Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esturizqi Utami Ramadhan
"Skripsi ini memaparkan penelitian terkait optimasi parameter kultivasi dari Spirulina sp. dengan melakukan pengaturan jenis medium dan pengaturan pencahayaan terang-gelap. Fikosianin merupakan suatu pigmen fotosintetik yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Dengan semakin tingginya permintaan fikosianin, maka salah satu langkah pemenuhan tersebut adalah dengan perlu dilakukannya kultivasi mikroalga Spirulina sp. dengan mengoptimalkan parameter kultivasi yang mana dalam hal ini dilakukan dengan melakukan pengaturan jenis medium dan pencahayaan terang-gelap untuk mendapatkan hasil biomassa dan konsentrasi fikosianin yang optimal. Dalam penelitian ini, dilakukan kultivasi dengan 2 (dua) variasi yang berbeda, dimana yang pertama adalah perbedaan medium, yang mana dilakukan dengan 2 (dua) jenis medium berbeda yakni walne dan zarouk. Hasil biomassa tertinggi dimiliki oleh kultur dengan medium zarouk sedangkan untuk konsentrasi fikosianin kedua medium hasilnya secara berturut–turut adalah 0,045±0,00021 mg/mL dan 0,016±0,00453 mg/mL. Selanjutnya, variasi kedua berupa pengaturan pencahayaan terang-gelap dengan kontrol pencahayaan konstan, pencahayaan siang malam, variasi 16 jam terang-8 jam gelap, 18 jam terang-6 jam gelap, dan 20 jam terang-4 jam gelap. Masing–masing hasil kultivasi kemudian diekstraksi dengan sonikasi untuk menentukan kadar fikosianin. Dari hasil yang didapatkan, pencahayaan kontrol konstan (24 jam terang – 0 jam gelap) menjadi penghasil biomassa terbesar sedangkan pencahayaan kontrol siang malam (9 jam terang – 15 jam gelap) memiliki konsentrasi fikosianin terbesar sebanyak 0,027 ± 0,00071 mg/mL.

This undergradate thesis proposal reports the research about optimization cultivation experiments of Spirulina sp. by using different cultivation mediums and photoperiodic (light-dark illumination) adjusment. Phycocyanin is a photosyntetic pigments that has a lot of daily applications. One of the solution to solve the increasing of phycocyanin demand is by adjusting different cultivation mediums and light-dark illumination to obtain the optimum biomass and phycocyanin content. In this experiment, writer used 2 (two) different variations, the first variation was the medium. Writer used 2 (two) different cultivation mediums namely walne and zarouk. The highest biomass was obtained from zarrouk culture while the phycocyanin content consecutive results was 0,045±0,00021 mg/mL dan 0,016±0,00453 mg/mL. The second variation was about photoperiodic (light-dark ilumination) adjusment that consist of constant lighting, day and night lighting, 16 hours light – 8 hourd dark, 18 hours light – 6 hours dark, and 20 hours light – and 4 hours dark variation. Each cultivation sample then extracted by sonication method to determine the biomass and phycocyanin content. From the results taken, constant lighting had the highest biomass content and the control day and night lighting had the highest phycocyanin content around 0,027 ± 0,00071 mg/mL."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nasta Andini
"Fikosianin merupakan pigmen protein berwarna biru yang sering digunakan dalam berbagai bidang karena memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu, penelitian mengenai jumlah fikosianin perlu dilakukan. Penelitian mengenai fikosianin dapat dilihat dari jumlah biomassa karena jumlah biomassa mempengaruhi jumlah fikosianin yang dihasilkan. Namun sering ditemukan sebuah fenomena ketika kultivasi yang disebut pembuatan bayangan atau self shading. Fenomena ini adalah fenomena dimana intensitas cahaya yang diterima oleh mikroalga berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah sel dalam tempat pembudidayaannya. Adanya fenomena ini menyebabkan hasil biomassa dan fikosianin yang dihasilkan oleh Spirulina sp. tidak optimal. Oleh karena itu, perlu ada penelitian untuk menimimalkan self-shading. Pada penelitian ini, peminimalan fenomena self shading dilakukan dengan mengatur intensitas cahaya secara berkala selama proses kultivasi. Intensitas cahaya yang digunakan untuk kultivasi tergantung dari optical density dari mikroalga tersebut pada satu titik waktu. Analisis penelitian dilakukan dengan pemanenan dan pengeringan mikroalga untuk mendapatkan biomassa. Setelah itu dilakukan ekstraksi dengan metode ultrasonikasi untuk mengetahui kandungan dari fikosianin. Hasil akhir produksi biomassa dan produksi ekstrak fikosianin lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil kultivasi dengan cahaya tetap yang menandakan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan Spirulina platensis.

