Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vinny Shoffa Salma
"Deiksis adalah istilah dalam kajian pragmatik (dalam bahasa Yunani) pada hal yang penutur dan mitra tutur lakukan melalui tuturan atau ungkapan. Deiksis artinya ‘penunjukan’ melalui sistem bahasa dan dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ dalam ilmu linguistik yang disebut dengan ungkapan atau bentuk deiksis. Pada tulisan ini, terdapat lima deiksis yang muncul, yaitu deiksis persona, tempat, waktu, wacana, dan sosial. Deiksis persona merupakan kata ganti yang merujuk orang atau pelaku, yaitu kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Deiksis penunjuk tempat bersinggungan pada arah dan tempat. Deiksis penunjuk waktu bersinggungan dengan struktur temporal atau struktur waktu dan bersinggungan dengan penuturan jarak waktu yang dilihat dari tuturan yang dituturkan penutur. Deiksis wacana berkaitan dengan anafora dan katafora dalam tuturan. Deiksis sosial memandang unsur honorifik atau kesopanan dalam berbahasa. Rumusan masalah pada tulisan ini adalah apa saja bentuk deiksis persona, tempat, waktu, wacana, dan sosial pada novel Laut Bercerita. Tujuan tulisan ini untuk menjelaskan penggunaan dan jenis kata ganti deiksis persona, tempat, waktu, wacana, dan sosial pada novel Laut Bercerita. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sumber pustaka. Tahapan penelitian dalam pengumpulan data adalah mencatat data yang mengandung deiksis melalui observasi atau pencarian langsung dari novel Laut Bercerita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan deiksis dalam novel Laut Bercerita digunakan dengan lengkap dan efektif karena penempatannya yang sesuai konteks wacana untuk menunjang penggambaran tokoh, latar, alur, dan tema dalam novel.

Deixis is a term in pragmatic studies (in Greek language) on what speakers and speech partners do through speech or expressions. Deixis means 'designation' through the language system and is used to complete the 'designation' in linguistics which is called the expression or form of deixis. In this paper, there are five deixis that appear, namely person, place, time, discourse, and social deixis. Personal deixis is a pronoun that refers to a person or actor, namely the first, second, and third person pronouns. Deixis indicates the place tangent to the direction and place. Time indication deixis intersects with the temporal structure or time structure and intersects with the narration of the time distance seen from the speech spoken by the speaker. Discourse deixis is related to anaphora and cataphora in speech. Social deixis views honorific elements or politeness in language. The formulation of the problem in this paper is what are the forms of persona, place, time, discourse, and social deixis in the novel The Sea Speaks His Name. The purpose of this paper is to explain the use and types of personal deixis pronouns, place, time, discourse, and social in the novel The Sea Speaks His Name. Qualitative methods are used in this study. Data collection is done by using library resources techniques. The research stage in data collection is to record data containing deixis through direct observation or searching from the novel The Sea Speaks His Name. The results of the study indicate that the use of deixis in the novel The Sea Speaks His Name is used completely and effectively because of its placement in the context of the discourse to support the depiction of characters, settings, plots, and theme in the novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fashihatul Lisaniyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deiksis persona dengan berfokus pada analisis frekuensi kemunculan dan penggunaan maknanya. Data yang berupa novel yang berjudul Gadis Kretek memiliki penceritaan dari dua sudut pandang sehingga kajian deiksis sangat diperlukan. Penulis menggunakan metode penelitian campuran dengan model penelitian paralel konvergen (convergent parallel mixed method) (Creswell, 2019) dengan menghitung kemunculan deiksis menggunakan AntCont dan mendeskripsikan deiksis persona yang ada di dalam novel. Analisis dilakukan dengan empat tahap, yakni pemilihan data, analisis data, interpretasi data, dan validasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 23 bentuk deiksis dari 6 jenis deiksis yang terdiri atas persona pertama tunggal seperti pronomina aku, saya; dan persona pertama jamak seperti pronomina kami, kita; persona kedua tunggal seperti pronomina kamu, engkau; dan persona kedua jamak seperti pronomina kalian; persona ketiga tunggal seperti pronomina dia, ia; dan persona ketiga jamak seperti pronomina mereka. Frekuensi kemunculan deiksis persona terbanyak terdapat pada persona ketiga tunggal dan persona pertama tunggal dengan konteks kemunculan referen yang beragam yang merujuk pada tokoh-tokoh di dalam teks novel maupun di luar novel.

