Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endar Widiah Ningrum
"Mikroplastik dan merkuri dapat menyebabkan efek toksik pada biota perairan, dan berpotensi terpapar pada manusia. Teri anchovy (Stolephorus sp.) yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan komoditas ikan yang berlimpah di laut Indonesia, mudah dijumpai, ekonomis, dan bernutrisi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis konsentrasi mikroplastik, 2) menganalisis konsentrasi merkuri dari mikroplastik yang ditemukan pada teri anchovy (Stolephorus sp.), dan 3) memberikan rekomendasi porsi teri anchovy yang aman dikonsumsi. Saluran pencernaan teri anchovy diisolasi dan didestruksi dengan campuran 1M NaOH 20mL dan 0,5% Sodium laureth sulfate (SLS) 10mL, kemudian sampel disimpan di suhu ruang. Sampel kemudian dikuantifikasi kandungan mikroplastiknya dengan mikroskop, diuji tipe polimernya dengan Fourier- transform infrared spectroscopy (FTIR), dan diuji kandungan merkurinya dengan Atomic Absorption Spechtophotometer (AAS) unflame cold vapor method. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan referensi. Partikel mikroplastik dan pencemar merkuri ditemukan pada teri anchovy dari kota-kota pesisir Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan mikroplastik ditemukan merata di seluruh lokasi (Sig.0,545). Rata-rata partikel mikroplastik yang ditemukan adalah 224 ± 2,97 par/idv. Tipe polimer yang ditemukan adalah LDPE, HDPE, PP, PS, PET, dan poliamida/nilon. Bentuk dan ukuran secara signifikan mempengaruhi banyaknya partikel mikroplastik yang ditemukan pada teri anchovy (Sig.<0,01). Mikrofiber (217 ± 8,89 par/idv) dan mikrobead (43 ± 12,7 par/idv) ditemukan paling banyak pada teri anchovy dari Krui, Lampung. Mikrofilm (481 ± 16,07 par/idv), dan mikrofragmen (134 ± 15,53 par/idv) ditemukan paling banyak dari teri mamuju. Ukuran mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah 50-500 μm (Sig.0,036). Rata-rata partikel mikroplastik berukuran 50-500 μm pada teri anchovy dari zona tangkap Samudra Hindia Timur (225 ± 4,81 par/idv) lebih banyak dibandingkan dengan Pasifik Tengah Barat (115 ± 2,92 par/idv), namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Sig.0,617). Adapun mikrofiber pada teri anchovy dari Samudra Hindia Timur (33 ± 5,76 par/idv), dan Pasifik Tengah Barat (33±5,80 par/idv) memiliki rata-rata jumlah yang sama (Sig.0,944). Hubungan antara panjang total teri anchovy dengan banyaknya partikel mikroplastik yang ditemukan adalah Y = -45,803 + 2,683X. Timbulan sampah bersama dengan lokasinya dapat digunakan untuk memprediksi 11,6% keberadaan mikroplastik berukuran 50-500 μm. Teri anchovy yang berasal dari kota sedang-metropolitan (Mamuju, Krui-Lampung, dan Talisayan-Berau) ditemukan mengandung mikroplastik lebih banyak daripada teri yang berasal dari kota kecil-sedang (Fakfak, Waingapu, dan Karimunjawa). Adapun mikroplastik bersama dengan zona tangkap secara simultan memiliki hubungan yang kuat dengan keberadaan pencemar merkuri (R = 0,557) yaitu sebesar 31%. Meskipun pengaruhnya tidak signifikan secara statistik (Sig.0,075), namun keberadaan mikroplastik bersama pencemar merkuri pada teri anchovy dapat digunakan untuk menurunkan batas maksimum toleransi paparan merkuri. Rata-rata merkuri (HgMPs) pada teri anchovy adalah sebesar 0,034 ppm. Teri meulaboh memiliki konsentrasi merkuri (HgMPs) paling tinggi yaitu sebesar 0,09 ppm. Sementara itu, pencemar merkuri tidak terdeteksi pada teri dari talisayan, Kalimantan Timur. Teri yang berasal dari kota sedang-metropolitan (Meulaboh, Manado, dan Lampung) mengandung lebih banyak merkuri (HgMPs) dibandingkan dengan teri anchovy dari kota kecil-sedang (Fakfak, Kendari, dan Berau). Berdasarkan zona tangkapnya, kandungan merkuri (HgMPs) pada teri anchovy dari Samudra Hindia Timur (0,06 ppm) lebih