Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104725 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julianingsih Tan
"Sumber Daya Manusia (SDM) adalah aset yang sangat penting dalam profesi Kantor Akuntan Publik (KAP). Saat ini KAP menghadapi tantangan besar dalam hal tingkat retensi karyawan yang secara umum rendah. Implementasi hybrid workplace mampu memberikan fleksibilitas dalam bekerja, mencapai work-life balance, dan mengurangi perputaran karyawan di KAP JTT. Namun, persepsi terhadap rencana penerapan ini masih menimbulkan pro dan kontra dari karyawan dan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis mendalam terkait rencana penerapan hybrid workplace di KAP JTT. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan perolehan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Responden penelitian mencakup manajemen dan karyawan KAP JTT. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan kerangka teori job-demand resource. Hasil penelitian ini menemukan bahwa untuk menerapkan hybrid workplace, KAP JTT masih memiliki beberapa kendala antara lain keterbatasan akses karyawan pada fasilitas kantor, kurangnya fasilitas pendukung untuk dapat bekerja di rumah, belum adanya kebijakan yang mengatur secara rinci mengenai penerapan hybrid workplace, gangguan bekerja di rumah yang tidak dapat dikendalikan, kurangnya pengawasan manajer atas kinerja karyawan, adanya risiko kebocoran data rahasia akibat lokasi bekerja yang tidak bisa dikendalikan, dan kesehatan mental dari karyawan yang terpengaruh. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan rencana penerapan hybrid workplace berupa penerapan satellite office, penyediaan fasilitas pendukung untuk bekerja dari rumah, dan pengembangan kebijakan yang jelas dalam implementasinya.

Human Resources are a very important asset of the Public Accounting profession. Currently, Public Accounting Firms (KAP) are facing substantial challenges in terms of generally poor employee retention. Hybrid workplace implementation is intended to provide flexibility at work, achieve work-life balance, and reduce employee turnover at the JTT Accounting Firm (KAP JTT). However, perceptions regarding this implementation plan have prompted a debate on the relative pros and cons of hybrid working from both employees and employers. This study aims to analyze the implementation plan of a hybrid workplace arrangement at KAP JTT. This research was conducted using a case study method through the acquisition of stakeholder perceptions from the results of questionnaires and interviews. Respondents of this study include management and employee of KAP JTT. The analysis was carried out using the job-demand resource theoretical framework. The results of this study found that to successfully implement a hybrid workplace, KAP JTT still has several obstacles to overcome including limited employee access to office facilities, lack of supporting facilities to be able to work at home, lack of detailed policies that regulate details of the implementation of a hybrid workplace, uncontrollable disruption of working at home, insufficient manager supervision over employee performance, the risk of confidential data leaks due to uncontrollable work locations, and the mental health of affected employees. Therefore, this study recommends a strategy for implementing a hybrid workplace in the form of implementing a satellite office, providing supporting facilities for working from home, and developing clear policies in its implementation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Affifa Karunia Putri
"

Penggunaan internet telah banyak dimanfaatkan oleh perusahaan, baik untuk sekedar bertukar informasi maupun sebagai sarana pendukung fungsi bisnis. Internet juga kerap digunakan untuk melakukan berbagai keperluan pribadi. Ketika kedua aktivitas tersebut dilakukan secara bersamaan oleh karyawan, maka terjadilah workplace internet leisure. Sebagai salah satu sektor yang diandalkan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, karyawan pada perusahaan perbankan menjadi perhatian dalam penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada pengaruh workplace internet leisure, workplace internet leisure policy, dan workplace autonomy orientation terhadap employee satisfaction dan peran mediasinya pada employee productivity. Sebanyak 262 karyawan bank di DKI Jakarta berhasil dikumpulkan untuk kemudian dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh pengaruh positif dari workplace internet leisure, workplace internet leisure policy, dan workplace autonomy orientation pada employee productivity dengan peran mediasi darri employee satisfaction.


