Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yizli Cecyllie Mikhael
"Etnis Cina Benteng adalah sebutan untuk etnis Cina Peranakan yang bermukim di kawasan Tangerang. Mereka umumnya menempati rumah yang bentuknya melebar, dengan halaman depan yang luas serta tata ruang yang seimbang pada bagian kiri dan kanan rumah. Susunan tata ruang pada sisi kiri rumah akan sama dengan tata ruang sisi kanannya. Melalui metode kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan tata ruang rumah Cina Benteng dan juga menguraikan unsur budaya yang terdapat dalam rumah Cina Benteng, khususnya di rumah milik Oen En Cung yang terletak di desa Cukanggalih, Tangerang. Untuk itu, penulis melakukan observasi langsung dengan mendatangi beberapa rumah Cina Benteng di Tangerang, khususnya rumah Oen En Cung. Penulis juga mengadakan wawancara dengan narasumber untuk verifikasi data yang diperoleh. Dari penelitian ini ditemukan bahwa meja abu yang merupakan manisfestasi dari xiao masih terdapat dalam rumah Cina Benteng, begitu pula dengan penolak bala. Namun, tata ruang rumah yang diatur berdasarkan hongshui tidak lagi diperhatikan.

The Chinese Benteng ethnic group is a term for the Peranakan Chinese who live in the Tangerang area. They generally occupy a house that is wide in shape, with a large front yard and a balanced layout on the left and right of the house. The layout on the left side of the house will be the same as the layout on the right. Through qualitative methods, this study aims to describe the shape and layout of the Cina Benteng house and also describe the cultural elements contained in the Cina Benteng house, especially in the house of Oen En Cung located in Cukanggalih village, Tangerang. For this reason, the author made direct observations by visiting several Chinese Benteng houses in Tangerang, especially Oen En Cung's house. The author also conducted interviews with resource persons to verify the data obtained. From this study it was found that the table of ash which is a manifestation of the xiao is still present in the China Benteng house, as well as the repellent against reinforcements. However, the layout of the house that is arranged according to hongshui is no longer considered."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aurandhani Aritsa
"Cina, selain terkenal akan kebudayaannya yang tinggi, juga terkenal akan pemikiran yang dihasilkan oleh para filosof-nya sejak jaman dinasti Zhou (1027-256 SM)'. Salah satu dari filusuf Cina terkenal yang hidup pada jaman tersebut adalah Konfusius (551-479 SM), filusuf Cina pertama yang pemikirannya dituangkan ke dalam tulisan secara teratur. Kemudian muncul aliran Daoisme, dan Buddhisme yang dalam perkembangannya hingga saat ini ketiga aliran tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan orang Cina. Filsafat Cina berbeda dengan Filsafat Barat. Perbedaan ini diakibatkan adanya perbedaan keadaan masyarakat dan perbedaan kondisi alam pada daerah tempat pemikiran itu dihasilkan, penggunaan gaya bahasa yang berbeda dalam menuangkan konsep pemikiran dalam bahasa tulis, dan beberapa perbedaan dalam memandang hubungan sosial. Sebuah pemikiran yang dihasilkan tidak akan lepas dari kondisi daerah pada masa itu dan kondisi sosial masa itu. Hal ini terlihat dengan jelas dalam pemikiran Cina, yaitu dalam hirearki kelas sosial sarjana atau cendekiawan (_) dan petani ditempatkan di kedudukan sosial yang paling atas sedangkan pedagang ditempatkan di kedudukansosial yang paling bawah. Hal ini disebabkan oleh kondisi masyarakat Cina pada masa itu bahkan sampat saat ini yang mayoritas adalah petani, sedangkan sarjana adalah kalangan berpendidikan yang telah mempelajari ajaran filsafat atau bahkan seorang filosof, Kalangan sarjana pada umumnya berasal dari keluarga bangsawan atau tuan tanah. Salah satu yang menjadi keunikan dari filsafat Cina adalah gaya bahasa yang digunakan ketika dituangkan ke dalam bahasa tulis tidaklah sama dengan gaya bahasa lisan. Gaya bahasa yang digunakan dalam tulisan lebih bersifat penggambaran metafora, tidak langsung kepada permasalahan atau kejadian sebenarnya dan pesan yang ingin disampaikan dituliskan secara tersirat bukan tersurat"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S12821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Sam
