Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208801 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salma Atmadinata
"Komik Tintin merupakan salah satu komik asal Belgia yang paling terkenal di seluruh dunia. Hergé pertama kali menerbitkan serial komik ini pada tahun 1930 dengan versi hitam-putih yang mengangkat cerita petualangan Tintin sebagai karakter utama yang berprofesi sebagai wartawan untuk harian Le Petit Vingtième dalam edisi Tintin au pays des Soviets. Mengingat bahwa pada tiap edisinya Hergé mengangkat cerita dengan latar yang berbeda-beda dari berbagai belahan dunia, tentu terdapat unsur-unsur budaya spesifik yang turut disinggung dalam komik. Di Indonesia sendiri terdapat dua penerbit yang menerjemahkan serial komik ini yaitu Indira dan Gramedia. Penelitian ini membahas perbandingan kualitas terjemahan Komik Tintin edisi Tintin au pays des Soviets dari kedua penerbit menggunakan metode kualitatif dengan fokus istilah budaya. Dalam menentukan batasan istilah budaya pada penelitian ini, digunakan teori dari Newmark (1988) mengenai kategorisasi istilah-istilah budaya yang biasa ditemukan dalam penerjemahan. Klasifikasi strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Mona Baker (1992). Berdasarkan klasifikasi itu, ditemukan bahwa Indira memiliki kesulitan dalam menerjemahkan istilah-istilah budaya ketika dibandingkan dengan Gramedia. Lebih lanjut, dengan parameter kualitas terjemahan Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012) ditemukan bahwa hasil terjemahan dari Indira lebih alamiah dan lebih mudah dipahami oleh pembaca dibandingkan dengan hasil terjemahan Gramedia yang meskipun akurat, namun pesan yang ingin disampaikan kurang alamiah dan lebih sulit untuk dipahami oleh pembaca. Secara umum dapat dikatakan bahwa Indira memiliki hasil terjemahan dengan kualitas yang lebih unggul.

The Tintin comics are among the most famous Belgian comics in the world. Hergé first published this comic series in 1930 in a black-and-white version featuring the adventures of Tintin as the main character who works as a journalist for the daily Le Petit Vingtième in the Tintin au pays des Soviets edition. Bearing in mind that in each edition Hergé presents stories with different backgrounds from various parts of the world, naturally there are specific cultural elements that are also mentioned in the comics. In Indonesia, there are two publishing houses that have translated this comic series, namely Indira and Gramedia. This study discusses the comparison of the translation quality of the Tintin au pays des Soviets edition of the Tintin comic from the two publishers using a qualitative method with a focus on cultural terms. The theory from Newmark (1988) regarding the categorization of cultural terms commonly found in translation is applied in determining the boundaries of cultural terms in this study. The classification of the translation strategy used in this study is the classification proposed by Mona Baker (1992). The findings show that based on the classification, Indira had difficulties in translating cultural terms compared to Gramedia. Furthermore, based on the translation quality parameters of Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012), the findings show that Indira's translation is more natural and easier for readers to understand than Gramedia's translation, which although accurate, the message to be conveyed seems less natural and more difficult for readers to comprehend. In general, it can be said that Indira has a superior quality translation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chitra Hasan
"Menurut teori pembandingan, metafora adalah pembandingan yang implisit tanpa kata as atau like dalam bahasa Inggris, atau kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, dan serupa dalam bahasa Indonesia, di antara dua hal yang dibanclingkan. Metafora muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi, baik ketidakcocokan kolokasi yang jelas maupun yang tersembunyi. Sebuah metafora disusun oleh nga bagian, yaitu topik, citra, dan titik kemiripan Berdasarkan bagian yang dinyatakan secara eksplisit, sebuah metafora dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu metafora dengan pembandingan penuh dan metafora dengan pembandingan takpenuh. Sebagai unsur figuratif, metafora sering tidak dapat ditenjemahkan secara harfiah. Meskipun demikian, dalam penerjemahan sebuah metafora tetap diharapkan tercapainya kesepadanan dinamis , yaitu keserupaan pesan yang diterima oleh pembaca bahasa sumber (Bsu) dan pembaca bahasa sasaran (Bsa).
Penelitian ini bertuan untuk mengetahui jenis ketidakcocokan kolokasi dan tipe pembandingan yang membentuk metafora teks sumber (T su), mengetahui bentuk terjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengungkapkan kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam teks sasaran (Tsa), mengetahui prosedur penerjemahan yang digunakan dalan penerjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tercapainya dan tidak tercapainya kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam Tsa, serta kesesuaian metode penerjemahan yang digunakan dengan jenis teks yang diterjemahkan.
