Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ega Annisa Rizti
"Penelitian ini menguji hubungan dua arah antara performa perusahaan dan kualitas pengungkapan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan menggunakan model regresi linier berganda (2SLS). Penelitian ini juga menguji peran variabel perantara keberagaman gender dalam jabatan eselon atas dan kepemilikan keluarga terhadap hubungan dantara performa perusahaan dan kualitas pengungkapan emisi GRK dengan menggunakan model OLS. Sampel penelitian adalah perusahaan publik di Indonesia yang terdiri dari 421 observasi dari tahun 2008-2020. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan dua arah antara performa perusahaan dan kualitas pengungkapan emisi GRK. Hubungan dua arah tersebut diperkuat ketika dimoderasi oleh adanya keberagaman gender dalam jabatan manajemen puncak, khususnya keterlibatan wanita dalam jabatan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Namun, kualitas pengungkapan emisi GRK berkurang seiring dengan bertambahnya kepemilikan keluarga, sehingga melemahkan hubungan dua arah tersebut. Penelitian ini berkontribusi terhadap penelitian mengenai hubungan antara kualitas pengungkapan emisi GRK dan performa perusahaan, serta pengaruh karakteristik manajemen puncak terhadap pengungkapan emisi GRK, khususnya di Indonesia.

This study examined the two-way relationship between firm performance and carbon disclosure by using the two-stage-least-squares (2SLS) regression method. Furthermore, this study also examined the intermediating effect of gender diversity within the upper echelon and family ownership structure on the two-way relationship by using OLS. The sample included public firms in Indonesia, which consisted of 421 firm-year observations from 2008 to 2020. The findings show a two-way relationship between firm carbon disclosure and firm performance. The two-way relationship is intensified when intermediated by gender diversity within the upper echelons positions, specifically the involvement of women within the Board of Commissionaires (BoC) and the Board of Directors (BoD). However, family ownership structure lowers firms’ carbon disclosure, which lower the intensity of the two-way relationship. This research contributes to prolong the study on the relationship between firm performance and carbon disclosure as well as the influence of the upper echelons’ characteristics on carbon disclosure, particularly but not limited to, Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juhans
"ABSTRAK
Kabupaten Karawang dilewati oleh Jalan Nasional Rute 1 atau yang dikenal
dengan nama Jalur Pantai Utara (Pantura). Jalan nasional ini menghubungkan kota
besar seperti DKI Jakarta dan kota-kota besar di Jawa Barat yaitu, Cirebon dan
Bandung dengan Kabupaten Karawang. Hal ini menjadikan jalan nasional di
Kabupaten Karawang memiliki volume lalu lintas yang tinggi. Dinamika arus
kendaraan pada jalan nasional berbanding lurus dengan jumlah karbon yang
terdapat pada jalan tersebut. Untuk itu penelitian stok karbon penting untuk
mengetahui sejauh mana kontribusi jalur hijau jalan yang berada di sepanjang jalan
nasional ini dalam menyerap gas rumah kaca khususnya CO2. Metode indeks
vegetasi digunakan sebagai metode yang efisien untuk mengestimasi nilai stok
karbon. Indeks vegetasi yang memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan sampel
di lapangan adalah EVI, sehingga EVI merupakan indeks vegetasi yang cocok
untuk digunakan pada penelitian ini. Hasilnya estimasi nilai stok karbon jalur hijau
jalan nasional Kabupaten Karawang sebesar 9.046 ton/ha dan daya serap karbonnya
mencapai 33.170 ton/ha. Sementara total rata-rata emisi karbon yang dihasilkan
oleh kendaraan yang melewati jalan nasional tersebut mencapai nilai 65.868 ton per
harinya. Sebagian besar segmen jalan nasional di Kabupaten Karawang mampu
menyerap dengan baik emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan yang melewati
jalan tersebut.

ABSTRACT
Karawang regency passed by the National Road or Route 1, known as the
North Shore Line (coast). This national road connects major cities such as Jakarta
and major cities in West Java, namely, Cirebon and Bandung with the Karawang
regency. This makes the national road in the Karawang regency has a high traffic
volume. The dynamics of the flow of vehicles on national roads is directly
proportional to the amount of carbon contained in the road. For the study of carbon
stocks is important to know the extent of the contribution of the green belt road that
is along the national road is to absorb greenhouse gases, especially CO2. Vegetation
index method is used as an efficient method to estimate the carbon stock.