"ABSTRAK
Sembahyang rebut atau Chiong Si Ku (Qiāng shì gù-枪事故) sebenarnya berawal dari perayaan sembahyang arwah leluhur atau Zhōng yuán jié (中元节). Sembahyang rebut merupakan salah satu perayaan terbesar bagi masyarakat peranakkan Tionghoa penganut Konghucu di Indonesia yang jatuh pada Chit ngiat pan (七月半-Qī yuè bàn)-tanggal 15 bulan 7 penanggalan kalender Cina. Bagi masyarakat Tionghoa, makna dari sembahyang rebut yaitu selain sebagai wujud laku bakti, juga supaya dapat menghindari kenaasan selama tahun tersebut dengan meminta perlindungan leluhur. Di Kelenteng Setya Bhakti Koba, Bangka Tengah walaupun perayaan sembahyang rebut sarat akan nilai agamis Konghucu, namun peran masyarakat masyarakat non-Tionghoa dan non-Konghucu menjadi sangat penting dalam penyelenggaraan sembahyang rebut ini. Jurnal ini akan membahas mengenai gambaran tentang sembahyang rebut, proses dan tata cara perayaan sembahyang rebut, makna sembahyang rebut bagi masyarakat peranakkan Tionghoa dan non-Tionghoa, serta peran masyarakat setempat dalam perayaan sembahyang rebut.

ABSTRACT
Sembahyang rebut or Chiong Si Ku (枪事故-Qiāng shì gù) was originated from the celebration of the ancestor spirit or Zhong yuan jie (中元节-Zhōng yuán jié). Sembayang rebut is one of the biggest celebration for chinese people whom are confucianism adherent in Indonesia. They call the celebration day as Chit ngiat pan (七月半-Qī yuè bàn) that according to Chinese
calendar happens on the fifteenth day of the seventh month. To the Chinese people, besides for honor the ancestors, sembahyang rebut is also to avoid bad luck on that year by asking for protection from the ancestor spirit. On Setya Bhakti Temple, Koba, Central Bangka even sembayang rebut has religious value, but the non-Chinese and non-confucianism adherents take a big role on the event. This journal is going to discuss about sembahyang rebut in general, the process, and procedures, the meaning of sembahyang rebut to the Chinese and non-Chinese people and the role of the local people to the event."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Kurniawati
"Pada era globalisasi ini, setiap kelompok masyarakat dituntut untuk bergerak dan berpikir dinamis sesuai dengan keadaan zaman. Begitu pula halnya dengan masyarakat etnis Cina yang sudah dikenaI dengan nilai-nilai budaya yang telah berusia ribuan tahun lamanya. Berbagai perubahan atau penyesuaian pun dilakukan untuk bisa bertahan hidup dalam kelompok masyarakat yang majemuk dengan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Ada kalanya nilai-nilai yang sudah dipertahankan selama ribuan tahun harus diubah dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka atau bahkan dihilangkan sama sekali karena berbagai faktorDalam tulisan ini, kasus yang penulis ambil sebagai bahan tulisan adalah Persepsi Kaum Muda Etnis Cina di Bandung Tentang Tradisi Ritual Qing Ming. Data-data yang diperoleh untuk tulisan ini diambil dengan dua cara atau metode, yaitu kepustakaan dan wawancara. Wawancara dilakukan setelah dilakukannya studi pendahuluan dengan menggunakan kuesioner, Sample yang diambil berjumlah 25 orang dengan dua puluh orang berasal dari golongan muda dengan rentang usia 15hingga 30 tahun, yang dipilih secara acak dari beberapa sekolah negeri dan swasta di kota Bandung, dan beberapa orang yang tinggal atau beraktivitas di sekitar wilayah Pecinan di Bandung. Bagaimana persepsi baru yang muncul pada kaum muda etnis Cina ini dan faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah beberapa masalah yang akan dibahas dalam tulisan iniHasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan persepsi kaum muda etnis Cina di Bandung mengenai tradisi ritual Qing Ming dan berbagai hal yang berkaitan dengan tradisi tersebut. Ada dua faktor yang penulis anggap sebagai penyebab terjadinya perubahan persepsi ini, yaitu lingkungan sosial budaya dan peninggalan sejarah. Karena faktor-faktor inilah, maka akhirnya terjadi perubahan nilai dan persepsi yang sudah ada dalam masyarakat Cina serta nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh orang tua pada pada informan, terutama mengenai tradisi ritual Qing Ming..."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S12986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maengkom, Laya
