Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bella Talia
"Rewang dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai kegiatan bergotong-royong terutama ketika adanya hajatan. Upaya pelestarian rewang sebagai hasil budaya terlihat mulai dari adanya penelitian, hingga produksi film pendek. Namun, apakah makna rewang yang dikenal dalam masyarakat Jawa memiliki pengertian yang sama dari masa ke masa? Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya perubahan makna pada kata rewang dalam masyarakat Jawa. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Serat Centhini Jilid 1 (Pupuh 1-29) tahun 1922 oleh H. Buning, dua film pendek Jawa dengan tema rewang tahun 2021 dan 2022, dan wawancara kepada masyarakat pelaku rewang di Desa Sidomulyo, Jember-Jawa Timur pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Peirce yang dikembangkan oleh Hoed (1994), serta teori perubahan makna Chaer (2009) untuk menemukan adanya perubahan makna dalam kata rewang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penyempitan makna kata rewang, dari tiga makna yang diasosiasikan dengan kata rewang dalam serat Centhini yaitu ‘pengiring’, ‘teman’, dan ‘perewang’, menjadi satu makna utama yaitu ‘perewang’, sebagaimana dikenal dalam masyarakat Jawa melalui film pendek dan wawancara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bahasa bersifat dinamis dan adanya perubahan makna kata seperti pada kata rewang, dapat terjadi karena perubahan faktor waktu, ekonomi dan perkembangan pikiran dalam masyarakat.

Rewang in Javanese society is known as a mutual cooperation activity, especially when there is a celebration. Efforts to preserve rewang as a cultural product can be seen from the existence of research, to the production of short films. However, does the meaning of rewang known to the Javanese people from time to time have the same meaning? This study aims to show the changing meaning of rewang in Javanese society. The data in this study were obtained from Serat Centhini Volume 1 (Pupuh 1-29) in 1922 by H. Buning, two short Javanese films with the theme rewang in 2021 and 2022, as well as interviews with the rewang community in Sidomulyo Village, Jember-East Java in 2022. This study uses a qualitative descriptive method with Peirce's semiotic theory developed by Hoed (1994) and Chaer's (2009) meaning change theory to find changes in the meaning of the word rewang. The results of this study show the meaning of the rewang, of the three meanings associated with the word rewang in the Serat Centhini, namely 'accompaniment', 'friend', and 'perewang', one of the main meanings of which is 'perewang', as known by Javanese people through short films and interview. This study concludes that language is dynamic and changes in the meaning of words, such as the word rewang, can occur due to changing times, the economy and the development of thought in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mulder, Niels
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996
305.899 MUL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas relevansi ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa. Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian library research kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Tasawuf adalah suatu usaha dalam membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui seragkaian amalan ibadah dan zikir serta kegiatan rohaniah lainnya dalam rangka mencapai kesatuan rohaniah dengan Tuhan. Ilmu tasawuf merupakan salah satu Ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur. Ilmu tasawuf juga dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan Ilmu pengetahuan pada umumnya. Tujuan dari tasawuf itu sendiri adalah ldquo;fana rdquo; untuk mencapai ma rsquo;rifatullah dekat dengan Allah . Sedangkan, pengertian kebatinan Jawa berasal dari kata kebatinan. Kebatinan berasal dari istilah Arab yaitu ldquo;batin rdquo; yang artinya dalam; dalam hati; tersembunyi; gaib. Di kalangan pengikut kebatinan sendiri tidak ada pengertian dan rumusan yang jelas. Malah dihindarkan untuk mengganti kata ldquo;batin rdquo; dengan hati, sukma, jiwa, roh dan sebagainya justru karena yang dimaksud dengan istilah tersebut tidak pernah dapat dirangkum dengan kata-kata. Akan tetapi yang dimaksud dengan ldquo;batin rdquo; disini adalah ldquo;pengalaman