Phycocyanin is a blue protein pigment that is often used in various fields because it has many benefits. Therefore, research on the amount of phycocyanin needs to be done. Research on phycocyanin can be seen from the amount of biomass because the amount of biomass affects the amount of phycocyanin produced. However, a phenomenon called self-shading is often found during cultivation. It is a phenomenon where the light intensity received by microalgae decreases with the increase in the number of cells in the cultivation site. The existence of this phenomenon causes the yield of biomass and phycocyanin produced by Spirulina sp. not optimal. Therefore, there needs to be research to minimize self-shading. In this study, the self-shading phenomenon was minimized by adjusting the light intensity periodically during the cultivation process. The light intensity used for cultivation depends on the optical density of the microalgae at one point of time. Research analysis was carried out by harvesting and drying microalgae to obtain biomass. After that, extraction was carried out using the ultrasonication method to determine the content of phycocyanin. The final yield of biomass production and the production of phycocyanin extracts were higher than those of cultivation with fixed light, which indicates that light intensity affects the growth of Spirulina platensis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Eliva
"Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang memberikan warna kuning, jingga, dan merah pada tumbuhan. Karotenoid dikenal karena pigmentasinya, memiliki sifat antioksidan serta memberikan banyak manfaat terhadap kesehatan. Meskipun dapat diproduksi secara kimiawi, karotenoid alami lebih diminati karena tidak menghasilkan efek samping terhadap kesehatan. Salah satu sumber bahan alam yang dapat memproduksi karotenoid adalah mikroalga. Karena fleksibilitasnya, mikroalga memiliki potensi yang besar sebagai sumber karotenoid sehingga upaya optimasi kultivasi mikroalga banyak dilakukan. Pada kultivasi mikroalga, terdapat beberapa faktor yang penting untuk dikonsiderasi, salah satunya adalah cahaya. Penggunaan cahaya yang optimal akan meningkatkan laju fotosintesis sehingga pertumbuhan sel turut mengalami peningkatan. Seiring meningkatnya pertumbuhan mikroalga, fenomena self-shading dapat terjadi sehingga menurunkan laju pertumbuhan dan produksi biomassa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peningkatan intensitas cahaya yang disesuaikan dengan kerapatan sel mikroalga dapat dilakukan. Pada penelitian ini digunakan konsorsium mikroalga Chlorella vulgaris dan Spirulina platensis karena keduanya merupakan sumber karotenoid yang potensial. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada rasio konsorsium 1:1, dihasilkan perolehan biomassa sebesar 2,39 g/L dengan alterasi cahaya dan sebesar 1,9 g/L dengan cahaya konstan. Pada rasio konsorsium 1:2, dihasilkan perolehan biomassa sebesar 2,49 g/L dengan alterasi cahaya dan sebesar 2,01 g/L dengan cahaya konstan. Pada rasio konsorsium 2:3, dihasilkan perolehan biomassa sebesar 2,33 g/L dengan alterasi cahaya dan sebesar 1,81 g/L dengan cahaya konstan. Pada monokultur Spirulina platensis, dihasilkan perolehan biomassa sebesar 1,51 g/L dengan alterasi cahaya dan sebesar 1,35 g/L dengan cahaya konstan. Melihat peningkatan perolehan biomassa kering, dapat disimpulkan bahwa fenomena self-shading dapat diatasi. Kandungan karotenoid yang terkandung dari mikroalga diperoleh sebesar 0,084 – 0,099 mg/g biomassa kering, dan peningkatan intensitas cahaya tidak memberikan dampak yang terlalu signifikan pada peningkatan kandungan karotenoid.