The internet has been widely used by companies, both for exchanging information and as a means of supporting business functions. The internet is also often used to do various personal purposes. When both activities are carried out simultaneously by employees, there is an workplace internet leisure. As one of the sectors that drives economic growth in Indonesia, employees in banking companies are the focus of the study. This study also focuses on the effect of the workplace internet leisure, workplace internet leisure policy, and workplace autonomy orientation on employee satisfaction and its mediating role on employee productivity. A total of 262 bank employees in DKI Jakarta were collected and analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method. The result of the study proves that there is a positive effect of the workplace internet leisure, workplace internet leisure policy, and workplace autonomy orientation on employee productivity with the mediating role of employee satisfaction.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Ausitania Surya Carolina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan kebutuhan intrinsik (otonomi, keterkaitan, dan kompetensi), kesejahteraan pegawai dan tempat kerja digital. Studi ini didasarkan pada survei yang dilakukan secara online selama pandemi COVID-19 pada Mei 2022 melalui platform media sosial. Artikel ini menyajikan hasil penelitian empiris yang dilakukan dengan menggunakan metode PLS-SEM, pada sampel yang representatif dari pekerja startup Indonesia (n = 140). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kepuasan kebutuhan intrinsik pada faktor otonomi, keterkaitan, dan kompetensi terhadap kesejahteraan pegawai. Adapun dalam penelitian ini menjelaskan bahwa kesejahteraan pegawai dapat secara signifikan mendukung tercapainya penerapan tempat kerja digital yang lebih baik. Hal yang mungkin membatasi hasil penelitian ini yaitu karena survei dilakukan secara online, responden mungkin memiliki ketertarikan tertentu terhadap pekerjaan digital. Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi manajemen untuk menyadari pemenuhan atas kepuasan kebutuhan intrinsik (otonomi, keterkaitan, dan kompetensi) serta kesejahteraan pegawai dalam pengaturan kerja jarak jauh dalam lingkungan tempat kerja digital.

This study aims to analyze the relationship between intrinsic needs satisfaction (autonomy, relatedness, and competence), employee well-being and a digital workplace. This study is based on a survey conducted online during the COVID-19 pandemic in May 2022 via social media platforms. This article presents the results of empirical research conducted using the PLS-SEM method, on a representative sample of Indonesian startup workers (n = 140). The results of the study indicate that there is a significant effect of intrinsic needs satisfaction on the factors of autonomy, relatedness, and competence on employee well-being. This study explains that employee well-being can significantly support the implementation of a better digital workplace. What may limit the results of this study is that because the survey was conducted online, respondents may have a particular interest in digital work. The results of this study have important implications for management to realize the fulfillment of the intrinsic needs satisfaction (autonomy, relatedness, and competence) as well as employee well-being in remote work settings in a digital workplace environment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Aziz
"Literasi keuangan merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengetahui aspek-aspek dalam bidang keuangan termasuk dengan mengelola keuangan dan investasi yang dapat dilakukan. Kemampuan yang dimiliki individu terhadap keuangan dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam mengelola keuangan mereka dan dapat mempengaruhi mereka dari terhindarnya bias yang bisa terjadi terhadap pengambilan keputusan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari financial literacy dan behavioral biases terhadap portfolio diversification yang dilakukan oleh investor pasar saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey menggunakan purposive sampling. Jumlah responden pada penelitian ini yaitu terdapat 189 orang yang didapat melalalui kuesioner online. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa behavioral biases memiliki pengaruh signifikan terhadap portfolio diversification dengan pengaruh signifikan terbesar terdapat pada familiarity biases sedangkan untuk financial literacy tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap portfolio diversification. Untuk variabel kontrol yaitu sosio demografis dan ukuran portofolio memiliki pengaruh yang signifikan lebih besar saat dimasukan dalam uji kepada portfolio diversification investor pasar saham di Bursa Efek Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengumpulkan data responden secara proporsional sesuai kategori yang diuji seperti jenis kelamin

