Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Giri Susanto
"Hemodialisis (HD) merupakan metode terapi yang banyak digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis membutuhkan waktu jangka panjang sehingga dapat menimbulkan munculnya berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan penurunan kualitas tidur. Fatigue dan depresi diduga berpengaruh terhadap penurunan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fatigue dan depresi dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Pringsewu Lampung. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 103 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Analisa data menggunakan uji korelasi Chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara fatigue (p value 0.002), dan depresi (p value 0.034) dengan kualitas tidur. Variabel konfonding: usia, pekerjaan, jadwal HD dan lama tidur siang berhubungan signifikan dengan kualitas tidur (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 dan p = 0.041), namun jenis kelamin, pendidikan, lama HD, hemoglobin, status nutrisi, dan komorbid tidak signifikan berhubungan dengan kualitas tidur (p > 0.05). Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan fatigue, depresi, pekerjaan, lama HD dan lama tidur siang berkontribusi terhadap kualitas tidur (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 dan 0.164). Dalam satu model ketika diregresikan secara bersamaan, kelima variabel ini berkontribusi sebesar 44,4% terhadap kualitas tidur. Fatigue merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap fatigue dan pengembangan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisis

Hemodialysis (HD) is a method of treatment that is widely used by chronic kidney failure patients. Hemodialysis takes a long time so that it can cause various complications, which one of them is a decrease in sleep quality. Fatigue and depression are considered affecting the quality of sleep in patients undergoing hemodialysis. This study aims to determine the relationship between fatigue and depression with sleep quality in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis in RSUD Pringsewu Lampung. The design in this study was cross sectional, recruited a total sample of 103 patients with end-stage renal failure undergoing hemodialysis. Data analysis used Chi square correlation test and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there was a significant relationship between fatigue (p value 0.002) and depression (p value 0.034) with sleep quality. In addition, age, occupation, HD schedule and length of nap were significantly correlated with sleep quality (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 and p = 0.041, respectively). However, there were not significantly correlated between gender, education, duration of HD, hemoglobin, nutritional status, and comorbidities with sleep quality (p > 0.05). The result of multiple logistic regression analysis showed that fatigue, depression, occupation, duration of HD and length of nap contributed to sleep quality (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 and 0.164 respectively). In the same model, these variables when regressed together could explain 44.4% to sleep quality. The fatigue became the most influential factor on sleep quality. Therefore, the assessment of fatigue and develop nursing interventions to improve sleep quality hemodialysis patients is pivotal to be conducted in taking care of haemodialysis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Khumaeroh
"Pasien dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) membutuhkan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD). Untuk mencapai keberhasilan HD diperlukan kepatuhan pasien terhadap pembatasan cairan. Kepatuhan cairan dapat tercapai saat pasien mampu melakukan penyesuaian diri dengan penyakit GGT dan terapi HD. Penyesuaian diri pasien HD terhadap penyakit GGT dan pembatasan cairan dapat berhubungan dengan penerimaan diri. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penerimaan diri dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien HD. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling pada 121 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner kepatuhan cairan dan self acceptance scale serta studi dokumentasi. Analisis yang digunakan yaitu Chi-Square dan regresi logistic. Hasil penelitian didapatkan responden yang patuh terhadap pembatasan cairan sebanyak 79,3% dan penerimaan diri sebanyak 78,5%. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan kepatuhan cairan (p=0,024) namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan IDWG (p=0,154). Ada hubungan variabel konfonding lama menjalani HD dengan kepatuhan cairan (p=0,033), variabel konfonding adekuasi HD dengan IDWG (P= 0,011). Namun, pada variabel konfonding lainnya tidak terdapat hubungan signifikan dengan kepatuhan cairan, diantaranya adalah: usia, jenis kelamin, pendidikan dan komorbiditas. Selanjutnya pada analisis multivariat variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan cairan adalah penerimaan diri (p=0,006) setelah dikontrol variabel jenis kelamin dan lama menjalani HD serta mampu memprediksi sebesar 21% terhadap kepatuhan pembatasan cairan. Rekomendasi penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi serta melakukan upaya meningkatkan penerimaan diri pasien untuk meningkatkan kepatuhan cairan dengan intervensi seperti therapy reality dan terapi berpikir positif. Perawat harus lebih memperhatikan adekuasi HD dan berat badan kering pasien untuk menghindari peningkatan IDWG. Selain itu, rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen penelitian yang mampu melihat waktu yang dibutuhkan pasien HD untuk mencapai tahap acceptance serta melakukan analisis lanjutan pada hasil penelitian ini tentang kesenjangan hasil antara kepatuhan cairan yang tinggi berdasarkan kuesioner namun mayoritas responden pada IDWG berat.

