Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ailsa Shafa Nariswari
"Kawasan tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat merupakan tempat budidaya perikanan yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas antropogenik di sekitarnya. Ikan mujair merupakan salah satu komoditas budidaya di tambak Blanakan yang banyak dikonsumsi dan diperjualbelikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan timbal (Pb) pada sedimen dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus), serta mengetahui nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat seng dan timbal pada ikan mujair di tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan titik inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 gram pada setiap titik dari ketiga stasiun, sedangkan ikan mujair diambil sebanyak 5 individu dari setiap stasiun. Preparasi sampel dilakukan dengan cara sampel sedimen dikeringkan ke dalam oven, sedangkan ikan mujair dibedah untuk didapatkan sampel daging. Analisis kandungan logam berat seng menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam timbal menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP). Berdasarkan hasil analisis, kandungan logam berat seng pada sedimen berkisar 15,21 – 43,94 ppm, sedangkan logam timbal berkisar 5,04 – 7,88 ppm. Kandungan logam berat seng pada ikan mujair berkisar 3,33 – 8,21 ppm, sedangkan logam timbal tidak terdeteksi. Nilai BCF logam seng pada ikan mujair berkisar 0,132 – 0,311 (deconcentrator). Nilai BCF logam timbal pada ikan mujair tidak dapat ditentukan.

The Blanakan ponds area, Subang, West Java, is a place for aquaculture where various anthropogenic activities have influenced the vicinity. Mozambique tilapia is one of the aquaculture commodities at Blanakan ponds, which is widely consumed and traded. This study aims to determine the content of heavy metals zinc (Zn) and lead (Pb) in sediments and mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus), and to determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals zinc and lead in mozambique tilapia at Blanakan ponds, Subang, West Java. Sampling was carried out using the purposive sampling method at three stations with inlet, midlet, and outlet points. Sediment samples were taken as much as 500 grams at each point from the three stations, while 5 individuals of mozambique tilapia were taken from each station. Sample preparation was carried out by drying the sediment samples in an oven, while the mozambique tilapia were dissected to obtain meat samples. Analysis of the heavy metal content of zinc used the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while lead metal used the Inductively Coupled Plasma (ICP) method. Based on the analysis results, the heavy metal content of zinc in the sediment ranged from 15,21 – 43,94 ppm, while lead metal ranged from 5,04 – 7,88 ppm. The heavy metal content of zinc in mozambique tilapia ranged from 3,33 – 8,21 ppm, while lead metal was not detected. The BCF value of zinc metal in mozambique tilapia ranged from 0,132 – 0,311 (deconcentrator). The BCF value of lead metal in mozambique tilapia cannot be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amara Sausan Qotrunnada
"Tambak Blanakan merupakan kawasan budidaya perikanan yang berada di daerah pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan di sekitar tambak merupakan tempat padat aktivitas yang berpotensi menyebabkan kontaminasi logam berat masuk ke dalam perairan tambak. Logam berat yang masuk dapat memengaruhi organisme akuatik seperti ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan salah satu ikan budidaya yang dikonsumsi oleh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) pada sedimen dan ikan mujair Oreochromis mossambicus, serta menentukan nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam Cd dan Cu pada ikan mujair di tambak Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan tiga titik, yaitu inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 g pada setiap titik dari ketiga stasiun dan sampel ikan mujair diambil sebanyak 5 ekor pada tiap stasiun dengan berat berkisar antara 50–150 g. Sampel sedimen dikeringkan sebanyak 200 g dan sampel bagian daging ikan mujair diambil sebanyak 100 g/stasiun sebelum dianalisis kandungan logam berat. Logam berat kadmium pada sedimen dan ikan mujair dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dan Inductively Coupled Plasma (ICP), sedangkan logam berat tembaga pada kedua sampel dianalisis dengan AAS. Hasil analisis kandungan logam tembaga pada sedimen rata-rata berkisar antara 5,54–8,31 ppm, sedangkan analisis logam tembaga pada ikan mujair rata-rata sebesar 2,05 ppm. Hasil analisis kandungan logam kadmium baik pada sedimen maupun ikan mujair tidak terdeteksi (not detected). Nilai BCF logam tembaga adalah BCF<1, menunjukkan bahwa ikan mujair di tambak Blanakan termasuk dalam kategori dekonsentrator.