Financial literacy is the ability that a person has in knowing aspects in the financial sector including managing finances and investing that can be done. The abilities that individuals have towards finances can influence their behavior in managing their finances and can influence them from avoiding the bias that can occur in their decision making. The purpose of this study is to analyze the effect of financial literacy and behavioral biases on the portfolio diversification of stock market investors. This study uses a quantitative approach with a survey method using purposive sampling. The number of respondents in this study was 189 people who were obtained through online questionnaires. The results of this study indicate that behavioral biases have a significant influence on portfolio diversification with the greatest significant effect on familiarity biases, while financial literacy does not have a significant effect on portfolio diversification. For control variables, socio-demographics and portfolio size have a significantly greater effect when included in the test on the portfolio diversification of stock market investors on the Indonesia Stock Exchange. For further research, it's expected that can collect data respondents proportionally according to the categories tested such as gender"
Depok: Fakultas Ilmu Adminstrasi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Galuh Saraswati
"Perkembangan teknologi memengaruhi sektor jasa keuangan. Berdasarkan Survei Literasi Keuangan Nasional yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada Tahun 2019, jumlah inklusi keuangan masyarakat di Indonesia khususnya pada sektor pasar modal tidak diikuti oleh kenaikan literasi keuangan. Pertumbuhan investor pasar modal membutuhkan alternatif yang terjangkau dan mudah diakses salah satunya salah satunya adalah robo-advisor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari transaksi penyerahan robo-advisor. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pungumpulan data wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengenaan PPN atas robo-advisor dapat beragam dari objeknya hingga mekanisme pemungutannya tergantung dari model bisnis robo-advisor dalam penyerahannya. Lebih lanjut, penyerahan robo-advisor sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.03/2022 sebagai penyerahan jasa, namun setelah dianalisis lebih lanjut berdasarkan proses bisnisnya menunjukkan bahwa robo-advisor dapat dikenakan PPN sebagai penyerahan Jasa Kena Pajak maupun Barang Kena Pajak Tidak Berwujud. Selain itu, perbandingan kebijakan atas pengenaan pajak atas konsumsi robo-advisor antara Indonesia dengan Amerika Serikat dapat dilihat persamaan karakterisasi objek robo-advisor berdasarkan proses bisnisnya.

The development of ICT affects every aspect and sector of life including financial service. According to National Survei on Finansial Literacy by OJK, the financial inclusion growth in Indonesia is not followed by finansial literacy especially in capital market sector. The investors needs assistance to achieve their personal investement goals using robo-advisor as a helpful tools. This study analyzes the Value Added Tax (VAT) policy on robo-advisors supplies based on their transcation schemes and business models. This research condecuted using qualitative approach. Data used in this research collected through in-depth interview and literature study. The analysis carried out by breaking down each business model occurs on the supplies of robo-advisors and analyzed according Indonesia VAT regulation, then compared to consumption tax treatment on robo-advisor in the United States. The result of this study shows that VAT levied on robo-advisor can vary from the object and the administrative mechanism depends on the business model used when supplies occurred. Furthermore, even under current regulation namely Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.03/2022 robo-advisor’s VAT levied as supply of service, but after being analyzed using related theory and regulations upon its business model, it shows that robo-advisor’s supplies are consisted of supplies of service and intangible good. This research also shows that the comparation between the policy in Indonesia and United States has the similarity in criteria in determining robo-advisor as consumption tax object

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeinia Maulida
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas proses berbagi informasi antar pustakawan hukum pada Asosisasi Pekerja Informasi Hukum Indonesia APIHI berdasarkan motivasi yang mereka miliki, media yang digunakan, jenis informasi yang dibagikan dan alur dalam berbagi informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana berbagi informasi antar pustakawan hukum, di satu sisi mereka harus berbagi dan di sisi lain pengguna pengacara tempat bekerja mereka bersaing. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang yang terdiri dari anggota dan pengurus asosiasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berbagi informasi telah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh pustakawan guna membantu pekerjaan mereka dalam memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Namun, proses berbagi terkadang berjalan hanya satu arah dimana informasi hanya disediakan oleh satu anggota dan informasi yang ditanyakan tidak mendapat tanggapan dari anggota lain.