Patients with End Stage Renal Disease (ESRD) requires a renal replacement therapy in the form of hemodialysis (HD). To achieve success of HD requires patient compliance with fluid restrictions. Fluid adherence can be achieved when the patients is able to adjust to ESRD and HD therapy. Adjustment of patients HD to ESRD and fluid restriction can be related to self acceptance. This study aimed to identify the relationship between self acceptance and fluid adherence in ESRD patients undergoing HD. This study used cross sectional design with consecutive sampling of 121 respondents. Data collection used fluid adherence questionnaires, self acceptance scale and documentation studies. The analysis used chi square and logistic regression. The result showed that 79,3% of respondents had adherence to fluid restriction and 78,5% of them had self acceptance. The analysis result also showed there was a significant relationship between self acceptance and fluid adherence (p=0,024), but no significant relationship between self-acceptance and IDWG (p=0.154). There was significant relationship between confounding variable of the length of time undergoing HD and fluid adherence (p=0.033), adequacy HD and IDWG (p=0,011). However, other confounding variables were not significant relationship with fluid adherence, which were: age, gender, education, and comorbidities. Furthermore, the multivariat analysis found that self acceptance was the most dominant variable affecting fluid adherence (p=0.006) after controlling by variables of the sex and the length of time undergoing HD, which can predicted 21% to fluid adherence. Recommendations for this study are nurses need to identify and make efforts to increase patient self-acceptance to improve fluid compliance with interventions such as reality therapy and positive thinking therapy. Nurses should more attention to HD adequacy and dry weight of the patient to avoid an increase in IDWG. In addition, recommendations for further researchers are expected to use research instruments that are able to see the time needed for HD patients to reach the acceptance stage and carry out further analysis on the results of this study regarding the gap in results between high fluid adherence based on the questionnaire but the majority of respondents on the IDWG severe."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyanti Toding
"Banyak dampak dan perubahan akibat pandemi COVID-19 yang dapat dialami pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan mereka dalam menjalani proses hemodialisis yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia di era pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 3 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu munculnya berbagai respon pada awal pandemi, timbulnya berbagai dampak yang dialami selama pandemi, dan adanya strategi koping yang dibangun selama pandemi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis telah berupaya untuk membangun strategi koping yang adaptif di era pandemi COVID-19 tetapi mereka tetap memerlukan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat pandemi COVID-19 ini. Perawat hemodialisis diharapkan dapat melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien hemodialisis di era pandemi COVID-19 ini.

Many effects and changes due to COVID-19 pandemic experienced by patients with end-stage renal disease undergoing hemodialysis. This can affect their compliance to have hemodialysis treatment that will affect their quality of life. The aim of this study is to deeply explore the experience of patients with end-stage renal disease who were undergoing hemodialysis during COVID-19 pandemic. This study takes qualitative descriptive approach with in-depth interviews. The participants were 3 themes, as: the emergence of various responds in an early pandemic, the effects that were experienced during pandemic and the coping strategy built during the pandemic. These findings showed that patients with end-stage renal disease have been implementing adaptif coping strategy during the pandemic, but they still need a support from the health care providers in the hemodialysis unit to overcome various problems and impacts during COVID-19 pandemic. The role of nurses is needed to conduct holistic assessments and continuous evaluations in order to provide comprehensive nursing care for the needs of hemodialysis patients in this era of the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eva Chris Veronica
"Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari kondisi Chronic Kidney Disease (CKD) dengan nilai Glomerulus Filtrasi Rate (GFR) kurang dari 15 ml/menit/1,73m². Gagal ginjal terminal dapat ditangani dengan terapi hemodialisis (National Kidney Foundation, 2015;Thomas, 2014). Adanya hemodialisis ini memberikan pembatasan cairan pada pasien yang menjalaninya. Kepatuhan pembatasan cairan pada sebagian pasien sulit untuk dilakukan dengan alasan banyak faktor (Chironda&Bhengu, 2015). Faktor yang terbesar dan dominan adalah faktor psikologis, yakni self compassion. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan self compassion dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis, dan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, sebanyak 89 pasien pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis dalam tiga kali seminggu yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki self compassion tinggi (69,7%). Hubungan self compassion dengan kepatuhan pembatasan cairan tidak signifikan (p=0,076), faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan adalah adalah usia (p=0,033), jenis kelamin (p=0,937), status menikah (p=0,473), status bekerja (p=0,885), tingkat pendidikan (p=0,126), lama menjalani hemodialisis (p=0,425), dan dukungan sosial (p=0,206) Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pembatasan cairan adalah usia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi perawat dalam mengembangkan pengkajian keperawatan pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.

