Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibrahim Zaki Bafadal
"Amonia dalam limbah cair industri sulit terdegradasi di lingkungan dan berbahaya serta beracun bagi biota air maupun manusia. Dalam mengurangi kadar konsentrasi amonia dalam limbah cair, reaktor Dielectric Barrier Discharge (DBD) plasma yang dipadukan dengan nanobubble nozzle dapat digunakan. Nanobubble nozzle digunakan untuk menghasilkan gelembung nano yang diharapkan dapat membuat proses degradasi kadar amonia menjadi maksimal. Reaktor DBD plasma nanobubble menerapkan proses oksidasi lanjutan dengan mengandalkan spesi aktif kuat yaitu radikal ‧OH dan O3. Untuk mencegah ‧OH yang terbentuk kembali menjadi H2O2, maka dilakukan penambahan serbuk FeSO4.7H2O pada saat pembuatan limbah sintetik amonia. Hidrogen Peroksida pun ditambahkan pada waktu tertentu, untuk memaksimalkan pembentukan ‧OH. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja serta menganalisis pengaruh konfigurasi horizontal/vertikal reaktor DBD plasma nanobubble. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja reaktor DBD plasma nanobubble akan maksimal untuk mendegradasi amonia, jika dilakukan pada kondisi tegangan reaktor plasma 17 kV, laju alir gas umpan 5 liter/menit, pH 10, gas umpan adalah oksigen. Pada kondisi tersebut degradasi amonia mencapai 30.46% untuk reaktor berkonfigurasi horizontal dan 55.17% untuk reaktor berkonfigurasi vertikal. Konfigurasi reaktor DBD plasma nanobubble akan sangat mempengaruhi atau memberikan efek kepada hasil degradasi amonia. Konfigurasi vertikal menjadi konfigurasi terefektif yang dapat mendegradasi amonia. Hal tersebut dikarenakan saat konfigurasi vertikal maka aliran limbah akan mengalir secara sempurna mengenai seluruh bagian dalam reaktor, sehingga area kontak limbah dengan plasma semakin luas. Konfigurasi horizontal memiliki kekurangan, yaitu bagian dalam reaktor tidak secara sempurna terbasahi, akibatnya reaksi degradasi maupun pembentukan spesi aktif tidak efektif, hal tersebut membuat degradasi menjadi kurang maksimal.

Ammonia in industrial wastewater is difficult to degrade in the environment and is dangerous and toxic to aquatic biota and humans. In reducing the level of ammonia concentration in wastewater, a Dielectric Barrier Discharge (DBD) plasma reactor combined with a nanobubble nozzle can be used. The nanobubble nozzle is used to produce nanobubbles which are expected to make the ammonia level degradation process maximized. The DBD plasma nanobubble reactor applies an advanced oxidation process by relying on strong active species, namely ‧OH radicals amd O3. To prevent ‧OH from being reformed into H2O2, FeSO4.7H2O powder was added during the manufacture of ammonia synthetic waste. Hydrogen Peroxide was added at a certain time, to maximize the formation of OH. This study aims to test the performance and analyze the effect of the horizontal/vertical configuration of the DBD plasma nanobubble reactor. The results showed that the performance of the DBD plasma nanobubble reactor would be maximal to degrade ammonia, if it was carried out at a plasma reactor voltage of 17 kV, the feed gas flow rate was 5 liters/minute, pH 10, the feed gas was oxygen. Under these conditions, the degradation of ammonia reached 30.46% for the horizontally configured reactor and 55.17% for the vertically configured reactor. The configuration of the DBD plasma nanobubble reactor will greatly affect or have an effect on the results of ammonia degradation. The vertical configuration is the most effective configuration that can degrade ammonia. This is because when the configuration is vertical, the waste stream will flow perfectly to all parts of the reactor, so that the contact area of ​​the waste with the plasma is getting wider. The horizontal configuration has drawbacks, namely the inside of the reactor is not completely wetted, as a result the degradation reaction and the formation of active species are not effective, this makes degradation less than optimal"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Putri Suciutami