This study aims to examine person deixis by focusing on the analysis of the frequency its occurrence and meaning. The data was form of a novel entitled "Kretek Girl" which tells stories from two perspectives. Therefore, deixis studies are needed. The author uses a mixed research method with a convergent parallel mixed method (Creswell, 2019)by examining the occurrence of deixis using AntCont and describing the person deixis in the novel. The analysis was carried out in four stages, namely data selection, data analysis, data interpretation, and data validation. The results show that there are 23 forms of deixis out of 6 types of deixis consisting of the first person singular such as pronouns aku, saya; and the first person plural such as pronouns kami, kita; second person singular such as pronouns kamu, engkau; and the second person plural such as pronoun kalian; third person singular such as pronouns dia, ia; and third person plural such as pronoun mereka. The highest frequency found in the third persona singular and first persona singular in the context of the appearance of various referents that refer to the characters in the text of the novel and outside the novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
11-24-15265345
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tedy Triyono
"[ ABSTRAK
Deiksis berasal dari bahasa Yunani yang berarti menunjuk (pointing) atau memilih (picking out) (Peter Grundy, 2000: 23). Dalam teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? deiksis sering digunakan untuk menerjemahkan beberapa kata yang ada pada teks bahasa Indonesia “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? Meskipun pada teks aslinya tidak digunakan deiksis sebagai penunjuk hal yang sama. Dalam penulisan jurnal ini akan dianalisis bagaimana deiksis berperan dalam penerjemahan ke dalam bahasa Jerman pada teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft

ABSTRACT
Deixis basically is borrowed from Greek word meaning pointing to or picking out. Some deixis were used in the translated text „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? to refer the same reference from original text “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? This Essay will analyze how is it the German deixis play the role in translation from „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?, Deixis basically is borrowed from Greek word meaning pointing to or picking out. Some deixis were used in the translated text „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? to refer the same reference from original text “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? This Essay will analyze how is it the German deixis play the role in translation from „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Zainul Arifin
"Penelitian ini membahas tentang realitas sosial dalam novel Tan karya Hendri Teja. Novel Tan menceritan perjalanan Tan Malaka dalam memerdekakan bangsanya dari penjajahan Belanda. Penelitian ini membahas realita sosial berdasarkan perspektif realisme sosialis Georg Lukacs yang tertuang dalam konsep realitas objektif, gerak dialektis, refleksi artistik, dan ungkapan kritik emansipatoris. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan empat konsep realisme sosialis Georg Lukacs, sedangkan manfaat penelitian ini secara teoretis ialah memperkuat teori sastra khususnya teori realisme sosialis Georg Lukacs. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Data dari penelitian ini merupakan kutipan berupa kalimat dan paragraf. Sumber data berupa novel dan buku sehingga teknik yang digunakan ialah teknik baca catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek dalam novel Tan karya Hendri Teja yang sesuai dengan empat konsep realisme sosialis Georg Lukacs yakni, konsep realitas objektif terdapat aspek penindasan dengan sub fokus penindasan bidang ekonomi, penindasan bidang pendidikan, penindasan bidang politik, penindasan bidang agama islam, dan penindasan secara fisik, konsep gerak dialektis terdapat aspek perlawanan dan pembelaan, konsep refleksi artistik terdapat aspek siasat, dan konsep ungkapan kritis emansipatoris terdapat aspek perlawanan dengan sub fokus perlawanan bidang ekonomi, perlawanan bidang pendidikan, perlawanan bidang politik, perlawanan bidang agama islam, dan perlawanan secara fisik. Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh 92 data realitas sosial dalam novel Tan karya Hendri Teja. Adapun rincian analisisnya diperoleh 28 data realitas objektif, 18 data gerak dialektis, 6 data refleksi artistik, dan 40 data ungkapan kritis emansipatoris. "
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2019
400 BEBASAN 6:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jacqueline Sara Johanna
" ABSTRAK
Penelitian ini membahas penerjemahan kata sapaan orang kedua dalam percakapan langsung yang terdapat dalam novel Pulang ke dalam novel Heimkehr nach Jakarta. Padanan sapaan yang dipilih penerjemah diteliti berdasarkan relasi sosial antara penutur dan lawan tutur. Dalam penelitian ini juga akan dibahas faktor-faktor yang mendasari tindakan penerjemah dalam mempertahankan sapaan Indonesia maupun melesapkannya dalam teks sasaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbentuk kajian pustaka. Kajian pustaka dilakukan untuk memperoleh dasar dalam menganalisis dan membandingkan seluruh sapaan yang ditemukan dalam novel Pulang dan terjemahannya dalam novel Heimkehr nach Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konteks sosial dan budaya yang terdapat dalam masyarakat Indonesia dan Jerman menjadi dasar pertimbangan penerjemah dalam memilih padanan sapaan, mempertahankan sapaan Indonesia maupun melesapkannya dalam teks sasaran. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa situasi komunikasi dan kaidah bahasa menjadi faktor lainnya yang memengaruhi penerjemahan sapaan.