batin manusia rdquo;, pengetahuan batin yang tidak didasarkan pada logika dan rasionalitas. Pengertian yang lebih dalam hanya dapat dimengerti dalam konsep orang Jawa bahwa manusia mempunyai lahir dan batin. Tujuan dari ilmu kebatinan Jawa adalah memberikan pemahaman yang mendalam kepada manusia atau orang yang mengamalkan ajaran dari ilmu tersebut untuk menyatukan diri atau bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui metodenya sendiri. Melihat dari kesamaan tujuan dari tasawuf dan kebatinan Jawa, maka penulis meneliti mengenai relevansi dari ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa.Jurnal ini membahas relevansi ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa. Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian library research kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Tasawuf adalah suatu usaha dalam membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui seragkaian amalan ibadah dan zikir serta kegiatan rohaniah lainnya dalam rangka mencapai kesatuan rohaniah dengan Tuhan. Ilmu tasawuf merupakan salah satu Ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur. Ilmu tasawuf juga dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan Ilmu pengetahuan pada umumnya. Tujuan dari tasawuf itu sendiri adalah ldquo;fana rdquo; untuk mencapai ma rsquo;rifatullah dekat dengan Allah . Sedangkan, pengertian kebatinan Jawa berasal dari kata kebatinan. Kebatinan berasal dari istilah Arab yaitu ldquo;batin rdquo; yang artinya dalam; dalam hati; tersembunyi; gaib. Di kalangan pengikut kebatinan sendiri tidak ada pengertian dan rumusan yang jelas. Malah dihindarkan untuk mengganti kata ldquo;batin rdquo; dengan hati, sukma, jiwa, roh dan sebagainya justru karena yang dimaksud dengan istilah tersebut tidak pernah dapat dirangkum dengan kata-kata. Akan tetapi yang dimaksud dengan ldquo;batin rdquo; disini adalah ldquo;pengalaman batin manusia rdquo;, pengetahuan batin yang tidak didasarkan pada logika dan rasionalitas. Pengertian yang lebih dalam hanya dapat dimengerti dalam konsep orang Jawa bahwa manusia mempunyai lahir dan batin. Tujuan dari ilmu kebatinan Jawa adalah memberikan pemahaman yang mendalam kepada manusia atau orang yang mengamalkan ajaran dari ilmu tersebut untuk menyatukan diri atau bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui metodenya sendiri. Melihat dari kesamaan tujuan dari tasawuf dan kebatinan Jawa, maka penulis meneliti mengenai relevansi dari ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa.

ABSTRACT
This journal discusses the relevance of the Science of sufism and the Javanese kebatinan. This writing uses research methodology library research library such as books, journals, and observation via the internet. Sufism is an attempt to cleanse the mind cleanly through the deeds of worship and dhikr and other spiritual activities in order to attain spiritual unity with God. Science Sufism is one of the Sciences that can help the realization of quality human beings. Science Sufism can also bring humanity closer to God. As one of the religious disciplines, Sufism is a field that is temporarily regarded as a discipline that exists in a region different from that of Science in general. The purpose of Sufism itself is mortal to reach ma 39 rifatullah close to God . While the understanding of kebatinan Java comes from kebatinan. Kebatinan comes from the Arabic term inner which means in in the heart hidden Unseen. Among the followers of kebatinan itself there is no clear understanding and formulation. Instead it is avoided to replace the word inner with the heart, soul, soul, spirit and so on precisely because the meaning of the term can never be summed up with words. But what is meant by mind here is the inner experience of man , the inner knowledge which is not based on logic and rationality. A deeper understanding can only be understood in the concept of the Javanese that man has a birth and an inner being. The goal of Javanese mysticism is to provide a deep understanding to humans or people who practice the teachings of that science to unite themselves or to fellowship with God Almighty through his own method. Judging from the common purpose of the Javanese mysticism and the Javanese kebatinan, the author examines the relevance of the science of sufism and Javanese mysticism."