"Limbah amonia sebagai polutan yang dihasilkan dari berbagai industri kimia seperti industri pupuk, industri petrokimia sangat sulit untuk diolah dengan berbagai metode konvensional yang sudah ada. Metode yang digunakan untuk mendegradasi limbah cair yang mengandung amonia adalah metode plasma ozone nanobubble, karena metode ini tidak mengeluarkan banyak biaya, serta ramah lingkungan. Reaktor plasma yang digunakan merupakan dielectric barrier discharge yang bekerja dengan menerapkan proses oksidasi lanjut dengan mengandalkan spesi aktif yang kuat yaitu radikal hidroksil (·OH), dan ozon (O3). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja penggunaan Reaktor Plasma Ozon Nanobubble dalam mendegradasi kandungan senyawa amonia dalam limbah cair dengan variasi pH asam dan basa, variasi tegangan sebesar 5, 15, dan 17 kV, variasi laju alir gas sebesar 1, 3, 5 L/menit, dan variasi jenis gas umpan berupa udara dan oksigen. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, selama proses degradasi dalam waktu 30 menit, dengan kondisi yang maksimum, reaktor plasma ozon nanobubble dapat mendegradasi limbah amonia dengan persentase degradasi sebesar 55,17% dengan kondisi pH limbah cair sebesar 10, tegangan plasma sebesar 17 kV, dan laju alir oksigen sebesar 5 L/menit.

Ammonia wastewater as a pollutant, produced from various chemical industries such as fertilizer industry, petrochemical industry, and it is very difficult to be processed using various conventional methods that already exist. In this research, the method used to degrade wastewater containing ammonia is Plasma Ozone Nanobubble method, because this method does not cost much, and is environmentally friendly. The plasma reactor used is dielectric barrier discharge which works by applying an Advanced Oxidation Process by relying on strong active species, hydroxyl radical (·OH), and ozone (O3). This study aims to examine the use of plasma ozone nanobubble in degrading ammonia compounds in wastewater under acidic and alkaline conditions, with concentration of ammonia wastewater are 50, and 200 mg/L, variations in the contact time of ozone nanobubble with wastewater for 1,5,10, 15, and 30 minutes, variation of the plasma reactor voltage are 5, 15, and 17 kV, with gas fluid used for ozone production are air and pure oxygen. Based on the research that has been done, in the process of 30 minutes, with maximum conditions, the nanobubble ozone plasma reactor can degrade with percentage of ammonia removal of 55,17% with pH of 10; plasma reactor voltage is 17 kV; and oxygen flowrate 5 L/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivander Jonathan Kim
"Limbah cair tekstil mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, yang bersifat toksik, karsinogenik, serta sulit untuk didegradasi. Efek berbahaya tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja, untuk itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Terdapat metode pengolahan limbah yaitu menggunakan teknologi Advanced Oxidation Processes (AOPs) di mana pada penelitian ini menggunakan Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN). ROPN merupakan teknologi baru yang sedang dikembangkan untuk berbagai macam fungsi, salah satunya adalah untuk pengolahan limbah cair industri yang terbukti efisien untuk mendegradasi limbah cair zat pewarna. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja ROPN dalam mengolah limbah cair remazol biru. Plasma non-termal akan digunakan untuk memproduksi radikal hidroksil, ozon, hidrogen peroksida, dan spesi aktif lainnya, kemudian akan mendegradasi limbah cair melalui proses oksidasi. Kondisi yang digunakan untuk penelitian ini adalah volume limbah cair sebanyak 1000 mL. Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis fluida gas sebagai umpan pembentukan ozon, laju alir gas, dan tegangan plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi minimum dengan lama waktu degradasi sebesar 60 menit, persentase degradasi remazol biru adalah 32,84% dengan kondisi tegangan plasma 12 kV dan laju alir udara adalah 2 liter/menit. Di samping itu, hasil pada kondisi optimum dengan lama waktu degradasi sebesar 60 menit, persentase degradasi remazol biru adalah 100% dengan kondisi tegangan plasma 5 kV dan laju alir oksigen adalah 2 liter/menit.