Vegetation index that has the highest correlation with the value of the samples in
the field is EVI, so the vegetation index EVI is suitable for use in this study. The
result is the estimated value of stock-carbon green belt national road Karawang
regency of 9.046 tonnes / ha and absorption of carbon reaching 33.170 tonnes / ha.
While the average total carbon emissions produced by vehicles passing through the
national road reaches the value of 65.868 tons per day. Most of the national road
segments in the Karawang regency are able to absorb the carbon emissions
produced by vehicles passing through the road.
"
2016
S64128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ratnawati
"The negative externalities of carbon emissions have become
global problems requiring public-private collaboration for
successful intervention. Based on the Copenhagen Climate
Change Conference, to reduce carbon emissions by 26% from
BAU (business as usual), one of policies that might be
implemented is the carbon tax. By pragmatically analyzing the
experiences of countries that have successfully implemented a
carbon tax, it is expected that an ideal formulation and
mechanism of carbon tax for Indonesia can be developed. The
limitation of such studies are the behavioral effect of the
readiness of Indonesian society to implement carbon tax and a
comprehensive calculation on the proposed carbon tax rates.
The results of study showed that the carbon tax could be
implemented in Indonesia. The ideal formulation of carbon tax
being used as a reference in determining policies to address the
negative externalities of carbon emissions and global warming.
Eksternalitas negatif emisi karbon merupakan permasalahan
global yang penanganannya memerlukan kehadiran
intervensi pemerintah. Sesuai dengan komitmen pemerintah
dalam Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen untuk
menurunkan emisi karbon sebesar 26% dari BAU (business as
usual), maka salah satu kebijakan yang dapat digunakan
adalah carbon tax. Menggunakan metode practical approach
pada negara-negara yang telah berhasil menerapkan carbon
tax diharapkan terdapat rumusan carbon tax yang ideal serta
mekanisme dapat diterapkannya carbon tax di Indonesia.
Keterbatasan area penelitian yang perlu diteliti lebih
mendalam adalah mengenai behavioral effect kesiapan
masyarakat Indonesia atas penerapan carbon tax, serta
perhitungan yang komprehensif atas usulan tarif pajak. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa carbon tax dapat
diterapkan di Indonesia. Rumusan ideal carbon tax dapat
digunakan sebagai referensi dalam penentuan kebijakan
untuk mengatasi eksternalitas negatif emisi karbon serta
global warming."
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, 2016
336 ITR 1:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Suraputra
"Kebakaran merupakan salah satu penghasil gas karbon monoksida (CO) terbesar di udara. Menurut National Bureau of Standard USA, penyebab korban jiwa terbesar pada kebakaran adalah menghirup asap hasil kebakaran (smoke inhalation) sebesar 74%, tersengat panas sebesar 18%, dan penyebab lain sebesar 8%. Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi kadar CO dan menjernihkan asap kebakaran menggunakan zeolit alam Lampung termodifikasi TiO2. Hasil uji XRF menunjukkan rasio Si/Al meningkat dari 5,02 menjadi 13,29 setelah aktivasi, sedangkan hasil uji BET menunjukkan luas permukaan meningkat dari 33,85 m2/g menjadi 37,75 m2/g untuk zeolit alam Lampung 400 mesh, 40,06 m2/g untuk zeolit alam Lampung 400 nm, dan 44,41 m2/g untuk zeolit alam Lampung termodifikasi TiO2. Zeolit alam Lampung termodifikasi TiO2 ukuran 400 nm dengan massa 3 gram memiliki kapasitas adsorpsi CO paling tinggi (3,67 %) dan rasio t10 penjernihan asap paling baik yaitu 0,45, 0,45, dan 0,48.

