Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananias Wirasky Zendrato
"Pengelasan sebagai salah satu metode fabrikasi pada industri minyak dan gas tidak selalu menghasilkan kualitas hasil lasan yang baik. Adanya cacat pada hasil lasan menyebabkan hasil lasan reject sehingga material perlu untuk diperbaharui. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan pengelasan dengan cara mengekskavasi hasil lasan yang terdapat cacat. Akan tetapi proses ini berpengaruh terhadap sifat mekanik dan struktur mikro akibat adanya masukan panas. Dengan API 5L Grade B sebagai material uji, penelitian menggunakan metode pengelasan manual (SMAW) dan dilakukan pengujian pada tiga sampel pipa hasil lasan yaitu sebelum pengelasan (BR), repair 1 (R1), dan repair 2 (R2), dan dibandingkan sifat mekanik dan struktur mikronya. Hasil pengujian struktur mikro pada menunjukan terjadinya perbesaran ukuran butir dengan bertambahnya proses perbaikan. Terbentuknya fasa acicular ferrite pada weld metal dan HAZ meningkatkan sifat mekanik pada sampel R1. Berdasarkan hasil pengujian tarik didapatkan bahwa proses perbaikan sebanyak dua kali masih memenuhi standar pengujian tarik, dengan nilai kekuatan tarik maksimum tertinggi dihasilkan oleh R1 sebesar 531 MPa dan mengalami penurunan pada R2 menjadi 518 MPa. Hasil pengujian kekerasan menunjukan bahwa semakin banyak proses perbaikan maka nilai kekerasan akan semakin menurun akibat masukan panas yang semakin tinggi, tetapi distribusi kekerasan lebih merata. Perbaikan pengelasan menyebabkan terjadi penurunan ketangguhan pada R2 akibat menurunnya kadar acicular ferrite dan perbesaran butir.

Welding, one of the fabrication methods in the oil and gas industry, does not always produce good quality welds. The existence of defects causes the weld to get rejected, and the need for material renewal. Welding repair, which is to excavate the welds containing defects, can be done as alternative. However, existence of heat input used in welding repair process may alter the mechanical properties and microstructure of the material. Using API 5L Grade B as base material, research which used the SMAW welding method, and testing was done on three samples of welded pipes, named before repair (BR), repair 1 (R1), and repair 2 (R2), and compared their mechanical properties and microstructure. The microstructure tests showed an increase in the grain size along with an increase in the number of repairs. The formation of the acicular ferrite phase on the weld metal and HAZ increased the mechanical properties of the R1 sample. The tensile test results showed that the double repair process still meet the tensile test standards, with the highest tensile strength value was made by R1 of 531 MPa and decreasing at R2 to 518 MPa. The hardness tests show that increasing the number of repair processes decreases hardness properties due to the higher heat input, but with more even hardness distribution. All in all, welding repair causes a decrease in the toughness of the weld metal due to a decrease in acicular ferrite content and grain growth."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadi Setiawan
"Material baja G10180 umum digunakan sebagai sampel kupon untuk memonitor proses korosi baja karbon. Pada berbagai literatur menyebutkan bahwa laju korosi baja karbon dalam larutan natrium klorida akan mencapai nilai maksimum pada konsentrasi NaCl sekitar 3,5% berat. Evaluasi laju korosi material G10180 dilakukan dengan menggunakan metode analisa Tafel untuk lingkungan air tawar, NaCl 1%, 2%, 3%, 3,5% dan 4% berat, serta laju korosi yang didapat akan dibandingkan dengan laju korosi baja API 5L Grade-B.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dalam lingkungan NaCl pada sistem terbuka dengan temperatur 27_C dan tekanan 1 atm, proses korosi baja G10180 lebih dipengaruhi aktivitas reaksi anodik daripada reaksi katodiknya. Jika dibandingkan dengan baja API 5L Grade-B, laju korosi baja G10180 yang didapatkan dari pengujian ini hampir sebesar 2,5 kali dari nilai laju korosi baja API 5L Grade-B.