2017
Ivon Camelia Putri
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Dwi Saputro
"ABSTRAK
Kejawen sebagai sebuah kepercayaan di tanah Jawa memiliki sejarah dan dinamika yang panjang. Berbagai upaya dilakukan agar kepercayaan yang mereka yakini dapat terlestari, salah satunya ialah dengan melakukan perpaduan dan peleburan terhadap unsur-unsur kebudayaan lokal. Kejawen memiliki spiritualitas yang begitu dalam di benak para penganutnya. Spiritualitas yang hidup dalam sanubari tersebut membuat kepercayaan ini terlestari dari masa ke masa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis spiritualitas salah satu kelompok kepercayaan yakni Roso Sejati dengan perspektif sosiologi. Penulis memiliki argumen bahwa pengalaman spiritual yang diperoleh para penganut Roso Sejati membuat spiritualitas yang ada pada diri mereka tumbuh dengan subur. Spiritualitas pada kelompok kepercayaan ini juga semakin diperdalam ketika melakukan interaksi dengan dunia supernatural. Disisi lain adanya pemimpin yang dianggap sebagai manusia pilihan yang memiliki kharisma yang kuat juga turut ikut membangun spiritualitas para penganut Roso Sejati. Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas yang terdapat pada Roso Sejati berkembang dan terlestari karena adanya unsur supernatural yang turut bermain di dalamnya serta adanya pemimpin kharismatik yang membimbing para penganutnya.
ABSTRACT
Kejawen as a belief in the land of Java has a long history and dynamics. Various efforts are made to trust that they believe can be sustainable, one of which is to do mix and melting of elements of local culture. Kejawen has a deep spirituality in the minds of its adherents. The spirituality that lives in the heart makes this belief sustain from time to time. This study aims to analyze the spirituality of one group of beliefs namely Roso Sejati with the perspective of sociology. The author has an argument that the spiritual experience that the True Rosos make makes their own spirituality thrives. Spirituality in this belief group is also deepened when interacting with the supernatural world. On the other side of the existence of leaders who are considered as human choices that have a strong charisma also helped build the spirituality of the true Roso. The results show that the spirituality contained in the True Roso developed and sustainably because of the supernatural elements that participate in playing in it as well as the presence of charismatic leaders who guide the adherents."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yulianto
"Dalam Kamus Bahasa Jawa Bausastra Jawa Edisi ke 2 (KBJ (BJ) 2) yang terbit tahun 2011, ditemukan 19 kata bermakna ‘minum’. Kesembilan belas kata bermakna ‘minum’ ini memiliki definisi kata yang sederhana dan bersifat kurang mendetail. Komponen-komponen makna yang digunakan sebagai unsur dalam pendefinisian kata juga belum dijelaskan secara lengkap. Hal demikian dapat memicu terjadinya ketidaktepatan penggunaan kata minum. Oleh sebab itu, penelitian ini membahas mengenai analisis komponen makna kata minum dalam bahasa Jawa dengan menggunakan kamus KBJ (BJ) 2 sebagai sumber data. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan komponen makna kata minum dalam bahasa Jawa yang ada di dalam KBJ (BJ) 2. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik leksikal. Dengan menggunakan teori Nida (1975), hasil penelitian menunjukkan adanya 1 komponen makna utama, 4 komponen makna pembeda, dan 28 komponen makna pelengkap. Komponen-komponen makna tersebut dapat ditambahkan dan disusun untuk melengkapi pendefinisian kata minum di dalam kamus monolingual bahasa Jawa berikutnya setelah KBJ (BJ) 2. Pendefinisian kata minum dalam KBJ (BJ) 2 belum menjelaskan mengenai komponen makna terkait pelaku tindakan minum, objek yang diminum, posisi mulut maupun bibir saat minum, peranti yang digunakan, dan cara melakukannya.

