Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuriyatin Auliyarrahman Jauhari
"Depresi menjadi penyebab utama disabilitas di seluruh dunia dan berkontribusi pada beban penyakit global. Dampak depresi yang tidak tertangani adalah bunuh diri dimana hal ini akan meningkatkan angka mortalitas nasional. Prevalensi depresi di Indonesia meningkat dari 3,7% menjadi 6,1% di tahun 2015 ke tahun 2018. Diabetes melitus yang merupakan faktor risiko depresi juga mengalami peningkatan prevalensi pada periode tahun yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan diabetes melitus dengan kejadian depresi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder Riskesdas 2018. Responden penelitian adalah penduduk di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Terdapat 646.000 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan prevalensi depresi sebesar 6% dan prevalensi diabetes melitus sebesar 2,2%. Terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan depresi. Responden yang memiliki diabetes melitus 1,8 kali (POR=1,827; 95%CI=1,732—1,927) lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding dengan seseorang yang tidak memiliki diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel penyakit kronis lain.

Depression is becoming the leading cause of disability worldwide and contributing to the global burden of disease. The impact of untreated depression is suicide, which raises the national mortality rate.  The prevalence of depression in Indonesia increased from 6% to 6.1% in 2015 to 2018. Diabetes mellitus as a risk factor for depression also has prevalence which keep increasing in 2015 to 2018. This study aims to determine the relationship between diabetes mellitus and depression in Indonesia. This study used a cross-sectional study design. The data source used was secondary data obtained from Riskesdas 2018. The respondents of the study were all population in Indonesia aged ≥ 18 years. There were 646000 respondents that matched the inclusion and exclusion criteria. The results of the study found that the prevalence of depression was 6% and the prevalence of diabetes mellitus was 2.2%. There is a significant association between diabetes mellitus and depression. Respondents who had diabetes mellitus 1.8 (POR=1.827; 95%CI=1.732—1.927) more likely to become depressed than those who did not have diabetes mellitus after being controlled by other chronic disease variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Tiara
"Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia dan prevalensinya setiap tahun mengalami peningkatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi DM di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 2,0% dan Provinsi Riau menjadi salah satu provinsi dengan peningkatan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 0,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Provinsi Riau berdasarkan data Riskesdas 2018. Variabel dependen penelitian ini adalah DM dan variabel independennya yaitu faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor gaya hidup (aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan manis, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok), dan faktor riwayat kesehatan (status IMT, obesitas sentral, hipertensi). Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 10.702 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM sebesar 2,8% dan faktor yang berhubungan dengan kenaikan peluang mengalami DM adalah usia yang lebih tua (POR=48,59; 95% CI: 17,80-132,6, p value=0,000), status tidak bekerja (POR=1,53; 95% CI: 1,32-2,17, p value=0,000), aktivitas fisik yang kurang (POR=2,09; 95% CI: 1,63-2,68, p value=0,000), obesitas (POR=1,43; 95% CI: 1,08-1,89, p value=0,015), obesitas sentral (POR=2,70; 95% CI: 2,12-3,44, p value=0,000), dan hipertensi (POR=4,53; 95% CI: 3,58-5,74, p value=0,000). Selain itu terdapat faktor yang berhubungan dengan penurunan peluang mengalami DM yaitu tingkat pendidikan menengah (POR=0,60; 95% CI: 0,41-0,87, p value=0,009), konsumsi buah dan sayur yang kurang(POR=0,71; 95% CI: 0,53-0,95, p value=0,029), dan konsumsi makanan manis yang sering (POR=0,44; 95% CI: 0,34-0,55, p value=0,000), namun hal ini kurang dapat dipercaya karena adanya temporal ambiguity. Upaya untuk meningkatkan awareness dan kemauan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi kejadian DM di Provinsi Riau perlu dilaksanakan dengan lebih baik lagi dan bekerjasama dengan lintas sektor/instansi maupun kelompok masyarakat.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the top diseases that causes death globally and its prevalence increases every year. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas 2018) found that the prevalence of DM in Indonesia based on doctor's diagnosis in residents aged ≥15 years was 2.0% and Riau Province was one of the provinces with a high increase in prevalence around 0.9%. This study aims to determine the description and factors related to DM in Riau Province based on Riskesdas 2018. The dependent variable of this research is DM and the independent variables are sociodemographic factors (age, gender, education, occupation), lifestyle factors (physical activity, consumption of fruit and vegetables, consumption of fatty foods, consumption of sweet foods, alcohol consumption, smoking habits), and health history factors (BMI status, central obesity, hypertension). The study used cross-sectional design with bivariate and stratification analysis. