilakukan penggemar K-Pop dalam budaya penggemar koleksi photo card, dilakukan atas hubungan emosional, seperti hubungan parasosial, yang terbentuk pada penggemar terhadap idola dan sesama penggemar. Keterlibatan emosional dan perilaku konsumsi juga menjadi sesuatu yang saling berhubungan dan berpengaruh dalam pembentukan pola perilaku dan pemaknaan baru oleh penggemar terhadap photo card.

One aspect of K-Pop fan culture is collecting. Photo cards for the last two years have become the most sought-after collections in the K-Pop fandom. Along with becoming a collection of interests, comes a shift in obsessive fan behavior and protective photo cards. This study is aimed at looking at changes in consumption behavior and meaning among photo card fans and the culture of collecting photo cards. This research was conducted by analyzing the emotional interactions of changes in fan behavior. The data obtained explains the behavior of fans in carrying out and interpreting the cultural activities of photo card collections. This study uses a qualitative method, which includes in-depth interviews and literature reviews. Informants involved are K-Pop fans who participated as photo card collectors for the last two years. The results show that the consumption behavior of K-Pop fans in the fan culture of photo card collections is based on emotional relationships, such as parasocial relationships, which are formed by fans towards idols and fellow fans. Involvement and consumption behavior are also interconnected and influential in the formation of new behavior patterns and meanings by fans of photo cards."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Wahyu Andriani
"Photocard eksklusif menjadi salah satu objek koleksi bagi kelompok penggemar K-Pop, salah satunya adalah bentuk kerjasama eksklusif antara idol dengan brand. Bentuk eksklusifitas dan limited edition yang ditawarkan menjadi daya tarik yang sulit untuk dilewatkan bagi penggemar. Penelitian ini menganalisis perilaku budaya penggemar K-Pop melalui objek photocard eksklusif sebagai perantara penggemar, idol, dan brand. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif pada periode Januari hingga Juni 2022. Tahapan kuantitatif berupa survei kepada 212 responden penggemar K-Pop untuk memetakan budaya penggemar sekaligus menyeleksi calon informan. Pengumpulan data utama dilakukan melalui metode kualitatif berupa etnografi digital dengan wawancara mendalam secara virtual pada enam informan dan observasi digital pada media sosial. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pola aktivitas koleksi photocard eksklusif melibatkan beberapa pihak, seperti penggemar, idol, dan brand. Relasi pertama memfungsikan photocard sebagai objek yang memperlihatkan identitas sosial fandom K-Pop yang memiliki nilai emosional. Relasi kedua memfungsikan photocard sebagai valued product, yakni objek yang memiliki nilai lebih untuk memantik pola konsumerisme kelompok penggemar. Relasi ketiga memfungsikan photocard sebagai objek dan komoditas budaya penggemar. Ketiganya mencerminkan bahwa photocard eksklusif lebih dari sekedar benda material sebab mampu menjadi penghubung relasi antara penggemar, idol, dan brand.

Exclusive photocards are a collection object for K-Pop fan groups, one of which is a complete form of collaboration between idols and brands. The form of exclusivity and limited edition offered is an attraction that is hard to miss for fans. This study analyses the cultural behaviour of K-Pop fans through exclusive photocard objects as intermediaries for fans, idols, and brands. The research was conducted using quantitative and qualitative methods from January to June 2022. The quantitative stage was a survey of 212 respondents of K-Pop fans to map fan culture and select potential informants. The primary data collection was carried out through qualitative methods in the form of digital ethnography with in-depth virtual interviews with six informants and digital observations on social media. This study found that the pattern of exclusive photocard collection activities involved several parties, such as fans, idols, and brands. The first relation functions the photocard as an object that shows the social identity of the K-Pop fandom that has emotional value. The second relationship functions as a photocard as a valued product, an object with more value to ignite a pattern of consumerism among fan groups. The third relation functions photocards as objects and commodities of fan culture. All three reflect that exclusive photocards are more than just material objects because they can be a link between fans, idols, and brands."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahadi Pradana
"ABSTRAK
Lirik-lirik lagu K-Pop merupakan salah satu medium untuk menyebarkan dan melanggengkan budaya patriarki. Studi-studi sebelumnya telah membahas mengenai patriarki dalam budaya musik populer seperti musik rock, rock and roll, pop, musik Indonesia, dan juga K-Pop. Penelitian ini melihat pada bagaimana penggemar lagu K-Pop di Indonesia memaknai lirik-lirik lagu K-Pop yang berisi nilai-nilai patriarki lewat terjemahan lirik lagu terkait. Berangkat dari konsep Stuart Hall 1991 mengenai situated audiences, artikel ini berargumen bahwa penggemar K-Pop di Indonesia merupakan pembaca yang tersituasi secara hegemonic-dominant pada lirik lagu mengenai perempuan pasif, negotiated pada lirik lagu mengenai perempuan yang melakukan balas dendam pada pacarnya, dan oppositional pada lirik lagu yang merendahkan perempuan secara vulgar, dan bergantung pada struktur makna individu. Temuan artikel ini adalah pembaca memaknai lirik lagu passive women secara hegemonic-dominant, lirik lagu distrust of women secara negotiational, dan lirik lagu derogatory naming and shaming of women dan sexual objectification of women secara oppositional. Artikel ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan berfokus pada studi gender karena banyak terdapat pembahasan mengenai reproduksi budaya patriarki dalam industri musik. Peneliti berfokus pada penggemar musik K-Pop di Indonesia.

