Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fannisa Shafira Ridfinanda
"Skripsi ini membahas tentang praktik-praktik yang dilakukan oleh Kpopers antar generasi dalam menjalani aktivitas fangirling/fanboying dunia K-Pop di media sosial. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara mendalam bersama dengan enam subjek dan observasi media sosial. Kpopers yang masih aktif menjalani aktivitas fangirling/fanboying di media sosial terbagi menjadi Kpopers generasi 2, generasi 3, dan generasi 4. Pembagian generasi antara Kpopers kerap menimbulkan perbedaan pemahaman dan gesekan ketika menjalani aktivitias fangirling/fanboying yang akhirnya menimbulkan stigma tersendiri untuk Kpopers di setiap generasinya. Hasil penelitian menunjukkan memang terdapat stigma karena perbedaan media teknologi dan budaya yang diterima oleh masing-masing Kpopers saat aktif mengemari dunia K-Pop, tetapi mereka tetap memiliki motivasinya masing-masing yang tertanam dalam diri yang terkadang tidak mencerminkan stigma dari setiap generasinya.

This paper discusses the practices carried out by intergenerational Kpopers in carrying out fangirling/fanboying activities in the K-Pop world on social media. The method used for this research is in-depth interviews with six subjects and social media observations. Kpopers who are still actively carrying out fangirling/fanboying activities on social media are divided into 2nd generation, 3rd generation, and 4th generation. The generational division between Kpopers often creates differences in understanding and friction when undergoing fangirling/fanboying activities, which ultimately creates a stigma for Kpopers based on their generation. The results of the study show that there is indeed a stigma due to the differences in technology and cultural media received by each Kpopers when they are actively involved in the K-Pop world, but they still have their motivations that are embedded in themselves which sometimes do not reflect the stigma of each generation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatihah Adhani Prasetyo
"

Penelitian ini mengkaji bagaimana merchandise menjadi simbol identitas kelas sosial kalangan penggemar K-Pop. Studi-studi terdahulu telah membahas mengenai merchandise dan konsumerisme di kalangan penggemar. Namun, studi sebelumnya cenderung membahas pengoleksian merchandise sebagai bentuk impulsive buying dan konsekuensi dari adanya globalisasi dan modernisasi secara umum. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori modes of consumption untuk menganalisis bagaimana merchandise dapat menjadi simbol identitas kelas melalui sign yang terlihat. Secara umum teori ini membahas mengenai pengonsumsian terhadap barang yang dapat menarik garis hubungan sosial seseorang. Dalam analisisnya, peneliti juga menggunakan konsep Distinction oleh Bourdieu untuk melihat bagaimana perbedaan lapisan kelas berdasarkan kemampuan ekonomi dan taste atau preferensi selera antara satu penggemar dengan yang lainnya dalam mendapatkan merchandise “terbatas”. Hasil temuan menyatakan bahwa merchandise, seperti halnya photocard limited dapat menjadi simbol identitas terhadap kelas sosial para penggemar K-Pop. Hal ini tercermin dari sign eksklusif yang terdapat pada benda tersebut, yang membuat para penggemar dengan preferensi selera yang bagus dan kemampuan ekonomi yang tinggi lah yang dapat memiliki dan mengoleksinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi dan in-depth interview terhadap para kolektor merchandise, penggemar K-Pop non-kolektor, dan pemilik group order jual-beli photocard.