Fire is one of the biggest producer carbon monoxide (CO) gas in the air. According to the National Bureau of Standard USA, the largest cause of fatalities in fire is smoke inhalation 74 %, heat stock of 18 %, and other cause 8 %. The research was done to reduce CO levels and smoke clearing fire using Lampung natural zeolite modified TiO2. XRF test results showed the ratio of Si/Al increases from 5,02 to 13,29 after activation, while test results showed the BET surface area increased from 33,85 m2/g to 37,75 m2/g for Lampung natural zeolite 400 mesh, 40,06 m2/g for Lampung natural zeolite 400 nm, and 44,41 m2/g for Lampung natural zeolite modified TiO2. Lampung natural zeolite modified TiO2 400 nm size with a mass 3 grams having the highest CO adsorption capacity (3,67 %) and the best ratio t10 smoke purification that has a value of 0.45, 0.45, dan 0.48. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S917
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggieani Laras Suti
"Kota Bandung merupakan kota metropolitan besar di Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa pada tahun 2019 berdasarkan BPS Kota Bandung. Jumlah penduduk yang sangat banyak berdampak pada emisi karbon yang banyak juga. Selain itu, kebutuhan lahan di daerah ini terus meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan, akibatnya penutup vegetasi akan terganggu. Penutup vegetasi yang terganggu akan berdampak pada kemampuan penyerapan karbon dan di sisi lain, emisi penduduk juga tidak terserap. Padahal jumlah penduduk di Kota bandung terus meningkat dan berdasarkan U.S Environmental Protection Agency, manusia mengeluarkan CO2 dalam sehari mencapai 2,3 pon atau sebanyak 1 kg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biomassa, daya serap, dan kemampuan menyerap karbon dioksida pada Ruang Terbuka Hijau. Beberapa indeks vegetasi termasuk NDVI, ARVI, dan SAVI yang berasal dari Sentinel-2B multispekral dilakukan integrasi dengan nilai biomassa berbasis allometrik untuk menghasilkan model estimasi biomassa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa vegetasi RTH di Kota Bandung dapat menyerap CO2 hasil respirasi penduduk sebesar 95,9%, namun tidak mampu menyerap CO2 secara keseluruhan di udara. Distribusi kelas RTH yang memiliki biomassa, daya serap, dan besaran kemampuan menyerap emisi paling tinggi didominasi pada lereng agak curam hingga sangat curam yaitu terdapat Manglayang Park yang keberadaanya pada RTH Pelestarian Alam, sedangkan pada kelas paling rendah didominasi pada lereng sangat landai hingga landai yang banyak ditumbuhan vegetasi di pinggir jalan yaitu RTH Sempadan Jalan.

Bandung is a major metropolitan city in West Java Province, with a population of more than 2.5 million people in 2019 based on BPS Bandung. The huge population has an impact on carbon emissions as well. In addition, land needs in this area continue to increase, but not offset by land availability, as a result vegetation cover will be disturbed. Disturbed vegetation cover will have an impact on carbon sequestration capabilities and on the other hand, population emissions are also not absorbed. Whereas the population in bandung city continues to increase and based on the U.S. Environmental Protection Agency, humans emit CO2 in a day reaches 2.3 pounds or as much as 1 kg. The purpose of this study was to analyze biomass, absorption, and the ability to absorb carbon dioxide in Green Open Space. Several vegetation indices including NDVI, ARVI, and SAVI derived from Sentinel-2B multispecral are integrated with allometric based biomass values to produce biomass estimation models. The results of this study stated that UGS vegetation in Bandung can absorb CO2 resulting from population respiration by 95.9%, but is not able to absorb CO2 as a whole in the air. Distribution of UGS class that has biomass, absorption, and the amount of ability to absorb the highest emissions is dominated on slopes rather steep to very steep, namely Manglayang Park which is located in the UGS Nature Preservation, while in the lowest class is dominated on the slopes are very sloping to ramps that are growing vegetation on the roadside, namely UGS Border Road."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charisma Pratiwi Anwar
"Tesis ini menganalisis apakah Indonesia adalah pollution haven bagi partner dagangnya, dengan menggunakan analisis input output dari tahun 2000 hingga 2014. Pollution haven hypothesis dapat diuji dengan menghitung berapa banyak emisi karbon yang akan meningkat jika ekspor meningkat sebesar satu juta US dolar, dan berapa banyak polusi yang akan berkurang jika mengimpor produk yang tidak lagi diproduksi di Indonesia. Selama periode pengamatan, temuan menunjukkan bukti yang beragam. Pada awal 2000 dan setelah 2012, Indonesia bukanlah pollution haven, sedangkan dari tahun 2003 hingga 2011 menunjukkan bahwa pollution haven hypothesis kemungkinan besar terjadi di Indonesia.

