Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96301 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Khalasha Ridwan
"Proses migrasi merupakan proses perpindahan manusia untuk tujuan menetap. Migrasi dapat terjadi dengan lebih cepat seiring dengan kemajuan teknologi yang dimiliki manusia. Seorang sosiolog bernama Everett S. Lee pada tahun 1966 mempelajari tentang migrasi dan membuat sebuah paper yang berisi tentang penjelasan bahwa ada yang namanya faktor penarik dan faktor pendorong migrasi. Dia juga menuliaskan konsep daerah asal yang biasanya memiliki banyak faktor pendorong dan daerah tujuan yang biasanya memiliki banyak faktor penarik. Penelitian ini ingin mengetahui pola migrasi neto (net migration) di Provinsi Jawa Barat serta hubungannya dengan faktor pendorong dan faktor penariknya. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan overlay net migration dengan karakteristik wilayahnya, lalu menganalisis faktor penarik dan pendorongnya. Karakteristik wilayah di penelitian ini ditandai dari ketinggiannya serta keberadaan jalan tol dan rel kereta api. Beberapa faktor penarik dan pendorong yang digunakan yaitu UMK, tingkat pengangguran, dan luas kawasan industri. Daerah-daerah yang menjadi daerah tujuan migran di Provinsi Jawa Barat tersebar di wilayah daratan rendah dan daratan agak rendah. Keberadaan jalan tol dan rel kereta api disini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap peristiwa migrasi yang terjadi. Disini ketinggian UMK dan tingkat pengangguran bervariasi, sedangkan daerah dengan kawasan industri yang luas hanya sedikit.

Migration process is the process of human movement which the purpose is to settle in a place. Migration can become faster as new inventions of technology being discovered by human. A sociologist which name is Everett S. Lee in 1966 is studying the migration, and he wrote a paper which describe the existence of push and pull migration factors. He also describe the concept of area of origin which usually have plenty of push factors and area of destination which usually have plenty of pull factors. The method which is being used here is to overlay net migration with the place's characteristics, and then conduct an analysis on it's push and pull factors. The characteristics of the places which is used here is marked by it's height and the presence of highway and railways. Some of the push and pull factors used is UMK (minimum wage), unemployment rate, and the width of industrial estate. The areas which constitute the migrant's areas of destination spread in the lowland and mid-lowland regions. Here, the presence of highway and railways do not have significant effect for the migration phenomena. The minimum wage rate and unemployment rate varies, while the areas which have industrial estates only exist few.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Dido Widyanto
"Negara Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Laju pertumbuhan penduduk yang bersifat dinamis menimbulkan adanya dinamika penduduk dalam suatu negara. Dinamika penduduk sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi. Migrasi akan menjadi topik utama dalam penelitian ini, khususnya migrasi bersih. Masalah ketidakmerataan persebaran penduduk dapat dilihat dari kecenderungan kejadian migrasi bersih di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan wilayah migrasi bersih di Indonesia pada tahun 2010, khususnya Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Melalui metode analisis komparatif akan dilihat bagaimana perbedaan yang terjadi antara kedua wilayah tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa KBI lebih didominasi oleh kejadian migrasi bersih positif, sedangkan KTI cenderung mengalami kejadian migrasi bersih positif dan negatif yang hampir sama. Melalui uji korelasi pearson product moment, diketahui bahwa kejadian migrasi bersih positif di Indonesia dipengaruhi oleh jumlah perguruan tinggi dan tingkat industri, meskipun di daerah tujuan juga terdapat tingkat pengangguran, sedangkan kejadian migrasi bersih negatif di Indonesia dipengaruhi oleh tingkat industri dan jumlah perguruan tinggi.