ABSTRACT This research attempts to explain the translation of second person forms of address in direct conversations found in novel Pulang to Heimkehr nach Jakarta. The equivalents of the forms of address chosen by the translator are analyzed according to the social relation between the speaker and the listener. This research also attempts to explain the factors underlying the translator rsquo s decision to preserve Indonesian form of address or to omit it in the target text. This research applies the qualitative method in form of literature study. The literature study gives the principles for analyzing and comparing all forms of address found in the novel Pulang and their translation in the novel Heimkehr nach Jakarta. The result shows that the different social and cultural context in Indonesia and Germany underlies the translator rsquo s consideration in either choosing an equivalent in German, preserving the Indonesian form of address, or omitting it in the target text. Furthermore, the result shows that communication situation and language principles also affect the translation of the forms of address."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S66190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Rohmadhoni
"Dilatarbelakangi ketidaktuntasan pengusutan kasus penculikan aktivis reformasi '98, penelitian ini menganalisis keadaan psikologis kerabat dekat korban kasus tersebut dalam menghadapi kehilangan orang-orang yang dicintai dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Dengan pendekatan psikologi sastra dan teori psikoanalisis Sigmund Freud, empat tokoh kerabat dekat Laut, salah satu aktivis yang diculik sekaligus tokoh utama novel, dianalisis. Mereka adalah Ibu, Bapak, Anjani, dan Asmara. Penelitian ini menunjukkan bahwa Bapak dan Ibu lebih mengedepankan id sehingga melakukan penyangkalan terhadap kenyataan bahwa Laut telah hilang dan tak akan kembali. Karena dikuasi oleh id dalam menghadapi kesedihannya, Anjani, kekasih Laut, pun menyangkal kenyataan tentang hilangnya Laut. Ia juga menderita MDD karena tidak dapat menghadapi rasa kehilangannya. Pada akhirnya, Ibu dan Anjani terlepas dari kesedihan dan penyangkalan mereka. Ego-ideal mendorong ego dalam diri mereka, seperti yang dilakukan Asmara, untuk menerima kenyataan dan memperjuangkan keadilan dan pengusutan kasus penculikan aktivis reformasi '98. Asmara adalah tokoh yang paling tegar menghadapi kesedihannya karena kehilangan Laut, kakaknya. Sejak kecil, ego mendominasi pembentukan kepribadiannya sehingga membentuk sikap yang tegas, ulet, dan lebih mengedepankan logika. Sikap-sikap tersebut membantunya memperjuangkan keadilan untuk Laut dan korban penculikan aktivis reformasi '98 lainnya. Namun, terkadang ia juga tenggelam dan menyangkal kesedihannya. Karena hanya dapat berbagi kesedihannya dengan orang yang mampu memahami kondisi dan perasaannya, ia pun menyembunyikan kesedihannya sendiri.