tinggi daripada Pasifik Tengah Barat (0,03 ppm), namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (Sig.0,094). Rasio paparan merkuri (HgMPs) masyarakat Aceh paling tinggi, yaitu 1,79 pada laki-laki, dan 1,96 pada perempuan (THQ > 1,0). Masyarakat Aceh, dan Sulawesi Utara terpapar merkuri (HgMPs) paling tinggi (EWI), yaitu sebanyak 0,002 ppm/pekan yang disebabkan oleh ditemukan pencemar merkuri (HgMPs) yang tinggi pada teri anchovy bersama dengan Angka Konsumsi Ikan (AKI) yang juga tinggi. Batas toleransi merkuri (MTI) apabila ditemukan mikroplastik paling ketat pada masyarakat Lampung, yaitu tidak boleh melebihi 0,06 ppm/pekan. Petunjuk konsumsi ikan yang aman diperlukan oleh masyarakat agar dapat menghindari terpapar merkuri berlebih. Adapun rekomendasi nasional bagi konsumsi teri anchovy yang aman dalam sepekan untuk ibu hamil dan menyusui adalah 2-3 kali dengan ukuran porsi sebesar 76 gram. Anak-anak dapat mengonsumsi teri anchovy 2 kali dalam sepekan dengan ukuran porsi 19 gram (1-3 tahun), 38 gram (4-7 tahun), 57 gram (8-10 tahun), dan 76 gram (>11 tahun). Kategori dewasa lainnya dapat mengonsumsi 2-3 kali dalam sepekan dengan ukuran porsi ≤ 362 gram bagi laki-laki, dan ≤ 304 gram bagi perempuan. Sebagai saran, referensi dosis oral (RfD) mikroplastik dan merkuri, serta petunjuk konsumsi ikan yang aman sebaiknya ditetapkan sebagai regulasi oleh BPOM Republik Indonesia.

Microplastics and mercury can cause toxic effects on aquatic biota and potentially be exposed to humans. Anchovy (Stolephorus sp.) used in this study is a fish commodity that is abundant in Indonesian seas, easy to find, has economic value, and has high nutrition. This study aims to 1) analyze the concentration of microplastics, 2) analyze the mercury concentration of microplastics found in anchovies (Stolephorus sp.), and 3) provide recommendations for the safe portion of anchovy consumption. The digestive tract of anchovies was isolated and destructed with a mixture of 1M NaOH 20mL and 0.5% sodium laureth sulfate (SLS) 10mL; the samples were stored at room temperature. The samples were then quantified for microplastic presence under a microscope, the type of polymers was tested using Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), and the presence of mercury was tested with the Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) unflame cold vapor method. The results are then compared with the reference. Microplastic particles and mercury contaminants were found in anchovies from Indonesian coastal cities. The results showed that microplastics were found in all locations (Sig.0.545). The average particle of microplastic found was 224 ± 2.97 par/idv. The polymer types found were LDPE, HDPE, PP, PS, PET, and polyamide/nylon. Shape and size significantly affect the number of microplastic particles found in anchovies (Sig.<0.01). Microfibers (217 ± 8.89 par/idv) and microbeads (43 ± 12.7 par/idv) were primarily found in anchovy from Krui, Lampung. Microfilms (481 ± 16.07 par/idv) and microfragments (134 ± 15.53 par/idv) were primarily found in mamuju’s anchovies. The most commonly found microplastics were 50-500μm (Sig.0.036). The average size of 50- 500 μm microplastic particles in anchovies from the Eastern Indian Ocean fisheries zone (225 ± 4.81 par/idv) was higher than that of the Western Central Pacific (115 ± 2.92 par/idv), but this difference was statistically insignificant (Sig.0.617). The microfibers in anchovies from the Eastern Indian Ocean (33 ± 5.76 par/idv) and the Western Central Pacific (33 ± 5.80 par/idv) had the same average number (Sig.0.944). The relationship between the total length of anchovies and the number of microplastic particles found was Y = -45,803 + 2,683X. The waste and location can predict 11.6% of microplastic presence in 50-500 