Indonesia is the fourth largest population country in the world. Growth population rate creates population dynamics in a country. Population dynamics are affected by three main factors, which are, fertility, mortality, and migration. In this research, migration became the main focus especially the net migration.Undistributed population is a problem that can be looked from the tendency of Indonesia’s net migration. This research aims to know the areal differences of net migration in Indonesia on 2010, which divides between Kawasan Barat Indonesia (KBI) and Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Using comparative analysis will show the difference of the net migration between those two regions. The result of this research, KBI is having tendency of positive net migration and KTI is having tendency of balanced between positive and negative net migration. Using Pearson Product Moment as the correlation test give a result that positive net migration is affected by number of college and industry rate, eventough the destination area has unemployment rate. On the other side, negative net migration is affected by number of college and industrialisation rate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Febrina
"Sementara alasan migrasi keluar dari Provinsi Sumatera Barat relatif dipahami dengan baik, sedikit diketahui siapa dan mengapa orang bermigrasi ke Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini berkontribusi untuk mengisi celah tersebut dengan meganalisis migrasi masuk ke Sumatera Barat dengan menggunakan data SUPAS 2015. Membedakan mereka yang berstatus migran pendatang di Sumatera Barat dengan migran kembali berdasarkan karakteristik individu dan karakteristik wilayah, penelitian ini menemukan bahwa migran pendatang cenderung berusia muda, menikah, dan tidak bekerja. Dalam hal karakteristik wilayah, pola migrasi masuk ke Sumatera Barat tidak berbeda dengan pola migrasi umumnya di Indonesia. Migran pendatang terutama berasal dari provinsi yang berdekatan dengan Sumatera Barat serta nilai PDRB dan UMR relatif lebih rendah dari Sumatera Barat. Mengenai alasan pindah, migran pendatang cenderung bergerak untuk alasan pekerjaan, mencari pekerjaan, pendidikan serta mengikuti keluarga.

Even though out migration from West Sumatra is relatively well understood, there are only a few of studies regarding to who and why people migrate to West Sumatra Province. This study will contribute to a gap in the West Sumatra migration literature using SUPAS 2015 data. Distinguishing those with nonreturn migrant immigrants in West Sumatra with return migrants based on individual characteristics, the study found that immigrants tend to be younger, unmarried, and unemployed. In terms of regional characteristics, the pattern of migration into West Sumatra is no different from the general pattern of migration in Indonesia. Immigrants mainly come from the province with greater distances to West Sumatra and the value of GRDP and Minimum Wage are relatively lower than West Sumatra. Regarding the reasons for migration, immigrant migrants tend to move for work, looking for work, education and following family."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Setia Utami
"ABSTRAK
Migrasi pekerja di Indonesia sudah difomalisasikan. Para calon pekerja migran harus melalui proses perekrutan, pelatihan, dan penempatan yang dilakukan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, salah satu aktor dalam industri migrasi yang mengambil keuntungan dari migrasi pekerja. Pada sisi lain, ruang informalitas di Indonesia tetap ada, sehingga brokers informal hadir untuk menjadi mediator antara PPTKIS dan calon pekerja migran. Melalui penelitian etnografi, tulisan ini mengeksplorasi hubungan keduanya yang berlandaskan trust dan reliance. Trust merupakan rasa percaya yang berlandaskan emosional, sementara reliance muncul dari rasionalitas. Hubungan antara brokers dan CTKI memperlihatkan non-representational knowledge, yaitu ketika brokers memberikan informasi mengenai birokrasi, peraturan, dan gambaran kehidupan TKI di luar negeri kepada CTKI yang kemudian dari sini trust muncul. Trust hanya dapat terjalin antarindividu dan tidak mungkin terjalin antarinstitusi maupun antara individu dan institusi yang juga menjadi alasan mengapa ruang infomalitas masih terus terbuka di Indonesia. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana brokers informal menjadi pihak yang turut melanggengkan fenomena transplantasi pekerja migran di Indonesia

ABSTRAK