G10180 steels commonly used as corrosion coupon for carbon steel monitoring process. In many literature stated that carbon steel corrosion rate in sodium chloride solution will reach maximum value around 3%wt NaCl. G10180 corrosion rate evaluation done by using Tafel analysis method in tap water, 1%, 2%, 3%, 3.5% and 4%wt. NaCl solution, and also will be compared with API 5L Grade-B corrosion rate.
The results showed that in open system NaCl solution with 1 atm and 27_C, G10180 corrosion process determined by its anodic reaction activity compared to its cathodic reaction. If compared with the API 5L Grade-B steel, the G10180 corrosion rate almost 2.5 times larger than API 5L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41216
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrimeda F
"Salah satu proses pembuatan pipa baja yang dipergunakan untuk pipa penyalur adalah dengan metode pengelasan Submerged Arc Welding. Submerged arc welding atau pengelasan busur terendam adalah pengelasan dimana panas di suplai melalui busur yang terjadi antara elektroda dengan logam kerja. Busur yang terjadi dilindungi oleh lapisan berbentuk granular (tluks).
Pengelasan busur terendam merupakan salah satu pengelasan yang menggunakan energi (heat input) tinggi sehingga salah satu sifat mekanis yang harus diperhatikan adalah ketangguhan dari logam lasan yang dihasilkan. Pada suatu pengelasan busur terendam dengan menggunakan base material dengan sifat mekanis yang sama (API 5L X-65) dan dilas dengan prosedur pengelasan dan konsumable las yang sama namum dihasilkan ketangguhan yang nilainya sangat jauh berbeda.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengaruh dari unsur paduan Cu (tembaga) dan Ni (Nikel) sangat berpengaruh pada pembentukan fasa acicular ferrite yang sangat berhubungan penting dengan ketangguhan dari lasan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athaila Ramadhanu
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pola manik las dan hardfacing multilayer terhadap nilai kekerasan, ketangguhan, dan ketahanan aus baja karbon menggunakan metode pengelasan manual (SMAW). Metode yang digunakan mencakup pengelasan dengan teknik bead pattern stringer dan weaving pada substrat rel kereta api dengan material baja karbon tinggi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan menggunakan metode Micro Hardness Vickers, pengujian impak menggunakan metode Charpy Impact Testing, pengujian keausan menggunakan metode Ogoshi Wear Testing, serta analisis metalografi menggunakan Optical Microscopy dan Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola manik las berpengaruh signifikan terhadap nilai kekerasan, keausan dan ketangguhan material. Pola manik las stringer menghasilkan kekerasan yang lebih tinggi dengan nilai kekerasan terbesar 467 HV dibandingkan dengan pola weaving memperoleh nilai kekerasan terbesar 355 HV. Pengujian impak menunjukkan bahwa sampel dengan pola stringer memiliki ketangguhan yang lebih baik dengan nilai rata-rata uji impak 46,05 J sedangkan dengan pola weaving memperoleh hasil rata-rata nilai impak sebesar 44,30 J yang diindikasikan dengan adanya inklusi terak pada sampel uji weaving. Selain itu, hasil pengujian keausan menunjukkan bahwa penerapan pola manik las stringer memiliki ketahanan aus yang lebih baik dengan nilai rata-rata volume terabrasi sebesar 0,01667 mm3 dibandingkan dengan pola weaving memperoleh nilai hasil uji aus sebesar 0,04306 mm3. Analisis SEM-EDS menunjukkan distribusi kimia homogen pada tiap lapisan las dan terbentuk mekanisme perpatahan ulet pada sampel uji setelah pengujian impak, penelitian ini memberikan kontribusi dalam memilih pola manik las optimal untuk meningkatkan kualitas dan umur pakai baja karbon pada rel kereta api.