Blanakan ponds is an aquaculture area located in the coastal area of Subang Regency, West Java. The area around the pond is a dense place of activity that has the potential to cause heavy metal contamination to enter the pond waters. Heavy metals that enter can affect aquatic organisms such as fish. Mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus) is one of the cultivated fish that is consumed by humans. This study aims to determine the content of heavy metals cadmium (Cd) and copper (Cu) in sediment and Mozambique tilapia Oreochromis mossambicus, as well as determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of Cd and Cu metals in Mozambique tilapia in Blanakan ponds, Subang Regency, West Java. Determination of the sampling location by purposive sampling method at three stations with three points, namely inlet, midlet, and outlet. Sediment samples were taken as much as 500 g at each point from the three stations and samples of Mozambique tilapia were taken as many as 5 fish at each station with a weight ranging from 50–150 g. Sediment samples were dried as much as 200 g and samples of Mozambique tilapia meat were taken as much as 100 g/station before being analyzed for heavy metal content. Cadmium heavy metal in sediment and Mozambique tilapia was analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) and Inductively Coupled Plasma (ICP), while copper heavy metal in both samples was analyzed by AAS. The results of the analysis of copper metal content in sediments averaged between 5.54–8.31 ppm, while the analysis of copper metal in Mozambique tilapia averaged 2.05 ppm. The results of the analysis of the metal content of cadmium in both sediment and Mozambique tilapia were not detected. The BCF value of the copper metal is BCF <1, indicating that the Mozambique tilapia in the Blanakan ponds are included in the deconcentrator category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliandy Mahalana
"Kandungan logam berat pada lingkungan akuatik harus dipantau secara terus menerus agar tidak membahayakan organisme perairan dan manusia yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan logam timbal (Pb) pada sedimen dan kepiting bakau (Scylla serrata) yang diambil di Kawasan Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat, serta mengetahui nilai faktor biokonsentrasi (BCF) seng dan timbal pada kepiting bakau. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling, untuk deteksi logam Zn menggunakan perangkat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan untuk logam Pb menggunakan perangkat ICP (Inductively Coupled Plasma). Didapatkan rata-rata kandungan logam Zn pada sedimen di Tambak Blanakan tertinggi pada tambak I sebesar 26,39 ppm dan untuk rata-rata kandungan logam Pb tertinggi terdapat pada tambak III sebesar 7,273 ppm. Berdasarkan baku mutu US EPA kandungan logam berat pada sedimen untuk logam Zn sebesar 140,48 ppm dan untuk logam Pb sebesar 47,82 ppm, kandungan logam Zn dan Pb pada sedimen Tambak Blanakan masih berada di bawah ambang batas logam berat. Kandungan logam Zn pada kepiting bakau didapatkan pada tambak I sebesar 35,66 ppm, tambak II sebesar 18,99, tambak III sebesar 64,88 ppm dan untuk kandungan logam Pb pada kepiting bakau di Blanakan adalah ND atau tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Zn dan Pb pada kepiting bakau (Scylla serrata) di Tambak Blanakan masih berada dibawah ambang batas logam berat. Nilai BCF logam Zn pada kepiting bakau pada tambak I sebesar 1,35 yang termasuk dalam kategori mikrokonsentrator, pada tambak II sebesar 0,76 termasuk dalam kategori dekonsentrator, dan pada tambak III sebesar 3,04 yang termasuk dalam kategori makrokensentrator.