Based on the kidnapping case of '98 reformation activist, this study analyses the psychological condition of relatives of victim in confront the loss of beloved persons in Laut Bercerita novel by Leila S. Chudori. This study uses literature psychology theory and psychoanalysis theory by Sigmund Freud to analyse four characters, Ibu, Bapak, Anjani, and Asmara as relatives of Laut, the main character and one of the activist who kidnapped. This study shows that Bapak and Ibu more use id, and they deny the reality about Laut who already lost and never come back. Because of she dominated by id to confront their sadness, Anjani, Laut's girlfriend also deny the reality about the lost of Laut. She also suffers from MDD because she cannot confront her feeling of loss. In the end, Ibu and Anjani loose from their sadness and denial. Ego-ideal emphasize ego in their self, as Asmara who accept reality and fight for justice in the kidnapping case of '98 reformation activist. Asmara as sister of Laut is the tough character in confront her sadness. Ego dominates her formation of personality and forming the firm, tough, and logical as her personality. Her personality helps her to fight for justice for her brother and the other victims of '98 reformation activists. However, sometimes she also feels and deny the sadness. Because of she only can share her sadness to the people who only understand the condition and feeling, she hide her sadness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Prameswari Prabowo
"Laut Bercerita lahir sebagai salah satu karya yang merespons rezim Orde Baru. Dengan aktivis sebagai tokoh utama, novel ini mengekspos pembaca terhadap dinamika aktivisme yang kompleks dan terduga, termasuk di dalamnya intensitas praktik kerja emosional yang dilakukan. Terlepas dari besarnya bentuk kerja emosional yang dipraktikan aktivis, isu ini masih kerap dikesampingkan dalam diskursus mengenai pergerakan sosial. Minimnya pengakuan dan perlindungan terhadap bentuk kerja emosional meletakkan aktivis dalam posisi yang rentan. Situasi ini secara khusus menjadi lebih berbahaya bagi aktivis perempuan. Melalui pembacaan kritis terhadap novel Laut Bercerita, penelitian ini berupaya mengidentifikasi jenis kerja emosional yang dilakukan oleh tokoh perempuan dalam novel tersebut. Proses identifikasi dapat membantu menentukan tingkat kemawasan publik terhadap kerja emosional, serta langkah konkret apa yang dapat dilakukan untuk memastikan perlindungannya di masa depan.

Laut Bercerita was born as one of the works responding to the New Order regime. With activists as the main characters, this novel exposed the reader to the complex and unpredictable dynamics of activism, including the intensity of emotional labor practices that are being carried out. Apart from the large forms of emotional labor practiced by activists, this issue is still often sidelined in discourses about social movements. The lack of recognition and protection against forms of emotional labor places activists in a vulnerable position. This situation is especially more dangerous for women activists. Through critical reading of the novel Laut Bercerita, this study seeks to identify the type of emotional labor carried out by the female characters in the novel. The identification process can help determine the public's level of awareness of emotional labor, as well as steps to realize what can be done to ensure its protection in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Roh, Jung Ju
"Peristiwa 1965 dan 1998 adalah salah satu sejarah traumatis bangsa Indonesia yang memiliki dampak besar terhadap eks tapol, aksi mahasiswa, dan keluarganya. Disertasi ini berupaya mengungkapkan pengalaman traumatis korban kekerasan Orde Baru dan perjuangan mereka dari peristiwa 1965 dan 1998 dalam novel Pulang (2012) dan Laut Bercerita (2017). Untuk dapat menyampaikan pengalaman traumatis itu, karya sastra meniru mekanisme trauma. Hal tersebut menyebabkan trauma bukan hanya ada pada tataran isi namun juga tecermin dalam strukturnya. Dengan menggunakan metode symptomatic reading, konsep kekerasan negara (Kira, Ashby & Lewandowski, 2013), memori kolektif dan personal (Halbwachs, 1992), dan narasi trauma (Caruth, 1996) analisis dilakukan bukan hanya menggali makna yang ada dipermukaan teks melainkan mengungkap hal yang tidak disampaikan atau disembunyikan oleh teks. Melalui struktur narasi trauma, kedua teks merepresentasikan resistensi sebagai penggambaran korban kekerasan Orde Baru yang berdaya yang melawan dan bernegosiasi dengan opresi rezim Orde Baru. Resistensi mereka untuk mempertahankan hidup melalui peristiwa tersebut di bawah opresi dan persekusi menunjukkan kemungkinan upaya mengatasi traumanya. Hal ini direpresentasikan dalam bentuk bersuara, pemilihan saluran untuk lepas dari trauma, dan working through. Dengan demikian dialektik kematian dan kesintasan, bungkam dan besuara dalam kedua teks tersampaikan tidak hanya melalui gambaran kekerasan dan traumanya, tetapi juga melalui narasi resistensi untuk lepas dari kekerasan Orde Baru.

