Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Dini Candra Susila
"Skizofrenia merupakan penyakit jiwa berat yang menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif, emosi, bahasa, perilaku dan gerak. Salah satu dampak dari gangguan jiwa berat adalah bunuh diri. Data menunjukkan setiap 40 detik, seseorang kehilangan nyawa karena bunuh diri. Kondisi pikiran negatif pasien risiko bunuh diri biasanya merupakan distorsi kognitif. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran penerapan cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga pada pasien dengan risiko bunuh diri menggunakan pendekatan Tidal model. Tindakan keperawatan dilakukan kepada 6 pasien dengan risiko bunuh diri. Metode yang digunakan adalah case series. Hasil menunjukkan pemberian cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga dengan pendekatan Tidal model dapat menurunkan skor bunuh diri, menurunkan tanda dan gejala serta meningkatkan kemampuan keluarga dan pasien risiko bunuh diri dengan skizofrenia. Cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan dilakukan oleh perawat spesialis jiwa untuk mengatasi risiko bunuh diri dan Tidal model sebagai upaya pemulihan pasien.

Schizophrenia is a severe mental illness that causes disturbances in cognitive function, emotion, language, behavior and movement. One of the effects of severe mental disorders is suicide. Data shows that every 40 seconds, someone loses their life by suicide. The negative state of mind of patients at risk of suicide is usually a cognitive distortion. The purpose of this scientific paper is to provide an overview of the application of cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation to patients at risk of suicide using the Tidal model approach. Nursing actions were performed on 6 patients at risk of suicide. The method used is case series. The results show that giving cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation with the Tidal model approach can reduce suicide scores, reduce signs and symptoms and increase the ability of families and patients at risk of suicide with schizophrenia. Cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation are recommended to be carried out by psychiatric nurses to overcome the risk of suicide and Tidal model as an effort to recover patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muliantika
"Early Psychosis merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami tanda dan gejala psikosis untuk pertama kalinya atau biasa dikenal dengan istilah first-episode psychosis (National Alliance on Mental Ilness, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Falcone et al (2014) diketahui bahwa seseorang yang berada pada fase early psychosis berisiko lebih tinggi untuk melakukan tindakan bunuh diri. Prevalensi angka kematian akibat bunuh diri pada klien early psychosis diperkirakan terjadi sebesar 4,3% per 1000 orang per tahun dan cenderung meningkat sebesar 60% dalam tahun pertama masa pengobatan (Bornheimer, 2018; Pompili et al., 2011).
Terapi keperawatan Cognitive Behaviour Therapy (CBT), logoterapi dan psikoedukasi keluarga dengan menggunakan pendekatan Middle Rhange Theory Chronic Sorrow yang diberikan pada klien early psychosis bertujuan untuk melihat tanda gejala, kemampuan klien mengendalikan dorongan bunuh diri, melawan pikiran negatif dan menemukan makna hidup. Terapi keperawatan CBT, logoterapi dan psikoedukasi keluarga diberikan pada 10 klien early psychosis dan dilaporkan dalam bentuk laporan kasus.
Hasil yang didapatkan adalah menurunnya ide bunuh diri dari kategori tinggi ke rendah, menurunnya tanda gejala bunuh diri, meningkatnya kemampuan mengendalikan dorongan bunuh diri, melawan pikiran negatif dan menemukan makna hidup. Terapi CBT, logoterapi dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan menjadi salah satu paket terapi yang dapat diberikan pada klien early psychosis yang mengalami risiko bunuh diri.