Dari sumber dam berupa tiga buah novel dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, diperoleh 130 buah metafora. Berdasarkan penelitian terhadap data itu ditemukan bahwa sebagian besar metafora dalam Tsu muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi tersembunyi dan tipe pernbandingan takpenuh. Dengan demikian, untuk memahami metafora dalam Tsu sangat diperlukan konteks. Berdasarkan bentuknya, unsur tetjemahan dapal dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif.
Dengan berpedoman kepada keserupaan atau ketidakserupaan pemahaman informan Bsu dan Bsa, bentuk-bentuk terjemahan tersebut dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu terjemahan yang sepadau dan terjemahan yang tidak sepadan. Terjemahan yang sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif, sedangkan terjemahan yang tidak sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora dan simile. Terjemahan berbentuk metafora yang sepadan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu (a) terjemahan dengan citra yang sama dengan citra metafora Tsu, dan (b) terjemahan dengan citra yang berbeda dengan citra metafora Tsu. Faktor faktor yang menyebabkan tercapainya kesepadanan pada metafora kelompok (a) adalah (i) metafora Tsu menggunakan citra yang sudah lazim digunakan, baik dalam Tsu maupun dalam Tsa; (ii) ketertafsiran titik kemiripan metafora tersebut melalui citranya, (iii) titik kemiripan yang eksplisit, dan (iv) tersedianya konteks yang memadai Metafora yang tergolong ke dalam kelompok (b) dapat mencapai kesepadanan karena citra metafora Tsu diganti dengan citra yang lain dalam Tsa. Penggantian citra tersebut dilakukan atas dasar (i) perbandingan yang lazim dalam Bsa dan (ii) kurang dikenalnya citra tersebut dalam Bsa atau kekurangjelasan titik kemiripan citra tersebut dengan topiknya.

Abstract
According to comparison theory, the detinition of metaphor is an implicit comparison without as or like between the two compared item. Metaphor appears in the form of collocational clash, which can be deviled into two types, namely overt collocational clash and covert collocational clash A metaphor consists of three parts, namely topic, image, and point of similarity. Based on its explicit parts, a metaphor can be classiiied into two types of comparison, i.e. full comparison and abbreviated comparison. As a figurative item, a metaphor is hard to be translated literally, meanwhile the translation of SL a metaphor should be the dynamic equivalent translation The dynamic equivalence is a quality of translation in which the message of source language text (SLT) has been so transported into the target language text (TLT) that the response of the target language (TL) readers is essentially like that of the source language (SL) reader.
This research aimed at investigating the following things: (1) the type of collocational clash and the type of comparison that form the SL metaphor; (2) the dynamic equivalence of TL metaphor and its translation in Indonesian (3) the forms of the translation and translation procedures used in translating the SLT metaphor into the TLT; (4) the factors that cause the equivalence and unequivalence between SL metaphors and their translation in Indonesian; and (5) the compatibility between the methods of the translation and the type of the text.
One hundred and thirty metaphors and their translation were gathered from the source ofthe data, namely three novels written in English and their translation in Indonesian. The findings are as follows: most of SLT metaphors appear in the form of covert collocational clash with abbreviated comparison. lt means, in order to understand the SLT metaphors the context was highly needed.
The translation of SLT metaphors could be divided into three forms, namely metaphor, simile, and nonligurative items. Based on the similarity of the SLT and TLT readers? response, those fomrs could be categorized into two groups, equivalent translation (ET) and nonequivalent translation (NET). The ETS were in the form of metaphors, similes and noniigurative items, while the NETS were in the form of metaphors and similes. The ETS in the form of metaphors could be divided into two groups i.e. (a) translations with the same images as found in SLT metaphors; (b) translations with different images from the ones found in SLT metaphors, The translations which belong to (a) could be equivalent to SLT metaphors because (i) the images of SLT metaphors have been frequently used both in SL or TL; (b) the interpretability of the points of similarity through the images; (iii) the explicitness of the points of similarity; (iv) the availability of adequate contexts. The translations which belong to (b) could be equivalent to SLT metaphors because the images of SLT metaphors were replaced by different images in TLT. The reasons for replacing the images were (i) common comparison in the TL; (ii) the images were not well known in the TL or the points of similarity were not easily recognized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karnedi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aplikasi metafora konseptual dalam buku teks bidang ekonomi dan bagaimana penerjemah mengatasi masalah penerjemahan berbagai kategori dan/atau jenis metafora konseptual dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Kajian dilakukan dengan menggunakan: (1) pendekatan kognitif, (2) pendekatan berbasis korpus, (3) model komparatif, dan (4) teori strategi penerjemahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa analisis teks sebagai sebuah studi kasus. Analisis terjemahan sebagai sebuah produk didasarkan pada sebuah korpus paralel (data) yang berasal dari tiga buku teks ekonomi berbahasa Inggris (subkorpus teks sumber) dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (subkorpus teks sasaran) oleh tiga penerjemah dan diterbitkan masing-masing oleh tiga penerbit lokal yang berbeda. Identifikasi penggunaan ungkapan metaforis dalam kedua subkorpus itu dilakukan dengan menggunakan program WordSmith Tools versi 5.0.
