Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dengsina Eveline Florensia
"Situs jejaring sosial semakin banyak digunakan di Indonesia, termasuk oleh para profesional guna menunjang karier mereka. Namun, penggunaan situs jejaring sosial tersebut belum tentu disertai dengan modal digital yang memadai. Padahal, modal digital dalam konteks penggunaan situs jejaring sosial untuk tujuan pengembangan karier memungkinkan individu memperoleh keuntungan konkret seperti, mendapatkan pekerjaan, meningkatkan performa kerja hingga berkolaborasi dengan profesional lainnya di berbagai bidang. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa tinggi rendahnya aspek-aspek dalam modal digital ditentukan oleh faktor latar belakang sosio-demografi; usia, gender, area tempat tinggal dan tingkat pendidikan, serta faktor sosio-ekonomi; tingkat pendapatan. Studi lainnya telah membuktikan pengaruh tingkat pendidikan terhadap salah satu dimensi dalam modal digital yaitu keterampilan digital. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif-survei dengan teknik penarikan sampel purposive sampling diikuti oleh 256 responden berusia 18-34 tahun yang menggunakan situs jejaring sosial profesional LinkedIn. Hasil dari uji korelasi membuktikan bahwa, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan terhadap tingkat modal digital. Menariknya, berbeda dengan studi pustaka peneliti, pada tingkat pendidikan terlihat arah hubungan yang negatif terhadap tingkat modal digital. Peneliti menyimpulkan bahwa, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan terhadap tingkat modal digital. Sementara itu, terdapat faktor lain yang menentukan tingkat modal digital para profesional, diantaranya; agen sosialisasi, tujuan konkret, dan self-directed learning. Hal tersebut diperkuat oleh hasil studi pustaka dan data wawancara mendalam.

Social networking sites are increasingly being used in Indonesia, including by the professionals to support their career. However, the use of social networking sites is not necessarily accompanied by adequate digital capital. In fact, digital capital in the context of using social networking sites for career development purposes allows individuals to gain concrete benefits such as getting a job, improving work performance and collaborating with other professionals in various fields. Previous studies have shown that the high and low aspects of digital capital are determined by socio-demographic background factors; age, gender, area of ​​residence and level of education, and socio-economic factors; income level. Other studies have proven the influence of education level on one of the dimensions of digital capital, namely digital skills. This study uses a quantitative-survey method with a purposive sampling technique followed by 256 respondents aged 18 – 34 years who use the professional social networking site, LinkedIn. The results of correlation test prove that there is no correlation between the level of education and the level of income to the level of digital capital. Interestingly, in contrast to the researcher's literature study, at the level of education there is a negative correlation towards the level of digital capital. The researcher concludes that there is no correlation between the level of education and the level of income on the level of digital capital. Meanwhile, there are other factors that determine the level of professional’s digital capital, including; agents of socialization, concrete goals, and self-directed learning. This is reinforced by the results of literature studies and in-depth interview data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzan Kamil
"Penelitian ini membahas kesenjangan digital kedua, yakni perbedaan penggunaaan internet. Studi-studi sebelumnya menjelaskan sosio-ekonomi, modal budaya, dan gender merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan digital kedua. Untuk memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini menambahkan dimensi pekerjaan orang tua dalam variabel SSE dan modal budaya untuk melihat perbedaan tujuan penggunaan internet sedangkan gender menjadi variabel kontrol untuk melihat variasi perbedaan diantara laki-laki dan perempuan dalam menggunakan internet untuk tujuan akademis. Penelitian ini menggunakan teknik survei pada 193 siswa di SMA M serta tambahan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara perbedaan SSE dalam menjelaskan tingkat penggunaan internet siswa untuk tujuan akademis, sedangkan pada variabel modal budaya terdapat pengaruh yang signifikan dalam menjelaskan tingkat penggunaan internet siswa untuk tujuan akademis. Lalu ditemukan, bahwa gender tidak memengaruhi hubungan tingkat SSE dan tingkat penggunaan internet untuk tujuan akademis. Sedangkan gender memengaruhi hubungan tingkat modal budaya dan tingkat penggunaan internet untuk tujuan akademis.