End Stage Renal Disease is the final stage of the Chronic Kidney Disease (CKD) with a Glomerular Filtration Rate (GFR) value of less than 15 ml/min/1.73m². End Stage Renal Disease can be treated with hemodialysis therapy (National Kidney Foundation). The hemodialysis provides fluid resctrictions for patients who undergo. There are many factors that make fluid restrictions adherence difficult to do. (Chironda & Bhengu, 2015). The biggest and dominant factor is psychological factor, which is self compassion. The purpose of this study was to identify the correlation between self compassion and fluid adherence in the end stage renal disease patients undergoing hemodialysis, and other factors that influence fluid adherence. This study used a cross sectional method, with 89 end stage renal disease patients who underwent hemodialysis three times a week and who were selected using a purposive sampling technique. The results showed that the majority of patients had high self compassion (69.7%). The correlation of self compassion with fluid adherence was not significant (p = 0.076), other factors affecting fluid adherence were age (p = 0. Is related to fluid restriction adherence was age. This research is expected to be a reference for nurses in developing nursing studies in align end stage renal disease patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Hardianti
"Kepatuhan manajemen terapi hemodialisis berpengaruh terhadap kejadian komplikasi yang mungkin dapat muncul, kualitas hidup dan angka mortalitas pada pasien. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan tersebut adalah persepsi penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi penyakit dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan jumlah sampel 103 responden yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling pada pasien hemodialisis. Data dikumpulkan melalui Brief Illness Perception Questionnaire B-IPQ untuk persepsi penyakit dan modifikasi End-Stage Renal Disease Adherence Questionnaire ESRD-AQ untuk kepatuhan manajemen terapi hemodialisis. Data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi penyakit dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis r= -0.244; p value= 0.007 . Akan tetapi, jika ditinjau per-dimensi maka hanya kontrol personal r= 0.329; p value= 0.000 dan respon emosi r= -0.292; p value= 0.001 yang berhubungan dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis. Dengan sebab itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan persepsi penyakit pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis pada pasien.

The adherence of hemodialysis therapy management influenced occurence rate of complication that might be appear, quality of life, and mortality rate in patient. One of the factors that affect adherence of hemodialysis therapy management is illness perception. This research aimed to identify the relation between illness perception and adherence of hemodialysis therapy management in patient with chronic kidney disease. Correlation analytic with purposive sampling technique was used for this research with 103 patients in hemodialysis as a sample. Data were collected by Brief Illness Perception Questionnaire B IPQ for illness perception and End Stage Renal Disease Adherence Questionnaire ESRD AQ for adherence of management hemodialysis therapy. Data were analyzed by SPSS ver. 23. Result shows that illness perception affect adherence to therapy management r 0.244 p value 0.007 . Yet, only control personal r 0.329 p value 0.000 and emotional response r 0.292 p value 0.001 that influence adherence to therapy management. Therefore, it is recommend to assess patient view of their illness to increase adherence rate to hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Putra Ramadhan
"Interdialytic Weight Body Gains (IDWG) merupakan dampak sekunder dari asupan cairan dan/atau makanan yang berlebihan serta umum yang terjadi pada pasien hemodialisis karena adanya disfungsi ekskresi ginjal. saat pasien mengalami IDWG berat, maka jumlah cairan yang ditarik selama penarikan cairan akan ditingkatkan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama penarikan cairan pada hemodialisis Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat IDWG dengan risiko komplikasi selama penarikan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara IDWG dengan perubahan tekanan darah pada penarikan cairan jam ke-1 (p value 0,043), terdapat dan hubungan antara tingkat IDWG dengan kram otot pada penarikan cairan jam ke-4 (p value 0,039). Studi ini menunjukkan, tidak terdapat hubungan antara tingkat IDWG dengan sakit kepala, mual, dan muntah pada penarikan cairan jam ke-1 sampai dengan jam ke-4. Berdasarkan penelitian ini, IDWG berhubungan dengan perubahan tekanan darah jam ke-1 dan kram otot pada jam ke-4 penarikan cairan. Berdasarkan penelitian ini, IDWG berhubungan dengan perubahan tekanan darah jam ke-1 dan kram otot pada jam ke-4 penarikan cairan.