This study examines how merchandise is a symbol of social class identity among K-Pop fans. Previous studies have covered merchandise and consumerism among fans. However, previous studies tended to discuss the collection of merchandise as a form of impulsive buying and the consequences of globalization and modernization in general. In this study, researchers used modes of consumption theory to analyze how merchandise can become a symbol of class identity through visible signs. In general, this theory discusses the consumption of goods that can draw a line of a person's social relationships.  In their analysis, researchers also used Bourdieu's concept of Distinction to see how class layers differ based on economic ability and taste or taste preferences between one fan and another in obtaining "limited" merchandise. The findings state that merchandise, like limited photocards, can be a symbol of identity towards the social class of K-Pop fans. This is reflected in the exclusive signs contained in the object, which makes fans with good taste preferences and high economic abilities who can own and collect it. This study used qualitative methods with observational data collection techniques and in-depth interviews of merchandise collectors, non-collector K-Pop enthusiasts, and group order owners buying and selling photocards.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanisa Fitri Amelia
"ABSTRAK
Jakarta Selatan sebagai bagian dari ibukota negara menjadi pusat bisnis dan investasi termasuk bagi kaum ekspatriat Korea dalam mengembangkan bisnis kuliner Korea. Pada umumnya, terdapat 2 jenis restoran Korea khususnya yang berada di Indonesia, yaitu restoran Korea tradisional dan modern. Tren budaya K-Pop disinyalir dapat memengaruhi peningkatan konsumen di restoran Korea. Sebagai konsumen restoran Korea, penggemar budaya K-Pop memiliki faktor yang berpengaruh dalam memilih restoran Korea yang dapat dikaji dari aspek spasial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan makna tempat restoran Korea tradisional dengan restoran Korea modern dan menganalisis perilaku spasial penggemar budaya K-Pop dalam memilih restoran Korea di Jakarta Selatan dengan mengetahui aspek kognitif, afektif serta konatif. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan informan penelitian yang selanjutnya akan ditemui untuk wawancara mendalam. Analisis spasial dengan metode deskriptif digunakan untuk menganalisis pola spasial dari perilaku penggemar budaya K-pop sebagai konsumen restoran Korea. Penelitian ini menghasikan 10 informan utama yang dibedakan berdasarkan tipologi penggemar budaya K-Pop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restoran Korea tradisional dimaknai sebagai restoran dengan suasana formal yang tidak memutarkan lagu K-Pop serta memiliki harga menu makanan relatif mahal dengan rasa autentik. Sementara restoran Korea modern K-Pop dimaknai sebagai restoran dengan suasana casual yang memutarkan lagu K-Pop serta memiliki harga menu makanan relatif murah dengan rasa yang telah dimodifikasi. Dalam memilih restoran Korea, pola spasial perilaku penggemar budaya K-Pop yang terbentuk yaitu perilaku mengunjungi restoran Korea modern yang dekat dari titik asal keberangkatan dengan mengendarai alat transportasi dan menempuh waktu yang relatif singkat. Penggemar budaya K-Pop dari ketiga tipologi umumnya memiliki preferensi terhadap restoran Korea modern K-Pop yang memiliki site yaitu memutarkan lagu dan musik K-Pop, dengan motivasi mengunjungi yaitu motivasi sosial sehingga memunculkan makna tempat restoran Korea sebagai fungsi sosial.