The content of heavy metals in the aquatic environment must be monitored continuously so as not to harm aquatic organisms and humans who consume them. This study aims to determine the content of heavy metal zinc (Zn) and metal lead (Pb) in sediment and mud crab (Scylla serrata) taken in the Blanakan Tambak Area, Subang, West Java, and to determine the value of the bioconcentration factor (BCF) of zinc and lead. on mud crabs. The method used for sampling is purposive sampling, for detection of Zn metal using an AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) device and for Pb metal using an ICP (Inductively Coupled Plasma) device. The highest average content of Zn in the sediment in the Blanakan Pond was 26.39 ppm in pond I and the highest average Pb metal content was found in pond III of 7.273 ppm. Based on the US EPA quality standard, the heavy metal content in sediment for Zn metal is 140.48 ppm and for Pb metal is 47.82 ppm, the content of Zn and Pb metals in Blanakan Pond sediments is still below the heavy metal threshold. The metal content of Zn in mangrove crabs was found in pond I of 35.66 ppm, pond II of 18.99, pond III of 64.88 ppm and for Pb metal content in mangrove crabs in Blanakan was ND or undetectable. This indicates that the metal content of Zn and Pb in the mud crab (Scylla serrata) in the Blanakan pond is still below the heavy metal threshold. The BCF value of Zn metal in mud crabs in pond I was 1.35 which was included in the microconcentrator category, at pond II was 0.76 which was included in the deconcentrator category, and in pond III was 3.04 which was included in the macrocentrator category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meisya
"Dalam penelitian ini dilakukan suatu simulasi pencemaran logam berat timbal Pb melalui jalur pakan. Sehingga didapatkan pemodelan bioakumulasi ion Pb pada Perna viridis yang diperoleh dari Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Perna viridis dalam mendapatkan makanannya dengan cara menyaring zooplankton, fitoplankton, detritus, diatom dan bahan organik dari perairan. Cara mendapatkan makanan yang demikian memungkinkan logam berat yang terlarut didalamnya ikut masuk kedalam tubuh Perna viridis. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar ion logam Pb yang terkandung di dalam Perna viridis dibutuhkan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang. Setelah itu, dilihat pengaruh metode depurasi pengaliran air terhadap kandungan pada protein Perna viridis.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai ku yang didapat dari perlakuan paparan ion logam Pb selama 10 hari adalah 3,70 mg/Kg.hari-1. Nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang adalah 0,14 mg/Kg.hari-1. Nilai BCF pada jalur pakan adalah 26,43 mg/Kg.hari-1. Nilai BAF yang diperoleh adalah 214,29 mg/Kg.hari-1. Dilakukan pula pengukuran kadar logam Pb pada Perna viridis yang berasal dari Muara Kamal, Jakarta Utara dengan metode depurasi pengaliran air berulang dan perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan berbagai konsentrasi dan waktu. Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan dalam upaya pemenuhan kondisi food safety, yang dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga maupun restoran.

This research was conducted on heavy metal contamination of lead Pb through food pathway. The bioaccumulation model of Pb ion was analyzed in Perna viridis which obtained from Laki Island, Kepulauan Seribu, North Jakarta. Perna viridis in getting food by filtering zooplankton, phytoplankton, detritus, diatoms and organic matter from water environment. Based on that way, heavy metals may dissolve in Perna viridis. Therefore, to reduce the level of Pb metal ion contained in the Perna viridis needs depuration method.
The method of depuration carried out in this research is the method of water flow recirculating. After that, seen the influence of depuration method of water flow recirculating depuration on protein content.
Based on the analysis results uptake value ku obtained from metal ion Pb exposure during 10 days is 3.70 mg Kg.day 1. The value to for depuration ke treatment with a water flow recirculating method is 0.14 mg Kg.day 1. The value of BCF in food pathway is 26,43 mg Kg.day 1. BAF values obtained were 214.29 mg Kg.day 1. Similarly, the measurement of Pb metal content in Perna viridis derived from Muara Kamal, North Jakarta with the method of depuration of water flow recirculating and depuration using acetic acid and citric acid with various concentrations and time. As additional information of fulfilling food safety conditions, which can be applied at a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Octavin Exaudina author
"Studi bioakumulasi ion logam berat kadmium dilakukan selama sepuluh hari pada kerang hijau yang berasal dari Pulau Laki dan didapatkan kadar logam berat kadmium yang terakumulasi di tubuh kerang hijau sebesar 4,03 mg/kg.hari. Selanjutnya dilakukan proses depurasi dengan metode pengaliran air berulang selama tiga hari dan didapatkan kadar ion kadmium sebesar 1,91 mg/kg. Sebagai pemodelan, didapatkan nilai konstanta pengambilan ku sebesar 0,48 mg/kg.hari dan nilai konstanta pelepasan ke dari proses depurasi adalah 0,18 mg/kg.hari. Dari nilai tersebut, hasil perhitungan nilai BCF adalah sebesar 2,67 mg/kg.hari dan nilai BAF sebesar 41,27 mg/kg.hari.