Labor migration in Indonesia is formalized, potential migrants have to go through the recruitment, training, and placement process whose task has been delegated by the government to the private labor recruitment agencies, one of the actors in migration industry that profits from worker migrations. On the other hand, there remains room for informality, the informal brokers present as the mediators between PPTKIS and prospective migrant workers. Through ethnographic research, it explores the relationship of both parties based on trust and reliance. Trust is based on the emotional; meanwhile reliance is based on rationality and risk calculation. The relationship between brokers and the prospective migrants shows the non-representational knowledge; when brokers provide information about bureaucracy, regulations, and an overview of the life abroad to prospective migrant works, then trust emerges. Trust can only be established between individuals and may not be established between institutions as well as between individuals and institutions. Thus, informality still remains in Indonesia. The study also showed how informal brokers become parties who perpetuate the phenomenon of transplantation of migrant workers in Indonesi"
2016
S64230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Hendrawan
"Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat memiliki potensi yang cukup besar, khususnya di bidang industri, pertanian, dan pariwisata sehingga memberikan nilai tambah bagi peluang bisnis dan investasi. Salah satu contohnya adalah Karawang International Industry City (KIIC), sebuah kawasan industri yang terletak di Kabupaten Karawang. KIIC mencakup luas total sekitar 1.347,00 hektar dan merupakan rumah bagi sekitar 160 perusahaan dari seluruh dunia, termasuk dari Eropa, Amerika, Asia Tengah, dan Asia Tenggara. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk memahami bangkitan-tarikan perjalanan, serta distribusi perjalanan kendaraan logistik dari berbagai industri di dalam KIIC. Model perjalanan dianalisis melalui regresi linier berganda dapat diketahui bahwa luas area, jumlah bekerja dan total produksi berpengaruh signifikan terhadap bangkitan perjalanan di KIIC. Sehingga didapatkan pembebanan lalu lintas lebih besar terjadi pada sore hari dengan kondisi eksisting akses keluar masuk tol jakarta-cikampek sebesar LOS A dan Jalan Arteri KIIC sebessar LOS C yang masih dalam ambang batas aman sedagkan untuk Jalan Permata V mendapatkan hasil LOS F yang sudah terjadi kepadatan lalu lintas sehingga perlu adanya penambahan kapasitas untuk ruas jalan tersebut.

Karawang Regency which is located in West Java Province has considerable potential, especially in the fields of industry, agriculture and tourism so as to provide added value for business and investment opportunities. One example is Karawang International Industry City (KIIC), an industrial area located in Karawang Regency. KIIC covers a total area of ​​approximately 1,347.00 hectares and is home to around 160 companies from around the world, including from Europe, America, Central Asia, and Southeast Asia. The main focus of this research is to understand the trip generation, as well as the distribution of logistics vehicle trips from various industries within KIIC. The trip model was analyzed through multiple linear regression. It can be seen that the area, number of workers and total production have a significant effect on trip generation at KIIC. So that a greater traffic loading occurs in the afternoon with the existing condition of the access in and out of the Jakarta-Cikampek toll road at LOS A and KIIC Arterial Road at LOS C which is still within the safe threshold while Jalan Permata V gets LOS F results where there is already a density. traffic so that there is a need for additional capacity for these roads."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Karib
"ABSTRAK
Penduduk Koto Gadang banyak yang melakukan migrasi ke luar. Hal ini ditandai dengan adanya kenyataan bahwa jumlah penduduk asli lebih sedikit daripada jumlah penduduk pendatang. Jumlah penduduk asli hanya 538 orang. Sedangkan jumlah penduduk pendatang sebanyak 749 orang. Bukti lainnya adalah 161 buah rumah tidak dihuni lagi oleh pemiliknya. Dengan kata lain anggota keluarga dari rumah-rumah yang kosong tersebut telah bermigrasi seluruhnya. Dengan banyaknya penduduk Koto Gadang yang bermigrasi ke luar tersebut, merupakan hal yang menarik untuk diteliti.
Penelitian ini akan menyelidiki, apakah yang menjadi penyebab penduduk bermigrasi dari Kato Gadang ?