Carotenoid is a group of pigment that gives colours such as yellow, orange, and red to wide range of plants. Carotenoid is widely known for its pigmentation, antioxidant activity and lots of benefits for health. Although it can be produced synthetically, natural carotenoid is preferable because it doesn’t give additional side effects for health. One of many natural sources that can produce carotenoids is microalgae. Due to its flexibility, microalgae is stated as a very potential source of carotenoid, leading to many researches are carried out to optimize microalgae cultivation. There are several factors to consider during microalgae cultivation, one of them is light utilization. Optimal light intensity will increase photosynthetic rate and microalgae growth rate. However, the increase in microalgae growth rate can lead to a phenomenon called self-shading, that can reduce microalgae growth rate and biomass production. To overcome this problem, periodic increase in light intensity can be applied. In this study, Chlorella vulgaris and Spirulina platensis consortium is used. From the conducted study, it is known that in the ratio of 1:1, increasing light intensity results in 2,39 g/L dry biomass and constant light intensity results in 1,9 g/L dry biomass. In the ratio of 1:2, increasing light intensity results in 2,49 g/L dry biomass and constant light intensity results in 2,01 g/L dry biomass. In the ratio of 2:3, increasing light intensity results in 2,33 g/L dry biomass and constant light intensity results in 1,81 g/L dry biomass. In Spirulina platensis monoculture, increasing light intensity results in 1,51 g/L dry biomass and constant light intensity results in 1.35 g/L dry biomass. The results indicate that the self-shading phenomenon can be overcome. The carotenoid content in microalgae is reported reached 0,084 – 0,099 mg/g dried biomass, and the increasement of light intensity didn’t give a significant effect in increasing carotenoid content."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Yunita
"Mikroalga Spirulina platensis merupakan salah satu sumber pangan berpotensi yang sangat potensial untuk kita kembangkan. Selain karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, mikroalga ini mudah didapat dan dikembangkan, dan dengan kandungan proteinnya yang tertinggi dibandingkan dengan mikroalga lainnya yakni 24,350 kg dry weight/ha/year. Mikroalga Spirulina platensis selain berpotensi untuk menghasilkan biomassa seperti protein, vitamin, karbohidrat, dan nutrisi lain untuk bahan makanan kesehatan juga mampu melakukan proses fotosintesis. Pada proses ini, mikroalga Spirulina platensis memanfaatkan energi cahaya menjadi energi ATP untuk pertumbuhan dan pembentukan senyawa karbon (fiksasi CO2), maka faktor cahaya menjadi sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi biomassa Spirulina platensis.
Hasil penelitian yang telah ada mengenai kultivasi mikroalga Spirulina platensis dalam fotobioreaktor tunggal menunjukkan adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap laju produksi biomassa. Mengacu pada hasil-hasil penelitian tersebut, maka pada penelitian kali ini dilakukan dalam fotobioreaktor tunggal yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan produksi biomassa Spirulina platensis melalui optimasi pencahayaan dengan metode alterasi.
Pada prinsipnya, metode alterasi adalah perubahan intensitas pencahayaan untuk laju pertumbuhan maksimum (I _max,opt) secara simultan sesuai dengan penambahan sel (N)/biomassa (X) selama masa kultivasi. Pada fotobioreaktor tersebut Spirulina platensis akan dikultivasi dalam medium air laut dengan penambahan SOT sebagai sumber nutrisi pada temperatur 29°C dan tekanan operasi 1 atm dengan sumber cahaya lampu Phillip Halogen 20W/12V/50Hz serta dialiri udara yang mengandung CO2 sebesar 3% sebagai carbon source-nya.
Sebelum melakukan tahap alterasi dilakukan penelitian awal untuk mencari I _max,opt dari beberapa inokulum, yang akan digunakan sebagai acuan perubahan intensitas cahaya pada alterasi pencahayaan dan sebagai intensitas cahaya yang akan dicahayakan secara kontinu sebagai pembanding alterasi pencahayaan. dari beberapa inokulum, yang akan digunakan sebagai acuan perubahan intensitas cahaya pada alterasi pencahayaan dan sebagai intensitas cahaya yang akan dicahayakan secara kontinu sebagai pembanding alterasi pencahayaan.