ABSTRACT
This study discusses the process of information sharing among the law librarians of the Association of Indonesia rsquo s Information Law Workers, based on their motivation, media usage, type and flow of information sharing. The purpose of this research is to find out how the law librarians share information among themselves, where they have to share but at the same time their users lawyers compete to each other. This research using a qualitative approach with a case study methode. Six informants were selected using snowball sampling technique. The results showed that information sharing has become a routine activity performed by librarians to assist themselves fulfilling the users information needs. However, the process of sharing information is not always two way, there are times when someone shares information gets responses from other members but the sharing process sometimes runs only one way in which the information is only provided by one member and the information requested does not receive any response from other members."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelia Puspaseruni Ramadiati
"Pendidikan sekolah rumah memiliki keunikan karena proses belajar dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun, melalui berbagai cara. Kemampuan literasi informasi yang baik harus dimiliki siswa sekolah rumah di tengah membanjirnya informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan literasi informasi siswa sekolah rumah SAnDi KerLiP, serta memaparkan hambatan dan keberhasilan yang telah dicapai. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan SAnDi KerLiP telah menerapkan literasi informasi melalui model belajar yang dikembangkannya yaitu Cara Asyik Cari Tahu (CACT). Melalui proses identifikasi dan analisis, CACT identik dengan model literasi informasi Big6 dan Empowering 8. CACT menjadi sarana belajar sepanjang hayat yang merupakan tujuan dari literasi informasi karena didalam CACT terdapat konsep-konsep dasar yang sistematis dalam mengakses, menggunakan, mengorganisasi dan mengomunikasikan informasi.

Homeschooling education is a unique learning process. In which learning can be conducted in various ways, anytime and anywhere. Good information literacy skills is a must for homeschooling students in dealing with the information overload nowadays. This research aimed to know the application of information literacy to SAnDi KerLiP homeschooling students and to explain the barriers as well as the success that have been achieved. This research is a qualitative one using a case study approach. The results of this research showed that SAnDi KerLiP has applied information literacy using a study model that has been developed known as Cara Asyik Cari Tahu (CACT). By identification and analysis processes, CACT is identical with information literacy models, ig6 and Empowering 8. CACT becomes a medium for lifelong learning in line with the aim of information literacy, CACT has systematic basic concepts to access, use, organize, and communicate the information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15528
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sopacua, PI Jaclyn
"Sejak tahun 2004, Perpustakaan UI mulai mencanangkan program information skills bagi sivitas akademika UI dan tahun 2005 Perpustakaan UI berhasil membuat modul untuk pelatihan information skills. Tujuan utama pembuatan modul information skills tersebut adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada pengguna perpustakaan untuk dapat mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pustakawan mengenai program information skills dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan program tersebut di UI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif karena metode ini lebih tepat untuk menggali persepsi informan mengenai topik yang dibahas. Peneliti mewawancarai 13 pustakawan dari 13 fakultas di lingkungan UI (10 orang kepala pustakawan dan 3 orang pustakawan rujukan). Model operasional menggunakan model SCONUL. Model ini berfungsi untuk mengarahkan peneliti dalam mengajukan pertanyaan dan menganalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para informan sangat memahami pentingnya program information skills di perguruan tinggi untuk mendukung visi universitas menghasilkan lulusan berkualitas dan menjadi pembelajar seumur hidup.
Tanggapan informan terhadap program information skills mencakup hal-hal berikut :
1) Program information skills adalah bagian dari information literacy
2) Program information skills adalah bagian dari pendidikan pengguna yang dirancang secara sistematis dan lebih mendalam.
3) Information skills mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara tepat dan efektif.
4) Information skills bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan pengguna dalam
mengelola informasi dan mencegah pengguna melakukan tindakan plagiat.
5) IS membutuhkan pengetahuan mengenai perpustakaan (basic library skills) dan
ketrampilan teknologi (IT skills).
6) Modul information skills UI cukup lengkap dan mencakup semua materi dalam
information skills, namun belum spesifik sesuai kebutuhan semua fakultas.
7) Program information skills merupakan tanggung jawab pustakawan sebagai penyedia
informasi dan sebagai partner staf pengajar dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran di perguruan tinggi.
8) Pustakawan yang mengajarkan information skills harus memiliki kemampuan soft skills, hard skill dan memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan atau menguasai berbagai macam sumber-sumber informasi serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
9) Pustakawan harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik mengenai perkembangan ilmu, khususnya subjek ilmu di fakultasnya masing-masing.
10) Pustakawan berperan sebagai fasilitator atau intermediary (perantara) bagi pengguna.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa program information skills di UI belum berjalan sebagaimana diharapkan oleh Perpustakaan UI. Para informan mengakui bahwa banyak kendala yang dihadapi di lapangan yang membutuhkan tindakan lebih serius dari lembaga. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah:
1) Keterbatasan SDM yang mampu mengajarkan IS kepada pengguna. Pustakawan di lingkungan UI tidak semuanya dapat diandalkan mengajarkan keahlian informasi
kepada pengguna.
2) Kebijakan yang tidak mendukung dari pimpinan dan staf pengajar.
3) Fasilitas yang tidak memadai (komputer, akses Internet),
Melihat kendala-kendala diatas, Perpustakaan UI perlu melibatkan dosen dan mahasiswa untuk menjalankan program information skills. Hal ini dapat ditempuh dengan memasukkan program information skill dalam kurikulum pendidikan dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan, seperti BEM atau Senat Mahasiswa. Perpustakaan UI juga harus dapat memastikan bahwa sarana dan fasilitas yang ada di tiap fakultas memadai untuk membuka kelas information skills. Supaya kegiatan dapat dilakukan, perlu pendekatan resmi kepada pimpinan fakultas karena hal ini menyangkut fasilitas kegiatan akademik.Langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah promosi terus menerus terhadap sivitas akademika UI dan mengorganisir pelaksanaan program tersebut secara terpadu.