μm size. Anchovies from medium-metropolitan cities (Mamuju, Krui- Lampung and Talisayan-Berau) contained more microplastics than anchovies from small- medium cities (Fakfak, Waingapu and Karimunjawa). Meanwhile, microplastics and the fisheries zone simultaneously have a strong relationship with the presence of mercury pollutants (R = 0.557) which is 31%. Although the effect was statistically insignificant (Sig.0.075), the presence of microplastics together with mercury contaminants in anchovies could be used to reduce the maximum tolerance for mercury exposure. The average mercury (HgMPs) in anchovies is 0.034 ppm. Meulaboh’s anchovies had the highest mercury (HgMPs) concentration of 0.09 ppm. Meanwhile, mercury was not detected in the talisayan’s anchovies, East Kalimantan. Anchovies from medium- metropolitan cities (Meulaboh, Manado, and Lampung) contain more mercury (HgMPs) than anchovies from small-medium cities (Fakfak, Kendari, and Berau). Based on the fisheries zone, the mercury (HgMPs) concentration in anchovies from the Eastern Indian Ocean (0.06 ppm) was higher than that of the Western Central Pacific (0.03 ppm), but this difference was statistically insignificant (Sig.0.094). The mercury (HgMPs) exposure ratio of the Acehnese is the highest, namely 1.79 for men and 1.96 for women (THQ > 1.0), so it has the potential to get health side effects. Aceh and North Sulawesi people have the highest exposure to mercury (EWI), which is 0.002 ppm/week, due to the high mercury (HgMPs) pollutant found in anchovy along with the high Fish Consumption Rates (AKI). The maximum tolerable intake (MTI) of mercury when microplastic is found is the strictest in the people of Lampung, which should not exceed 0.06 ppm/week. The community needs safe fish consumption guidelines to avoid excessive mercury exposure. The national recommendation for a safe meal in a week for pregnant and lactating women is 2-3 times with a serving size of 76 grams anchovy fish. Children can consume the anchovy two times a week with serving sizes of 19 grams (1-3 years), 38 grams (4-7 years), 57 grams (8-10 years), and 76 grams (>11 years). Another adult category can consume 2-3 times a week with a serving size of ≤ 362 grams for men and ≤ 304 grams for women. As a suggestion, the reference for oral doses (RfD) of microplastics and mercury and the guidelines for safe fish consumption should be established by BPOM Republic of Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Imaduddin Noor Muhashiby
"Pengelolaan sampah adalah mengumpulkan, mengangkut, mengolah, dan mendaur ulang bahan sampah dari Rumah Tangga, Tempat Pengelolaan Sampah 3R/Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu, dan TPA. Pengelolaan sampah yang optimal dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. Paradigma masyarakat saat ini dalam pengelolaan sampah masih bersifat kumpul-angkut-buang. Tulisan ini menjelaskan bagaimana Kecamatan Pesanggrahan mengelola sampahnya dengan menerapkan paradigma baru yaitu reduce-sorted-processing. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan sampah di Jakarta Recycle Center (JRC), Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dan mengidentifikasi dokumen peer-review dalam sistem pengelolaan sampah. Kajian ini menggunakan pendekatan kajian semi sistematik dengan mengkaji dokumen-dokumen yang relevan. Skema pengangkutan sampah yang dilakukan dalam program JRC terbagi menjadi empat jenis pada tujuh hari yang berbeda. Komposisi sampah yang paling signifikan di JRC adalah sampah organik. Pengolahan sampah organik dilakukan dengan dua metode yaitu pengomposan dan BSF. Dengan dukungan fasilitas pengangkutan dan pengolahan sampah yang memadai dari pemerintah, JRC dapat menjadi program percontohan yang dapat diterapkan di daerah lain dalam mengelola sampahnya.