Interdialytic Weight Body Gains (IDWG) is a secondary impact of excessive fluid and/or food intake. In addition, IDWG is common in hemodialysis patients due to the dysfunction of renal excretion which has an impact on fluid buildup. Interdialytic Weight Body Gains (IDWG) is a secondary impact of excessive fluid and/or food intake and is common in hemodialysis patients due to renal excretion dysfunction. If the patient has severe IDWG, it will have an impact that fluid withdrawal will be increased. This was increases the risk of complications during fluid withdrawal on hemodialysis. The study aimed to identify the relationship of IDWG levels with risks during fluid withdrawal in patients undergoing hemodialysis. This was a descriptive analytical study, which 90 patients undergoing HD was recruited using consecutive sampling. The results of this study showed that there is a relationship between IDWG and changes in blood pressure in the 1st hour fluid withdrawal (p value 0,043), there is a relationship between IDWG levels and muscle cramps in the withdrawal of fluid at the 4th hour (p value 0,039). This study showed there is no relationship between IDWG levels with headaches, nausea, and vomiting at the 1st to 4th hour fluid withdrawals. Based on this study, IDWG is associated with changes in blood pressure at the 1st hour and muscle cramps at the 4th hour of fluid withdrawal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ade Junaidi
"Status indeks masa tubuh pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis menjadi suatu penentuan tingkat morbiditas dan mortalitas. Pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat mengalami penurunan atau peningkatan indeks masa tubuh. Kami menggunakan metode potong lintang pada studi ini. Penelitian dilakukan pada 108 pasien hemodialisis di bangsal hemodialisis Subbagian Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM pada bulan Februari 2009. Kemudian diambil data dari status pasien mengenai berat badan kering dan tinggi badan pasien saat pertama kali menjalani hemodialisis dan bulan februari 2009. Berdasarkan perubahan indeks massa tubuh maka data ini dibagi atas 2 kelompok yaitu kelompok dengan peningkatan indeks masa tubuh dan penurunan indeks masa tubuh. Pasien berumur rerata 50,4 ± 13,4 tahun, terdiri dari 57% pria dan 43% wanita, dan lama menjalani hemodialisis rerata 2.3 tahun (0.3-17.5). Dengan uji Pearson didapatkan korelasi positif yang bermakna antara lama menjalani hemodialisis dengan peningkatan indeks masa tubuh (p<0.001, r = 0.727) maupun penurunan indeks masa tubuh (p<0.001, r = 0.709). Disimpulkan bahwa lama menjalani hemodialisis mempengaruhi peningkatan maupun penurunan indeks massa tubuh pasien hemodialisis.

