Ditemukan 121987 dokumen yang sesuai dengan query
Pepita Gracia Adiyat
"Vaksin merupakan manifestasi produk bioteknologi medis yang digunakan pada era modern. Vaksin memiliki peran dalam menciptakan perlindungan kelompok ditengah masyarakat (herd-immunity) utamanya dalam konteks yang penting dan mendesak seperti krisis kesehatan global. Urgensi vaksin sebagai produk bioteknologi dapat dikaji melalui teori biopolitik Michel Foucault dengan latar belakang teori utilitarianisme yang mendorong urgensi pembahasan vaksin secara filosofis. Biopolitik digunakan sebagai kekuasaan bagi otoritas dalam memberikan suatu regulasi dan mandat yang memandang masyarakat sebagai satu tubuh populasi yang dapat dapat dikelola dan dikuasai melalui intervensi disiplin dan normalisasi. Hal ini berimplikasi pada modifikasi perilaku tubuh individu (personalisasi) sebagai strategi kekuasaan (biopower) yang mendukung vaksin sebagai produk bioteknologi yang memaksimalkan utilitas dan kegunaan (utilitarian). Dengan demikian, upaya dan kebijakan otoritas dalam menciptakan angka kesehatan terwujud secara maksimal melalui penerapan kekuasaan biopolitik sebagai upaya mengontrol dan menginternalisasi populasi melalui vaksinasi
Vaccines as a manifestation of medical biotechnology products are used in the modern era. Vaccines have a role in creating herd-immunity, especially in important and urgent contexts such as the global health crisis. The urgency of vaccines as a biotechnology product can be studied through Michel Foucault's biopolitical theory with a background of utilitarianism theory which encourages the philosophical urgency of discussing vaccines. Biopolitics is used as a power for authorities to provide regulations and mandates that view society as a population body that can be managed and controlled through disciplinary intervention and normalization. This has implications for individual body behaviour modification (personalization) as a power strategy (biopower) that supports vaccines as biotechnology products that maximize utility and utility (utilitarian). Thus, the efforts and policies of the authorities in creating health figures are maximized optimally through the application of biopolitical power as an effort to control and internalize the populationthrough vaccination."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Muhammad Aldiansyah
"Penelitian ini merupakan kajian terhadap manusia yang secara filosofis meneliti mengenai proyeksi dan implikasi dunia utopis terhadap kekuasaan di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami kaitan antara pengetahuan, dinamika kekuasaan, dan utopia, dengan menggunakan pendekatan strukturalisme dan metode genealogi Michel Foucault. Dalam masyarakat, upaya-upaya manusia dalam mewujudkan utopia, atau dunia ideal, akan selalu melibatkan pertentangan pengetahuan dan kekuasaan. Sehingga status utopia dan distopia selalu bersifat dialektis. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka. Penelitian ini mengungkapkan bagaimana dunia utopis yang manusia dambakan dapat membawa petaka untuk manusia, dimana salah satunya adalah menihilkan sisi humanis manusia (dehumanisasi) dan menghasilkan keadaan nihilis bagi umat manusia.
This research contains a study of humans, from a philosophical standpoint, examining the projections and implications of a utopian world on power relations in the future. This research aims to understand the connection between knowledge, power dynamics, and utopia, utilizing the structuralist approach and Michel Foucault's genealogy philosophy method. In our society, human efforts to realize utopia, or an ideal world, will invariably involve conflicts between knowledge and power. Thus, the status of utopia and dystopia is always dialectical. The data used in this research are obtained through literature reviews. The study reveals how the utopian world that humans aspire to can bring catastrophe, one of which is the annihilation of the humanistic side of humans (dehumanization) and the creation of a nihilistic condition for humanity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Muhammad Rohmadin
"Makalah ini membahas survei politik dan opini publik melalui perspektif Michel Foucault, yang melihat survei sebagai mekanisme kekuasaan modern. Survei tidak hanya mencerminkan opini publik, tetapi juga membentuk dan menormalkannya melalui pengawasan, framing, dan produksi wacana. Menggunakan konsep seperti panoptikon, biopolitik, dan normalisasi, makalah ini mengungkap bagaimana survei menjadi alat kontrol sosial yang halus, memengaruhi perilaku kolektif tanpa paksaan langsung. Hasil survei sering menciptakan efek bandwagon, di mana preferensi publik diarahkan untuk mengikuti persepsi mayoritas. Dengan pendekatan filosofis berbasis studi literatur, makalah ini menyoroti bagaimana survei politik bukan sekadar alat teknis, tetapi juga instrumen kekuasaan yang mengatur pengetahuan dan menguatkan wacana dominan. Survei politik mencerminkan dinamika kompleks antara kekuasaan dan pengetahuan dalam masyarakat modern, serta berperan dalam legitimasi kekuasaan aktor politik.