Waste management is collecting, transporting, processing, and recycling waste materialsfrom the Household, 3R Waste Management Site / Integrated Waste Management Site, and the landfill. Optimal waste management can reduce the impact of environmental pollution caused by waste. The current community paradigm in waste management is still in the collecttransport-dispose. This paper describes how Pesanggrahan District managesits waste by applying a new paradigm, namely reduce-sorted-processing. This paper aims to evaluate the waste management system at the Jakarta Recycle Center (JRC), Pesanggrahan, South Jakarta, and identify peer-reviewed documents in the waste management system. This study approaches a semi-systematic review by reviewing relevant documents. The waste transportation scheme carried out in the JRC program is divided into four types on seven different days. The composition of the most significant waste in JRC is organic waste. Two methods carry out the processing of organic waste, namely composting and BSF. With the support of sufficient waste transportation and processing facilities from the government, the JRC can become a pilot program that can be applied in other areas in managing their waste."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risza Damayanti
"Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah di Kota Depok. Bank sampah adalah sistem pengelolaan sampah non-organik yang berkembang pesat di Kota Depok dan terbanyak berada di Kecamatan Sukmajaya. Penelitian ini membahas bagaimana efektivitas pengelolaan sampah melalui bank sampah di Kecamatan Sukmajaya, Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan positivist dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah melalui bank sampah dengan studi bank sampah di Kecamatan Sukmajaya, Depok tidak efektif dilihat dari indikator kelembagaan, teknik operasional, pembiayaan, peraturan/hukum, dan peran serta masyarakat.

Waste management is one of the problems in Depok. Bank sampah is a system of non-organic waste management which is growing rapidly in Depok and most were in the Kecamatan Sukmajaya. This study discusses how the effectiveness of waste management through bank sampah in the Kecamatan Sukmajaya, Depok. This study used a positivist approach with qualitative research method. The results showed that the waste management through bank sampah with study in Kecamatan Sukmajaya, Depok is ineffective seen from the indicators which are institutional, operational engineering, financial, regulatory/legal, and community participation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S54959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Hidayat Andrianto
"Volume sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia jumlahnya lebih banyak daripada jumlah sampah yang bisa terangkut ke tempat pembuangan akhir. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan volume timbulan sampah yang dihasilkan oleh SMP Negeri 230 Jakarta. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan The One Group Pre-Test and Post-Test Design. Intervensi yang diberikan berupa sosialisasi tentang sampah dan pembuatan lubang resapan biopori. Pengukuran data dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap responden. Adapun responden di dalam penelitian ini ada sebanyak 101 orang siswa. Hasilnya menunjukkan terdapat kenaikan rata-rata tingkat pengetahuan siswa dari 8,01 (sebelum sosialisasi) menjadi 9,04 (setelah sosialisasi). Hasil uji statistik menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan yang signifikan (p<0,001) antara sebelum dan sesudah intervensi. Volume rata-rata timbulan sampah sekolah mengalami penurunan dari 395,275 Liter (sebelum sosialisasi dan pembuatan lubang biopori) menjadi 325,545 Liter (setelah sosialisasi dan pembuatan lubang biopori. Disimpulkan bahwa intervensi berupa sosialisasi dan pembuatan lubang biopori meningkatkan tingkat pengetahuan responden dan menurunkan volume timbulan sampah sekolah.

The volume of waste produced by human activities is higher than the amount of waste that can be transported to landfills. This study aims to determine the level of knowledge and volume of waste produced by SMP Negeri 230 Jakarta. The method of this research is a quasi-experiment using the design of The One Group Pre-Test and Post-Test Design. The intervention given was the socialization about waste and making biopori infiltration holes. Data measurements were carried out twice, namely before and after treatment of respondents. The respondents in this study were 101 students. The results indicate an increase in the average level of student knowledge from 8.01 (before socialization) to 9.04 (after socialization). Statistical test results showed a significant increase in the level of knowledge (p <0.001) between before and after the intervention. The average volume of school solid waste has decreased from 395.275 liters (before socialization and biopori hole making) to 325.545 liters (after socialization and biopori hole making) It was concluded that interventions in the form of socialization and making biopori holes increased respondents knowledge level and decreased the volume of school waste generation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The research was aimed to understand the composition and dominancy of aquatic microalgae,and to know the potential toxicity of Cyanobacteria occuring in three lakes of Jakarta-Bogor area...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The Ciguatera Fish Poisoning (CFP) causing microorganisms were observed at the reef flat of Panjaliran Barat Islands and Pramuka Islands District,Seribu Island national Park,North Jakarta , Indonesia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Akbar Wahyu Jati
"ABSTRAK
Masalah lingkungan saat ini merupakan fenomena yang mengkhawatirkan, salah satunya adalah masalah Sampah, yang di Indonesia, sebagian besarnya dihasilkan oleh rumah tangga. Kabupaten Bogor, sebagai salah satu daerah dimana masalah sampahnya mengkhawatirkan, membuat sebuah program bernama Kampung Ramah Lingkungan, yang di dalamnya terdapat upaya-upaya penanggulangan masalah sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program Kampung Ramah Lingkungan di Kabupaten Bogor dalam menanggulangi masalah sampah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode post-positivisme dan menggunakan teknik pengambilan data berupa wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam implementasinya, program Kampung Ramah Lingkungan berjalan dengan kurang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya dukungan sumber daya yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Saran dari penelitian ini adalah Dinas Lingkungan Hidup dapat meningkatkan sumber daya yang dimiliki, baik kuantitas maupun kualitas.