This study discuss the second digital divide on differences internet use. Previous studies explain that socio-economic, cultural capital, and gender as factors that influence the second digital. This study tries to enrich previous study by add the dimensions of parental occupation as SSE to see differences in internet use as a control variable to see variations in differences between male and femase in using the internet. This study uses a survey technique on 193 students in SMA M and additional data through in-depth interviews and observations. The results of this study indicate that there is no significant effect between SES differences in explaining the level of students' internet use for academic purposes, while the cultural capital variable has a significant effect in explaining the level of students' internet use for academic purposes. Then it was found that gender did not affect the relationship between the level of SES and the level of internet use for academic purposes. Meanwhile, gender affects the relationship between the level of cultural capital and the level of internet use for academic purposes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Svaradiva Anurdea Devi
"Pada September 2019, setelah melalui masa pemilihan umum dan menuju pergantian anggota DPR yang baru, terdapat aksi politik anak muda yang dikenal dengan sebutan #ReformasiDikorupsi. Penelitian ini meneliti pengguna-pengguna Twitter Indonesia dalam partisipasi mereka terhadap kasus #ReformasiDikorupsi. Terdapat empat variabel dalam penelitian ini: (1) Partisipasi politik digital, (2) Social Technographic Profile, (3) Generasi, (4) dan Tingkat Pendidikan. Untuk variabel partisipasi politik digital, peneliti menggabungkan lima konsep partisipasi politik digital oleh Segesten dan Bosetta (2017), Bakker dan Vreese (2011), dan dua penelitian terpisah yang dilakukan oleh Pew Research (2018). Penelitian ini menggunakan metode survei dengan sampel convenience karena tidak adanya data lengkap seluruh pengguna Twitter di Indonesia. Jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 1.098 responden. Setelah hasil survei terkumpul, peneliti melakukan uji Chi-Square dan Crosstab. Hasil uji Chi-Square menunjukkan terdapat Hubungan antara (1) Variabel Social Technographic Profil dengan Kategori Promosi, (2) Variabel Social Technographic Profil dengan Kategori Instruksi, (3) dan Variabel Generasi dengan Kategori Promosi. Hasil analisis Crosstab menunjukkan semakin tinggi kategori Social Technographic Profile seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia melakukan 4 dari 5 indikator Partisipasi Politik Digital. Kemudian, semakin tinggi/tua kategori Generasi seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia melakukan 2 dari 5 indikator Partisipasi Politik Digital, yakni kategori Promosi dan kategori Instruksi. Dan terakhir, semakin tinggi kategori Tingkat Pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia melakukan indikator kategori Promosi.

In September 2019, after going through the general election period and heading for the replacement of new members of the DPR, there was a youth political action known as #ReformasiDikorupsi. This study examines Indonesian Twitter users in their participation in the #ReformasiDikorupsi case. There are four variables in this study: (1) Digital political participation, (2) Social Technographic Profile, (3) Generation, (4) and Education Level. For the digital political participation variable, researchers combined five concepts of digital political participation by Segesten and Bosetta (2017), Bakker and Vreese (2011), and two separate studies conducted by Pew Research (2018). This study used a survey method with a convenience sample because there was no complete data on all Twitter users in Indonesia. The number of samples collected was 1,098 respondents. After the survey were collected, the researchers conducted a Chi-Square and Crosstab test. Chi-Square test results show that there is a relationship between (1) Social Technographic Profile Variable with Promotion Category, (2) Social Technographic Profile Variable with Instruction Category, (3) and Generation Variable with Promotion Category. The results of the Crosstab analysis show that the higher a person's Social Technographic Profile category, the more likely s/he is to do 4 out of 5 indicators of Digital Political Participation. Then, the higher / older a person's Generation category is, the more likely s/he is to do 2 out of 5 Digital Political Participation indicators, namely the Promotion category and the Instruction category. And finally, the higher a person's Education Level category, the more likely s/he will do the Promotion category indicator."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syah Rafsanjani
"Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat modal sosial dan tingkat religiositas terhadap tingkat kepuasan hidup siswa SMA Islam X di Jakarta. Studi-studi sebelumnya menyatakan bahwa bahwa religiositas, modal sosial, dukungan sosial, dan hubungan sosial merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan hidup. Studi-studi sebelumnya belum mengkaji implementasi modal sosial secara menyeluruh dan religiositas pada siswa SMA. Studi ini mengukur pengaruh tingkat modal sosial dan tingkat religiositas terhadap tingkat kepuasan hidup siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei serta menggunakan wawancara mendalam untuk mendapatkan data pendukung. Unit analisis dari penelitian ini adalah siswa siswa SMA Islam X di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat modal sosial dan tingkat religiositas secara simultan berpengaruh secara positif terhadap tingkat kepuasan hidup siswa. Tingkat modal sosial memiliki pengaruh lebih besar terhadap tingkat kepuasan hidup siswa dibandingkan religiositas.