Sebagai tambahan, dilakukan juga proses depurasi dengan pengaliran air berulang dan perendaman menggunakan asam asetat dan asam sitrat pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal dengan variasi konsentrasi 0,375, 0,75, dan 1,125 selama 150 menit. Kadar ion logam kadmium yang terdapat pada tubuh kerang hijau di analisis menggunakan alat instrumentasi AAS Spektroskopi Serapan Atom. Ditentukan juga kadar protein pada kerang hijau sebelum dan sesudah proses depurasi dengan metode Kjeldahl. Metode ini diharapkan dapat mengurangi kadar logam berat kadmium pada kerang hijau sehingga aman untuk dikonsumsi keamanan pangan dan dapat dipergunakan dalam skala rumah tangga dan restoran.

Bioaccumulation study of heavy metal cadmium ion was carried out for ten days on the green mussels which obtained from Laki Island, Kepulauan Seribu and the heavy metal content of cadmium accumulated in green mussel body obtained of 4,03 mg kg.day. Furthermore, the process of depuration method using water flow recirculating was analyzed for three days and the levels of cadmium ions contained of 1,91 mg kg. As the modeling, the uptake value ku obtained of 0,48 mg kg.day and the depuration value ke obtained of 0,18 mg kg.day. From that value, the BCF value equal to 2,67 mg kg.day and BAF value equal to 41,27 mg kg.day.
In addition, there was also a depuration process with water flow recirculating and depuration using acetic acid and citric acid in green mussels derived from Muara Kamal with concentration variations of 0,375, 0,75, and 1,125 for 150 min. Also, the levels of protein in the green mussel determined by Kjeldahl method. This method is expected to reduce the heavy metal content of cadmium in green mussels food safety so it is safe for consumption and can be used in household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrianto Setiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya berbagai macam respons ikan karang yang berbeda terhadap Uji Antifeedant ekstrak kasar Stylissa massa dari Pulau Pramuka dan ekstrak kasar Stylissa massa Pulau Rambut. Menguji efektivitas Antifeedant dari masing-masing ekstrak kasar Stylissa massa. Uji Antifeedant dilakukan dengan menggunakan pakan perlakuan yang mengandung ekstrak kasar Stylissa massa serta pakan tanpa ekstrak kasar Stylissa massa sebagai kontrol, dalam bentuk kubus jeli 1 cm3 yang dikaitkan pada tali pancing. Pakan tersebut kemudian diujikan pada ikan di terumbu
karang dan diamati respons ikan karang terhadap ekstrak kasar Stylissa massa serta dihitung jumlah .pakan yang dimakan dan tidak. Hasil uji statistik Chi-square pada taraf signifikasi (α) 0,01 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian pakan perlakuan pada ketidaksukaan makan ikan.Berdasarkan hal tersebut maka ekstrak kasar Stylissa
massa Pulau Pramuka dan Stylissa massa Pulau Rambut positif memiliki aktivitas Antifeedant terhadap ikan karang dan terdapat berbagai variasi respons ikan karang terhadap ekstrak kasar Stylissa massa Pulau Pramuka dan Stylissa massa Pulau Rambut.
Diketahui bahwa Pulau Rambut dan Pulau Pramuka tercemar akan logam berat. Hasil analisis uji logam berat terbukti ekstrak kasar Stylissa massa Pulau Pramuka dan Pulau Rambut tercemar logam berat. Kadar logam berat mempengaruhi respons ikan terhadap pakan perlakuan.