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with 10,702 people as sample size. The results showed that the prevalence of DM was 2.8% and the factor associated with an increase in the occurrence of DM was older age (POR=48.59; 95% CI: 17.80-132.6, p value=0.000), nonworking status (POR=1.53; 95% CI: 1.32-2.17, p value=0.000), lack of physical activity (POR=2.09; 95% CI: 1.63-2.68 , p value=0.000), obesity (POR=1.43; 95% CI: 1.08-1.89, p value=0.015), central obesity (POR=2.70; 95% CI: 2.12- 3.44, p value=0.000), and hypertension (POR=4.53; 95% CI: 3.58-5.74, p value=0.000). Apart from that, there are factors that are associated with a reduced chance of experiencing DM, namely secondary education level (POR=0.60; 95% CI: 0.41-0.87, p value=0.009), insufficient consumption of fruit and vegetables (POR=0 .71; 95% CI: 0.53-0.95, p value=0.029), and frequent consumption of sweet foods (POR=0.44; 95% CI: 0.34-0.55, p value=0.000 ), but these results were less reliable because the chance of temporal ambiguity. Efforts to increase public awareness and willingness to prevent and overcome DM incidents in Riau Province need to be implemented better and collaboration with other sectors/agencies and community groups can be implemented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retia Rismawati
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia karena prevalensinya yang terus meningkat. Hipertensi yang juga merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 memiliki prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, prevalensi kedua penyakit tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, dimulai dari usia ≥40 tahun. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan berasal dari hasil Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 15.026 partisipan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil: Prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia masing-masing sebesar 21,3% dan 51,8%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). Efek gabungan antara hipertensi dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar 2,07 kali lebih besar terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan obesitas sentral. Saran: Perlu dilakukan deteksi dini diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sedini mungkin, terutama bagi penduduk yang berusia ≥40 tahun dan mengalami obesitas sentral.

Background: Type 2 diabetes mellitus is a disease that is still a public health problem not only in Indonesia, but also in the world because of its increasing prevalence. Hypertension, which is also a risk factor for type 2 diabetes mellitus, has a very high prevalence in Indonesia. Not only that, the prevalence of both diseases also increases with age, starting from 40 years of age. Objective: To determine the relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in a population aged ≥40 years in Indonesia. Methods: This study used a quantitative method with a cross sectional study design. The source of the data used comes from the results of Riskesdas 2018. There are 15.026 participants based on the inclusion and exclusion criteria of the study. Results: The prevalence of type 2 diabetes mellitus and hypertension in the population aged ≥40 years in Indonesia are 21,3% and 51,8%, respectively. There is a statistically significant relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). The combined effect of hypertension and central obesity has a risk of 2,07 times greater for the type 2 diabetes mellitus after being controlled by gender and obesity. Conclusion: There is a relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia. The risk of type 2 diabetes mellitus is higher in people with hypertension and central obesity. Suggestion: It is necessary to detect type 2 diabetes mellitus and hypertension as early as possible, especially for people aged ≥40 years and experiencing central obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraab orang di seluruh dunia. Ada kurang lebih 463 juta orang dewasa di seluruh dunia tahun 2019 yang menderita diabetes mellitus, serta mengakibatkan 4,2 juta orang meninggal (IDF, 2020). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertingi yaitu sekitar 3,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia >25 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat didapatkan umur (p-value=0,000), pola konsumsi makanan manis (p-value=0,010), pola konsumsi mie instan/makanan instan (p-value=0,022), dan stres (p-value=0,006), memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian diabetes mellitus. Sedangkan jenis kelamin (p-value=0,671), obesitas (p-value=0,987), aktivitas fisik (p-value=1), merokok (p-value=0,407), dan hipertensi (p-value=0,986), tidak memiliki hubungan dengan kejadian diabetes mellitus. Peneliti menyarankan untuk memberikan edukasi mengenai faktor risiko diabetes mellitus, mempromosikan gaya hidup sehat, dan memfokuskan program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus pada kelompok umur 50-74 tahun. 