ABSTRACT
Waste Issue nowadays is a huge environmental problem and cause huge damages. Most of the Waste we produce are household waste. Bogor Regency, as a region where the waste issue is one of the worst in Jawa Barat, created a program called Kampung Ramah Lingkungan, which consists of a series of activities, aimed to countermeasures environmental problems, such as waste issue. The purpose of this research are to analyze the implementation of Kampung Ramah Lingkungan Program as a mean to countermeasures waste issue in Bogor regency. This research Is a descriptive, post positivism research. The data is collected by means of deep interview and literature review. The result of the research suggests that Kampung Ramah Lingkungan Program is not running optimal enough. it doesn rsquo t have means to measure the outcome of the program, so the stackholder, in this case Dinas Lingkungan Hidup, doesn rsquo t really know well about the outcome. Dinas Lingkungan Hidup needs to increase the quality and the quantity of all the resources they have and need to support the program and other stakeholders rsquo participation, such as private sectors and NGO need to be increased to help Dinas Lingkungan Hidup to optimalize the program. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Irwan
"Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi alur material besi tulangan pada pengelolaan limbah pembongkaran konstruksi sebagai salah satu limbah yang dihasilkan oleh pembongkaran rumah dari beton. Pengelolaan limbah konstruksi di Jakarta tidak dilakukan oleh kontraktor resmi, tetapi oleh penyedia jasa pengangkut sampau atau ""waste subcontractor ""yang kelembagaannya tidak resmi. Material besi hasil pembongkaran bangunan bersumber dari besi tulangan beton, dari kerangka atap baja, dari pagar besi, dari besi teralis, tangga dari besi pipa dll. Pada besi tulangan beton, ukuran material yang bisa didapatkan dari hasil pembongkaran adalah besi ukuran ?6-?20 mm. Besi-besi ini dipilah-pilah menjadi besi olahan dan besi rongsokan yang biasanya didefinisikan oleh para pelaku melalui penampilan fisik dari luar. Besi bermutu baik apabila bisa diperbaiki kembali, diluruskan dan diolah, bermutu rendah apabila terlihat rusak mengalami pelapukan. Material besi bekas bermutu baik ternyata dapat dipergunakan kembali untuk bangunan rumah sederhana, yaitu untuk besi tulangan dan sengkang. Pengolahan lain oleh tukang besi dapat menghasilkan barang seperti linggis, baut, pisau, pahat serta barang lainnya. Sedangkan material rongsokan biasanya dijual ke pabrik peleburan besi untuk dilebur kembali."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Elita Anne
"Dalam segala aktifitasnya, manusia akan menghasilkan residu yang salah satunya berbentuk padat dan disebut sebagai sampah. KampusUniversitas Indonesia dengan segala aktifitasnya pun tidak lepas dari timbulnya sampah termasuk permasalahan yang ditimbulkannya. Penumpukan di tempat penampungan sampah selama berhari-hari, pembakaran sampah yang menyebabkan pencemaran udara merupakan permasalahan sampah yang diakibatkan tidak adanya system pengelolaan sampah yang terpadu. Hal ini diperburuk oleh kapasitas TPA Cipayung sebagai tempat pembuangan akhir sampah Kota Depok yang semakin berkurang. Kampus UI Depok memiliki potensi untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA Cipayung, salah satunya dengan pengadaan UPS (Unit Pengolahan Sampah). Penelitian yang lalu telah menghasilkan besar luasan UPS yang akan digunakan untuk mengolah sampah UI, yakni sebesar 975 m. Penelitian ini diawali dengan studi timbulan dan komposisi sampah yang dilakukan terhadap 5 sampel antara lain FT, FE, Fasilkom, PAU dan Pusgiwa. Untuk itu, diperlukan adanya sistem pengumpulan sampah guna melengkapi rencana pengadaan UPS UI, yang diawali dengan melakukan studi terhadap jumlah timbulan dan karakteristik sampah sebagai dasar desain system pengumpulan