Early Psychosis is a condition where a person experiences signs and symptoms of psychosis for the first time or commonly known as first-episode psychosis (National Alliance on Mental Ilness, 2016). Based on the results of a study conducted by Falcone et al (2014) it is known that someone who is in the phase of early psychosis has a higher risk of committing suicide. The prevalence of suicide deaths in clients of early psychosis is estimated to occur at 4.3% per 1000 people per year and tends to increase by 60% in the first year of treatment (Bornheimer, 2018; Pompili et al., 2011).
Therapy for Cognitive Behavior Therapy (CBT), logotherapy and family psychoeducation using the Middle Rhange Theory Chronic Sorrow approach given to clients early psychosis aims to see signs of symptoms, the ability of the client to control suicidal impulses, fight negative thoughts and find meaning in life. CBT nursing therapy, logotherapy and family psychoeducation are given to 10 clients early psychosis and reported in the form of case reports.
The results obtained were a decrease in suicidal ideas from high to low categories, a decrease in signs of suicidal symptoms, increased ability to control suicidal impulses, fight negative thoughts and find meaning in life. CBT therapy, logotherapy and family psychoeducation are recommended to be one of the therapeutic packages that can be given to clients of early psychosis who are at risk of suicide.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Puji Rahayu
"ABSTRAK
Cognitive Behavior Therapy CBT merupakan terapi yang membantu individu merubah cara berpikir dan perilakunya. Terapi ini berfokus pada masalah hear and now serta kesulitan yang dihadapi klien. Tujuan dari pemberian CBT pada klien risiko perilaku kekerasan adalah mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan. Klien dengan perilaku kekerasan merupakan cerminan ketidakmampuan klien dalam mengekspresikan emosi marah secara konstruktif. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah membandingkan penerapan CBT pada klien dengan risiko perilaku kekerasan di ruang akut dan ruang stabilisasi. Hasil perbandingan penerapan CBT di ruang akut dan ruang stabilisasi menunjukkan adanya perbedaan hasil penerapan CBT terutama karena perbedaan kondisi klien, lingkungan dan lama masa rawat serta didapatkan bahwa CBT dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan perilaku kekerasan.

ABSTRACT
Cognitive Behavior Therapy CBT is a therapy to assist individuals to change their ways of thinking and behavior. This therapy focuses on the problems here and now and the difficulties encountered. The objective of CBT to provide clients with risk of violent behavior to reduce symptoms and improve the client 39 s ability to control the risk of violent behavior. Violent behavior in client are reflection of client 39 s inability to express the emotions of anger constructively. The purpose of writing this case report is to compare the application of CBT to clients with the risk of violent behavior in acute and stabilitation room. The result of comparison of CBT implementation in acute and stabilitation room shows the difference of result of CBT implementation mainly because of difference of client condition, environment and length of stay and the results of cognitive behaviour therapy can reduce the signs and symptoms of violent behavio and enhancement of adaptive coping in the face of events that promote violent behavior. "
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yomi Novitasari
"Kecemasan merupakan kondisi yang dapat dialami banyak orang. Namun kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari seseorang. Gangguan kecemasan pada anak yang tidak ditangani dengan efektif dapat membuat anak rentan terhadap masalah dalam fungsi kehidupannya dan mempengaruhi perkembangan emosinya. Tesis ini memiliki desain penelitian single case dan menerapkan bentuk intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk menurunkan kecemasan pada anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia 9 tahun yang mengalami kecemasan pada sejumlah hal, antara lain cemas menyeberang jalan, pergi ke sekolah dan di rumah atau di kamar mandi sendirian. Sesi terapi dilakukan sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 45 - 80 menit setiap sesinya. Pengukuran efektivitas terapi ini dilakukan menggunakan alat ukur SCARED (Screen for Child Anxiety Related Emotional Disorders), FSSC-R (Fear Survey Schedulle for Children - Revised), dan CBCL (Child Behavior Checklist). Hasil dari terapi ini adalah CBT tidak efektif untuk menurunkan kecemasan partisipan. Hal ini terlihat dari masih adanya indikasi gangguan kecemasan yang diukur menggunakan SCARED dan FSSC-R.