This study aims to test the effects of social capital level and religiosity level on students’ life satisfaction in ‘X’ Islamic Senior High School in Jakarta. Previous studies showed that religiosity, social capital, social support, and social relations as factors that contribute to life satisfaction. However, previous studies had not learned the whole implementation of social capital and religiosity on senior high school students. This study will contribute more by measure the effect of social capital and religiosity level on students’ life satisfaction level. This study will use quantitative approach and apply survey method, also use in-depth interview to collect supporting data. Students of ‘X’ Islamic Senior High School in Jakarta will be the unit analysis in this study. The results showed that social capital level and religiosity level simultaneously had a positive effect on students’ life satisfaction level. Social capital level has a greater effect on students’ life satisfaction level than religiosity level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naurah Qatrunnada
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh tingkat self esteem dan tingkat e-health literacy terhadap tingkat cyberchondria pada dewasa muda pengguna TikTok, melihat dominasi pengguna TikTok oleh kalangan dewasa muda dan tingginya angka penggunaan media sosial di Indonesia. Perilaku cyberchondria merupakan aktivitas berlebihan dalam mencari informasi kesehatan secara online. Berdasarkan studi-studi terdahulu, perilaku cyberchondria yang dialami oleh individu muncul karena adanya kekhawatiran akan penyakit yang ia rasakan, sehingga beralih dalam melakukan pencarian informasi yang berlebih mengenai kesehatan di media sosial. Penulis menduga bahwa cyberchondria dapat dipengaruhi oleh self esteem dan e-health literacy. Self esteem merupakan penilaian individu terhadap nilai dan kemampuan dirinya yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lingkungannya termasuk menafsirkan dan bereaksi terhadap informasi yang mereka temui secara online. Kemudian, e-health literacy juga menjadi kunci penting untuk mengelola informasi berlebihan dari internet. Individu yang dapat mengaplikasikan kemampuan e-health literacy dengan bijak dapat membantu mencegah perilaku cyberchondria. Dari pengertian tersebut, penulis pun berhipotesis bahwa tingkat self esteem dan e-health literacy akan berpengaruh signifikan dengan arah hubungan yang negatif. Dengan melakukan survei daring dengan jumlah sampel 150 responden serta wawancara mendalam 5 informan, penulis menemukan bahwa terdapat nilai signifikansi yang kuat antara self esteem dan e-health literacy dengan tingkat cyberchondria. Implikasinya, peningkatan self esteem dan e-health literacy penting dalam upaya untuk mengurangi angka cyberchondria.

This study aims to elucidate the influence of self-esteem levels and e-health literacy on cyberchondria among young adult TikTok users, considering the predominance of young adults on TikTok and the high prevalence of social media usage in Indonesia. Cyberchondria behavior refers to the excessive activity of seeking health information online. Previous research suggests that individuals engage in cyberchondria due to concerns about perceived illnesses, leading them to excessively seek health-related information on social media platforms. The authors posit that cyberchondria may be influenced by both self-esteem and e-health literacy. Self-esteem, as an individual's evaluation of their own worth and capabilities, shapes their interactions with the environment, including how they interpret and respond to online information. Additionally, e-health literacy plays a crucial role in managing the influx of online information. Individuals adept at applying e-health literacy skills are poised to mitigate cyberchondria behavior. Given these premises, the authors hypothesize that self-esteem levels and e-health literacy will exert a significant negative impact. Through an online survey involving 150 respondents and in-depth interviews with 5 informants, the authors identified a robust association between self-esteem, e-health literacy, and cyberchondria levels. Consequently, enhancing self-esteem and e-health literacy emerges as pivotal strategies in curtailing cyberchondria incidents."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Purwo Rahmadani
"Pandemi Covid -19 mempunyai dampak yang massif dalam berbagai aspek kehidupan. Dampak tersebut juga dirasakan oleh industri perbankan, hal ini bisa tercermin akibat dari meningkatnya rasio kredit bermasalah dan naiknya rasio permodalan bank. Dalam penelitian ini menguji apakah ada pengaruh dari capital buffer, siklus bisnis terhadap tingkat risiko perbankan di Indonesia, dengan membandingkan 2 kondisi yang berbeda sebelum dan selama pandemi. Hasil temuan dalam penelitian ini menemukan bahwa capital buffer berpengaruh terhadap tingkat risiko perbankan di Indonesia. Untuk siklus bisnis berepengaruh terhadap capital buffer. Untuk sub sampel yang dibedakan menjadi sebelum dan selama pandemic ditemukan bahwa capital buffer berpengaruh terhadap tingkat risiko perbankan Indonesia baik selama pandemi maupun sebelum pandemi.