Diabetes mellitus is a disease that affects the lives and well-being of people around the world. There were approximately 463 million adults worldwide in 2019 who suffered from diabetes mellitus, and 4,2 million people died (IDF, 2020). The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia always increases every year. DKI Jakarta Province is the area with the higest prevalence, which is around 3,4%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the population aged 25 years in DKI Jakarta Province. The study uses secondary data from Riskesdas in 2018 with a cross-sectional research design. The results of the study based on bivariate analysis obtained age (p-value=0,000), consumption patterns of sweet food (p-value=0,010), consumption patterns of instan noodles/instant food (p-value=0,022), and stress (p-value=0,006), has a statistical relationship with the incidence of diabetes mellitus. Meanwhile, gender (p-value=0,671), obesity (p-value=0,987), physical activity (p-value=1), smoking (p-value=0,407), and hypertension (p-value=0,986), has no relationship with the incidence of diabetes mellitus. Researchers suggest providing education about risk factors for diabetes mellitus, promoting a healthy lifestyle, and focusing on diabetes mellitus prevention and control programs in the 50-74 years age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamrina Adilafatma
"Latar Belakang. Peningkatan kasus diabetes melitus (DM) secara global disertai denganmeningkatnya tren onset DM pada populasi dewasa muda. Sebagian besar DM pada usia muda tidak terdiagnosis dan memiliki risiko paparan komplikasi kronis yang lebih panjang. Khususnya di Indonesia, belum banyak data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda di Indonesia.
Metode. Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang, dengan komponen deskriptif dan analitik pada subjek penelitian berusia 18-40 tahun. Analisis data sekunder dari registrasi data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Dilakukan pencatatan faktorfaktor yang berhubungan dengan DM, antara lain usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh (IMT), obesitas sentral, dislipidemia, inaktivitas fisik, pola diet tidak sehat, kebiasaan merokok, hipertensi, area tempat tinggal, dan tingkat pendidikan. Analisis berdasarkan bobot (weights) dan PSU (primary sampling unit). Analisis bivariat dilanjutkan analisis multivariat pada variabel dengan p<0,25. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik dengan metode backward stepwise sampai didapatkan model akhir dengan p<0,05.
Hasil. Sebanyak 11.401 subjek usia 18-40 tahun masuk dalam penelitian ini dengan 62,7% subjek adalah perempuan. Prevalensi DM pada subjek penelitian adalah 12,8%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda adalah hipertensi (OR=1,253; IK 95% 1,078-1,455), dislipidemia (OR=1,306; IK 95% 1,135-1,502), perokok aktif (OR=1,338; IK 95% 1,141-1,569), usia >33 tahun (OR=1,229; IK 95% 1,065-1,417) dan tempat tinggal perkotaan (OR=1,342; IK 95% 1,156-1,558).
Kesimpulan : Faktor hipertensi, area tempat tinggal perkotaan, dislipidemia, perokok aktif, dan usia 33-40 tahun berhubungan dengan DM pada populasi usia muda di Indonesia.

Background. The increasing number of diabetes mellitus (DM) cases globally was in line with the increasing number of DM in the young adult population. Most of DM cases at a young age were underdiagnosed yet have a longer risk of exposure to chronic complications. There was not much data regarding factors associated with DM in the young age population, especially in Indonesia. This study aimed to determine the factors associated with DM in the young adult population in Indonesia.