Textile wastewater contains hazardous chemicals, which are toxic, carcinogenic, and difficult to degrade. These harmful effects cannot be simply ignored, for this reason, it is necessary to process them before being discharged into the environment. There is a waste treatment method that uses Advanced Oxidation Processes (AOPs) technology which in this study uses an Ozone Plasma Nanobubble Reactor (ROPN). ROPN is a new technology that is being developed for various functions, one of which is for the treatment of industrial wastewater where it is proven to be efficient in degrading dye liquid waste. The purpose of this study was to test the performance of ROPN in treating remazol blue wastewater. Non-thermal plasma will be used to produce hydroxyl radicals, ozone, hydrogen peroxide, and other active species, then it will degrade the liquid waste through an oxidation process. The conditions used for this study were the volume of 1000 mL of liquid waste. Variations made in this study are the type of gas fluid as a feed for ozone formation, gas flow rate, and plasma voltage. The results showed that at minimum conditions with a degradation time of 60 minutes, the percentage of degradation of remazol blue was 32.84% with a plasma voltage of 12 kV and an air flow rate of 2 liters/minute. In addition, the yield at optimum conditions with a degradation time of 60 minutes, the percentage of degradation of remazol blue was 100% with a plasma voltage of 5 kV and an oxygen flow rate of 2 liters/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Khairunizzahrah
"Zat pewarna sintetik merupakan salah satu komponen yang paling berbahaya dari limbah cair tekstil. Limbah yang mengandung banyak senyawa organik terutama zat pewarna menyebabkan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) tinggi. Zat pewarna remazol blue merupakan zat pewarna reaktif yang banyak digunakan untuk proses pencelupan tekstil. Limbah zat pewarna ini jika dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran air. Pada penelitian ini, inovasi teknologi pengolahan limbah diterapkan dalam reaktor plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD). Reaktor plasma DBD merupakan reaktor plasma non- termal yang dirancang untuk mendegradasi senyawa organik dan anorganik dalam limbah cair melalui proses oksidasi oleh spesi-spesi aktif, seperti O3, H2O2 dan •OH, yang terbentuk dalam reaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja reaktor plasma DBD non-termal dalam mendegradasi limbah cair yang mengandung salah satu zat pewarna tekstil, yaitu remazol blue. Persentase degradasi yang dicapai yaitu sebesar 98,43% dalam waktu proses 120 menit dengan konsentrasi akhir sebesar 0,75 mg/L. Kondisi optimum diperoleh pada nilai pH 4, laju alir udara 2,5 L/menit, laju alir limbah 50 mL/menit, dan tegangan sekunder NST 19 kV. Nilai COD juga mengalami penurunan hingga 45,67%.