This study aims to determine the various responses of different reef fishes to the
Antifeedant Test of Stylissa massa raw extract from Pramuka Island and Stylissa massa raw extract from Rambut Island. Test the Antifeedant effectiveness of each of the Stylissa massa raw extracts. The antifeedant test was carried out using treated feed containing
Stylissa massa raw extract and feed without Stylissa massa raw extract as a control, in
the form of 1 cm3 jelly cubes attached to a fishing line. The feed was then tested on fish on coral reefs and observed the response of reef fish to Stylissa massa raw extract and the amount of feed that was eaten and not counted. The results of the Chi-square statistical
test at the significance level (α) 0.01 showed that there was an effect of feeding treatment
on fish eating dislike. Based on this, the Stylissa massa raw extract from Pramuka Island and Stylissa massa raw extract of Rambut Island had positive antifeedant activity against reef fishes There were various variations in the response of reef fish to the Stylissa massa raw extract from Pramuka Island and Stylissa massa raw extract from Rambut island. It is known that Rambut Island and Pramuka Island are polluted with heavy metals. The result of heavy metal test analysis proved that the Stylissa massa raw extract of Pramuka Island and Stylissa massa raw extract of Rambut Island was contaminated with heavy metals. Heavy metal content affects fish responses to treated feed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Utami Wulaningsih, Author
"Logam berat yang mencemari sungai dapat mengontaminasi air dan hasil tangkapan pada tambak. Tambak Blanakan merupakan tempat budidaya hasil tangkapan perairan yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan sumber air laut dan air tawar yaitu sungai Blanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) pada sedimen dan kepiting bakau Scylla serrata, serta menentukan nilai bioconcentration factor (BCF) pada kepiting bakau di tambak Blanakan. Sampel sedimen diambil pada tiga stasiun secara purposive sampling pada tiga titik yaitu inlet, midlet, dan outlet sebanyak 500 g, sedangkan kepiting bakau diambil pada tiga stasiun sebanyak 5 ekor tiap stasiun. Sampel sedimen dipanaskan menggunakan oven selama 48 jam di suhu 60oC dan kepiting (yang sudah dipisahkan jaringan lunaknya). Analisis logam berat tembaga (Cu) pada sedimen dan kepiting bakau dilakukan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam kadmium (Cd) pada sampel sedimen dianalisis menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil analisis kandungan tembaga (Cu) pada sampel sedimen memiliki rata-rata sebesar 5,5367 – 8,31 ppm, sedangkan analisis tembaga (Cu) pada sampel kepiting bakau memiliki rata-rata sebesar 27,98 ppm. Hasil analisis kandungan kadmium (Cd) pada sedimen tidak terdeteksi, sedangkan kandungan kadmium (Cd) di kepiting bakau memiliki rata-rata 0,12 ppm. Nilai BCF tembaga (Cu) pada kepiting bakau adalah BCF > 2 yang menunjukkan bahwa kepiting bakau di tambak Blanakan merupakan konsentrator makro.

Heavy metals that pollute rivers can contaminate water and catches in ponds. Blanakan pond is a place for cultivating water catches located in Subang Regency, West Java, with sources of sea water and fresh water, namely the Blanakan river. This study aims to analyze the content of heavy metals copper (Cu) and cadmium (Cd) in sediments and mud crabs Scylla serrata, and determine the value of bioconcentration factor (BCF) in mud crabs in Blanakan ponds. Sediment samples were taken at three stations by purposive sampling at three points, namely inlet, midlet, and outlet as much as 500 g, while mud crabs were taken at three stations with 5 fish per station. Sediment samples were heated using an oven for 48 hours at 60oC and crabs (which had been separated from the soft tissue). Analysis of heavy metal copper (Cu) in sediments and mud crabs was carried out using the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while metal cadmium (Cd) in sediment samples was analyzed using Inductively Coupled Plasma (ICP). The results of the analysis of the copper (Cu) content in the sediment samples had an average of 5.5367 – 8.31 ppm, while the copper (Cu) analysis in the mud crab samples had an average of 27.98 ppm. The results of the analysis of the content of cadmium (Cd) in the sediment was not detected, while the content of cadmium (Cd) in mud crabs had an average of 0.12 ppm. The BCF value of copper (Cu) in mangrove crabs is BCF > 2 which indicates that the mangrove crabs in Blanakan ponds are macro concentrators."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Iqbal Dewandhi
"Blanakan memiliki area persawahan yang luas yang berdekatan dengan pemukiman penduduk serta mendapatkan air irigasi dari sungai Blanakan. Keberadaan keong emas (Pomacea canaliculata) sebagai hewan invasif di area sawah dimanfaatkan sebagai bahan pangan serta bahan pakan ternak oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat timbal (Pb) dan seng (Zn) pada sedimen sawah dan keong emas di sawah Blanakan, Subang Jawa Barat, serta mengetahui nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat Pb dan Zn pada keong emas. Sampel sedimen sawah dan keong emas diambil dari tiga stasiun penelitian menggunakan purposive sampling dengan tiga kali pengulangan di setiap stasiun. Sampel keong emas diambil sebanyak 5 individu di setiap titik sampling dengan ukuran cangkang 4-7 cm. Preparasi sampel sedimen sawah dilakukan dengan cara pengeringan menggunakan oven, sedangkan sampel keong emas diambil bagian dalam cangkang dan dipisahkan dengan operculum keong. Preparasi lebih lanjut di Laboratorium SIG dan Laboratorium UI Chem sebelum dilakukan analisis logam Pb dengan metode ICP dan logam Zn dengan metode AAS. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam timbal dan seng pada sedimen sawah di Blanakan berkisar di rentang 4,35 – 8,14 ppm dan 10,32 – 23,51 ppm. Pada sampel keong emas terkandung logam Pb dan Zn yang berkisar di rentang 0,085 – 0,135 ppm dan 9,42 – 58,82 ppm. Berdasarkan perhitungan nilai BCF, keong emas termasuk dalam kategori dekonsentrator dalam mengakumulasi logam timbal dan kategori makro konsentrator dalam mengakumulasi logam seng.