This study aims to analyze the effect of weld bead pattern and multilayer hardfacing on the hardness, toughness, and wear resistance values of carbon steel using manual welding (SMAW) method. The method used includes welding with bead pattern stringer and weaving techniques on a railroad substrate based on high carbon steel material. Tests conducted included hardness testing using the Vickers Micro Hardness method, impact testing using the Charpy Impact Testing method, wear testing using the Ogoshi Wear Testing method, and metallographic analysis using Optical Microscopy and Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS). The results show that the weld bead pattern has a significant effect on the hardness, wear and toughness values of the material. The stringer weld bead pattern produces higher hardness with the largest hardness value of 467 HV compared to the weaving pattern obtaining the largest hardness value of 355 HV. Impact testing showed that the sample with the stringer pattern had better toughness with an average impact test value of 46.05 J while the weaving pattern obtained an average impact value of 44.30 J which was indicated by the presence of slag inclusions in the weaving test sample. In addition, the wear test results show that the application of the stringer weld bead pattern has better wear resistance with an average value of the abraded volume of 0.01667 mm3 compared to the weaving pattern obtaining a wear test result value of 0.04306 mm3. SEM-EDS analysis showed homogeneous chemical distribution in each weld seam and the formation of ductile fracture mechanism in the test samples after impact testing, this study contributes to selecting the optimal weld bead pattern to improve the quality and service life of carbon steel in railway."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Adi Chandra
"Penelitian ini menyelidiki sambungan las baja struktural FeNiCr setelah diproses ishothermal. Logam dasar mengandung fasa campuran bainit dan martensit. Pengelasan baja ini membutuhkan prosedur yang tepat karena memiliki karbon ekuivalen tinggi, kekerasan dan kekuatan yang tinggi. Pengelasan busur logam terlindung (SMAW) dengan elektroda baja tahan karat austenitik digunakan untuk menghindari retak dingin. Sebelum proses pengelasan sampel diberi tiga variasi temperatur preheat yaitu 150, 100, dan 50 °C, kemudian setelah proses pengelasan sampel diberi tiga variasi temperatur postweld heat treatment (PWHT) yaitu 425, 475, dan 525 °C. Dari hasil uji tarik, kekuatan tarik sambungan las menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan temperatur PWHT. Nilai tertinggi kekuatan tarik sebesar 680 MPa dicapai pada sampel dengan perlakuan temperatur preheat 150 °C dan temperatur PWHT 525 °C. Struktur mikro pada daerah weld metal menunjukkan terbentuknya δ-ferit dengan morfologi vermicular, sedangkan pada Heat Affected Zone (HAZ) dan logam dasar menunjukkan fasa bainit dan martensit temper dengan kepadatan, ukuran, dan bentuk bilah yang bervariasi tergantung pada temperatur preheat dan PWHT, yang kemudian mempengaruhi nilai kekerasannya. Kekerasan tertinggi dari seluruh sampel pada Coarse Grain HAZ berkisar antara 436 ±7,07 HV hingga 493± 2,4 HV dan tidak melebihi 521 HV yang rentan terhadap retak dingin.