The Covid-19 pandemic has had a massive impact on various aspects of life. This impact is also felt by the banking industry, as reflected in the increasing ratio of non-performing loans and the rise in bank capital ratios. This study examines whether there is an influence of capital buffer and business cycles on the level of banking risk in Indonesia, by comparing two different conditions before and during the pandemic. The findings of this study indicate that capital buffer has an influence on the level of banking risk in Indonesia. The business cycle also has an influence on capital buffer. For the subsample that is differentiated into before and during the pandemic, it is found that capital buffer affects the level of banking risk in Indonesia both during and before the pandemic.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviana Inas Azizah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pendidikan dan pendapatan terhadap adopsi Teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia dan mengakomodasi analisis interaksi antara pendidikan dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan instrumental variabel pada variabel pendapatan dengan menggunakan instrumen karakteristik rumah. Metode yang digunakan untuk mengestimasi dampak adalah metode two stage least square dengan menggunakan data dari SUSENAS 2018 dan PODES 2018. Level unit dalam penelitian ini adalah individu dengan menggunakan sampel sebanyak 804.703 sampel. Hasil menemukan bahwa terdapat interaksi antara pendidikan dan pendapatan yang berbeda pada adopsi TIK dan terdapat variasi pada jenis TIK yang berbeda.

This study discusses about the impact of education and income towards the adoption of information and communication technology in Indonesia and accommodate the analysis of interaction term between education and income. This study uses instrumental variables on income variables using house characteristics as the instruments. The method that used to estimate the results is the two-stage least square method using data from SUSENAS 2018 and PODES 2018. The unit level in this study is individuals using a sample of 804,703 samples. The result of this study shows that there is interaction term between education and income on ICT adoption and have different variations on different types of ICT.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salimah Syamilah Rahman
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh intensitas interaksi peer group terhadap tingkat literasi digital pada remaja. Studi-studi terdahulu yang membahas interaksi teman sebaya menemukan pengaruh yang signifikan, tetapi studi ini hanya berfokus pada intensitas lama penggunaan internet ataupun pengelolaan privasi. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini ingin mengembangkan studi sebelumnya dengan menggunakan tingkat literasi digital sebagai variabel yang mencakup informasi dan literasi data, komunikasi dan kolaborasi, dan pembuatan konten digital. Selain itu, variabel intensitas interaksi peer group juga dianalisis untuk melihat hubungannya dengan tingkat literasi digital apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin. Penelitian terdahulu menemukan bahwa perempuan memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Di sisi lain, terdapat juga penelitian yang menemukan laki-laki memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun, apabila dikaitkan dengan interaksi peer group yang dimiliki individu, perempuan cenderung memiliki tingkat literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner di lokasi studi kasus, yaitu SMPIT Ummu’l Quro Depok secara langsung. Selain itu, dilakukan juga wawancara terhadap 2 responden yang dipilih berdasarkan tinggi-rendahnya intensitas interaksi peer group dan tingkat literasi digital. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hubungan yang signifikan antara intensitas interaksi peer group dengan tingkat literasi digital dengan arah hubungan yang positif dan kekutan hubungan sedang. Namun, ketika dikaitkan dengan jenis kelamin, terdapat hubungan yang signifikan pada kedua jenis kelamin di mana laki-laki dan perempuan sama-sama signifikan dengan arah hubungan yang positif.