"Dalam menguraikan upacara religi tradisional ini, penulis membatasi permasalahan pada keluarga Cina yang merupakan unit sosial dasar di mana setiap anggotanya ikut ambil bagian dalam praktek dari pemeliharaan religi tradisional tersebut. Untuk dapat lebih memahami religi ini, penulis menguraikan pula latar belakang pemikiran yang mendasarinya. Pemujaan leluhur dalam masyarakat Cina bukan hanya merupakan suatu kepercayaan atau religi saja tetapi juga memiliki fungsi sosial dan turut berperan dalam kehidupan keluarga. Penulis akan menerangkan juga tentang perannya dalam kelangsungan keluarga. Membicarakan tentang religi ini, tidak lengkaplah jika tidak menerangkan tentang ritus upacaranya. Maka penulis mencoba untuk menggambarkan pelaksanaan upacaranya. Oleh karena kesempatan yang terbatas, selain menggambarkan bentuk upacara sembahyang Ce it cap go yang dilaksanakan pada tanggal 1 dan 15 setiap bulan menurut penanggalan Imlek - yin li, penulis juga menguraikan dua buah upacara yaitu pada hari menjelang Tahun Baru tanggal 29 bulan 12 Imlek yang jatuh pada tanggal 27-28 Januari serta pada tanggal 1 bulan 3 Imlek atau tanggal 5 April yang merupakan hari raya Ceng Beng."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Hariyono
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1994
303.482 HAR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Solomon, Richard H.
Berkeley: University of California Press, 1971
320.95105 SOL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Fatia
"Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik/ras. Orang cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori, ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non verbal. Dalam stereotip ada pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok tersebut. Novel Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa adalah novel yang berisikan bantahan atau perlawanan mengenai wacana stereotip yang memojokkan dan mengeneralisir Tionghoa--bahwa semua Tionghoa adalah sama, yaitu korup, jahat, kolutif, dan tidak nasionalis. Tan Peng Liang merupakan tokoh utama di dalam novel yang menjadi alat pembantah akan stereotip-stereotip Tionghoa yang selama ini beredar di kalangan masyarakat. Perlawanan atas stereotip etnis Tionghoa di dalam Ca-Bau-Kan akan dianalisis dari sudut pandang sosio-kultural.
Stereotyping is one form of prejudice between ethnic racial. People tend to create a category on the display characteristics of the behavior of others based on category, race, gender, nationality, and appearance of verbal an non verbal communication. In stereotypes, there is the provision of certain properties of an individual based categories are subjectives, just because he comes from the group. The novel Ca Bau Kan Hanya Sebuah Dosa is a novel that contains a denial or resistance on the discourse stereotype the Chinese cornered and generalize that all Chinese are the same, corrupt, evil, collusive, and not nationalist. Tan Peng Liang is the main character in the novel that became the tool exceptant of Chinese stereotypes that had been circulating among people. Resistance to Chinese ethnic stereotypes in the novel Ca Bau Kan will be analyzed from the socio cultural 39 s point of view."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Huang, Yue
Shenyang shi: Liaoning Renmin Chubanshe, 1997
SIN 306 HUA z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>