ABSTRACT
Synthetic dyes are one of the most dangerous component of textile wastewater. Waste that contains many organic compounds, especially dyes, causes high Chemical Oxygen Demand (COD) values. Remazol blue is a reactive dye that is widely used for the textile dyeing process. If the dye waste is discharged without prior treatment, it will cause water pollution. In this research, innovation in waste treatment technology is applied in the Dielectric Barrier Discharge (DBD) plasma reactor. DBD plasma reactors are non-thermal plasma reactors designed to degrade organic and inorganic compounds in liquid waste through the oxidation process by active species, such as O3, H2O2 and •OH, which are formed in the reactor. This study aims to evaluate the performance of non-thermal DBD plasma reactor in treating wastewater containing one of the textile dyes, namely remazol blue. Percentage of degradation achieved was 98.43% in the process time of 120 minutes with a final concentration of 0.75 mg/L. The optimum conditions were obtained at pH value of 4, air flow rate of 2.5 L/min, liquid flow rate of 50 mL / min, and a primary NST voltage of 19 kV. The value of COD also decreased to 45.67%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian bioflokulan ini dilakukan untuk membantu memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan akibat pencemaran limbah cair industri tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja GSHN sebagai bioflokulan. Parameter-parameter yang dioptimasi adalah pH, konsentrasi koagulan FeCl3, konsentrasi flokulan GSHN dan waktu sedimentasi. optimasi dilakukan dengan metoda jar test sedangkan untuk penurunan kadar logam Cu, digunakan instrument spektroskopi serapan atom (AAS). Efektivitas kinerja GSHN diperoleh dengan membandingkan nilai EPT (Efisiensi penurunan turbiditas) pada tahap optimasi dan membandingkan nilai EPT pada tahap aplikasi. Pada tiap tahap tersebut diberikan dua perlakuan yaitu tanpa penambahan flokulan dan dengan penambahan flokulan. Keadaan optimum dari parameter-parameter yang dioptimasi yaitu pH = 8, konsentrasi koagulan 700 ppm, konsentrasi flokulan 1000 ppm dan waktu sedimentasi 30 menit. Pada optimasi pH tahap pertama perbandingan EPT dari dua perlakuan itu adalah 4.04 % tanpa penambahan flokulan dan 10 % dengan penambahan flokulan. Optimasi konsentrasi koagulan 84,8 % tanpa menggunakan flokulan dan 85,3 % tanpa penambahan flokulan. Optimasi pH tahap kedua 86,29 % tanpa penambahan flokulan dan 86,89 % dengan penambahan flokulan. Optimasi konsentrasi flokulan menghasilkan EPT sebesar 88.64 %. Optimasi waktu sedimentasi EPT 90,21 % berbanding 92,04 %. Tahap aplikasi menghasilkan EPT 90,42 % tanpa penambahan flokulan dan 92,32 % dengan penambahan flokulan. Bioflokulan GSHN dapat menurunkan kadar logam sebesar 802,95 ppm"
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Ramadhani
"Peningkatan perkembangan industri minyak dan gas di Indonesia berbanding lurus dengan semakin banyaknya limbah air berminyak yang dihasilkan. Limbah air berminyak mengandung kadar kontaminan seperti COD, TDS, TSS, pH, dan kekeruhan yang tinggi serta cenderung memiliki warna yang pekat. Pada penelitian ini, dilakukan proses pemisahan limbah air berminyak menggunakan proses ultrafiltrasi (UF) membran poliviniliden fluorida (PVDF). Namun, sifat hidrofobik pada polimer PVDF dapat meningkatkan fouling yang terjadi pada saat proses UF. Sehingga, pada penilitian ini dilakukan modifikasi dengan zat aditif polivinilpirolidon (PVP) serta pelarut dimetilasetamida (DMAc) yang membantu pembentukan struktur morfologi pada membran. Sintesis membran dilakukan dengan metode presitipasi imersi dengan variasi massa PVP 0,1 ; 0,2 dan 0,3 gram. Karakterisasi pada membran dilakukan untuk mengetahui sifat pada membran menggunakan uji SEM, FTIR, sudut kontak, uji tarik, dan uji porositas. Digunakan proses perlakuan terdahulu sebelum UF untuk meningkatkan rejeksi pada permeat. Kemudian dilakukan variasi tekanan pada membran dengan variasi massa PVP optimal yakni 0,1 gram pada 1 dan 2 bar. Nilai fluks yang dihasilkan meningkat seiring dengan meningkatnya massa PVP pada membran. Pada variasi membran optimal didaptkan rejeksi untuk COD, TDS, TSS, kekeruhan dan pH secara berturut-turut adalah 82,05% ; 44,46% ; 90,38% ; 85,42% ; 7,1.