Anxiety is a common emotional condition in human life. Unfortunately, when the anxiety becomes too intense, it can impair people daily activities. Failure to intervene anxiety disorder in children with effective treatment may render the child vulnerable to impairments in a wide range of functioning and result in deleterious effect on his or her long-term emotional development. This thesis uses a single case research design and applies the Cognitive Behavior Therapy (CBT) in order to reduce anxiety in middle age children. The research participant is a nine-year old girl having anxiety in several things, such as crossing the street, going to school and staying in home or toilet alone. Therapy is conducted through 12, 45-80 minute sessions. This therapy effectivity is assessed by SCARED (Screen for Child Anxiety Related Emotional Disorders), FSSC-R (Fear Survey Schedulle for Children - Revised), and CBCL (Child Behavior Checklist).The results of this therapy is an ineffective CBT to reduce the child's anxiety. The child has not experienced reduced scores in SCARED and FSSC-R. This indicated that she still has anxiety disorder."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Muri Cahyono
"Pendahuluan : Psikosis dan skizofrenia menunjukkan terjadi peningkatan setiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia. Skizofrenia adalah penyakit otak kronis yang sindrom klinisnya melibatkan perubahan pikiran, emosi, persepsi, gerakan dan perilaku individu. Gejala positif dari skizofrenia salah satunya halusinasi sedangkan risiko perilaku kekerasan muncul akibat halusinasi dan waham. Klien dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi, asuhan yang diberikan dalam bentuk tindakan keperawatan generalis dan spesialis. Tindakan keperawatan generalis (individu, kelompok, keluarga) begitu juga dengan Tindakan keperawatan spesialis (individu, kelompok, keluarga) meliputi latihan asertif, terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga. Tujuan : Diketahuinya karakteristik, predisposisi, presipitasi, perubahan tanda gejala, kemampuan, dan perubahan, perbedaan tanda gejala, kemampuan Metode : Desain karya ilmiah akhir spesialis ini menggunakan operational research terdiri dari enam tahap pelaksanaan Hasil : tindakan keperawatan generalis dan spesialis secara bermakna dapat menurunkan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dan halusinasi serta secara bermakna meningkatkan kemampuan klien dan keluarga. Kesimpulan : tindakan keperawatan generalis dan spesialis direkomendasikan karena dapat mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien dan keluarga.

Introduction: Psychosis and schizophrenia show an increase every year both in Indonesia and the world. Schizophrenia is a chronic brain disease whose clinical syndrome involves changes in an individual's thoughts, emotions, perceptions, movements and behavior. One of the positive symptoms of schizophrenia is hallucinations, while the risk of violent behavior arises due to hallucinations and delusions. Clients at risk of violent behavior and hallucinations, care is provided in the form of generalist and specialist nursing actions. Generalist nursing actions (individual, group, family) as well as specialist nursing actions (individual, group, family) include assertive training, cognitive behavioral therapy and family psychoeducation. Purpose: To find out characteristics, predisposition, precipitation, changes in signs and symptoms, abilities, and changes, differences in signs and symptoms, abilities. Methods: The design of this specialist's final scientific work using operational research consists of six implementation stages. Results: Generalist and specialist nursing actions can significantly reduce signs of risk of violent behavior and hallucinations and significantly improves the client's and family's abilities. Conclusion: generalist and specialist nursing actions are recommended because they can reduce signs and symptoms and increase the capabilities of clients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwindita
"Regulasi emosi merupakan salah satu aspek perkembangan penting seorang remaja. Kesulitan dalam regulasi emosi menyebabkan munculnya perilaku impulsif, acting-out,
dan berisiko mengalami psikopatologi. Pola asuh menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan regulasi emosi pada remaja karena menjadi early experience dan berhubungan dengan pembentukan core belief, yang juga merupakan faktor yang berkontribusi pada kemampuan regulasi emosi. Adanya core belief yang maladaptif membuat seseorang kesulitan untuk meregulasi emosi sehingga diperlukan intervensi berbasis kognitif, yaitu cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini merupakan studi kasus (N=1) yang bertujuan untuk melihat apakah penerapan prinsip CBT dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada remaja adopsi dengan pola asuh yang overprotective dan overdemanding. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi dengan partisipan anak dan 5 sesi parent training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT yang melibatkan orangtua dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja adopsi.