Perlakuan alterasi pencahayaan pada kultivasi Spirulina platensis berhasil meningkatkan produksi biomassa sampai 12 % dibandingkan dengan pencahayaan kontinu pada I _max,opt-nya dengan jumlah inokulum yang sama, dengan hasil akhir produksi biomassa (?X) sebesar 0.085 g/dm_, energi pembentukan biomassa (Ex) sebesar (70.11 J/g) dan masa kultivasi yang lebih singkat (96 jam). Kemudian pada perlakuan alterasi juga didapatkan aktifitas sel yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencahayaan kontinu pada I _max,opt-nya dengan inokulum yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan konsentrasi bikarbonat ([HCO3-]) lebih tinggi 12% (87.18 mmol). Model kinetika penyerapan substrat yang paling mendekati dengan pertumbuhan mikroalga Spirulina platensis adalah model persamaan Haldane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Weediyanti
"Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak urutan ketiga di Indonesia. Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari sel tubuh. Salah satu dari penyebab kanker adalah adanya radikal bebas reactive oxygen species (ROS) pada tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan, sehingga bersifat reaktif. Radikal bebas dapat distabilkan dengan antioksidan. Fikosianin adalah salah satu zat yang memiliki aktivitas antioksidan dan dengan begitu memiliki potensi untuk mencegah kanker. Spirulina platensis adalah penghasil fikosianin yang paling dikenal. Kandungan dari fikosianin pada Spirulina dapat dioptimalkan melalui jenis dan kandungan nitrogen pada media kultivasi. Penelitian ini akan mengkaji hal tersebut dengan memvariasikan sumber nitrogen pada medium Zarrouk, yaitu NaNO3 dan NH4NO3, dan konsentrasinya untuk kultur Spirulina platensis. Kultivasi dilakukan pada fotobioreaktor 250 mL dengan aerasi 250 mL/min, pencahayaan kontinyu 2200 lux, dan suhu 27 – 30 °C, selama 165 jam periode kultivasi. Fikosianin kemudian diekstrak dengan metode sonikasi dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Profil pertumbuhan, yield fikosianin, dan aktivitas antioksidan terbaik didapat dari kultur dengan NaNO3 0,03 M sebagai sumber nitrogen. Yield fikosianin yang didapat adalah sebesar 22,996 ± 0,072 mg/g dengan nilai IC50 sebesar 1.438,681 ± 50,274 ppm.

Cancer is the third leading cause of death in Indonesia. Cancer is a disease caused by abnormal growth of body cells. One of the causes of cancer is the presence of free radicals reactive oxygen species (ROS) in the body. Free radicals are compounds that have unpaired electrons, this condition will make them reactive. Free radicals can be stabilized by antioxidants. Spirulina platensis is the best known producer of phycocyanin. The content of phycocyanin in Spirulina can be optimized through the type and concentration of the nitrogen in the cultivation medium. This study will examine this matter by varying the nitrogen sources in Zarrouk medium, namely NaNO3 and NH4NO3, and their concentrations for Spirulina platensis culture. Cultivation was carried out in a 250 mL photobioreactor with aeration of 250 mL/minute, continous lighting of 2200 lux, and temperature of 27 – 30 °C for 165 hours of cultivation. Phycocyanin then was extracted by ultrasonication method and tested for its antioxidant activity by DPPH method. The best growth profile, phycocyanin yield, and antioxidant activity were obtained from culture that used NaNO3 0.03 M as nitrogen source. The yield of phycocyanin obtained was 22,996 ± 0,072 mg/g with an IC50 value of 1.438,681 ± 50,274 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarahmaida Taurina
"ABSTRAK
Mikroalga Spirulina platensis berpotensi untuk dikembangkan karena dapat memproduksi senyawa kimia esensial berupa pigmen fikosianin yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Pertumbuhan mikroalga dan produksi fikosianin sangat bergantung pada ketersedian nutrisi dalam medium kultur. Penelitian ini menggunakan variasi ketersediaan nutrisi dalam medium kultur sebagai alternatif mahalnya medium Zarrouk. Variasi medium kultur berupa ekstrak tauge 4 , 6 , dan 8 v/v dengan penambahan pupuk urea 80, 100, dan 120 ppm pada masing-masing konsentrasi ekstrak tauge, serta medium Zarrouk 10 mL/L sebagai kontrolnya. Tiap medium akan dilihat pengaruhnya terhadap profil pertumbuhan serta kandungan fikosianin. Kultivasi pada masing-masing variasi medium akan dilakukan pada reaktor 1 L dengan aerasi secara terus menerus, intensitas cahaya sebesar 3000-4000 lux, dan suhu 27-30oC. Fikosianin diperoleh dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan buffer fosfat pH 7, dan diuji kandungannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Pada penelitian ini, densitas sel tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 120 ppm pupuk urea. Kandungan fikosianin tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 100 ppm pupuk urea dengan konsentrasi fikosianin sebesar 257,12 mg/L.