This paper examines political surveys and public opinion through the perspective of Michel Foucault, who views surveys as a mechanism of modern power. Surveys not only reflect public opinion but also shape and normalize it through surveillance, framing, and discourse production. Using concepts such as panopticon, biopolitics, and normalization, this paper reveals how surveys act as subtle tools of social control, influencing collective behavior without direct coercion. Survey results often create a bandwagon effect, where public preferences are directed to align with the majority perception. Through a philosophical approach based on literature studies, this paper highlights how political surveys are not merely technical tools but also instruments of power that regulate knowledge and reinforce dominant discourses. Political surveys reflect the complex dynamics between power and knowledge in modern society and play a role in legitimizing the power of political actors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Miftahul Jannah
"Tulisan ini merupakan kajian terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dalam kerangka pemikiran Karl Polanyi berjudul The Great Transformation: The Political and Economic Origins of Our Time. Polanyi secara khusus mengkritik kesesatan ekonomistik pasar bebas yang mengakibatkan tercerabutnya sistem ekonomi dari relasi manusia. Konsekuensi yang ditimbulkan adalah pereduksian makna hidup manusia pada aspek ekonomis semata. Terisolasinya kegiatan ekonomi akibat aturan-aturan logis dan otonom menyampingkan pertimbangan-pertimbangan subjektif dari kehendak masyarakat. PEL menjadi pendekatan alternatif atas sistem ekonomi berbasis pada pemeliharaan nilai-nilai yang menjadi kekayaan sosial masyarakat. Pendekatan dalam ekonomi lokal memperluas pemaknaan sistem ekonomi sebagai upaya reflektif atas kesadaran moral natural kolektif untuk mengemban tanggung jawab sosial. Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan sebagai upaya refleksi kritis terhadap penilaian etis atas proses PEL. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa PEL menjadi rekonstruksi sistem ekonomi berbasis moralitas yang memungkinkan terbentuknya sistem ekonomi yang lebih partisipatoris dan terkoordinasi.
This writing is a study about the Local Economic Development (LED) in the framework of Karl Polanyi’s Book The Great Transformation: The Political and Economic Origins of Our Time. Polanyi specifically criticizes the economists digression in the free market that resulted in the uprooting of the economic system of human relations. The consequence is the reduction of the meaning of human life to the purely economic aspect. The isolated economic activities caused by logical and autonomic law that disregards the subjective considerations of the will of society. LED has become an alternative approach to the economic system based on maintaining the values that become the social wealth of society. The approach of local economy widens the meaning of economic systems as a reflective effort on collective natural moral awareness to assume social responsibility. This study was conducted using the library method as an effort to critically reflect on the ethical assessment of the LED process. In the end, it can be concluded that LED is the reconstruction of a morality-based economic system that enables the formation of a more participatory and coordinated economic system."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Kazhman Anhari
"Dalam kebudayaan manusia kontemporer, seringkali kita melihat seorang individu memilih untuk berada pada zona yang membuat dirinya merasa aman meski hal tersebut membuat dirinya berada dalam status kesadaran manusia malafide. Memilih untuk berada pada zona aman merupakan bentuk ketidakmampuan seorang individu dalam menghadapi pilihan-pilihan hidup yang membuat dirinya lari dan membuang kebebasannya. Menjalani sebuah kehidupan dengan status kesadaran manusia malafide, membuat seorang individu berperan pasif dalam kehidupan, dan melihat segala sesuatu sebagai obyek yang ada tanpa memiliki makna. Eksistensialisme hadir sebagai bentuk reaksi yang memberikan pemahaman berpikir seorang individu didalam menjalani dan memaknai kehidupannya. Gabriel Marcel sebagai salah satu tokoh eksistensialis religius melihat bahwa status kesadaran manusia malafide ini merupakan bentuk dimana seorang individu tidak benar-benar menjalani sebuah kehidupan, karena ia menutup diri dari pengalaman-pengalaman maupun pilihan-pilihan hidup yang akan ia jumpai melalui relasi dengan dunia dan the other diluar dirinya. Kebebasan seorang individu untuk menentukan pilihan-pilihan hidup yang ia jumpai merupakan suatu bentuk eksistensi dari seorang individu, melalui perenungan dan penghayatan didalam menentukan sebuah pilihan, seorang individu memperlihatkan bagaimana dirinya mampu bereksistensi.
In contemporary human culture, we often see an individual chooses to be in a zone that makes her feel safe even though it makes itself in a malafide human status of consciousness. Choose to be in a safe zone is the form of an individual's inability to face life choices that make him run away and throw away his freedom. Living a life with a malafide human status of human consciousness, making an individual play a passive role in life, and see everything as an object that is without meaning. Existentialism be present as a form of reaction that provides an understanding of individual thinking in live and interpret their lives. Gabriel Marcel as one of the religious existentialists see that the malafide status of human consciousness is a form in which an individual does not really live a life, because he shut himself from the experiences and life choices that will he met through a relationship with the world and the other outside himself. Freedom of an individual to determine the life choices is a form of existence of an individual, through the contemplation and appreciation in deciding on an option, an individual demonstrates how he is able to exist."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56181
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Intan Fera Yunita
"Pembedahan terhadap fashion sebagai manifestasi kapitaisme lanjut diangkat dari pola pikir Michel Foucault mengenai episteme dan penerapan identitas lalu dilanjutkan dengan pengayaan dari pemikiran Jean Baudrillard mengenai konsumerisme dan juga hiper-reality.