This study investigated isothermally treated FeNiCr structural steel welded joints. The base metal exhibited a complex composition with predominant phases of bainite and martensite. Joining this steel can be challenging since it has high carbon equivalent values, high hardness, and strength. Shielded metal arc welding (SMAW) with austenitic stainless-steel electrodes is used to avoid cold cracking. Before the welding process the samples were subjected to three various preheat temperatures: 150, 100, and 50 °C, then after the welding processes the samples were subjected to three various post weld heat treatment temperatures (PWHT): 425, 475, and 525 °C. From the tensile test results, the tensile strength of welded joint shows an increase as the temperatures PWHT increase. The highest value is reached for a joint sample which treated preheat temperatures 150 °C and PWHT at 525 °C, with a tensile strength of 680 MPa. The microstructure in the weld metal area shows a formation of δ-ferrite with vermicular morphology, whereas the Heat Affected Zone (HAZ) and base metal areas show the presence of bainite, and martensite tempered phases with various densities, size, and lath shapes depending on its preheat and PWHT temperatures, which then affect the value of the hardness. The highest hardness in the Coarse Grain HAZ area of all samples ranges from 436 ± 7.07 HV to 493 ± 12.4 HV and does not exceed 521 HV which is susceptible to cold cracking."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widyianto
"Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pipa orbital dengan pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) arus pulsa tanpa logam pengisi (autogenous) pada pipa baja tahan karat tipe 304. Dimensi dari material uji adalah diameter luar 114 mm dan ketebalan 3 mm. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh parameter arus pulsa, posisi las dan siklus kerja terhadap karakteristik geometri las, sifat mekanik dan struktur mikro. Variasi parameter dalam penelitian ini yaitu arus konstan, arus pulsa dan siklus kerja. Arus rata-rata dari setiap parameter dibuat sama yaitu 100 ampere, namun pada arus pulsa terdapat variasi arus puncak, arus dasar, waktu arus puncak dan waktu arus dasar. Kecepatan pengelasan yang digunakan adalah 1,4 mm/detik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pengelasan dengan variasi arus pulsa menghasilkan lebar manik las yang lebih besar dari pada pengelasan dengan arus konstan. Hasil lebar manik las berbanding lurus dengan peningkatan arus pulsa. Terjadi penurunan kekuatan tarik sebesar 23,95 % pada parameter 65-B posisi las 00 dan kenaikan kekuatan tarik sebesar 16,09 % pada parameter 65-A posisi las 1800 terhadap kekuatan tarik logam dasar. Pada kekerasan mikro dengan metode vickers, terjadi penurunan kekerasan terbesar pada daerah HAZ dan daerah las sebesar 20,50 % dan 7,22 % pada parameter 50-C. 

Orbital pipe welding was carried out in this research by pulse current Tungsten Inert Gas (TIG) welding without metal filler (autogenous) of 304 stainless steel pipes. The dimensions of the specimens were 114 mm outside diameter and the thickness of 3 mm. The purpose of this study was to determine the effect of pulse current parameters, weld position and duty cycle on the characteristics of weld geometry, mechanical properties and microstructure. Variation of parameters in this study were constant current, pulse current and duty cycle. The average current of each parameter was the same 100 ampere, but in the pulse current there were variations in peak current, base current, peak current time and base current time. The welding speed used was 1.4 mm/second. The results of this study indicate that in the welding with variations in pulse currents it produces a larger weld bead width than the welding with a constant current. The width of the weld bead was directly proportional to the increase in pulse current. There was a decrease in tensile strength of 23.95% in the parameter 65-B weld position 00 and an increase in tensile strength of 16.09% in parameter 65-A weld position 1800 against the tensile strength of the base metal. In the micro hardness with vickers method, the greatest hardness occurred in the HAZ region and the weld area by 20.50% and 7.22% in the 50-C parameter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusli Nurdin
"ABSTRAK
Pengelasan logam yang berbeda atau dikenal dengan istilah dissimilar metal welding adalah pengelasan antara dua logam yang mempunyai komposisi kimia dan sifat mekanik yang berbeda. Pengelasan antara baja karbon dengan baja duplex stainless steel seringkali dilakukan di berbagai industri. Pengelasan ini menjadi proses yang kompleks karena kedua logam yang dilas mempunyai perbedaan komposisi kimia, sifat mekanik, dan sifat termal sehingga selama proses pengelasan menghasilkan sifat mekanis dan perubahan struktur mikro yang mempengaruhi performa sambungan. Dan juga terjadi perubahan struktur mikro di daerah lasan dimana karbon di heat affected zone (HAZ) baja karbon bermigrasi ke melt zone di perbatasan antara base metal dengan logam lasan membentuk chromium carbide yang merupakan daerah keras (hard zone) dalam matriks martensite. Tujuan penelitian ini adalah mengamati pengelasan jenis butt dan fillet serta perubahan struktur mikro dan pengaruhnya terhadap distribusi kekerasan pada pengelasan logam antara baja berkekuatan tinggi HY80 dengan baja tahan karat dupleks 2205. Metode pengelasan menggunakan las busur listrik Shield Metal Arc welding (SMAW) dengan variabel masukan panas dan jenis kawat las E2209. Struktur mikro diobservasi menggunakan mikroskop optik (MO), Scanning Electro Microscope (SEM) dan pengujian sifat mekanik meliputi distribusi kekerasan di daerah base metal (BM), heat affected zone (HAZ) dan weld metal (WM).