This thesis examines whether Indonesia is a pollution haven for its trade partners from 2000 to 2014 by applying an input-output analysis. The pollution haven can be tested by calculating how much carbon emissions will increase if exports increase by one million dollars, and how much pollution would reduce due to importing products that are not produced in Indonesia. During the observation period, the findings show mixed evidence. In the early 2000s and after 2012, Indonesia was not a pollution haven, whereas the evidence from 2003 to 2011 shows that the pollution haven hypothesis was most likely correct in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Desna Waty
"Perubahan iklim merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia, terbukti bahwa emisi karbon terus meningkat, mencapai dua kali lipat jumlahnya dari tahun 2000. Kekhawatiran internasional dari meningkatnya emisi karbon menghasilkan perjanjian internasional berupa Paris Agreement, yang mengikat setiap negara dengan Nationally Determined Contribution (NDC), suatu target penurunan emisi karbon yang harus dicapai. NDC milik Indonesia mewajibkan penurunan jumlah emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030. Sebagai salah satu upaya penurunan emisi karbon, maka direkomendasi kebijakan yang memberdayakan instrumen pasar berupa carbon pricing. Salah satu instrumennya adalah pajak karbon yang dapat diimplementasikan dapat bentuk cukai, yaitu cukai karbon. Implementasi cukai karbon dapat dilakukan dengan melakukan ekstensifikasi Barang Kena Cukai. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah cukai karbon dapat memenuhi karakteristik legal cukai yang perlu dipenuhi, bagaiamana upaya pemerintah untuk mewujudkan cukai karbon, serta potensi peningkatan penerimaan negara dari cukai karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cukai karbon dapat memenuhi karakteristik legal cukai. Sampai saat ini, upaya pemerintah masih pada tahap awal dan belum fokus pada cukai karbon. Cukai karbon diperhitungkan berpotensi meningkatkan penerimaan negara sebesar 37-176 triliun Rupiah.

Climate change is one of the problems that Indonesia faces, proven that carbon emission keeps increasing, reaching twice its amount since 2000. The international concern from the increasing of carbon emission resulted an international agreement that is Paris Agreement, which ties each country with Nationally Determined Contribution (NDC). Indonesia’s NDC obligate a decrease of carbon emission amount to 29% by 2030. Therefore, as means to decrease carbon emission, there’s a policy recommendation by utilizing market instruments in a form of carbon pricing. One of the instruments is a carbon tax that could be implemented in form of excise, which is carbon excise. The implementation could be done through an extensification of excise goods. Therefore, the purpose of this research is to analyze whether carbon excise could fulfill the legal characteristic of excise, how is the government’s effort to actualize carbon excise, and also carbon excise’s potential to raise government revenues. The result of this research shows that carbon excise could fulfill the legal characteristic of excise. Government’s effort is still on the early stage and there’s no focus yet towards carbon excise. It is calculated that carbon excise has the potential to raise government revenues up to 37-176 billion Rupiah."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Cantika Putri
"Dalam beberapa dekade terakhir, isu lingkungan terkait pemanasan global menjadi pusat perhatian. Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim karena adanya peningkatan gas rumah kaca yang terjadi akibat penumpukan karbon yang terakumulasi di atmosfer. Peran vegetasi sebagai penyerap karbon menjadi salah satu bagian penting untuk mengurangi gas rumah kaca di atmosfer dalam rangka mengatasi pemanasan global. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis persebaran spasial stok karbon di wilayah Bali Bagian Selatan serta menganalisis hubungan tutupan lahan dengan kerapatan vegetasi terhadap stok karbonnya. Estimasi stok karbon dilakukan dengan membuat model regresi antara nilai stok karbon aktual dengan nilai piksel hasil transformasi indeks vegetasi NDVI pada citra yang diperoleh dari pengolahan citra satelit Sentinel 2-A. Model regresi terbaik akan digunakan untuk mengestimasi persebaran stok karbon di Bali Bagian Selatan. Hubungan nilai stok karbon terhadap tutupan lahan dilakukan menggunakan analisis overlay untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Bali Bagian Selatan persebaran stok karbon di Bali Bagian Selatan tahun 2015 dan 2021 memiliki stok karbon yang cenderung meningkat. Hubungan tutupan lahan dan stok karbon menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan berdampak pada perubahan nilai stok karbon di Bali Bagian Selatan.