In Javanese Dictionary Bausastra Javanese 2nd Edition (KBJ (BJ) 2) published in 2011, found 19 words meaning 'drink'. The nineteen words meaning 'drink' have simple word definitions and are less detailed. The meaning components used as elements in defining words have not been fully explained. This can lead to the occurrence of inaccuracies in the use of words drink. Therefore, this study discusses the analysis of word meaning components drink in Javanese using a dictionary KBJ (BJ) 2 as a data source. The purpose of this research is to describe the components of word meaning drink in the Java language that is inside KBJ (BJ) 2. This research method is a qualitative descriptive method with a lexical semantic approach. By using Nida's theory (1975), the results of the research show that there is 1 main meaning component, 4 differentiating meaning components, and 28 complementary meaning components. These meaning components can be added and arranged to complete the word definition drink in the next Javanese monolingual dictionary after KBJ (BJ) 2. Word definitions drink in KBJ (BJ) 2 has not yet explained about the related meaning components the perpetrator of the act of drinking, the object that is drunk, the position of the mouth and lips when drinking, the device used, and how to do it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ubaidillah Achmad
Jakarta : Prenada, 2014
297.409 598 UBA s (1);297.409 598 UBA s (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Bayu Masariki
"ABSTRAK
Pesisir Semarang merupakan daerah lokasi tambak udang yang potensial. Namun produksinya tidak stabil. Jenis udang yang dibudayakan di Kota Semarang awalnya merupakan jenis udang windu Panaeus monodon sp namun pada pertengahan tahun 1990 terjadi penurunan produksi, sehingga petambak mulai beralih ke udang vanamei. Litopenaeusvannamei. Namun belum semuanya berubah ke udang vanamei. Tujuandari penelitian ini adalah mendeskripsikan dinamika spasial budidaya udang wilayah pesisir Semarang. Metode Pengumpulan data dengan memanfaatkan citra Landsat dan survei kepada petambak. Pendekatan keruangan menggunakan analisis Spasial dan deskriptif dari data yang telah didapatkan di lapangan. Citra tahun 1996 hingga 2018 digunakan untuk mengidentifikasi penurunan tambak. Hasil Penelitian menujukkan bahwa terjadi penurunan jumlah Tambak yang ada di Semarang dari tahun 1996 hingga tahun 2018 dan adanya penggantian jenis budidaya udang di semarang tepatnya di Kecamatan Genuk. Faktor utama penyebab penurunan tambak merupakan faktor fisik sedangkan penggantian jenis bududidaya disebabkan oleh faktor Nilai Jual, Kerentanan dan Pengolahan.

ABSTRACT
Semarang coastal area is a shrimp pond site potential. But the production isunstable. The kind of shrimp that cultivated in Semarang coastal originally were only black tiger shrimps Panaeus Monodon sp but in mid 1990, the production of this shrimp was decreased, so shrimp farmers began to switch to Vanamei shrimp Litopenaeus vannamei. But not all of the farmers havechanged to Vanamei Shrimp. The aim of this research is to describe this spatial dynamics of shrimp culture in the coastal area of Semarang. Theme thod of data collection in this research are using Landsat imagery and surveys to the farmers. While the method analysis is using Spatial and descriptive Analysis from data obtained in the field. The Landsat Imagery of year 1996 to 2018 is used to identify the declining of shrimp ponds. The results of the study showed that in the coastal area of Semarang there was adecline in the number of shrimp ponds from 1996 to 2018. The research shows that there is a decrease in the number of the existing ponds in Semarang from the year 1996 to the year 2018 and the change of type of shrimp being cultivated Semarang namely in Genuk Distict. The main factors that cause the decline of ponds is a physical factor whereas the change of shrimp being cultivated are caused by Sell Value, vulner ability and Management Factors."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qori Syahriana Akbar
"Salah satu ciri bahasa Melayu Klasik adalah penggunaan kosakata yang memiliki makna berbeda dengan makna pada masa sekarang. Tulisan ini menganalisis perubahan makna kata pada naskah Hikayat Bayan Budiman. Kata bahasa Melayu Klasik yang terdapat dalam kalimat pada naskah akan dibandingkan dengan kata bahasa Indonesia dalam konteks kalimat. Perubahan makna kata tersebut dibuktikan dengan menelusuri komponen makna pada tiap-tiap konteks. Setelah dilakukan analisis komponen makna, kata tersebut digolongkan ke dalam jenis perubahan makna. Dalam naskah Hikayat Bayan Budiman, paling banyak ditemukan kata yang mengalami perubahan makna secara menyempit. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan zaman sehingga dibutuhkan kosakata yang lebih spesifik untuk menjelaskan suatu hal.