Methods. This was a cross-sectional observational study, with descriptive and analytic components. We analysed study subjects who were 18-40 years old and were registered in the secondary data of the 2018 Indonesian Basic Health Research (Riskesdas). Data according to factors associated with DM in young age population was recorded and analysed (age, gender, body mass index, central obesity, dyslipidaemia, physical inactivity, unhealthy diet patterns, smoking habit, hypertension, residential area, and education level), along with analysing weights and primary sampling unit (PSU). Bivariate followed by multivariate analysis on variables with p<0.25 was performed. Multivariate analysis used logistic regression with the backward stepwise method until the final model was obtained with p <0.05.
Results. A total of 11,401 subjects aged 18-40 years were included in this study with 62.7% subjects were female. The prevalence of DM in this study was 12.8%. Factors independently associated with DM in young adults were hypertension (OR=1.253; 95% CI 1.078-1.455), dyslipidaemia (OR=1.306; 95% CI 1.135-1.502), active smokers (OR=1.338; 95% CI 1.141-1.569), age 33-40 years (OR=1.229; 95% CI 1.065-1.417) and urban residential area (OR=1.342; 95% CI 1.156-1.558).
Conclusion. Factors hypertension, urban living area, dyslipidaemia, active smokers, and age 33-40 years groups are independently associated with DM in young adult population in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Stefani
"Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah darurat kesehatan global, termasuk di negara Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah penyintas DM terbanyak, yakni mencapai 19,5 juta penduduk dewasa (IDF, 2021). Berdasarkan laporan Riskesdas 2018, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami lonjakan angka prevalensi dari tahun 2013 ke 2018, yakni dari 1,3% menjadi 1,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia ≥ 35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia (p = 0,001), pekerjaan (p = 0,002), konsumsi makanan manis (p = 0,001), konsumsi minuman manis (p = 0,001), aktivitas fisik (p = 0,001), obesitas (p = 0,001), obesitas sentral (p = 0,001), hipertensi (p = 0,001), dan perilaku merokok (p = 0,001) berhubungan signifikan dengan kejadian DM. Diperlukan peran pemerintah untuk menggencarkan promosi kesehatan terkait pentingnya deteksi dini dan menerapkan pola hidup sehat kepada masyarakat, serta memfasilitasi masyarakat dalam mewujudkannya.

Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease which is still a global health emergency problem, including in Indonesia. Indonesia is ranked 5th in the world with the highest number of DM survivors, reaching 19.5 million adults (IDF, 2021). Based on the 2018 Riskesdas report, West Java Province is one of the provinces that experienced an increase in prevalence from 2013 to 2018, from 1.3% to 1.7%. The purpose of this study was to identify risk factors for diabetes mellitus in people aged ≥ 35 years in West Java Province. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that age (p = 0.001), occupation (p = 0.002), consumption of sweet foods (p = 0.001), consumption of sweet drinks (p = 0.001), physical activity (p = 0.001), obesity (p = 0.001 ), central obesity (p = 0.001), hypertension (p = 0.001), and smoking behavior (p = 0.001) were significantly associated with the incidence of DM. The government's role is needed to intensify health promotion related to the importance of early detection and implementing a healthy lifestyle for the community, as well as facilitating the community in making it happen.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Nicole
"Diabetes melitus merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai dan diidentifikasi dengan adanya kondisi hiperglikemia (kondisi gula darah berlebihan atau tinggi) dalam kondisi tanpa pengobatan. Prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia kerap mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32747 subjek penelitian, 9,3% mengalami diabetes melitus. Analisis bivariat menunjukkan hasil yang signifikan antara variabel konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi minuman berenergi, konsumsi soft drink atau minuman berkarbonasi, kebiasaan merokok, IMT, obesitas sentral, dan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus (p-value <0,05). Analisis multivariat menunjukkan obesitas sentral merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan diabetes melitus (p-value = <0,001; OR 1,86; 95% CI: 1,66-2,08).