1. Apakah lahan pertanian sebagai penyebab penduduk bermigrasi ?
2. Apakah umur seseorang menentukan keputusannya untuk bermigrasi ?
3. Apakah tingkat pendidikan mempengarulii jumlah migrasi ?
4. Apakah sempitnya lapangan pekerjaan penyebab bermigrasinya penduduk ?.
Penelitian ini diawali dengan membahas penggunaan tanah di daerah terpencil yang berdasarkan teori dari Von Thunen (dalam Sandy, 1989: 61). Von Thunen mengatakan bahwa di daerah terpencil pola penggunaan tanah berbentuk sebuah lingkaran konsentrik. Di mana intensitas penggunaan tanah yang paling tinggi terdapat di sekitar pemukiman atau kampung. Makin menjauh dari tempat pemukiman itu, intensitas penggunaan tanah secara bertahap berkurang.
Akan tetapi, gambaran penggunaan tanah Von Thunen itu tidak memperlihatkan dinamika atau perkembangan yang terjadi sesuai dengan waktu dan pertambahan penduduk.
Untuk melihat dinamika penggunaan tanah di suatu lokasi terutama tanah di desa Koto Gadang, maka dipakai teori tahapan-tahapan penggunaan tanah konsepsi wilayah tanah usaha yang dikemukakan oleh Sandy (dalam Sajogyo, 1980: 161).
Berdasarkan teori tahapan-tahapan penggunaan tanah konsepsi wilayah tanah usaha, maka penggunaan tanah di Koto Gadang baru pada tahap G. Tahap penggunaan tanah tersebut dimulai dari tanah masih berupa hutan lebat dan belum ada manusia di situ. Kemudian tanah tersebut digunakan manusia untuk berbagai keperluannya.
Akhirnya penggunaan tanah itu mencapai tingkat penggunaan yang merusak lingkungan (tahap H dan I).
Apabila perjalanan penggunaan tanah di Koto Gadang terus berlanjut, maka kerusakan lingkungan akan terjadi sebagai akibat dari kurangnya tanah usaha bagi petani yang hidup di desa Koto Gadang ini.
Untuk menghindarkan kerusakan lingkungan, penduduk Koto Gadang dihadapkan pada 2 pilihan yaitu: pindah profesi selain petani atau pindah tempat dengan kata lain bermigrasi.
Penduduk Koto Gadang telah melaksanakan kedua hal tersebut. Dalam pindah profesi penduduk ada sebagai pengrajin, pedagang, tukang atau buruh dan pegawai. Akan tetapi penduduk yang telah berubah profesi tersebut tidak dapat menjamin suatu kehidupan yang layak.
Penduduk yang bermigrasi telah diteliti dengan agak rinci. Hasil penelitian itu menuniukkan bahwa:
1. Penduduk yang bermigrasi yang paling banyak berasal dari anggota keluarga yang memiliki lahan sempit (di bawah 0,5 ha).
2. Penduduk yang berpendidikan lebih tinggi lebih banyak bermigrasi darinada penduduk yang berpendidikan rendah. Penduduk Koto Gadang yang bermigrasi yang terbanyak berpendidikan SLTA ke atas.
3. Penduduk Koto Gadang yang bermigrasi kebanyakan mereka belum bekerja atau menganggur.
4. Penduduk yang bermigrasi umumnya yang berusia produktif (15 sampai 39 tahun).
Makna migrasi di sini berbeda dengan transmigrasi. Penduduk yang bermigrasi tidak dibantu oleh pemerintah. Tidak pula migrasi 'bedol deso' dan tidak ada pula pindah satu keluarga sekaligus. Melainkan bentuk migrasi penduduk Koto Gadang ini adalah migrasi swakarsa.
Sebagai akibat penduduk Koto Gadang bermigrasi, tidak kurang dari 161 buah rumah tidak lagi dihuni oleh pemiliknya. Karena penduduk yang tua-tua mungkin sudah meninggal. Sedangkan penduduk yang berumur relatif muda terpaut dengan usahanya di tempat baru.