Dua temuan utama dalam penelitian ini adalah: (1) 19 jenis metafora yang meliputi ketiga kategori metafora konseptual, yakni 11 jenis metafora struktural, 7 jenis metafora ontologis, dan 1 jenis metafora orientasional; frekuensi kemunculan itu menunjukkan kecenderungan penulis teks sumber menggunakan metafora struktural untuk menjelaskan berbagai konsep, teori, argumen dalam ilmu ekonomi, serta realitas perekonomian dalam buku teks bidang ekonomi, (2) untuk mengatasi masalah penerjemahan metafora konseptual, penerjemah menerapkan tiga metode penerjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sumber (berdasarkan sejumlah prosedur penerjemahan metafora konseptual dan teknik penerjemahan yang digunakan), yaitu metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantis. Dapat disimpulkan bahwa penerjemah mengadopsi ideologi foreignisation ketika menerjemahkan metafora konseptual dalam buku teks bidang ekonomi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Relevansi temuan penelitian ini dengan temuan penelitian sejenis adalah penerjemahan buku teks bidang ekonomi sebagai salah satu bentuk teks khusus (genre) yang memiliki fungsi informatif juga cenderung lebih mengutamakan ciri, bentuk, dan makna teks sumber dalam teks sasaran sebagai cerminan dari ketiga metode penerjemahan serta ideologi foreignisation yang dianut. Di sisi lain, metode penerjemahan komunikatif dan ideologi domestication yang berorientasi pada bahasa sasaran juga diadopsi oleh penerjemah. Dengan kata lain, penerjemah cukup terbuka terhadap kedua kutub ideologi penerjemahan itu. Sebagai kesimpulan, penelitian ini turut memperkuat temuan penelitian terdahulu tentang teori metafora konseptual (pendekatan kognitif) dan teori strategi penerjemahan yang terdiri dari ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, prosedur penerjemahan metafora, dan teknik penerjemahan.

ABSTRACT
This research aims to investigate the application of conceptual metaphors in economics textbooks and what translation strategies that the translators employ in order to cope with the problems of translating those categories of conceptual metaphors and/or types of metaphors from English into Indonesian. Investigation is based on: (1) a cognitive approach, (2) a corpus-based approach, (3) a comparative model and (4) a theory of translation strategies. The research is conducted on the basis of a qualitative method, particularly a textual analysis in the form of a case study. An analysis of translation as a product is done on the basis of a parallel corpus (data) taken from three English textbooks on economics (the source text subcorpus) and their translations in Indonesian (the target text subcorpus) translated by three translators and published respectively by three local publishers. The use of metaphorical/linguistic expressions in the study corpus is identified by using WordSmith Tools version 5.0.
Two research findings are as follows: (1) nineteen types of metaphors are found in the source text subcorpus representing the three categories of conceptual metaphors: eleven types of structural metaphors, seven types of ontological metaphors and one type of orientational metaphor; the frequencies reflect the source text writers? preference to explain those concepts, theories and arguments in economics, as well as realities of economy in economics textbooks; (2) in order to deal with the problems of translating conceptual metaphors, translators use three major translation methods (i.e. literal translation, faithful translation and semantic translation) based on a number of metaphor translation procedures and translation techniques identified. This translation phenomenon indicates that they adopt the ideology of foreignizing strategy when translating conceptual metaphors in economics textbook from English into Indonesian.
These findings to some extent are closely linked to other research findings in translation studies in the sense that the translation of economics textbooks as one type of specific text (genre) with informative function also tends to maintain the characteristics, forms and meanings of the source language in the target text, rather than the target language. This phenomenon again reveals the three translation methods and the translation ideology being adopted (i.e. foreignisation). However, the communicative method and the ideology of domesticating strategy (domestication) which gives more emphasis on the target language are also adopted by the translators. In other words, the translators seem to be quite open to the two binary ideologies of translation. To sum up, this research strongly supports other relevan research in association with the theory of conceptual metaphor (cognitive approach) and the theory of translation strategies which consists of ideology of translation, translation methods, translation procedures and translation techniques."