Dissection to advanced fashion as a manifestation kapitaisme removed from Michel Foucault's thinking about episteme and application identities and then continue with the enrichment of Jean Baudrillard's thoughts on consumerism and hyper-reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16148
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Antoni
"
ABSTRAKPermasalahan mengenai lingkungan akan selalu menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan beretika, nyatanya masih larut dalam perilaku antroposentrisme. Manusia melihat alam sebagai pemuas nafsu mereka. Tindakan ini terangkum nyata dalam film The Cove. Film ini mengisahkan kejamnya perlakuan manusia terhadap lumba-lumba. Hubungan manusia dengan hewan seperti memiliki jarak. Bagaikan piramida, manusia menempati tingkat tertinggi dalam struktur ekosistem. Lumba-lumba dibantai dengan kejam hanya untuk dikonsumsi manusia. Peter Singer membuka posibilitas baru bagi manusia dalam memandang dan memperlakukan hewan. Lumba-lumba memiliki hak yang harus diakui. Sama seperti manusia, hewan mampu merasakan sakit. Untuk itu perlu cara pandang baru serta memberikan pertimbangan moral dalam perlakuan manusia terhadap hewan.
ABSTRACTEnvironment issues are will always be a hot topic for discussion. In fact, as ethical beings, humans are still protracted in the behavior of anthropocentrism. Humans see nature as a fulfillment for their appetites. This action is summarized obviously in the film The Cove. This film tells the cruel treatment of humans against dolphins. The relationship between humans and animals appears to have a distance. Like the pyramid, humans occupies the highest level in the structure of the ecosystem. Dolphins are slaughtered ruthlessly for human consumption. Peter Singer opens a new possibility for humans to perceive and treat animals. Dolphins have the right to be recognized. Same as humans, animals are capable of feeling pain. To that end, a new perspective and moral consideration towards animals are needed in humans’ treatment on animals.
"
2014
S61294
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mohamad Yoga Ramadhan
"Musik populer lahir dengan beragam asumsi yang melekat seperti, low culture, komoditi industri, musik non serius dan sebagainya, hal tersebut yang sekaligus membentuk pengertian kita secara umum mengenai musik populer. Mengangkat kembali problem penting dalam musik, seperti proses kreasi yang mengandalkan ide dan imajinasi terhadap relevansinya dengan musik populer yang ketat dengan tradisi industri, media dan massa ditinjau melalui epistemologi Carl Gustav Jung mengenai konsep ketidaksadaran, merupakan ide yang menarik dalam membentuk pandangan, makna dan keseharian manusia terhadap aktivitas musik populer yang berpengaruh secara mendalam bagi perkembangan sosial dan budaya.
Popular music was born with a variety assumptions such as, low culture, industrial commodities, not serious music and so forth, it is well established in general our understanding of popular music. Raised important issues in music, like the creative process that relies on ideas and imagination of its relevance to popular music is tight with industry tradition, and the media are dealt with through the epistemology of Karl Gustav Jung's concept of the unconscious, is an interesting idea in forming the view, the meaning and the everyday activities of influential popular music in depth the social and cultural development."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S42979
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Iqbal Mas Abdullah
"Saat ini dalam lingkungan masyarakat, manusia didominasi dengan pola pikir yang memandang manusia lain sebagai sebuah fungsi. Hal ini tidak terkecuali di dunia pendidikan terutama lingkungan sekolah. Seperti yang terjadi dalam film Flying Colors, lingkungan sekolah menjadi tempat mengakarnya pola pikir tersebut. Tokoh Sayaka diobjektivikasi oleh guru Sayaka di sekolah. Sayaka dinilai berdasarkan fungsi-fungsi yang melekat pada dirinya yaitu sebagai siswa yang bermasalah. Objektivikasi terhadap Sayaka sebagai siswa yang bermasalah membuat kondisi Sayaka dipasrahkan dan tidak dipedulikan. Selain itu, ia juga diperlakukan dengan buruk seperti melontarkan perkataan-perkataan negatif. Situasi tersebut membuat Sayaka jatuh pada sifat fatalistik dan putus asa. Melalui metode studi pustaka pemikiran eksistensialisme Gabriel Marcel, Artikel ini ingin menunjukkan beberapa kejadian (scene) dalam film tentang pentingnya kita berelasi dalam ikatan cinta.
Currently in society, humans are dominated by a mindset that views other humans as a function. This is no exception in the world of education, especially the school environment. As happened in the film Flying Colors, the school environment is where this mindset takes root. Sayaka's character is objectified by Sayaka's teacher at school. Sayaka is assessed based on her inherent functions, namely as a problematic student. The objectification of Sayaka as a problematic student means that Sayaka's condition is ignored and ignored. Apart from that, he was also treated badly, such as saying negative words. This situation makes Sayaka fall into fatalism and despair. Using the literature study method of Gabriel Marcel's existentialist thought, this article wants to show several scenes in the film about the importance of our relationships in bonds of love."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fillingham, Lydia Alix
Yogyakarta: Kanisius, 2001
194 FIL ft
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library