One of the characteristics of Classical Malay Language is the use of words that have a different meanings to the words used nowadays. This paper analyzes the change of meaning in Hikayat Bayan Budiman manuscript. The Classical Malay Language word in the sentence of that manuscript will be compared with bahasa Indonesia word in the sentence of the present context. The change of meaning is proved by analyzing the meaning compound of that word in each context. Then, it is classified in to the kinds of meaning changing. In Hikayat Bayan Budiman manuscript, there are found the words that change in to the narrower meaning. It shows that there is a changing of the times so that needed the more specific words to explain the things.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Kusumaningrum
"ABSTRAK
Penelitian berjudul ?Komponen Makna ?Panas‟ dalam Bahasa Jawa? ini bertujuan
untuk menemukan komponen makna umum, komponen makna pembeda, dan
hubungan komponen makna dengan kehidupan masyarakat Jawa. Data yang
digunakan diperoleh dari Majalah Panjebar Semangat tahun 2011-2015.
Penelitian ini menerapkan teori analisis komponen makna yang diutarakan oleh
Eugene A. Nida dalam Componential Analysis of Meaning (1975) dan teori fungsi
bahasa oleh Gobard (1976). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Dalam penelitian ini ditemukan 20 kata bermakna ?panas‟
dalam bahasa Jawa. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan 1 komponen
makna umum dan 50 komponen makna pembeda. Selain itu dalam hubungannya
dengan kehidupan masyarakat Jawa, kata bermakna ?panas‟ memiliki fungsi
vernakular (bahasa komunikasi sehari-hari) dan referensial kultural (acuan
budaya). Komponen makna dan fungsi kata bermakna ?panas‟ menunjukkan
bahwa orang Jawa: 1) Mendetil, 2) Kehidupannya dekat dengan alam, 3)
Mengutamakan hidup selaras dengan sesamanya.

ABSTRACT
The research aims to find common components, diagnostic components, and
shows relationship of components of meaning to the life of Javanese people. This
research used data from Panjebar Semangat Magazine in 2011-2015. The theory
that is used was written by Eugene A. Nida in Componential Analysis of Meaning
(1975) and by Gobard in L?alliénation Linguistique (1976). The method that is
used in this research is descriptive method. This research found 20 Javanese
words that have ?hot‟ meaning. Based on the analysis, there are one common
component which is ?hot‟ and 50 diagnostic components. Moreover, those 20
?hot‟ words have vernacular (daily communication) and cultural reference
functions. The components and their functions show that the Javanese people are:
1) detailed, 2) closed to nature, 3) prioritized their life in harmony with each
other."
2016
S65179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Varian Tjahjadi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas kalimat larangan dalam bahasa Jawa sehari-hari. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil wawancara kepada masyarakat Jawa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini variasi bahasa dan kalimat imperatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian terhadap data kalimat yang diperoleh dari 12 responden, ditemukan berbagai macam varian kalimat yang digunakan oleh penutur terhadap kawan tutur, yang memiliki hubungan yang akrab, tidak akrab, lebih tua, dan lebih muda. Selain varian pilihan kata yang memarkahi perbedaan situasi hubungan antar penutur ditemukan kalimat larangan dalam tuturan ngoko, madya dan krama.

ABSTRACT
This thesis discusses the prohibition sentence in the Javanese daily language. The data used in this study was taken from interviews to the Javanese society. The theory used in the study of language variation and imperative sentences. The method used in this study is a qualitative research method. Results from a study of the data obtained from the sentence of 12 respondents, found a wide range of variants of the phrase used by speakers to the friend said, which have a close relationship, not familiar, older and younger. In addition to variants of the choice of words marker differences between speakers of relationship situations sentences found in the speech ngoko, madya and krama."
2017
S66738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>