ABSTRACT
South Jakarta as part of the capital city became a center of business and investment for Korean expatriates in developing Korean culinary business. In general, there are two types of Korean restaurants, particularly those in Indonesia, which are traditional and modern Korean restaurants. K Pop trends are alleged to affect the increase of consumer in Korean restaurants. As a Korean restaurant consumer, K Pop fans have influential factors in choosing a Korean restaurant that can be studied from spatial aspects. This study aims to analyze the difference of sense of place, of a traditional Korean restaurant with a modern Korean restaurant and to analyze the spatial behavior of K Pop fans in choosing Korean restaurant in South Jakarta by knowing cognitive, affective and conative aspects. This study uses qualitative approach by using purposive sampling method to determine informant of research which can be encountered for in depth interviews. Spatial analysis by using the descriptive method is used to analyze the spatial patterns of K Pop fans behavior as a Korean restaurant consumer. This study produces 10 main informants that are distinguished by the typology of K Pop fans. The results show that traditional Korean restaurant is interpreted as a restaurant with a formal atmosphere that does not play K Pop songs and has a relatively expensive food menu prices with an authentic taste. While a modern Korean restaurant K Pop is interpreted as a casual atmosphere restaurant that plays K Pop songs and has a relatively cheap food menu prices with modified taste. In choosing a Korean restaurant, the spatial pattern of K Pop fan behavior is the act of visiting modern Korean restaurants that are close to the point of departure by driving and taking relatively short periods of time. K Pop fans by the three typologies generally have a preference for a modern Korean restaurant K Pop that has a site that plays K Pop songs and music, with a visiting motivation social motivation that raises the sense of place of Korean restaurant as a social function."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Andari Rahmiputri
"Tesis ini membahas mengenai representasi fantasi boyfriend dalam fandom yang muncul karena hubungan parasosial. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti melakukan analisis multimodalitas untuk melihat representasi fantasi boyfriend di Twitter yang disebabkan karena adanya hubungan parasosial. Selain analisis multimodalitas dilakukan pula wawancara untuk mengetahui bagaimana hubungan parasosial yang dirasakan penggemar dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi representasi yang mereka gambarkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat representasi fantasi boyfriend yang hadir karena hubungan parasosial Teori yang digunakan adalah teori parasosial oleh Horton dan Wohl serta teori representasi oleh Stuart Hall. Konten Twitter akan dianalisis menggunakan analisis visual oleh Kress dan Van Leuween dan analisis Systemic Functional Linguistics (SFL).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa representasi fantasi boyfriend ditampilkan berdasarkan karakteristik idola yang penggemar dapatkan dari hubungan parasosial setelah mengkonsumsi media. Hubungan parasosial tidak hanya terjadi antara idola dan penggemarnya namun juga antar penggemar. Sedangkan, karakteristik idola yang didapatkan, merupakan dasar utama dalam merepresentasikan fantasi boyfriend itu sendiri.

This thesis talks about how fans represent the fantasy of boyfriend with the help of parasocial relationship in their Tweets. Using constructivism as the paradigm, this research is a qualitative research where the researcher analyses some tweets using multimodality to help to see how the fantasy of boyfriend as the result of parasocial relationship. Besides multimodality, the researcher also did some interviews to find out how fans experience parasocial relationship and how they see their idol and imagining them as boyfriends.
The purpose of this research is to see how fans represent the fantasy of boyfriend that they have on the idols that is caused by parasocial relationship. Parasocial theory by Horton and Wohl dan representation by Stuart Hall are used in this research. Then, the tweets that are used in this research are analysed using visual analysis by Kress and Van Leeuwen and Systemic Functional Linguistic (SFL) by Halliday.
The results show that the fantasy representation of boyfriend following the parasocial relationship after using media. It also shows that parasocial relationship leads the fans to know about their idols characteristic that helps them to represent them as a boyfriend. It also shows that paracosial relationship not only happens between fans and their idol but also amongst the fans themselves. Results also show that the characteristic of the idol helps a lot to build the representation of boyfriends fantasy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elieser Wahyu Bagus Prakoso Priambodo
"Fenomena budaya K-pop menyebar ke seluruh dunia melalui berbagai saluran, salah satunya melalui Twitter. Twitter, sebagai sosial media, mendorong individu pada gagasan yang tidak terbatas dalam mengekspresikan dirinya, sehingga muncul pembentukan persona baru bagi fandom lewat penggunaan akun penggemar. Eksplorasi terhadap akun-akun penggemar K-Pop dalam Twitter dilakukan dengan menggunakan metode etnografi digital yaitu melalui observasi partisipan dan wawancara, membantu memberikan gambaran jelas mengenai identitas baik secara individu maupun kolektif. Identitas akun penggemar K-pop secara umum ditampilkan lewat penggunaan idola K-pop sebagai foto profil mereka atau ava. Tulisan ini mengambil penggemar Stray Kids, yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ‘STAY,’ yang berinteraksi secara aktif di Twitter sebagai subyek penelitian. Menelusuri identitas melalui perspektif penggemar serta penggunaan kolektif emoji mur dan baut pada akun mereka berhasil menunjukkan adanya keterkaitan antara identitas dan aktivitas sosial yang dilakukan oleh individu.