ABSTRACT
K-Pop lyrics are one of many mediums to perpetuating and spreading patriarchal culture. Previous studies have discussed patriarchy on popular culture music such as rock, rock roll, pop, Indonesian pop, and also K-Pop. This article discussing on how Indonesian K-Pop fans interpreting K-Pop patriarchal lyrics based on the translation. Using Stuart Hall rsquo;s 1991 situated audiences concept, this article argue that K-Pop fans interpreting with hegemonic-dominant toward the lyrics implying passive women, negotiated toward the lyrics about a woman who took revenge againts her boyfriend, dan oppositional toward the lyrics that are sexually degrading to women depends on their meaning structures. This article rsquo;s findings are readers interpret lyrics about passive women with hegemonic-dominant, lyrics about distrust of women with negotiational, and lyrics about derogatory naming and shaming of women with oppositional. This study is written based on qualitative approach with in-depth interview to collects data, and focused mainly on gender studies due to many discussion about reproduction of patriarchal culture on music industry and also on Indonesian K-Pop fans. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Setyari
"Demam K-pop sedang melanda Indonesia membuat berbagai komunitas fans terbentuk. Komunitas yang akrab disebut dengan kata fandom ini memiliki dinamika dan interaksi antar fandom yang menarik. Studi ini secara umum membahas mengenai identitas serta interaksi antar fandom para penggemar K-pop dalam kajian studi komunitas dengan menggunakan metode kualitatif. Para penggemar K-Pop mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota dari sebuah fandom melalui simbol-simbol yang digunakan oleh fandom tersebut sehingga terbentuk in-group dan out-group yang kemudian mensosialisasikan nilai yang sama kepada anggota-anggota fandom tersebut. Pada akhirnya, identitas yang mereka miliki serta hasil dari sosialisasi tersebut membentuk dinamika dan interaksi yang terjadi di dalam maupun antar fandom. Dengan menggunakan paradigma interaksionisme simbolik, penelitian ini mmemperlihatkan bagaimana identitas terbentuk dan disosialisasikan di dalam in-group, dalam hal ini sebuah fandom, dan membentuk dinamika serta interaksi tertentu di dalam in-group maupun dengan out-group, dalam hal ini fandom lainnya.