Diabetes mellitus is a group of metabolic disorders characterized and identified by the presence of hyperglycaemia (a condition of excessive or high blood sugar) in conditions without medication. The prevalence of diabetes mellitus in the productive age population (15-64 years) in Indonesia is consistently increasing. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the productive age population (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from the National Basic Health Survey 2018. Data analysis was carried out in this study using univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The result displayed that of the 32747 research subjects, 9,3% had diabetes mellitus. Bivariate analysis showed significant results between the variables consumption of sweet foods, consumption of sweet beverages, consumption of energy drink, consumption of soft drinks, smoking habits, BMI, central obesity, and level of education with the incidence of diabetes mellitus (p-value <0,05). Multivariate analysis showed that central obesity is the most dominant factor associated with diabetes mellitus (p-value = <0,001; OR 1,86; 95% CI: 1,66-2,08)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Adhiatma
"Latar Belakang. Populasi penderita DM tipe 2 semakin meningkat, seringkali disertai dengan komorbid, salah satunya depresi dengan prevalensi bervariasi. Depresi dapat mempengaruhi keluaran penyakit DM tipe 2. Beberapa obat antidepresan diketahui dapat mengganggu kontrol gula darah. Vitamin D, telah lama diketahui berkaitan dengan berbagai penyakit kronik, berpotensi memperbaiki gejala depresi, walaupun belum diketahui hubungannya.
Tujuan. Mengetahui adanya hubungan antara kadar vitamin D pada pasien DM tipe dengan kejadian depresi pada pasien dengan DM tipe 2.
Metode. Penelitian ini merupakan studi dengan desain potong lintang, dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi pada, dilakukan penapisan depresi menggunakan kuesioner BDI-II, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, depresi (BDI-II ≥14) dan tanpa depresi (BDI-II <14). Kemudian kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D, dan dilakukan analisis perbedaan rerata pada kedua kelompok tersebut. Kemudian dilakukan analisis multivariat regresi logistik terhadap variabel perancu.
Hasil. Dari 60 subjek dengan DM tipe 2 yang yang memenuhi kriteria, didapatkan 23 subjek (38,3%) yang depresi, dan 37 subjek (61,7%) yang tidak depresi. Didapatkan median kadar vitamin D 21,8 ng/mL (RIK 14,9-26,6) pada kelompok depresi, sementara median kadar vitamin D 26,5 ng/mL (RIK 23,96-34,08) pada kelompok tanpa depresi. Terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p = 0,001). Setelah dilakukan analisis multivariat dengan variabel perancu jenis kelamin, paparan sinar matahari, dan IMT, didapatkan adjusted odds ratio(adjusted OR) 1,123 (IK 95%: 1,003-1,259) dengan nilai p=0,045.
Kesimpulan. Kadar vitamin D yang lebih rendah meningkatkan kejadian depresi pada pasien DM tipe 2.

Background. The population of people with type 2 diabetes is increasing, which is often accompanied by comorbid, one of them is depression. The presence of depression can affect the outcome of type 2 diabetes mellitus. Some of antidepressants are known to interfere with blood sugar control. Vitamin D levels have long been known to be associated with a variety of chronic diseases, have the potential to improve symptoms of depression, although the relationship is not yet known.
Methods. This research is a cross sectional study conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients with type 2 DM who met the inclusion criteria on an outpatient basis were screened for depression using BDI-II questionnaire, then divided into two groups, depressed (BDI-II ≥ 14), and without depression (BDI-II <14). Then both groups were examined for vitamin D levels using the ELISA method, and an analysis of the mean difference between the two groups was performed.
Results. From the 60 subjects with type 2 DM who met the criteria, 23 subjects (38.3%) were depressed, and 37 subjects (61.7%) were not depressed. The median of vitamin D level was 21.8 ng/mL (IQR 14.9-26.6) in the depressed group, while the median vitamin D level was 26.5 ng/mL (IQR 23.96-34.08) in the non-depressed group (p = 0.001). After doing multivariate analysis with confounding variables the adjusted odds ratio was 1.123 (95% CI: 1.003-1.259) with p value=0.045.