The K-pop culture phenomena have been globalized through many channels, one of which is Twitter. Twitter, as a social media, expose individuals to a limitless idea of expressing themselves, thus creating new personas for fandoms through fan accounts. The exploration of K-Pop fans’ Twitter account utilize digital ethnographic methods of observation on participants and interview helps to give a clear view on the identity of fan accounts both individually and collectively. The identity of K-pop fan accounts are mainly represented with the usage of K-pop idols as their profile picture or ava. This literature is taking Stray Kids fans, who identify themselves as ‘STAY’, that are actively interacting on Twitter as the subject of interest. Analyzing identities through the perspective of fans and collective usage of nuts and bolts emojis on their account shows the correlation between identity and social activities done by individuals."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Yoon-mi
Korean: Korean Culture and Information Service, 2011
781.63 KIM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cleisia Tyas Alemina Theodora Inakawa
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang peran media yang membentuk nilai kecantikan para penggemar K-Pop yang aktif mengkonsumsi berbagai tayangan K-Pop lewat media. Tidak hanya membentuk nilai kecantikan tetapi penelitian ini ingin melihat bagaimana media juga berperan mendorong penggemar K-Pop untuk memakai kosmetika asal Korea Selatan sebagai bagian dari adopsi nilai yang dilihat dalam media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa media dengan tayangan K-Pop mempengaruhi nilai kecantikan yang diingkan oleh wanita muda penggemar K-Pop yang aktif mengkonsumsi media tersebut. Media juga berperan dalam mendorong pemakaian produk perawatan dan kosmetika BB Cream oleh wanita muda penggemar K-Pop. Para penggemar K-Pop juga lebih memilih menggunakan barang keluaran Korea Selatan karena selera mereka telah didominasi oleh dunia hiburan K-Pop. Media yang paling berperan besar adalah internet

ABSTRACT
This thesis describes the role of media in forming beauty values of K-Pop fans who actively consume media about K-Pop. This research also describes how media takes role to encourage K-Pop fans to use Korean cosmetics as an action of adopting values which they seen in the media. This research is qualitative research using narrative design. The result of this research found that media gave a big influence to form the beauty of values that is desired by young adult K-Pop fans female. Media also took part to encourage them to use Korean BB Cream and other skin-care product. The biggest media that could give big influence to the fans is internet"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nabilah Humaira
"Strategi Marketing Public Relations atau MPR merupakan salah satu cara meningkatkan pelayanan atau produk. Tulisan ini dikhususkan untuk perusahaan musik asal Korea Selatan, SM Entertainment, yang menggunakan strategi MPR dalam pemasaran artisnya, EXO. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui strategi MPR apa yang mereka gunakan serta mana yang paling mempengaruhi pemasarannya. Analisis yang dilakukan melalui berbagai artikel berita dan hasil interpretasi penulis yang didukung oleh data, baik dari media sosial hingga prestasi yang dihasilkan oleh EXO. Tulisan ini didukung oleh teori dari public relations dan konsep marketing public relations. Hasil analisis memperlihatkan bahwa strategi marketing public relations dengan komponen lain didalamnya mampu membuat serta meningkatkan produk dan pendapatan perusahaan.

Strategy of Marketing Public Relations or MPR is one way to improve service or product. This paper is devoted to a South Korean music company, SM Entertainment, which uses the MPR strategy in its artist marketing, EXO. The purpose of this paper is to find out what MPR strategies they are using and which are most influencing their marketing. The analysis is done through various news articles and interpretation results of the author supported by the data, both from social media to the achievements generated by EXO. This paper is supported by the theory of public relations and the concept of marketing public relations. The results of the analysis show that public relations marketing strategy with other components in it is able to make and improve product and income company.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Routledge, 2015
781.63 KPO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.

The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>