Status of body mass index on chronic kidney disease patients who undergo hemodialysis is a determinant factor for morbidity and mortality. Hemodialysis patients can increase or decrease their body mass indexes. In this study, we used cross sectional method. We selected 108 patients that has already undergone hemodialysis twice a week for at least three months in hemodialysis ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in February 2009. Data are taken from dry weight and body height in medical records at the initial hemodialysis and on February 2009. We categorized patients into increased body mass index category and decreased body mass index category. The patients have mean age of 50,4 ± 13,4 years and a mean duration of hemodialysis of 2.3 (0.3-17.5) years, 57% were male and 43% were female. By Pearson analysis, there was significant positive correlation between increased body mass index (p<0.001, r = 0.727) and decreased body mass index (p<0.001, r = 0.709) with hemodialysis duration. It was concluded that duration of hemodialysis significantly influenced body mass index in hemodialysis patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gunadi
"Secara alamiah ditemukan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka semakin besar pula risiko untuk mengalami gejala gagal jantung, tetapi hal ini masih menjadi hal yang patut untuk diselidiki teutama pada pasien yang memilki komorbid Hipertensi dan/atau diabetes serta non lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gejala gagal jantung pada pasien hemodialisis kurang dari 1 tahun dibanding 1 hingga 5 tahun, non-lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Cross-Sectional yang melibatkan 198 pasien hemodialisis di RS Medika BSD, Tangerang Selatan. Pengumpulan data primer diambil pada Juni 2022 dari rekam medis pasien hemodialisis. Risiko gejala gagal jantung 1,37 kali pada pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan pasien dengan lama hemodialisis 1 hingga 5 tahun (PR 1,37, 95% CI 1,06 – 1,76). Sedangkan pada pra-lansia menunjukkan tidak terdapat asosiasi antara gejala gagal jantung pada pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan pasien dengan lama hemodialisis 1 hingga 5 tahun (PR 0,975, 95% CI 0,83 – 1,14). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melibatkan data Ekokardiografi hingga biomarker jantung lainnya untuk memastikan bahwa gejala gagal jantung yang muncul pada pasien hemodialisis, merupakan manifestasi klinis dari masalah kardiovaskular dan bukanlah gejala gagal ginjal pada tahap awal.

It is naturally found that the longer the patient undergoes hemodialysis, the greater the risk for experiencing symptoms of heart failure, but this is still something that deserves to be investigated, especially in patients who have comorbid hypertension and/or diabetes and are non-elderly. This study aims to determine the difference in symptoms of heart failure in hemodialysis patients less than 1 year compared to 1 to 5 years, non-elderly with type 2 diabetes mellitus and hypertension. This study is a quantitative study with a cross-sectional design involving 198 hemodialysis patients at Medika Hospital BSD, South Tangerang. Primary data collection was taken in June 2022 from medical records of hemodialysis patients. The risk of heart failure symptoms was 1.37 times in patients with hemodialysis duration of less than 1 year compared to patients with 1 to 5 years of hemodialysis (PR 1.37, 95% CI 1.06 – 1.76). Whereas in the pre-elderly, there was no association between symptoms of heart failure in patients with hemodialysis duration of less than 1 year compared to patients with 1 to 5 years of hemodialysis (PR 0.975, 95% CI 0.83 – 1.14). Future studies are expected to involve echocardiographic data and other cardiac biomarkers to ensure that the symptoms of heart failure that appear in hemodialysis patients are clinical manifestations of cardiovascular problems and are not symptoms of kidney failure in the early stages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Wahyu Hidayat
"Latar Belakang : Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) stadium 5 memerlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis. Pemasangan akses vaskular untuk hemodialisis pada tahap awal adalah melalui catheter double lumen (CDL) vena sentral. Posisi ujung distal kateter hemodialisis jangka panjang menjadi hal yang penting untuk efisiensi dialisis jangka panjang. Penelitian mengenai pengaruh posisi ujung kateter CDL terhadap kejadian disfungsi CDL jangka panjang belum banyak dilakukan, terutama di Indonesia. Metode: Penelitian ini bersifat retrospektif kohort dan dilaksanakan di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS Hermina Bekasi selama bulan September hingga November 2023. Hasil: Terdapat 36 subjek penelitian yang memenuhi kriteria. Pasien gagal ginjal tahap akhir di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS Hermina Bekasi sebagian besar terdiri dari perempuan (52,8%), kelompok usia >60 tahun (33,3%), memiliki lama patensi kateter ≥3 bulan (52,8%), letak ujung kateter pada cavoatrial junction (38,9%) dan mengalami disfungsi akibat terbentuknya fibrin sheath (68,3%). Terdapat korelasi derajat sedang yang tidak signifikan secara statistik antara letak ujung kateter dengan lama patensi kateter CDL jangka panjang kurang atau lebih dari 3 bulan (p=0,202). Terdapat korelasi derajat sedang yang tidak signifikan secara statistik antara letak ujung kateter dengan penyebab terjadinya disfungsi kateter CDL yaitu fibrin sheath, trombosis, atau stenosis (p=0,209). Kesimpulan: Penelitian ini menemukan bahwa korelasi antara letak ujung kateter dengan lama patensi CDL jangka panjang atau penyebab terjadinya disfungsi kateter CDL jangka panjang tidak signifikan secara statistik.