In 2004, the library of the University of Indonesia decided to introduce training in information skills to the academic community. In 2005, the UI Library UI prepared a module for training in information skills. This module aims especially at giving library users the knowledge and skills to identify, access, evaluate and use information effectively. This research is based on a survey of UI librarians concerning their perceptions about the training program and the constraints faced in applying it at UI. The research method is qualitative because this method is more appropriate for probing perceptions in regard to the topic. The researcher interviewed .13 Librarians from 13 faculties at UI (10 Library directors and 3 reference librarians). The SCONUL model was used to guide the researcher in raising question and conducting analysis.
Results show that all informants have a good understanding of the importance of the program on information skills in support of the vision of a high-quality university graduate who becomes a lifetime learner. Responses included the following:
1. The program of information skills is part of information literacy.
2. A program information skill is a kind of consumer education designed in a systematic and thorough way.
3. Information skills include the ability to access, evaluate and use information precisely and effectively.
4. Information skills aim to increase consumer skills in managing information and avoiding plagiarism.
5. IS requires a knowledge of basic library skills and information technology skills.
6. The UI information skills program is comprehensive enough and includes all the relevant materials in information skills, but has not yet been adapted to the needs of each faculty.
7. The program in information skills is a responsibility of librarians, who serve as resources of information and as partners of teaching staff in managing the study process in college.
8. Librarians who teach users need to have soft skills, hard skills and a background in library science, together with good communications skills.
9. Librarians need to have a good knowledge of scientific development, especially in regard to one's own faculty.
10. Librarians need to function as facilitators or intermediaries for users.
Survey results indicate that the UI program in information skills has not yet been implemented as expected by the UI Library department. As a group, the informants mentioned many constraints requiring more serious action from the [which?] institute. These include:
1. Limited skills on the part of librarians. Not all of them have the mastery needed to teach information skills to users
2. Policies that are not effectively supported by leaders and teaching staff
3. Inadequate facilities (computers, Internet access).
Considering these constraints, the UI Library department needs to involve students and teachers in the program for developing information skills. This could be accomplished by introducing an IS program in the regular curriculum, and collaborating with student organizations, including the BEM and Student Senate. The Library Department also needs to ensure that equipment and facilities are provided in every faculty to support classes in information skills. In order that this support be obtained, a formal approach to faculty leaders is needed. On this basis, the IS program can be promoted to the entire academic community and implemented in an integrated way."
2006
T17236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarsih
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kompetensi literasi informasi pustakawan Badan Litbang Kementerian Pertanian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui literasi informasi pustakawan dan pengelola dengan menggunakan standar Information Literacy Competency Standards for Higher Education (ACRL). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survai. Responden dalam penelitian ini adalah pustakawan dan pengelola perpustakaan yang berjumlah 88 (delapan puluh delapan) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran sebagian besar pustakawan sudah melakukan hal yang sudah sesuai dengan standar kompetensi literasi informasi kecuali untuk beberapa indikator. Sedangkan berdasarkan latar belakang pendidikan, secara umum pustakawan dengan latar belakang pendidikan D3 merupakan pustakawan dengan kuantitas yang paling banyak menjawab dengan jawaban yang baik, kemudian diikuti dengan S1 dan D2. Peneliti menyarankan perlu dirancang program literasi informasi terhadap pustakawan dan pengelola perpustakaan di Badan Litbang Kementerian Pertanian. Selain itu diperlukan pendidikan tambahan bagi beberapa pustakawan untuk meningkatkan keahliannya dan Kementerian Pertanian perlu mengganggarkan dana bagi ketersediaan sarana dan prasarana perpustakaan Unit Kerja/Unit Pelayanan Teknis untuk mendukung keberhasilan visi dan misinya.