Depok: 2011
D1288
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtera
Bandung: ITB Press, 2011
418.02 AHL (1);418.02 AHL (2);418.02 AHL (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, M. Rudolf
Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2003
011.7 NAB t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtera
Bandung: ITB Press, 2013
418.02 ALI (1);418.02 ALI (2);418.02 ALI (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, M. Rudolf
Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999
418.022 1 NAB t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya Wahyu Pravitha
"Terjemahan beranotasi adalah terjemahan yang diberi catatan sebagai bentuk pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Bahan terjemahan beranotasi ini adalah dongeng. Banyak hal perlu dipertimbangkan bila mengingat pembaca sasarannya adalah anak-anak. Penerjemahan dilakukan dengan metode semantis agar unsur estetis TSu tetap muncul di dalam TSa dan metode komunikatif agar pembaca TSa tidak kesulitan memahami isi teks. Pelbagai kamus digunakan sebagai rujukan dan laman internet sebagai sumber informasi saat menerjemahkan. Permasalahan penerjemahan yang banyak ditemukan dalam penerjemahan dongeng ini adalah bahasa figuratif dan kata budaya. Berbagai prosedur penerjemahan diterapkan untuk memecahkan masalah yang ada dan unsur-unsur yang bermasalah dianotasi. Menerjemahkan untuk anak, yang berarti penerjemah harus memposisikan diri sebagai anak saat menerjemahkan, membuat penerjemahan dongeng ini menantang sekaligus memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan baru.

An annotated translation is a translation with a translator’s commentary on the chosen equivalence. This annotated translation uses a fairy tale as the source text. Various aspects should be considered because the target readers of the translation are children. While translating, semantic method is applied so that the esthetical element of the source text can be maintained. Communicative method is also applied to increase readability. Dictionaries and internet websites are used as information sources. Translation problems that were found during the translation process are figurative languages and cultural words. Various translation procedures are applied to solve the problems before they are annotated. Translating for children, which requires the translator to adopt a child’s point of view, gives some valuable experiences and new knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ramadhana W.
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada bidang penerjemahan dengan cara melihat dan menganalisis penghapusan yang dilakukan oleh seorang penerjemah ketika menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan juga memperlihatkan solusi yang dilakukan untuk mengganti kata yang terhapus. Subjek penelitian dari bahasa Inggris diambil dari novel berjudul Good Omens, ditulis oleh Terry Pratchett dan Neil Gaiman. Contoh yang diterjemahkan diambil dari Pertanda-Pertanda Baik, yang diterjemahkan oleh Lulu Wijaya. Good Omens adalah sebuah novel fantasi yang berbahasa Inggris yang penuh dengan kata-kata humor yang dimana beberapa tidak dapat diterjemahkan secara langsung ke bahasa Indonesia tanpa adanya perubahan dari penerjemah. Makalah ini menggunakan Teori Dynamic Equivalence dari Eugene Nida dengan alasan bahwa penerjemah mengubah kata-kata dengan tujuan untuk menjaga konteks dalam suatu karya. Satu hal yang telah ditemukan mengenai penghapusan dalam penerjemahan adalah bahwa hal ini dilakukan untuk menghindari redundansi semantik. Beberapa mengatakan bahwa penghapusan untuk menghindari redundansi semantik sebagai penerjemahan parsial. Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa penghapusan dibutuhkan untuk beberapa kata dengan tujuan untuk menjaga konteks dari cerita yang diterjemahkan.

This study attempts to make a contribution in translation studies by looking at and analyzing deletions conducted by translators when a text is translated from English to Indonesian, and also showing the solutions made to compensate for the deleted words. The subject from which the English examples are taken is a novel by the title of Good Omens, written by Terry Pratchett and Neil Gaiman. The translated examples are taken from the Indonesian version, Pertanda-Pertanda Baik, translated by Lulu Wijaya. Good Omens is an English fantasy novel full of wit and words that may not be properly translated into Indonesian without modification on the behalf of the translator. This paper uses Eugene Nida’s Dynamic Equivalence theory on the notion that translators have to modify words in order to retain the sense or context of a work. One point that has been researched regarding deletion in translation is that it is made in order to avoid semantic redundancy. Others refer to the attempts of deletion to prevent semantic redundancy as partial translation. This paper concludes with the finding that deletions are necessary for some words in order to retain the context of the story.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Reiss, Katharina
Manchester: St. Jerome Publishing, 2000
418.02 REI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>