The K-pop wave that washes over Indonesia sprouts various fans community, or, more commonly called as fandom. Fandom has a very interesting dynamics and interaction in it. This study in general discusses the identity and interaction in and between K-pop fandoms in the scope of community study using qualitative method. The K-pop fans identify themselves through various symbols in their fandom used for socializing fandom values in them, and as such forms in-groups and out-groups, which later affects the dynamics and interaction between fandoms. Using the symbolic interaction paradigm this study shows how the K-pop fans identity is formed through the socialization of various symbols in a fandom as an in-group, and later affects the dynamics and interaction in said in-group as well with their out-group, in this case, the other fandoms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafly Febryan
"Masuknya pengaruh yang dibawa oleh Korean Wave atau yang lebih dikenal sebagai Hallyu ke Indonesia, seakan tidak bisa ditolak oleh beberapa kalangan masyarakat, yang pada akhirnya menciptakan aktivitas baru yang berhubungan dengan fan culture. Salah satu bentuk aktivitas dari fan culture itu sendiri, terlihat dengan bagaimana penggemar seakan berbondong-bondong untuk membeli merchandise dari idola favorit mereka. Selama pandemi COVID-19, aktivitas pembelian merchandise yang dilakukan oleh para penggemar K-Pop seakan meningkat. Dilihat dengan bagaimana mulai bermunculan fenomena pengunggahan merchandise ke berbagai media sosial, yang dilakukan oleh para penggemar. Di satu sisi, penelitian ini mencoba untuk mengedepankan perspektif material culture, yang telah memberikan banyak sudut pandang multidisiplin dengan melihat hubungan manusia dengan objek yang mereka miliki. Data yang diperoleh melalui depth interview dan observasi, yang dibalut oleh pendekatan etnografi digital, memperlihatkan adanya beberapa jejaring penggemar yang memiliki hubungan erat dengan merchandise K-Pop. Tiap-tiap jaringan tersebut telah memberikan konstruksi makna yang beragam terkait dengan merchandise yang mereka miliki. Makna-makna tersebut pun seakan bersifat melampaui apa yang terlihat, sesuai dengan apa yang coba ditunjukkan oleh perspektif material culture, terkait dengan pemaknaan dan fungsi objek terhadap pemiliknya.

The influx of influence brought by the Korean Wave or better known as Hallyu to Indonesia, seems to be undeniable by some circles of society, which in the end creates new activities related to fan culture. One form of activity from fan culture itself, can be seen by how fans seem to flock to buy merchandise from their favorite idols. During the COVID-19 pandemic, the activity of purchasing merchandise by K-Pop fans seemed to be increased. Judging by how the phenomenon of uploading merchandise to various social media began to emerge, which was carried out by fans. On the one hand, this research tries to put forward a material culture perspective, which has provided many multidisciplinary perspectives by looking at the relationship between humans and the objects ttha they have. The data obtained through in-depth interviews and observations, that also wrapped by a digital ethnographic approach, show that there are several fan networks that have close relationships with K-Pop merchandise. Each of these networks has provided various constructions of meaning related to the merchandise that they have. These meanings also beyond what it seems, in accordance with what the material culture perspective is trying to show, related to the meaning and function of objects to their owners.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Armani
"Penelitian ini tentang hubungan dibalik makna dan loyalitas yang terbina dalam fandom Carat sebagai seorang penggemar grup K-Pop Seventeen. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara mendalam, observasi partisipan yang dilakukan kepada Carat yang sudah tergabung minimal tiga tahun serta didukung oleh metode otoetnografi untuk membantu menyelaraskan interpretasi dari hasil temuan dengan pengalaman pribadi. Hasil penelitian pada lima Carat ini menunjukan bahwa mereka yang menjadi seorang penggemar adalah mereka yang memiliki obsesi, memiliki keterikatan secara emosional sehingga gabungan keduanya dapat menghasilkan hubungan yang kompleks antara Carat dengan Seventeen. Lebih lanjut lagi, hubungan kompleks ini merujuk kepada bagaimana makna dan loyalitas dapat dilihat sebagai fondasi dari kontinuitas fandom Carat. Keberadaan Seventeen bagi para Carat sendiri tercermin melalui empat fungsi makna yaitu, (1) Seventeen menjadi representasi atas momen dalam hidup Carat, (2) Seventeen dapat membimbing Carat, (3) Seventeen menjadi role model Carat,(4)Seventeen dapat menggugah perasaan. Loyalitas di sisi lain, sangat bergantung pada keterlibatan emosional yang berperan penting dalam memicu rasa peduli, afiliasi dan dedikasi para Carat. Loyalitas mampu mendobrak para Carat untuk melakukan sesuatu di luar yang biasa dilakukan dan dinilai sebagai wujud dedikasi mereka kepada Seventeen. Hal unik lainnya yang ditemukan adalah betapa besar dampak personal yang dirasakan oleh masing-masing informan selama menyukai Seventeen.