Emotion regulation is one of the important developmental aspects in adolescent. Parenting become one of the factor that associated with the development of emotion regulation in adolescent as an early experience and associated with development of core belief, in which contributed to the emotion regulation ability. The maladaptive core belief makes one find difficulties to regulate ones emotion so the cognitive based intervention is needed, which is cognitive behavior therapy (CBT). The current research is a case study (N=1), which aims to gain evident if the application of CBT principles is able to increase the emotion regulation ability in adopted adolescent raised by the overprotective and overdemanding parenting practice. The intervention consists 6 sessions with adolescent participant and 5 sessions in parent training. The result of this current research shows that CBT with parental involvement could increase the emotion
regulation ability in adopted adolescent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwindita
"Regulasi emosi merupakan salah satu aspek perkembangan penting seorang remaja. Kesulitan dalam regulasi emosi menyebabkan munculnya perilaku impulsif, acting-out, dan berisiko mengalami psikopatologi. Pola asuh menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan regulasi emosi pada remaja karena menjadi early experience dan berhubungan dengan pembentukan core belief, yang juga merupakan faktor yang berkontribusi pada kemampuan regulasi emosi. Adanya core belief yang maladaptif membuat seseorang kesulitan untuk meregulasi emosi sehingga diperlukan intervensi berbasis kognitif, yaitu cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini merupakan studi kasus (N=1) yang bertujuan untuk melihat apakah penerapan prinsip CBT dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada remaja adopsi dengan pola asuh yang overprotective dan overdemanding. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi dengan partisipan anak dan 5 sesi parent training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT yang melibatkan orangtua dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja adopsi.

Emotion regulation is one of the important developmental aspects in adolescent. Parenting become one of the factor that associated with the development of emotion regulation in adolescent as an early experience and associated with development of core belief, in which contributed to the emotion regulation ability. The maladaptive core belief makes one find difficulties to regulate ones emotion so the cognitive based intervention is needed, which is cognitive behavior therapy (CBT). The current research is a case study (N=1), which aims to gain evident if the application of CBT principles is able to increase the emotion regulation ability in adopted adolescent raised by the overprotective and overdemanding parenting practice. The intervention consists 6 sessions with adolescent participant and 5 sessions in parent training. The result of this current research shows that CBT with parental involvement could increase the emotion regulation ability in adopted adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuria Muliani
"ABSTRAK
Skizofrenia adalah ganguan jiwa yang dimanifestasikan dengan penurunan dan ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita, afek tumpul, gangguan kognitif serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala negatif yang muncul mengakibatkan isolasi sosial, dan tanda gejala positif yang muncul mengakibatkan halusinasi. Tujuan penanganan kasus ini adalah diketahuinya perubahan tanda gejala dan kemampuan klien isolasi sosial dan halusinasi setelah diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behaviour therapy. Desain penulisan adalah studi kasus dengan responden empat orang. Penanganan kasus tentang topik yang sama sudah pernah dilakukan, namun yang membedakan dengan kasus ini adalah pendekatan teori yang digunakan yaitu teori adaptasi Stuart dan interpersonal Peplau. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah klien diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behaviour therapy. Hasil penanganan kasus menunjukan bahwa terjadi penurunan tanda gejala isolasi sosial dan halusinasi serta peningkatan kemampuan klien bersosialisasi, kognitif dan perilaku setelah diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behaviour therapy.ABSTRACT
Schizophrenia is a mental disorder manifested by decreased and inability to communicate, reality disorder, dull affects, cognitive impairment and difficulty performing daily activities. Negative signs and symptoms that result in social isolation, and signs of positive symptoms that appear to cause hallucinations. The purpose of this case is to know the change of symptom signs and ability of social isolation client and hallucinations after given nursing action, social skill training and cognitive behavior therapy. The design of writing is a case study with four respondents. Handling cases on the same topic has been done, but what distinguishes this case is the theoretical approach used is Stuart 39 s adaptation and interpersonal theory of Peplau. Data were collected before and after clients were given nursing actions ners, social skill training and cognitive behavior therapy. The results of case handling showed that there was a decrease of symptoms of social isolation and hallucinations as well as increased ability of client socializing, cognitive and behavior after given nursing action, social skill training and cognitive behavior therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Nurilla Safitri
"Psikosis ditandai dengan adanya perubahan proses pikir, perasaan dan perilaku yang menyimpang dan membuat rasa tidak nyaman dan aman. Harga diri rendah merupakan gejala negatif yang ditemukan pada klien psikosis. Tujuan karya ilmiah untuk menguraikan penerapan terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga pada klien dengan harga diri rendah. Karya ilmiah ini menggunakan pendekatan metode case series. Sampel berjumlah 32 orang dan dibagi 3 kelompok sesuai kriteria inklusi yaitu kelompok pertama untuk klien relapse dengan perlakuan terapi kognitif perilaku, kelompok dua klien early psychosis dengan perlakuan terapi kognitif perilaku dan kelompok tiga klien early psychosis dengan perlakuan terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi kelurga.Alat ukur menggunakan lembar evaluasi tanda dan gejala serta kemampuan klien harga diri rendah. Analisa tampilan data berupa persentasi dalam bentuk tabulasi. Hasil menunjukkan tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga pada klien early psychosis menurunkan tanda dan gejala serta meningkatkan kemampuan klien lebih besar dibandingkan dengan klien relapse dan early psychosis yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners dan terapi kognitif perilaku. Rekomendasi penulisan ini adalah penerapan terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan harga diri klien dan dapat digunakan sebagai standar terapi spesialis keperawatan jiwa.