Blanakan has a large area of paddy fields adjacent to residential areas and gets irrigation water from the Blanakan river. The existence of golden apple snail (Pomacea canaliculata) as an invasive animal in Blanakan paddy fields is used as food and fodder by the local communities. This research aims to determine the heavy metal contents of lead (Pb) and zinc (Zn) in paddy field sediments and golden apple snail in Blanakan paddy fields, Subang, West Java, as well as the Bioconcentration Factor (BCF) value of those metals in the golden apple snails. Paddy field sediment and golden apple snail samples were taken from three research stations using purposive sampling at every station three times. Five samples of golden apple snail with a shell size of 4-7 cm were taken from each sampling point. The paddy field sediment samples were prepared by drying them using an oven, while the snail samples were taken from inside the shell and separated by the snail operculum. Further processing was carried out by the SIG Laboratory and the UI Chem Laboratory before carrying out the analysis of lead metal using the ICP method and the analysis of zinc metal using the AAS method. The results showed that the metal contents of lead and zinc in paddy field sediments in Blanakan ranged from 4.35 to 8.14 ppm and 10.32 to 23.51 ppm, respectively. The snail samples contained lead and zinc in the range of 0.085 – 0.135 ppm and 9.42 – 58.82 ppm, respectively. Based on the BCF calculations, golden apple snails are categorized as a deconcentrator for lead metal accumulation and a macro concentrator for zinc metal accumulation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mirani Kenraningrum
"Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap logam berat Kadmium (Cd) dan Seng (Zn) pada sampel sedimen dan udang peci (Penaeus merguiensis) yang diperoleh dari Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Sampel sedimen dan udang peci diambil dari 3 lokasi tambak yang berbeda yaitu tambak yang terletak berdekatan dan berjauhan dengan lingkungan masyarakat. dan dilakukan analisis dengan alat AAS dan ICP. Kandungan logam berat Cd pada sedimen dan udang peci memiliki hasil not detected >atau tidak terdeteksi. Sementara itu, untuk  kandungan logam berat Zn pada sedimen memiliki rata-rata 24,27 ppm dengan kandungan Zn tertinggi terdapat pada Stasiun 1 yaitu 26,39 ppm. Pada sampel udang, kandungan Zn memiliki rata-rata sebesar 14,1 ppm dan memiliki kandungan Zn tertinggi pada sampel udang peci di Stasiun 1. Hasil analisis kandungan logam berat Cd dan Zn pada sampel udang peci masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM yaitu 0,10 ppm untuk Cd dan 140,48 ppm untuk Zn. Berdasarkan US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, kandungan Cd dan Zn pada sedimen juga masih berada di bawah baku mutu yaitu 0,65 ppm untuk Cd dan 140,48 untuk Zn. Rata-rata nilai BCF yang diperoleh untuk udang peci pada ketiga tambak adalah 0,5 dan hasil tersebut menunjukan bahwa udang peci yang dibudidayakan pada ketiga tambak termasuk pada ketegori < 1 atau dekonsentrator.