This study will explore the relationships behind the meanings and loyalties built into Carat's fandom as a fan of the K-Pop group Seventeen. The research employs three methods: in-depth interviews, participant observation conducted with Carat, and otoethnography. The latter method is used to harmonise the interpretation of the findings with personal experience. The research findings on five Carats clearly show that those who become fans are those who have an obsession and an emotional attachment. This combination produces a complex relationship between Carat and Seventeen. Furthermore, this complex relationship demonstrates how meaning and loyalty are the foundation of Carat's fandom continuity. Seventeen plays a significant role in Carat's life. It represents moments in Carat's life, guides Carat, acts as a role model, and evokes feelings. Loyalty, on the other hand, relies heavily on emotional engagement, which is the key to triggering Carat's sense of care, affiliation, and dedication. Loyalty motivates Carat to go above and beyond, demonstrating a dedication to Seventeen that is unparalleled. Another striking finding was the personal impact each informant felt when liking Seventeen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Alia Tanti Prayukti
"Salah satu bentuk budaya fanservice dalam K-pop adalah komunikasi antara idola dan penggemar. Pada masa sebelumnya, komunikasi antara penggemar dan idola K-pop sering dilakukan secara satu arah dalam bentuk komunikasi tertulis melalui korespondensi. Setelah teknologi semakin berkembang, media sosial menjadi media yang digunakan sebagai sarana komunikasi antara idola K-pop dan penggemar dalam bentuk komunikasi dua arah, salah satunya komunikasi melalui aplikasi berbasis chat seperti layanan Bubble. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan budaya komunikasi idola K-pop mempengaruhi hubungan parasosial idola K-pop dan penggemar. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Kuesioner disebarkan melalui media sosial dan mendapatkan total 106 responden valid. Data kemudian diolah menggunakan analisis mean dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dalam penggunaan aplikasi berbasis chat dengan hubungan parasosial antara idola K-pop dan penggemar secara signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa frekuensi melakukan komunikasi melalui aplikasi berbasis chat, seperti layanan Bubble paling mempengaruhi afektif hubungan parasosial yang dirasakan penggemar.

One of the forms of fanservice culture in K-pop is communication between idols and fans. In the past, communication between K-pop idols and fans were done one-way through correspondence. As the technology advances, social media has become the medium for K-pop idols and fans to communicate in two way form, for example a communication through chat-based application such as Bubble service. The purpose of this study is to analyze the change of communication culture between K-pop idols and fans influenced their parasocial relationship. This study used a combined method of quantitative and qualitative. The questionnaire was spread through social media and received 106 valid respondents. The data then proceeded with a mean analysis and correlation test. Research results showed that there is a significant relation between using chat-based application with parasocial relationship between K-pop idols and fans. The research result also showed the frequency of doing communication through chat-based application like Bubble service affected the fans’ parasocial relationship affective."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Hana Mapaccing Akmar
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolis pada merchandise dari grup K-Pop iKON yang mewujudkan imaji akan kedekatan antara penggemar dengan idolanya. Studi-studi terdahulu terkait pembahasan merchandise dan penggemar K-Pop cenderung membahas fenomena perilaku konsumtif dari penggemar K-Pop dalam mengonsumsi merchandise K-Pop. Untuk mengembangkan studi-studi terdahulu, studi ini ingin mengupas bagaimana merchandise sebagai komoditas industri budaya populer, mewujudkan dan merepresentasi imaji akan kedekatan hubungan antara idola dan penggemar. Penelitian ini menggunakan teori konsumerisme, mengenai perspektif consuming dreams, images, and pleasure untuk melihat bagaimana merchandise sebagai objek kultural memfasilitasi imaji tentang kedekatan dengan idola. Adapun Tujuan dari konsumsi barang cenderung berorientasi pada pemenuhan hasrat, maka seni sebagai perwujudan dari image consumption memiliki nilai ekonomi tertentu dalam memberikan kesenangan dan kepuasan emosional yang menjadikan konsumsi sebagai konsumsi simbolis. Peneliti berargumen bahwa merchandise hadir sebagai representasi imaji untuk kedekatan hubungan idola dan penggemar melalui konsumsi merchandise yang terjadi secara berkelanjutan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode kualitatif dengan melakukan studi pustaka, dan wawancara mendalam dengan penggemar K-Pop iKON atau iKONIC yang mengoleksi merchandise K-Pop iKON. Temuan dari penelitian ini adalah imaji kedekatan antara penggemar dan idola terjadi melalui perantara merchandise yang dikonsumsi melalui berbagai simbol serta tanda seperti logo, dan visual wajah yang identik dengan grup K-Pop iKON melalui proses pemaknaan terhadap merchandise yang ditelusuri menggunakan interaksi simbolis, makna simbolis, serta nilai subjektif penggemar