The events of 1965 and 1998 are part of the traumatic history of the Indonesian nation which had a major impact on former political prisoners, student activists and their families. This dissertation seeks to reveal the traumatic experiences of victims of New Order violence and their struggles from the events of 1965 and 1998 in the novels Pulang (2012) and Laut Bercerita (2017). To convey this traumatic experience, literary works imitate the mechanisms of trauma. This causes trauma not only at the content level but also reflected in the structure. By using the symptomatic reading method, the concept of state violence (Kira, Ashby & Lewandowski, 2013), collective and personal memory (Halbwachs, 1992), and trauma narratives (Caruth, 1996) the analysis is carried out not only to explore the meaning on the surface of the text but also to reveal things not conveyed or hidden by the text. Through a trauma narrative structure, both texts represent resistance as a depiction of empowered victims of New Order violence who resisted and negotiated with the oppression of the New Order regime. Their resistance to survive through these events under oppression and persecution suggests a possible attempt to overcome the trauma. This is represented in speaking up, choosing channels to escape trauma, and working through. In this way, the dialectic of death and survival, silence and voice in both texts is conveyed not only by images of violence and trauma, but also by narratives of resistance to escape the violence of the New Order."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vaniadika Istamitra
"Penelitian ini membahas tentang deiksis dalam bahasa Korea. Deiksis merupakan kata rujukan yang sifatnya dinamis atau tidak tetap. Deiksis berfungsi sebagai penjelas konteks suatu tuturan atau kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan deiksis dalam bahasa Korea secara umum dan penggunaannya dalam setiap jenisnya. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang mengambil sumber dari beberapa penelitian terdahulu. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana penggunaan deiksis dalam bahasa Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima jenis deiksis paling umum dalam bahasa Korea, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dari kelima jenis ini, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua jenis deiksis yang dapat terbagi menjadi beberapa bagian. Deiksis yang dimaksud merupakan deiksis persona yang memiliki pembagian orang pertama, kedua, dan ketiga, dan deiksis waktu memiliki pembagian deiksis kalendrikal dan deiksis non-kalendrikal.

This study discusses deixis in Korean. Deixis is a reference word that is dynamic or not fixed. Deixis functions as an explanation of the context of an utterance or sentence. This study aims to explain deixis in Korean in general and its use in each type. This research is a library research that takes sources from several previous studies. The research question is how to use deixis in Korean. The results of this study indicate that there are five most common types of deixis in Korean: persona deixis, spatial deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis. From these five types, it can be stated that there are two types of deixis which can be divided into several parts. The deixis in question is persona deixis which has first, second, and third-person divisions, and time deixis has calendar deixis and non-calendrical deixis divisions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Qasthari
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan sebuah analisis mengenai penggunaan deiksis bahasa Jerman dalam cerita pendek berjudul die Verwandlung karya Franz Kafka (1915). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi serta mengklasifikasikan jenis dan fungsi deiksis yang terdapat pada cerita pendek tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yakni data deiksis diambil dari kalimat-kalimat dalam cerita pendek dan dianalisis menggunakan teori dari Levinson (1983). Dalam teori tersebut ia membagi deiksis menjadi 5 jenis, yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 5 macam deiksis seperti yang dikemukakan oleh Levinson dalam cerita pendek die Verwandlung tersebut.

ABSTRACT
This research is an analysis of the use of German deixis in a short story entitled die Verwandlung by Franz Kafka (1915). The purpose of this study is to identify and classify the types and functions of deixis contained in the short story. The method that used in this research is a qualitative method, where deixis data is taken from sentences in short stories and analyzed using Levinson s theory (1983). Levinson divides deixis into 5 types, namely: person deixis, place deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis. This study shows that there are 5 types of deixis as suggested by Levinson in the short story die Verwandlung."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>