The rapid growth of Indonesia's oil and gas industry has a linear effect on the growth of wastewater produced by the industry. A high level of COD, TDS, TSS, color, turbidity, and pH usually characterizes oily wastewater. In this study, the process of separating oily wastewater will be conducted using a polyvinylidene fluoride (PVDF) membrane ultrafiltration (UF) process. However, the hydrophobic nature of the PVDF polymer can increase the fouling that occurs during the UF process. Therefore, in this study PVDF membrane is modified with the additive polyvinylpyrrolidone (PVP) with dimethylacetamide (DMAc) as a solvent which helps the formation of the morphological structure of the membrane. Membrane synthesis was conducted by immersion precipitation with a mass variation of PVP 0.1; 0.2; and 0.3 grams. Characterization of the membrane was carried out to determine the properties of the membrane using the SEM test, FTIR, contact angle, tensile test, and porosity test. The pre-treatment process is used before UF to increase the rejection of the permeate. Then the pressure variation on the membrane will be carried out with the optimal PVP mass variation of 0,1 gram at 1 and 2 bar. The resulting flux value increases with increasing PVP mass on the membrane. The rejection obtained at optimal membrane variations for COD, TDS, TSS,turbidity, and pH were 82.05%; 44.46%; 90.38%; 85.42%; 7.1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epifani Satiti
"The purposes of this research are to identify & characterize the wastewater, discharged from a traditional market and also to evaluate its Sewage Treatment Plant performance. Case study is done in Glodok Traditional Market from November until December 2010. Wastewater identification and characterization took place in wet lot, which consist of fish lot, chicken lot, and meat lot. The source of fish lot wastewater are fish washing and rinsing, shrimp shell and squid cleaning, melting ice cube from fish storage, and hand washing from the seller itself; in chicken lot, wastewater is discharge from chicken slaughter; while in meat lot, the wastewater is released from washing cow stomach wall activities (in the making of tripe).
Result of the research in identification showed that the discharge of waste water can be identified using flow rate based on selling volume. Meanwhile, the result of characterization are: Fish lot : pH = 6.153, TSS = 786.667 mg/L, Total N = 123.330, Ammonia = 101.333, Total P = 24.981, BOD = 1109.388, COD = 2037.248, Oil and grease = 1004.5 ; Chicken lot : pH = 5.893, TSS = 666.667 mg/L, Total N = 75.557 mg/L, Ammonia = 54 mg/L, Total P = 16.247 mg/L, BOD = 598.963 mg/L, COD = 1392.304 mg/L, oil and grease = 518 mg/L; Meat lot : pH = 10.553 mg/L, TSS = 460 mg/L, Total N = 32.720 mg/L, Ammonia = 12 mg/L, Total P = 9.43 mg/L, BOD = 100.031 mg/L, COD = 1536.240 mg/L, oil and grease = 668 mg/L.
Result of STP evaluation showed that STP plan which is made based on office and hotel biological loading causing the performance of STP is not optimum. It can be displayed from the value of TSS and oil & grease of the effluent, whose not meet by the quality standard of Kepmenlh 112 tahun 2003. The low performance of STP also can be seen from high amount of ammonia in effluent because the process itself only can remove BOD without followed by nitrification."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S50686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manulang, Ramah Pita
"Limbah cair medis rumah sakit bersifat toksik karena mengandung bahan yang berasal dari farmasi, laboratorium, dan lainnya yang dapat berdampak negatif bagi makhluk hidup. Limbah cair medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki nilai rasio BOD/COD <0,01. Dibutuhkan pengolahan khusus untuk mengolah limbah cair medis, agar limbah cair medis tidak mengganggu kinerja IPAL dan mencapai rasio BOD/COD sebesar 0,6 dengan pengolahan biologis. Salah satu pre-treatment yang dapat digunakan untuk mengolah limbah cair medis adalah koagulasi-flokulasi dengan koagulan FeCl3. Tes koagulasi-flokulasi dilakukan menggunakan perangkat jar-test dalam skala laboratorium.