Psychosis is characterized by a change of thought processes, feelings and behaviors that deviate and create discomfort and security. Low self-esteem is a negative symptom found in clients of psychosis. The purpose of scientific work is to describe the application of cognitive behavior therapy and family psychoeducation to clients with low self-esteem. This study uses a case series method approach. The sample was 32 people and divided into 3 groups according to the inclusion criteria ie the first group for the relapse client with the treatment of cognitive behavior therapy, the second group clients early psychosis with cognitive behavior therapy treatment and the third group clients early psychosis with treatment of cognitive behavior and family psychoeducation therapy. Using evaluation sheets of signs and symptoms as well as low self esteem client ability. Analysis of data display in the form of percentage in tabulation form. The results show nursing actions, cognitive behavior therapy and family psychoeducation on early psychosis clients decrease signs and symptoms and increase client ability greater than with relapse and early psychosis clients who only get nursing actions and cognitive behavior therapy. Recommendation of this writing is the application of cognitive behavior therapy and family psychoeducation can increase the client's self-esteem and can be used as a standard therapy of mental nursing specialists."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ratih Wibawa
"Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis yang mempengaruhi kognitif, emosi, perilaku dan fungsi sosial. Diagnosa keperawatan terbanyak yang ditemukan pada skizofrenia adalah halusinasi dan risiko perilaku kekerasan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui perbedaan perubahan tanda gejala dan kemampuan klien halusinasi dan risiko perilaku kekerasan antara yang diberikan tindakan keperawatan ners, terapi perilaku kognitif, latihan asertif dan psikoedukasi keluarga.
Desain karya ilmiah ini case series. Kelompok intervensi I diberikan tindakan keperawatan ners, terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi keluarga serta kelompok intervensi II diberikan tindakan keperawatan ners, terapi perilaku kognitif, latihan asertif dan psikoedukasi keluarga dengan jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 15 orang.
Hasil asuhan keperawatan menunjukkan intervensi II menurunkan tanda gejala halusinasi dan risiko perilaku kekerasan lebih besar daripada intervensi I. Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap serta terapi perilaku kognitif, latihan asertif dan psikoedukasi keluarga dilakukan oleh perawat spesialis dalam mengatasi halusinasi dan risiko perilaku kekerasan.

Schizophrenia is a clinical syndrome that affects cognitive, emotional, behavioral and social functions. The most common nursing diagnoses found in schizophrenia are hallucinations and the risk of violent behavior. The study aims to determine the differences in symptom change and the ability of the hallucinations and the risk of violent behavior between nursing actions, cognitive behavioral therapy, assertiveness training and family psychoeducation.
The study design was case series. The intervention group I was given nursing action ners, cognitive behavioral therapy and family psychoeducation as well as intervention group II were given nursing actions, cognitive behavioral therapy, assertive training and family psychoeducation with the number of samples each group was 15 people.
The results showed intervention II decreases symptoms of hallucinations and the risk of violent behavior is greater than intervention I. Nursing care ners are recommended performed by nurses in inpatient rooms as well as cognitive behavioral therapy, assertiveness training and family psychoeducation performed by a specialist nurse in overcoming hallucinations and risks violent behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>