ABSTRACT
Dissimilar metal welding is welding joint between two metals that have different chemical compositions and mechanical properties. Welding between carbon steel and duplex stainless steel is often done in various industries. This welding is a complex process because the two welded metals have different chemical compositions, mechanical properties, and thermal properties so that during the welding process they produce mechanical properties and microstructure changes that affect the performance of the joints. And there is also a change in microstructure in the weld area where carbon in the carbon steel heat affected zone (HAZ) migrates to the melt zone forming chromium carbide which is the hard zone in the martensite matrix. The purpose of this study was to observe the welding of butt and fillet types and microstructure changes and their effect on the hardness distribution of metal welding differs between HY80 high strength steel and 2205 stainless steel duplex. The welding method uses Shield Metal Arc welding (SMAW) electric arc welding with variable heat input and type of welding wire E2209. Microstructure was observed using optical microscopy, Scanning Electro Microscope and mechanical properties testing including hardness distribution in base metal, heat affected zone, and weld metal regions. "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isa Rifai
"Kodifikasi elektroda dalam AWS A5.1-69 menyatakan bahwa angka katiga dari nomor £lektroda menunjukkan posisi pengelasan terbaik yang dapat dilakukan oleh jenis elektrada tersebut Dalam hal ini angka I dari elektroda E 6013 menunjukkan kemampuan elektroda tersebut untuk digunakan poda semua pruisi pengelasan. Tiap-tiap pasisi memiliki tingkat kasulitan yang berbeda dan gaya gravitasi bumi berperan dalam proses pembekuan logam cair. Sebagai akibatnya sifat mekanik dari hasil pengelasan dapat berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh posisi pengelasan terhadap struktur mikro, kekerasan dan mampu tekuk lasan. Penelitian ini menggunakan e!ektroda E 6013 dan lcgam induk baja karbon rendah (mild steel) A36 dengan tebal 16 mm. Bentuk sambungan yang digunakan yaitu V butt joint Teknik pengelasan yang digunakan adalah SM4W yang dilakukan secara manual dengan arus listrik bolak-balik (AC). Pengelasan dilakukan pada posisi down hand, horizontal, vertical up, vertical down, dan over head."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anis
"ABSTRAK
Pengelasan material baja tahan karat martensitik dengan menggunakan las busur listrik masih belum cukup banyak dikenal. Namun demikian beberapa percobaan telah dilakukan untuk menghasilkan kualitas sambungan las yang baik, khususnya secara metalurgis, karena sifat material baja ini yang demikian rentan terhadap masukan panas dan fenomena peleburan-pembelcuan yang membuat baja ini mudah menjadi Betas dan retak setelah dilas. Karena itu pada pengelasan baja ini selain harus diperhatikan prosedur dan parameter pengelasannya, harus dilakukan juga proses perlakuan panas pasca pengelasan guna mengurangi tegangan sisa dan menurunkan kekerasan material.
Penelitian ini mencoba mengamati perubahan-perubahan dalam salah satu parameter pengelasan, yaitu besar arus, terhadap masukan panas yang terjadi serta hasil sambungan las yang terbentuk. Evaluasi terhadap sambungan las yang terbentuk dilakukan dengan pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro material.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa besar arus pengelasan berpengaruh terhadap hasil sambungan las yang terbentuk, dimana makin besar arus yang diberikan maka sambungan las yang terbentuk makin baik, dalam pengertian distribusi kekerasan dan struktur mikronya makin merata dan nilai kekerasan rata-ratanya makin rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>