ABSTRACT
Spirulina platensis has the potential to be developed because of essential chemical compounds in the form of phycocyanin that can be used as an antioxidant. The growth of microalgae and phycocyanin depends on the availability of nutrition contained in culture medium. This study used variations of nutrition contained in culture medium as alternatives to the expensive Zarrouk medium. Microalgae is cultured in variations medium which are bean sprout extract medium 4 , 6 , and 8 v v with the addition of urea fertilizer 80, 100, and 120 ppm , and Zarrouk 10 mL L as the control in order to know effect on the growth profile and phycocyanin content. The cultivation will be carried out at 1 L reactor with continuous aeration, light intensity is 3000 4000 lux, and temperature is 27 30oC. Phycocyanin is obtained by liquid liquid extraction method using phosphate buffer pH 7. Phycocyanin test performed by using UV Vis spectrophotometry. The result show that the highest dry biomass is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 120 ppm. The highest content of phycocyanin is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 100 ppm with phycocyanin concentration of 257.12 mg L."
2017
S67807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firnanda Rizki Riasta
"ABSTRAK
Anemia merupakan peyakit yang menduduki urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia akibat kekurangan zat besi. Salah satu sumber penghasil zat besi tinggi adalah Spirulina platensis. Selain zat besi, Spirulina juga memiliki fikosianin yang dapat menambah jumlah sel darah merah. Kandungan gizi S. platensis dipengaruhi oleh berbagai faktor tertutama nutrisi pada medium kulturnya. Sudah ada beberapa penelitian yang memanfaatkan penggunaan medium organik sebagai salah satu alternatif dari mahalnya medium anorganik bagi mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh medium tumbuh organik terhadap profil pertumbuhan, serta kandungan zat besi dan fikosianin S. platensis sehingga dapat menjadi salah satu bahan baku suplemen pencegah anemia. Alga dikultur dalam 3 media yaitu medium ekstrak tauge dengan konsentrasi 4%, 8%, dan 10% (v/v); Medium ekstrak daging dengan konsentrasi 4% dan 8% (v/v); serta medium Zarrouk (10 mL/L) sebagai kontrol. Kultivasi dengan tiga medium berbeda akan dilakukan pada kondisi reaktor yang sama. Aerasi dilakukan secara terus menerus dengan intensitas cahaya sebesar 800-1000 lux, suhu 27-300C, dan pemberian kultur Spirulina platensis 10% dari volume media kultur. Hasil pemanenan mikroalga kemudian dikeringkan dan diuji kandungan zat besi dan fikosianinnya. Pada hasil dari penelitian ini, profil pertumbuhan terbaik adalah S. platensis dalam medium ekstrak tauge 4% (v/v). Sementara kandungan tertinggi zat besi juga ada pada medium ekstrak tauge (423-885 mg/kg) dan kandungan fikosianin tertinggi terdapat pada medium ekstrak tauge 4% (v/v) (68,55 mg/g).

ABSTRACT
The fourth biggest symptom in Indonesia is Anemia that caused by iron prevelention. One of Iron Rich Food is Spirulina platensis. Besides, Spirulina also contain phycocyanin which can adding red blood cell. S. platensis? nutrient can be affected by a lot of factors, one of them is the medium culture. There are several researches that applied organic culture medium as one of the alternative to the expensive anorganic medium for microalgae. The purpose of this research is to find out the effect of organic culture medium to the growth rate, the iron content and phycocyanin content in S. platensis, so it can be the one of the anemia prevention supplement ingredients. Microalgae is cultured in three kind of medium which are bean sprout extract medium (4%, 6%, and 8% v/v), chicken meat extract medium (4% and 8% v/v), and Zarrouk (10 mL/L) as the control medium. The reactor condition is equally made. The aeration is continous with the light intensity is 800-1000 lux, temperature is 27-300C, and S. platensis given is 10% (v/v). Microalgae then harvested and dried before the iron and phycocyanin testing. The results show that the best S. platensis growth rate is the one that cultivated in bean sprout extract medium 4% (v/v), while the highest iron content is obtained in sprout bean extract medium (423-885 mg/kg) and the highest phycocyanin content is also available in sprout bean extract medium 4% (v/v) (68,55 mg/g)."