Akan menjadi penelitian yang baik bagaimana kelanjutan dari kehidupan warga desa Koto Gadang di kemudian hari. Apakah desa itu akan kosong ataukah masih tetap dihuni oleh banyak penduduk asli?
Kasus Koto Gadang mungkin tidak akan merupakan satu-satunya kasus untuk desa-desa yang terpencil di Indonesia. Tidak mustahil kasus seperti di Koto Gadang ini akan terdapat pula pada desa-desa lain, apabila industrialisasi di Indonesia telah mencapai taraf perkembangan yang tinggi.

ABSTRACT
Out-Migration Of West Sumatra Population: Koto Gadang Case StudyA large number of the population of Koto Gadang, a remote village in West Sumatera, had migrated to other places. This can clearly be seen from the ratio between the number of indigenous inhabitants of Kato Gadang used the relatively new arrivals in the village. The number of new arrivals is 749, whereas that of the indigenous people is only 538. There is also the fact that no less than 161 homes have been left empty by their original owners, who moved out. One might wonder why those people left the village which is no less prosperous then other villages around.
This research addressed the following issues:
1. Is agricultural land the cause of this migration ?
2. Does one's age affect one's decision to migrate ?
3. Do educational levels affect the number of migrants ?
4. Does lack of job opportunities lead to migration ?.
This thesis opens with a discussion of land use in remote areas, based on Von Thunen's theory (in Sandy, 1989: 61). Von Thunen argued that the patern of land use in remote areas take the form of a concentric circle in which the highest intensity of land use is found in areas closest to the village. The farther away the areas are from the village, the intensity of land use gradually decreases. Von Thunen's thesis, however, does not take into account the dynamic aspect of settlement based on time and population growth.
The static nature of Von Thunen's model, however has been corrected by Sandy (Saiogyo, 1980: 161) by introducing the time factor and the development of land use due to population growth. According to this theory, land use proceed at several stages of development depending on population growth but in a community consisting of small scale farmers.
In view of this theory, land use in Koto Gadang has now reached stage G. If agriculture continues to expand environment damage is inevitable. To avoid environmental damage, people in the village are faced with the options by either switch trade or migrate. People in Kato Gadang have chosen both which is either switch trade or migrate.
A detailed study has been made of the migrants from Kato Gadang. The results of this study show that:
1. The largest number of migrants came from families having a small area of agricultural land (i.e. less than 0,5a ha.)
2. The higher the level of education of the people of Kota Gadang the more they migrate
3. They also migrate in order to escape unemployment in the village
4. Migrants were mostly of the productive age range (i.e. from 15 to 39 years old).
Migration in this sense is not similar to transmigration in its official meaning of the word. The migration of the people of Koto Gadang is entirely a personal affair. It is not organized nor subsidized by the government, no common plan and no common goal. It is mainly an individual initiative and quite voluntary.
As a consequence of the migration of a substantial part of the population of Koto Gadang, their owners leave no less than 161 homes empty at present.
The question now is: What will happen next ?. Will these homes remain empty forever or what kind of development are going to happen further?