This study aims to explain the influence of peer group interaction intensity on adolescents' digital literacy level. Previous studies examining peer interaction have found significant effects, but these studies have only focused on the intensity of internet use or privacy management. Based on this, this study aims to develop previous studies by using digital literacy level as a variable that includes information and data literacy, communication and collaboration, and digital content creation. In addition, the variable of peer group interaction intensity is also analyzed to see its relationship with digital literacy level when viewed based on gender. Previous studies have found that women have higher literacy levels than men. On the other hand, there are also studies that find that men have higher literacy levels than women. However, when associated with the peer group interaction that individuals have, women tend to have higher digital literacy levels than men.This study uses a quantitative method by distributing questionnaires directly at the case study location, namely SMPIT Ummu'l Quro Depok. In addition, interviews were also conducted with 2 respondents selected based on the high and low intensity of peer group interaction and digital literacy level. The results of the study showed that there was a significant relationship between peer group interaction intensity and digital literacy level with a positive and moderate relationship strength. However, when linked to gender, there was a significant relationship in both genders where both males and females were significant with a positive direction of relationship."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melyza
"UMKM merupakan pilar terpenting perekonomian Indonesia. Berdasarkan data, jumlah UMKM pada tahun 2018 mencapai 64,2 juta, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun. UMKM didominasi oleh pelaku usaha mikro yang mencapai 98,68% dengan tenaga kerja sekitar 89%. Jumlah usaha mikro pada tahun 2019 mencapai 64,6 juta. Sebanyak 798,9 ribu unit merupakan usaha kecil, dan 65 ribu unit merupakan usaha menengah. Usaha kecil termasuk yang paling terpukul oleh krisis COVID-19. Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap kelangsungan usaha usaha mikro dan kecil. Penelitian ini menganalisis dampak keuangan, sosial, dan modal manusia terhadap kelangsungan usaha mikro dan kecil (UMK) di DKI Jakarta selama COVID-19 dengan mengkaji akses keuangan, kepercayaan pada jaringan, modal sosial internal, modal sosial eksternal, dan modal manusia sebagai indikator. Kuesioner terstruktur online digunakan untuk mengumpulkan data dari 150 pemilik usaha mikro dan kecil (UMK) di DKI Jakarta, dan data dianalisis melalui analisis korelasi dan regresi menggunakan perangkat lunak IBM SPSS 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses keuangan, kepercayaan pada jaringan, modal sosial internal, dan modal sosial eksternal mempengaruhi kelangsungan hidup UMK, sedangkan modal manusia tidak mempengaruhi kelangsungan hidup UMK. Kajian ini dinilai bermanfaat bagi usaha mikro dan kecil di DKI Jakarta untuk mengembangkan usahanya dengan menitikberatkan pada faktor-faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup UMK.

MSMEs are the most important pillars of the Indonesian economy. Based on data, the number of MSMEs in 2018 reached 64.2 million, with a contribution to GDP of 61.07% or Rp. 8,573.89 trillion. MSMEs are dominated by micro business actors who reach 98.68% with a workforce of around 89%. The number of micro-enterprises in 2019 reached 64.6 million. A total of 798.9 thousand units are small businesses, and 65 thousand units are medium enterprises. Small businesses are among the hardest hit by the COVID-19 crisis. The COVID-19 pandemic has had a major impact on the viability of micro and small businesses. This study analyzes the impact of financial, social, and human capital on the sustainability of micro and small enterprises (UMK) in DKI Jakarta during COVID-19 by examining financial access, trust in networks, internal social capital, external social capital, and human capital as predictors. An online structured questionnaire was used to collect data from 150 micro and small business owners (UMK) in DKI Jakarta, and the data were analyzed through correlation and regression analysis using IBM SPSS 26 software. The results showed that access to finance, trust in networks, internal social capital , and external social capital affects the survival of MSEs, while human capital does not affect the survival of MSEs. This study is considered useful for micro and small businesses in DKI Jakarta to develop their businesses by focusing on the main factors that affect the survival of MSEs"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Nuriza
"Di masa kini, efektivitas media sosial dalam menjangkau massa berisiko membuat penggunanya terekspos pada konten negatif seperti ekstremisme. Studi terdahulu mengungkapkan bahwa ekspos terhadap ekstremisme erat kaitannya dengan perkembangan wacana dan ideologi tertentu pada level kelompok dan individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Worldview dan rutinitas penggunaan media sosial terhadap risiko keterpaparan konten ekstremisme daring. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data online survey yang dilakukan di Fakultas X Universitas Y. Total Sampel dalam penelitian ini berjumlah 164 responden dengan karakteristik mahasiswa berusia 15-24. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Melalui teori Aktivitas Rutin dari Cohen dan Felson dan teori pembelajaran sosial Akers, penelitian ini berupaya membuktikan pengaruh dari penggunaan media sosial serta tingkat kepercayaan dan kepuasan pada pemerintah dan institusi terhadap kemungkinan peningkatan risiko keterpaparan konten ekstremisme daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Worldview dan penggunaan media sosial berpengaruh terhadap risiko keterpaparan konten ekstremisme daring.

At present, the effectiveness of social media in reaching out to the public is at risk of exposing users to negative content such as extremism. Previous studies revealed that exposure to extremism is closely related to the development of certain discourses and ideologies at the level of groups and individuals. This study aims to analyze the effect of Worldview and routine use of social media on the risk of exposure to online extremism content. This study uses quantitative methods with online survey data collection techniques conducted at the Faculty of X, University of Y. Total Samples in this study amounted to 164 respondents with the characteristics of students aged 15-24. The sampling technique in this study used purposive sampling. Through Cohen's and Felson's Routine Activity theory and Akers' social learning theory, this study seeks to prove the effect of the use of social media and the level of trust and satisfaction with government and institutions on the possibility of increasing the risk of exposure to online extremism content. The results showed that worldview and the use of social media influence the risk of exposure to online extremism content.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>