sampah. Hasil studi timbulan dan komposisi menunjukkan bahwa di tahun 2011 timbulan sampah harian UI sebesar 12,75 ton/hari atau 75,96 m3/hari yang didominasi oleh sampah organik 90,55% dengan 87% diantaranya bersumber dari sampah taman dan jalan berupa daun kering. Data tersebut diproyeksi hingga tahun 2024 mengacu pada rencana pengembangan kampus UI hingga tahun 2025, dan diketahui kebutuhan armada pengumpul antara lain 2 buah gerobak motor berkapasitas 1 m3 untuk pengumpulan sampah organik gedung, 3 buah arm roll truck untuk pengumpulan sampah non-organik gedung, dan 9 buah truk dengan kapasitas 6 m3 untuk pengumpulan sampah kantin serta taman dan jalan.

In all activities, human will produce a residual in a form of solid called solid waste. Universitas Indonesia (UI) with all of its activities is not hampered from solid waste production and the problems coming from it. The solid waste accumulation for long days, air pollution caused by waste burning is some of problems coming out from the lack of integrated solid waste management. And it?s getting worse by the decreasing capacity of TPA Cipayung as a final disposal of Depok City?s solid waste. UI Depok campus has a potential to cutting down the amount of waste disposed to the TPA Cipayung, one of the way is by making a Solid Waste Handling Facility (UPS). The previous research result the area needed for making the UPS, which was 975 m2. This research started with a study of waste generation and composition of 5 samples: FT, FE, Fasilkom, PAU and Pusgiwa. Therefore, in order to take the waste to the UPS to be processed, there should be a waste collection system to complement the UPS making plan, beginning with doing a study of waste generation and composition as well, as a basis of waste collection system design. The waste generation and composition study resulted that UI produces 12,75 ton/day or 75,96 m3/day in 2011, which is dominated by 90,55% organic waste contains of 87% yard waste comes from the fall leaves. Then, the data projected to year 2024 due to UI master plan for 2025. UI will need 2 motorcycle-containers with 1 m3 capacity for collecting organic building waste, 3 arm roll truck for the collection of building?s non-organic waste, and 9 trucks with 6 m3 capacity for the collection of canteen and yard waste."
2011
S611
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Ardiani Rachman
"Pemanfaatan sisa kapasitas pembangkit listrik di TPST Bantar Gebang sebesar 4,3 MW dilakukan dengan memproduksi listrik dari biogas hasil pemrosesan sampah pasar menggunakan teknologi Anaerobic Digester System. Analisis keekonomian yang dilakukan mencakup perhitungan beberapa parameter kelayakan ekonomi yang umum digunakan yaitu IRR, NPV, benefit cost ratio, dan payback period.
Dari hasil analisis keekonomian, pembangunan fasilitas ini layak untuk dibangun dengan parameter keekonomian NPV sebesar 40,64 milyar rupiah, IRR 16,76%, benefit cost ratio 2,83, dan payback period selama 5 tahun 8 bulan. Analisis kebijakan pemerintah juga dilakukan mengingat proses pengolahan sampah menjadi bahan bakar merupakan salah satu alternatif energi baru dan terbarukan yang saat ini sedang gencar program pengembangannya di Indonesia.

Utilization of 4.3 MW remaining capacity of of power generator in TPST Bantar Gebang was conducted to generate power from biogas. Economic evaluation was performed by calculating the economic parameters such as IRR, NPV, benefit cost ratio, and payback period.
The result indicated the project is feasible with NPV of 40,64 billion rupiah, IRR of 16,76%, benefit cost ratio of 2,83 and payback period 5 years and 8 months after the project began. Furthermore, analysis of government policy was also undertaken in this study since waste-to-fuel treatment process is one of the new and renewable energy alternative which is being developed intensively in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>