Global warming causes climate change due to an increase in greenhouse gases that occur because of the accumulation of carbon that accumulates in the atmosphere. The role of vegetation as a carbon sink is an essential part of reducing greenhouse gases in the atmosphere to overcome global warming. This study aims to map and analyze the spatial distribution of carbon stocks in Southern Bali and analyze the relationship between land cover and vegetation density on carbon stocks. Carbon stock estimation is performed by creating a regression model between the actual carbon stock value and the pixel value resulting from the transformation of the vegetation index (NDVI) obtained from processing Sentinel 2-A satellite imagery. The best regression model will be used to estimate the distribution of carbon stocks in Southern Bali. The relationship between the change of carbon stock value and land cover change was carried out using overlay analysis to see the relationship between the two variables. The results showed that the distribution of carbon stocks in Southern Bali tends to increase. Land cover change has an impact to the change of carbon stock value in Southern Bali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Basri Amin
"Komposit karbon dibuat dengan bahan baku serbuk limbah batubara, arang batok kelapa, dan coal tar pitch. Serbuk batubara dan arang batok kelapa berperan sebagai penguat partikulat, dan coal tar pitch berperan sebagai prekursor matriks pengikat. Persentase coal tar pitch yang digunakan adalah 30% berat dan persentase BB dan ABK 70% berat. Ukuran partikel batubara dan arang batok kelapa yang dipakai adalah 200 mesh. Pembuatan komposit ini dilakukan dengan proses kompaksi panas dengan tekanan 11 U.S ton/78 Mpa, T=1000C, selama 30 menit, kemudian dikarbonisasi pada suhu 500-5500C, P = ± 600 torr. Variabel dalam penelitian ini adalah persentase BB:ABK yaitu 60:40, 70:30, 80:20. Pada spesimen uji komposit karbon ini akan diamati nilai densitas, persentase porositas, nilai kekerasan, ketahanan aus dan morfologi ikatan antar bahan penyusun.
Semakin tinggi kandungan BB(semakin rendah kandungan ABK) akan dihasilkan nilai densitas yang semakin tinggi dan porositas semakin rendah. Nilai densitas tertinggi terdapat pada rasio komposisi BB:ABK 70:30, yaitu 1,53 gr/cm3 dan persentase porositas terendah terdapat pada 70:30, yaitu 32 %. Kemudian, semakin tinggi kandungan ABK (atau semakin rendah kandungan BB) akan dihasilkan nilai kekerasan yang semakin tinggi dan laju keausan akan semakin rendah/semakin tahan aus. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada BB:ABK 60:40, yaitu 49,73 BHN dan laju keausan terendah terdapat pada BB:ABK 60:40, yaitu 0.05499 mm3/Nm. Ketidaksesuaian densitas, porositas, serta laju keausan pada rasio komposisi BB:ABK 80:20 disebabkan karena banyaknya coal tar pitch yang meluber saat kompaksi.

Carbon-carbon composite is made by coal,coconut shell coal, and coal tar pitch. Coal and coconut shell coal acted as reinforced particle and coal tar pitch as matrix precursor. The percentage of coal tar pitch which used is 30% (weight fraction) and reinforced particle(coal and coconut shell coal) is 70%. The mesh of particle size of coal and coconut shell coal is 200. The processed used is hot compaction/pressing. The pressed was 11 U.Ston/78 Mpa, T=1000C, for 30 minute, Then carbonized at 500-5500C, P = ± 600 torr. The variable in this research is the presentage of coal compared with coconut shell coal,individually 60:40, 70:30,and 80:20.The carbon-carbon composite then characterized enclose density, the percentage of porosity, hardness, wear rate, and microstructure by Scanning Electron Microscope (SEM).
With increasing of coal content(decrease of coconut shell coal content),produced the increasing in density and decreasing in porosity. The highest density is shown in composition ratio of coal compared with coconut shell coal 70:30, that was 1,53 gr/cm3 and the lowest percentage of porosity is produced in 70:30, that was 32 %. Then, increasing of coconut shell coal content (decrease of coal content) produced higher proportion in hardness and lower proportion in wear rate/ more wear resistant. The highest proportion in hardness is produced in composition ratio of coal compared with coconut shell coal 60:40, that was 49,73 BHN and the lowest wear rate is shown in composition ratio of coal compared with coconut shell coal 60:40, that was 0.05499 mm3/Nm. The nonconformity in density, porosity, and wear rate in composition ratio of coal compared with coconut shell coal caused by the amount of coal tar pitch reduced (caused overflow from the dies) when hot pressing carried out.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S926
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>