Hasil dari percobaan dengan range koagulan 25?350 ppm, menunjukkan dosis optimal sebesar 150 ppm dengan pH akhir sebesar 4,81 dan dapat mengurangi COD hingga 66,03%, namun menaikan BOD sebesar -150,12%. Rasio BOD/COD yang dihasilkan dari percobaan koagulasi-flokulasi sebesar 0,0168, masih jauh dari rasio BOD/COD yang diharapkan yaitu 0,6. Pre-treatment koagulasi ? flokulasi kurang efektif digunakan untuk mengolah limbah cair medis RSCM, namun hal tersebut kembali lagi bergantung pada karakteristik limbah cair medis yang dihasilkan rumah sakit. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja koagulasi-flokulasi dibutuhkan pengolahan tambahan, seperti membran ultrafiltrasi.
Hospital medical wastewater is toxic because it contains substances that are derived from pharmacy, laboratory, and others which may have negative impacts for living things. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo medical wastewater has ratio value of BOD/COD of <0,01. It needs a special treatment for medical wastewater, so it will not interfere the performance of WWTP with biological treatment and achieve the ratio of BOD/COD of 0.6. Pre-treatment that can be used for medical wastewater is coagulation-flocculation with FeCl3 coagulant. Jar test is used to test coagulation-flocculation in laboratorium scale.
The experiment with range coagulant dose 25-350 ppm, showed that the optimal dose of coagulant is 150 ppm with a final pH 4.81 and can reduce COD up to 66,03%, but increase the BOD of -150,12%. The result of the ratio of BOD/COD from the coagulation-flocculation experiments is 0.0168, still far from the ratio of BOD/COD expected which is 0.6. Pre-treatment of coagulation - flocculation is a less effective for RSCM medical wastewater treatment, but it depends on the characteristics of medical wastewater that generated from hospital. To improve the effectiveness of coagulation-flocculation performance, it requires additional processing such as ultrafiltration membranes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42304
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Hartono
"Koagulan dan flokulan merupakan bahan yang digunakan dalam pengolahan limbah cair industri. Penggunaan koagulan dan flokulan pada pengolahan limbah cair dikenal sebagai proses pengolahan limbah secara proses kimia.
Proses koagulasi merupakan proses penambahan bahan koagulan yang akan mengikat bahan pencemar yang ada dalam air limbah sehingga mudah untuk dipisahkan yaitu dengan cara diapungkan atau diendapkan. Proses flokulasi merupakan proses penggabungan inti-inti endapan menjadi molekul besar ( flok ) dengan penambahan suatu flokulan yang dapat mempercepat terjadinya flok. Selain itu flokulan juga berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dalam air limbah.
Pada penelitian ini didapatkan koagulan yang sesuai untuk pengolahan limbah industri pembersih rumah tangga yaitu dengan menggunakan Uji Jar untuk mendapatkan kondisi optimum dari koagulan yang di pakai berdasarkan variasi konsentrasi, lama pengadukan, kecepatan pengadukan, suhu, dan pH. Parameter-parameter analisis meliputi analisis pH, total padatan, padatan tersuspensi total, suhu, kekeruhan, daya hantar listrik (DHL), kebutuhan oksigen biologi (KOB/BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (KOK/COD), nilai permanganat, surfakfan, dan analisis logam-logam diantaranya Pb, Cr, Cd, Mn, Cu, Fe, dan Zn.
Koagulan yang sesuai untuk pengolahan limbah industri pembersih rumah tangga CV. Cahaya Terang Abadi adalah koagulan kationik poliakrilamida dengan nama Trimer 7785, kondisi optimum dari trimer 7785 adalah konsentrasi optimum 6,6 ppm, lama pengadukan 4 menit, kecepatan pengadukan 100 rpm, suhu ruang dan pH 10. Dengan pengolahan secara koagulasi dapat menurunkan nilai total padatan, padatan tersuspensi total, kekeruhan, KOB, KOK, KMnO4, logam-logam, dan surfaktan, sedangkan nilai pH dan DHL semakin tinggi, nilai suhu tetap."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was conducted as the starting point on handling the wastewater produced from biodiesel plants..It is predicted as a high organic bearing wastewater...."
PRITSAT
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>