2016
S63421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Bakti
"ABSTRAK
Berbagai jenis alga diketahui memiliki kandungan lipid yang tinggi untuk
dijadikan sebagai sumber energi, salah satunya Nannochloropsis sp. Akumulasi
produksi lipid dapat ditingkatkan dengan berbagai metode, seperti pemakaian
medium alami untuk kultivasi serta penggunaan kultur konsorsium (campuran)
dengan cyanobateria. Kultivasi konsorsium antara Nannochloropsis sp. dengan
cyanobateria jenis Spirulina sp. dilakukan dengan memanfaatkan ekstrak tauge
dan ekstrak daging ayam sebagai medium. Adapun variasi konsentrasi yang
diberikan masing-masing, yaitu 3%, 5%, dan 10% (v/v). Kultur kontrol
konsorsium dikultivasi pada medium Walne. Pencahayaan yang diberikan sebesar
4000 lux dan laju alir udara 1,78 L/min. Pada kultivasi menggunakan medium
ekstrak tauge, pertumbuhan serta akumulasi lipid terbaik diperoleh pada
konsentrasi 3% (v/v), sedangan untuk medium ekstrak daging ayam pada
konsentrasi 10% (v/v). Adapun persentase lipid yang diperoleh dari penggunaan
medium walne (kontrol), medium ekstrak tauge 3% (v/v), dan medium ekstrak
daging 10%(v/v), masing-masing yaitu 1,46%; 4,58%; 4,15% (berat lipid/berat
biomassa kering). Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami proses
biosintesis dalam kultur konsorsium alga.

ABSTRACT
Different types of microalgae are known to have a high lipid content to be a source of energy, one of which is Nannochloropsis sp. Accumulation of lipid
content can be increased by various methods, such as use of a natural medium for
the cultivation and use of culture consortium (mix culture) with cyanobateria.
Cultivation consortium between Nannochloropsis sp. and cyanobateria types of
Spirulina sp. performed by utilizing bean sprouts extract and chicken meat extract
as medium. Variations of the concentration are 3%, 5%, and 10% (v/v). Control
culture was cultivated on medium Walne. The lighting given by 4000 lux and the
air flow rate is 1.78 L / min. On cultivation using medium bean sprouts extract,
the best growth and lipid accumulation was obtained at a concentration of 3%
(v/v), while to medium chicken meat extract at a concentration of 10% (v/v). The
percentage of lipid obtained from the use Walne medium (control), bean sprout
extract medium 3% (v/v), and medium meat extract 10% (v/v), respectively are
1,46%; 4,58%; 4,15% (weight lipid/dry weight biomass). Further studies are
needed to understand the process of biosynthesis in algae culture consortium."
2015
S59266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Habibah
"Spirulina platensis memiliki kemampuan adaptabilitas yang tinggi terhadap berbagai lingkungan sehingga spesies ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam skala besar. Selain itu Spirulina platensis memiliki kandungan protein yang besar yaitu, 65,7%. Salah satu protein yang bernilai tinggi, memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang berpotensi dikembangkan untuk industri farmasi. Proses produksi biomassa pada mikroalga dibutuhkan sistem kultivasi yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan sel dengan proses fotosintesis. Pada proses ini, mikroalga Spirulina platensis memanfaatkan energi cahaya menjadi energi ATP untuk pertumbuhan dan pembentukan senyawa karbon dengan proses fiksasi CO2. Cahaya merupakan parameter operasi penting dalam sistem kultivasi mikroalga. Pada penelitian sebelumnya yang telah ada mengenai kultivasi mikroalga Spirulina platensis menggunakan lampu biru meningkatkan produksi pigmen protein fikosianin dan klorofil-a. Namun, peninjauan terhadap ukuran inokulum yang sesuai dengan intensitas lampu untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi energi belum banyak diteliti. Pada penelitian ini ukuran inokulum menjadi variabel yang ditinjau untuk mendapatkan intensitas cahaya optimum. Hasil biomassa yang diproduksi dengan pencahayaan alterasi akan diuji kandungan karbon, fikosianin, klorofil. Laju pertumbuhan spesifik mikroalga Spirulina platensis diolah dengan menggunakan pendekatan Monod. Laju pertumbuhan maksimum didapatkan oleh Laju pertumbuhan maksimum yang paling tinggi didapatkan oleh kultur dengan pencahayaan lampu putih pada 5000 lux dengan laju spesifik maksimum 0,0196/jam. Konsentrasi fikosianin dan klorofil tertinggi didapatkan pada lampu biru dengan konsentrasi masing-masing 0,236 dan 0,183 mg/mg alga