In this study, an analysis of the heavy metals Cadmium (Cd) and Zinc (Zn) was carried out in sediment and white shrimp samples (Penaeus merguiensis) obtained from the Blanakan Pond, Subang, West Java. Sediment and white shrimp samples were taken from 3 different pond locations. The selected ponds have locations that are close to and far from the community environment. Heavy metal analysis was performed using AAS and ICP. From the analysis, the heavy metal content of Cd in the sediment and white shrimp was not detected. Meanwhile, the heavy metal content of Zn in the sediment has an average of 24.27 ppm with the highest Zn content found at Station 1, which is 26.39 ppm. In the white shrimp samples, the Zn content had an average of 14.1 ppm and had the highest Zn content in the white shrimp samples at Station 1. The results of the analysis of the heavy metal content of Cd and Zn in the white shrimp samples were still below the quality standard by BPOM (0,10 ppm for Cd and 140,48 ppm for Zn). Based on US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, the content of Cd and Zn in the sediment is also still below the quality standard (0.65 ppm for Cd and 140.48 ppm for Zn). The average BCF value obtained for white shrimp in the three ponds is 0.5 and these results indicate that the shrimp cultured in the three ponds are included in the <1 category or deconcentrator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameera Saffa Ramadhina
"Kecamatan Blanakan diketahui sebagai salah satu wilayah yang memproduksi hasil perikanan, salah satunya adalah udang peci (Penaeus merguiensis). Kegiatan antropogenik di Blanakan dan sekitarnya dapat menyebabkan pencemaran logam berat pada tambak, termasuk biota yang dibudidayakan. Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk menganalisis kandungan logam berat pada sedimen dan udang peci Penaeus merguiensis, yaitu logam Cu dan logam Pb. Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat akumulasi logam Cu dan logam Pb pada udang peci melalui nilai Bioconcentration Factor (BCF). Pengambilan sampel dilakukan pada tambak di Blanakan yang terbagi menjadi tiga stasiun lokasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2022. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Analisis kandungan logam Cu dan logam Pb pada sedimen dan udang peci dilakukan menggunakan AAS. Hasil analisis logam berat yang tidak terdeteksi kemudian dilakukan analisis menggunakan ICP. Pada sampel sedimen dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP OES, sedangkan sampel udang peci dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP MS. Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat pada sedimen, kandungan logam Cu berkisar antara 4,30–13,28 ppm dan logam Pb berkisar antara 5,04–7,88 ppm. Pada sampel udang peci, logam Cu terdeteksi dengan kandungan berkisar 4,89–14,13 ppm, sementara kandungan logam Pb tidak terdeteksi (not detected) atau berada di bawah limit deteksi, yaitu 0,0004 ppm. Nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat pada udang peci dihitung dengan membandingkan kandungan logam berat pada udang peci dengan kandungan rata-rata logam berat pada sedimen. Nilai BCF logam Cu pada udang peci pada stasiun 1 sebesar 1,70 (microconcentrator), stasiun 2 dengan 1,42 (microconcentrator), dan stasiun 3 dengan 0,88 (deconcentrator). Nilai BCF logam Pb pada udang peci tidak dapat ditentukan.

Blanakan subdistrict is known as one of the areas that produce fishery products, one of which is the white shrimp (Penaeus merguiensis). Anthropogenic activities in Blanakan and surrounding areas can cause heavy metal pollution in ponds, including the biota that lives in the ponds. This final project research was conducted to analyze the content of heavy metals in sediment and white shrimp Penaeus merguiensis, which are copper (Cu) and lead (Pb). The research was also conducted to determine the level of accumulation of heavy metals copper (Cu) and lead (Pb) in white shrimp through the value of the Bioconcentration Factor (BCF). Sampling was carried out on ponds in Blanakan, which was divided into three location stations. This research was conducted from February to May 2022. The method used in this study was purposive sampling. The heavy metals content of copper (Cu) and lead (Pb) was analyzed in sediment and white shrimp using AAS. The heavy metals that were not detected were then analyzed using ICP. The sediment samples were analyzed using AAS and ICP OES, and the white shrimp samples were analyzed using AAS and ICP MS. Based on the analysis of heavy metals content in the sediment, Cu metal content ranged from 4.30–13.28 ppm, and Pb metal ranged from 5.04–7.88 ppm. In white shrimp samples, Cu metal was detected with a value ranged from 4.89–14.13 ppm, while the Pb metal content was not detected or below the detection limit, which was 0.0004 ppm. Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals in white shrimp was calculated by comparing the heavy metal content in white shrimp with the average heavy metal content in the sediment. The BCF value of Cu metal in white shrimp at station 1 was 1.70 (microconcentrator), station 2 was 1.42 (microconcentrator), and station 3 was 0.88 (deconcentrator). The BCF value of Pb metal in white shrimp could not be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>