I believe that Kato Gadang will not be alone in its predicament. Industrialization will bring about urbanization. This means that other "Kato Gadangs" will be found elsewhere, which makes the case the more interesting to investigate.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofy Anggita Wardhani
"Transformasi wilayah berkaitan dengan fenomena urban sprawling ke wilayah pinggiran Jakarta yang mengubah pola migrasi dari Jakarta menuju ke wilayah Jabodetabek. Sebagian besar penduduk bekerja berada di Kota Utama (Jakarta) tetapi bertempat tinggal di Kota Pinggiran yaitu Kota Tangerang Selatan. Kondisi tersebut terjadi karena ketersediaan lahan untuk kawasan hunian dan dukungan jalur transportasi yang sudah terintegrasi. Hal tersebut didorong oleh keberadaan Jaya Grup dengan Kawasan Bintaro Jaya dan adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah yang mempelopori pertumbuhan pusat kegiatan kota baru yang hadir dan transformasi yang ada di Kota Tangerang Selatan. Wilayah yang mengalami transformasi adalah kawasan permukiman. Kawasan permukiman pada penelitian ini adalah perkampungan yang mengikuti perubahan dan percepatan pembangunan kota baru. Kawasan Bintaro Jaya sebagian besar berada di Kecamatan Pondok Aren. Kecamatan ini merupakan Kecamatan yang berpotensi untuk sektor perdagangan dan jasa. Penelitian ini bertujuan menganalisis variasi spasial terhadap transformasi wilayah dan menganalisis dampak transformasi wilayah terhadap kondisi ekonomi penduduk perkampungan sekitar Kawasan Bintaro Jaya di Kota Tangerang Selatan pada tahun sebelum dan setelah 2002. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial, deskriptif dan komparatif yaitu dengan membandingkan karakteristik lokasi kampung terhadap transformasi wilayah. Serta variasi spasial terhadap transformasi wilayah dengan perubahan sektor ekonomi dan pendapatan. Diketahui hasil variasi spasial terhadap transformasi wilayah adalah kampung yang mengalami transformasi yang menyeluruh berada di karakteristik lokasi yang dekat dengan kota utama dan pusat kota baru dan kampung yang mengalami transformasi yang tidak menyeluruh berada di karakteristik lokasi kampung yang jauh dari kedua pusat kota. Saat transformasi terjadi secara menyeluruh maka kondisi ekonomi mengalami perubahan yang integratif dan sektor ekonomi meningkat menjadi sektor tersier dengan pendapatan yang juga semakin meningkat secara signifikan. Penduduk kampung yang berada di sekitar Kawasan Bintaro Jaya dapat menjadi lebih baik kondisi ekonominya dengan jenis mata pencaharian informal dari kesempatan bekerja di pusat pertumbuhan ekonomi yang hadir dari adanya kota baru.

Regional transformation is related to the phenomenon of urban sprawling to the suburbs of Jakarta, which changes the pattern of migration from Jakarta to the Jabodetabek area. The majority of people who works at the office area in Jakarta tend to choose the City of South Tangerang as a place for them to settle because of the availability of land for residential areas and integrated transportation routes. This is driven by the existence of the Jaya Group with the Bintaro Jaya Area and the cooperation with the Regional Government which has spearheaded the growth of the new urban activity centers that are present and the transformation in South Tangerang City. Areas that undergo transformation are residential areas. The residential area in this study is a hamlet that follows the changes and acceleration of new city development. Most of the Bintaro Jaya area is located in Pondok Aren Subdistrict and some areas have entered Ciputat Subdistrict and East Ciputat Subdistrict. This subdistrict has high potential in the trade and service sector. This study aims to analyze the spatial variations in the transformation of the region and to analyze the impact of the transformation of the region on the economic conditions of the residents of the hamlet around the Bintaro Jaya area in South Tangerang City. The analysis used is a spatial, descriptive, and comparative analysis by comparing the characteristics of the hamlet location to the transformation of the region. As well as spatial variations on the transformation of the region with changes in the economic sector and income. The spatial variation on transformation results shows that hamlets which are located close to the main city and new city centers are hamlets that undergoes a fully transformation and hamlet which is located far from the two city centers are hamlet that undergoes major transformation but are not comprehensive. When the transformation occurs as a whole, the economic condition will change to become a tertiary sector with income that increases significantly. The villagers around the new town can have better economic conditions with this type of informal livelihood from working in the growth centers of the new town."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This report discusses the migration to Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara (regency of North Aceh), a small town which has become the site of a huge Liquified Natural Gas Project. The focus is on the factors which facilitate the decision to migrate, reasons for migration, characteristics of migrants and social interaction after reaching their destination. The decision to migrate appeared who are better educated, younger, unmarried or had moved prrviously; also for members of certain ethnic and occupational groups. The main reason given for migration was to seek work, but lack of interest in region of origin, family reasons and personal reasons were also significant. The migrants tend to be young adults of higher education, who come from urban areas or other industrial projects, where construction activity has declined. The migrants tend to form groups based on regional or ethnic origin, partly because of friction with the local population and competition among the migrants them selves."