Spirulina platensis has high adaptability to various environments so this species has the potential to be developed on a large scale. Apart from that, Spirulina platensis has a large protein content, namely 65.7%. One of the high-value proteins, it has antioxidant and anti-inflammatory properties that have the potential to be developed for the pharmaceutical industry. The biomass production process in microalgae requires a suitable cultivation system to support cell growth through the photosynthesis process. In this process, the microalgae Spirulina platensis utilizes light energy into ATP energy for growth and the formation of carbon compounds using the CO2 fixation process. Light is an important operating parameter in microalgae cultivation systems. In previous research, the cultivation of the microalga Spirulina platensis using blue light increased the production of the protein pigments phycocyanin and chlorophyll-a. However, reviewing the appropriate inoculum size for light intensity to increase productivity and energy efficiency has not been widely studied. In this study, inoculum size was the variable considered to obtain optimum light intensity. The biomass produced by alternating lighting will be tested for carbon, phycocyanin and chlorophyll content. The specific growth rate of the microalga Spirulina platensis was processed using the Monod approach. The maximum growth rate was obtained by The highest maximum growth rate was obtained by culturing with white light lighting at 5000 lux with a maximum specific rate of 0.0196/hour. The highest concentrations of phycocyanin and chlorophyll were obtained in blue light with concentrations of 0.236 and 0.183 mg/mg algae respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afreymon Fajrin
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai penghitungan jumlah sel mikroalga Spirulina Sp dengan pengukuran kapasitansi kapasitor plat paralel. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat hubungan sel mikroalga Spirulina Sp dengan kapasitansi.
Penelitian ini menggunakan medium mikroalga Spirulina Sp sebagai bahan dielektrik untuk kapasitor yang digunakan saat pengukuran. Selain pengukuran kapasitansi juga dilakukan pengukuran absorbansi dengan metode turbidimetri dan penghitungan langsung dengan metode counting chamber. Pengukuran ini dilakukan untuk memvalidasi hasil pengukuran kapasitansi sel mikroalga spirulina. Kapasitor yang digunakan dikalibrasi menggunakan udara dan akrilik
dengan kapasitansi yang terukur masing-masing pF dan pF dengan kesalahan literatur masing-masing 6.8% dan 0.03%. Hasil yang diperoleh memperlihatkan hubungan antara nilai kapasitansi berbanding lurus dengan jumlah pertumbuhan mikroalga spirulina dan memperlihatkan hubungan antara nilai absorbansi berbanding lurus dengan jumlah pertumbuhan mikroalga spirulina. Namun, perbandingan hasil pengukuran kapasitansi dengan pengukuran
absorbansi terhadap jumlah pertumbuhan memperlihatkan hasil pengukuran
kapasitansi lebih transparansi dibandingkan dengan pengukuran absorbansi. Dari
pengukuran ini diperoleh kapasitansi satu sel mikroalga sebesar pF
dan konstanta dielektrik sebesar 1.9 dengan kesalahan relatif sebesar 9.8%.

ABSTRACT
The research was performed to measure a number of cells Spirulina Sp in term of the capacitance value using the plat paralel capacitor. The equipment used Spirulina Sp medium as a dielectric material. The measurement of absorbance using turbidimetry method and the measurement using counting chamber directly were performed besides the measurement of capacitance value. They were done to validate the measurement result of capacitance value of Spirulina Sp. The used
capacitor was calibrated in the air and Plexiglas. The capacitance value of air is pF with 6.8% error literature and Plexiglas is pF with 0.03%
error literature. The result demonstrated that the capacitance value and the absorbance value were corresponding with the increasing a number of Spirulina Sp cells. However, the comparassion of measurement result of capacitance and absorbance value to increasing a number of Spirulina Sp demonstrad that the capacitance value was more transparent than measurement of absorbance value. In conclusion the experiment demonstrated that the capacitance value of a cell’s
Spirulina Sp and the dielectric constant were pF and 1.6, respectively,
with relative error was 9.8%."
Universitas Indonesia, 2014
S58267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>