Conclusion. Lower levels of vitamin D increase the incidence of depression in type 2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fa'Ni Nisa Rifkamurti Ramadhani
"Latar Belakang: Menurut data IDF, diabetes masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan prevalensi diabetes tetinggi kedua pada tahun 2018 (2,6%). Angka tersebut lebih tinggi dari prevalensi diabetes nasional (2%). Penyakit diabetes lebih banyak diderita oleh penduduk yang berusia 45-64 tahun. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pola konsumsi dan gaya hidup dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia produktif (45-59) tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia produktif (45-59 tahun) di DIY adalah 6,1%. Berdasarkan analisis multivariat, konsumsi minuman manis berpengaruh terhadap penurunan prevalensi diabetes melitus tipe 2 (POR 0,281 95% CI 0,200 – 0,395). Sedangkan, aktivitas fisik (POR 2,006 95% CI 1,263-3,187) dan perilaku masih merokok (POR 2,018 95% CI 1,195-3,407) meningkatkan prevalensi diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan secara statistik antara konsumsi minuman manis, aktivitas fisik, dan perilaku masih merokok dengan kejadian diabetes melitus tipe 2.

Background: According to IDF data, diabetes is still a health problem in the world, as well as in Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta is a province with the second highest prevalence of diabetes in 2018 (2,6%). This prevalence is higher than the national prevalence of diabetes (2%). Diabetes is mostly happened in the population aged 45-64 years old. Objective: This study aims to understand the relationship between consumption patterns and lifestyle determinants with type 2 diabetes mellitus among the productive age (45-59 years old) in Daerah Istimewa Yogyakarta. Methods: This study used cross sectional study with univariate, bivariate, and multivariate analysis. Results: Univariate analysis showed that the diabetes prevalence among the productive aged (45- 59 years old) in DIY is 6,1%. According to multivariate analysis, sweet drinks consumption (POR 0,281 95% CI 0,200-0,395) has an effect on decreasing the prevalence of type 2 diabetes mellitus. Meanwhile, physical activity (POR 2,006 95% CI 1,263-3,187) and current smoking (POR 2,018 95% CI 1,195-3,407) increased the prevalence of type 2 diabetes mellitus. Conclusions: There is statistically significant relationship between sweet drinks consumption, physical activity, and current smoking with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Latar Belakang: Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun, ini sesuai hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional penyakit DM sebesar 1,1% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2,1%. Sedangkan aktivitas fisik sebagai salah satu faktor risiko Diabetes Melitus tipe 2 prevalensi mengalami penurunan yaitu dari 48,2% menjadi 26,1% (Litbangkes 2013). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan DM tipe 2 di Indonesia berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, Metode: Desain study cross sectional, dilaksanakan pada bulan bulan Mei-Juni tahun 2015, total sampel sebesar 22.779 orang, analisis data menggunakan uji regresi logistik. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan Diabetes Melitus tipe 2 dengan uji statistik (OR=1,069: CI 95% : 0,978 – 1,167).

Background: The prevalence of DM in Indonesia is rising from year to year, this according to the results of Health Research (Riskesdas) in 2007 showed a national prevalence of 1.1% DM disease and by 2013 had increased to 2.1%. While physical activity as a risk factor for type 2 diabetes mellitus prevalence decreased from 48.2% to 26.1% (Research 2013). Objective: To determine the relationship between physical activity and type 2 diabetes in Indonesia based on data Riskesdas In 2013, Methods: cross sectional study, conducted in the month of May-June 2015, a total sample of 22 779 people, data analysis using logistic regression. Results: The study showed that there was no significant association between physical activity with diabetes mellitus type 2 with a statistical test (OR = 1.069: 95% CI: 0.978 to 1.167)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>