GEOUGM 9:37 (1979)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Susanti
"Disertasi ini bertujuan untuk mengembangkan model perilaku tentang durasi migrasi internal di Indonesia, menerapkannya dalam model empiris dan mengestimasi berbagai faktor yang mempengaruhi lama seseorang bermigrasi. Estimasi dilakukan dengan menggunakan analisis survival, yakni dengan pendekatan Recurrent Event Survival Analysis. Variabel durasi dan karakteristik migran diperoleh dengan mengolah data Sakerti tahun 1993-2007.
Disimpulkan bahwa dalam mengambil keputusannya, migran selalu membandingkan daerah asal dan tujuan agar memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan si migran maupun keluarganya. Faktor karakteristik dan tingkat pendidikan migran terbukti mempengaruhi durasi. Durasi juga cenderung lebih lama setelah otonomi daerah. Keterikatan migran terhadap daerah dan keluarganya masih cukup tinggi, terutama bagi migran yang ber asal dari daerah pedesaan.

The dissertation attempts to develop a behavioral model on internal migration duration in Indonesia, to implement it to the empirical model and to estimate factors influenced the migrant?s decision to return. The estimation was conducted by using survival analysis, i.e. Recurrent Event Survival Analysis. The duration and the characteristic variables are developed from the Sakerti data within period of 1993-2007.
The main conclusion indicates that the return decision was mainly influenced by the opportunity to increase migrants welfares. The migrant?s characteristic and education level proved to affect the duration. The duration also tends to be longer after the implementation of regional autonomy. The migrant?s engagement to their family and comunity was remain strong, and even stronger if the status of the home region was rural area.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
D1415
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviana Prayudhani
"Penelitian ini membahas migrasi ibu ketika anak berusia dini (0 s.d 8 tahun) dan kapasitas anak yang ditinggalkan. Dengan menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS), hasil marginal effects dari regresi tobit menunjukkan bahwa pembentukan keterampilan kognitif dan nonkognitif anak dalam jangka panjang dipengaruhi oleh migrasi ibu saat usia dini dan pendidikan pengasuh utamanya selama ibu bermigrasi. Migrasi ibu, baik internal maupun internasional, secara signifikan berasosiasi negatif dengan kognitif anak dalam jangka panjang. Sedangkan migrasi internasional ibu secara signifikan berasosiasi negatif dengan nonkognitif anak dalam jangka panjang. Pendidikan pengasuh utama anak ketika ibu bermigrasi secara signifikan berasosiasi positif dengan kapasitas anak dalam jangka panjang, baik kognitif maupun nonkognitif. Selain itu, kognitif dan nonkognitif anak juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan anak dan konsumsi rumah tangga. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa jika migrasi harus dilakukan oleh ibu ketika anak berusia dini, maka yang harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anak yaitu memberikan pengasuhan anak yang baik (berpendidikan baik) dan mengalokasikan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan anak sejak dini hingga dewasa.

This study examines whether maternal migration can affect the capacity of left-behind children at an early age (0-8 years old). Using secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS), the results of marginal effects from tobit regression show that the formation of children's cognitive and noncognitive skills in the long term is influenced by maternal migration at an early age and education of primary caregiver during mothers migrating. Maternal migration, both internal and international, has a significant negative association with cognitive ability of children. While the international maternal migration is significantly negative association with noncognitive children. The education of primary caregiver of children when the mother migrates is significantly positively associated with the child's capacity, both cognitive and noncognitive. In addition, cognitive and noncognitive ability of children are also influenced by children's education and household consumption. This study concludes that if migration must be carried out by the mother when the child at an early age, then what must be done to increase the capacity of children is providing good childcare (well educated) and allocating household expenditure for children's education from early to adult."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>