This study aims to describe the symbolic meaning of merchandise from the K-Pop group iKON which embodies the image of the closeness between fans and their idols. Previous studies related to the discussion of merchandise and K-Pop fans tend to discuss the phenomenon of consumptive behavior from K-Pop fans in consuming K-Pop merchandise. To develop the previous studies, this study aims to explore how merchandise as a commodity of the popular culture industry creates and represents the image of the close relationship between idols and fans. This study uses consumerism theory, regarding the perspective of consuming dreams, images, and pleasures to see how merchandise as a cultural object facilitates the image of closeness with idols. The purpose of consumption of goods tends to be oriented to the fulfillment of desires, then art as a manifestation of image consumption has a certain economic value in providing pleasure and emotional satisfaction which makes consumption a symbolic consumption. The researcher argues that merchandise exists as an image representation for the close relationship between idols and fans through the consumption of merchandise that occurs on an ongoing basis. The data in this study were obtained through qualitative methods by conducting literature studies, and in-depth interviews with iKON K-Pop fans or iKONIC who collect iKON’s merchandise. The findings of this study are the image of closeness between fans and idols occurs through the intermediary of merchandise that is consumed through various symbols and signs such as logos, and facial visuals that are identical to the K-Pop group iKON through the process of interpreting merchandise which is traced using symbolic interactions, symbolic meaning, as well as the subjective value of fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotul Mufidah Rahiyan
"Penggemar budaya industri K-Pop semakin banyak bermunculan dari berbagai kalangan, tidak terkecuali remaja. Fenomena terkini menunjukkan bahwa penggemar K-Pop memiliki well-being yang baik. Salah satu faktor yang memengaruhi well-being adalah self-eficacy. Self-eficacy individu dapat berbeda-beda pada setiap domain spesifik dalam kehidupan mereka, salah satunya domain sosial. Penelitian ini melihat hubungan antara social self-eficacy dan well-being menggunakan metode kuantitatif. Karakteristik partisipan penelitian ini adalah remaja berusia 15–19 tahun dan penggemar K-Pop (N = 579). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Self-Ef icacy Questionnaire for Children dan EPOCH Measure of Adolescents Well-Being. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara social self-ef icacy dan well-being (r(579) = .523). Hubungan positif yang signifikan juga ditemukan antara social self-ef icacy dan engagement (r(579) = .184), perseverance (r(579) = .368), optimism (r(579) = .325), connectedness (r(579) = .428), serta happiness (r(579) = .432). Implikasi dari penelitian ini adalah remaja dan orang dewasa di sekitarnya perlu bekerja sama untuk berpartisipasi dalam membangun self-ef icacy pada diri remaja karena semakin baik tingkat self-ef icacy pada domain sosial, maka akan semakin baik pula well-being mereka, dan sebaliknya.
Fans of the South Korean pop music industry’s culture are increasingly emerging from various backgrounds, including teenagers. Recent phenomena show that K-Pop fans have good well-being. One of the factors that influence well-being is self-efficacy. Individual self-efficacy can vary in each specific domain in their life. This study looks at the relationship between social self-efficacy and well-being using quantitative methods. The participants in this study were adolescents aged 15–19 years and K-Pop fans (N = 579). The instruments used in this study were the Self-Efficacy Questionnaire for Children and the EPOCH Measure of Adolescents Well-Being. The results of the Pearson correlation analysis show that there is a significant positive relationship between social self-efficacy and well-being (r(579) = .523). Significant positive relationship also found between social self-efficacy and engagement (r(579) = .184), perseverance (r(579) = .368), optimism (r(579) = .325), connectedness (r(579) = .428), also happiness (r(579) = .432). The implication of this research is that adolescents and adults around them need to work together to participate in building self-efficacy in adolescents because the better the level of social self-efficacy, the better their well-being will be, and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>