Background: Chronic Kidney Disease (CKD) stage 5 patients require renal replacement therapy such as hemodialysis. The initial vascular access for hemodialysis is through a central venous double lumen (CDL) catheter. The distal tip position of the long-term hemodialysis catheter is important for long-term dialysis efficiency. Research on the effect of CDL catheter tip position on the incidence of long-term CDL dysfunction has not been widely conducted, especially in Indonesia. Method: This retrospective cohort study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta and Hermina Hospital Bekasi from September to November 2023. Results: There were 36 research subjects who met the criteria. Patients with end-stage renal failure at Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta and Hermina Bekasi Hospital were mostly female (52.8%), aged >60 years (33.3%), had catheter patency ≥3 months (52.8%), catheter tip location at cavoatrial junction (38.9%) and experienced dysfunction due to fibrin sheath formation (68.3%). There was a statistically insignificant moderate correlation between the location of the catheter tip and the duration of long-term CDL catheter patency of less or more than 3 months (p=0.202). There was a statistically insignificant moderate correlation between the location of the catheter tip and the causes of CDL catheter dysfunction, namely fibrin sheath, thrombosis, or stenosis (p=0.209). Conclusion: This study found that the correlation between catheter tip location and the length of long-term CDL patency or the cause of long-term CDL catheter dysfunction was not statistically significant.

"

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Rosdiana
"Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering terjadi pada pasien hemodialisis. Prevalensinya lebih tinggi daripada di populasi umum. Berbagai faktor yang diduga memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya insomnia pada pasien hemodialisis, diantaranya adalah demografi, gaya hidup, psikologis, biologis dan faktor dialysis. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kejadian insomnia pada pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang, dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden yang berasal dari RSUD Kota Tasikmalaya dan Garut. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa insomnia dialami oleh 58 (54,7%) responden, dengan rata-rata usia 47,66±13,36 tahun. Tidak ditemukan hubungan antara insomnia dengan faktor demografi, gaya hidup, faktor biologis, shift HD dan Kt/V hemodialisis. Insomnia memiliki hubungan dengan faktor psikologis (kecemasan) dengan p value 0,007; OR: 3,3, dan lama waktu menjalani hemodialisis (≥ 11 bulan) dengan p value 0,040; OR: 2,48. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecemasan dan lama waktu menjalani hemodialisis merupakan faktor independen yang berhubungan dengan kejadian insomnia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan mengembangkan variabel-variabel yang akan diteliti.

Insomnia is a sleep disorder that frequently occurs in hemodialysis patients. The prevalence was higher than in the general population. Several factors were thought having significant relationship with the occurrence of insomnia in hemodialysis patients, which were demographic, lifestyle, psychological, biological and dialysis factors. The purpose of this study was to identify and to explain factors associated with insomnia in Chronic Kidney Diseases patients undergoing hemodialysis. This study used cross-sectional study design, with a total sample of 106 respondents who visited hemodialysis unit at Tasikmalaya and Garut City Hosptal, selected by purposive sampling.
The result showed that 58 respondent (54.7%) experienced insomnia, with an average age of 47.66 ± 13.36 years. There were no significant relationships between insomnia with demographic, lifestyle, biological factors, shift HD and Kt/V hemodialysis. Insomnia had significant relationships with psychological factors (anxiety) (p value 0.007, OR: 3.3), and the length of time undergoing hemodialysis (≥ 11 months) (p value 0.040, OR: 2.48). This study concluded that anxiety and duration hemodialysis became independent factors associated with the occurrence of insomnia. Recommendation of this study is to employ larger sample size and to develop more variables in a further study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>