ABSTRACT
The purpose of this research was to determine librarians and library officers information literacy in Badan Litbang Kementerian Pertanian. This study aims to describe information literacy librarians by using standard Information Literacy Competency Standards for Higher Education (ACRL). This is a quantitative survey method. Respondents in this study was the librarians amount 88 (eighty-eight). The results indicate that most of the librarians have been doing indicators in accordance with the information literacy competency standards except for some indicators. While based on educational background, librarians with a background in D3 education are the the most responded with the good answer, then followed by S1 and D2. To remedy the deficiencies, the study recommends the necessary information literacy program designed to librarians in the Badan Litbang Kementerian Pertanian. To support the vision and mission of Badan Litbang Kementerian Pertanian, it also required additional education for some librarians to improve skills and also the Kementerian Pertanian should budgeting funds for infrastructure for Unit Kerja / Unit Pelayanan Teknis Badan Litbang Kementerian Pertanian."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Skripsi ini membahas tentang literasi informasi jurnalis majalah yaitu jurnalis LAIQA Magazine Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi literasi informasi jurnalis LAIQA Magazine dalam produksi berita Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dan dengan desain deskriptif Adapun pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling Hasil penelitian ini menunjukkan literasi informasi yang dilakukan jurnalis LAIQA Magazine sesuai dengan komponen komponen yang ada dalam konsep model literasi informasi the Seven Pillars karena sifatnya yang fleksibel sehingga dapat berlangsung secara simultan atau tidak linear Penelitian ini menyarankan kepara jurnalis LAIQA Magazine untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan baik tercetak maupun digital serta memanfaatkan bantuan pustakawan meminimalkan penggunaan Wikipedia lalu memanfaatkan penggunaan cloud storage dan perangkat penyimpanan khusus untuk data yang diperoleh.

This thesis will explore the information literacy of magazine journalist particularly the journalists of LAIQA Magazine The purpose of this study is to identify the information literacy of LAIQA Magazine journalists in news production This qualitative study using case study method and descriptive design Furthermore the technique used informant selection is the purposive sampling technique Based on the results the study shows that the information literacy done by LAIQA Magazine journalists have component that are consistent to the one of the information literacy model known as The Seven Pillars due to its flexibility The results of the study suggests that the LAIQA rsquo s journalists should use both printed and digital library facilities in addition to that this method also uses the help of librarian And also minimise the use of unreliable sources such as Wikipedia Furthermore LAIQA Magazine rsquo s journalists should also make use of a special data saving tools such as cloud storage to save the collected data.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>