Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochammad Syachril Rizki
"Pertumbuhan pendapatan per kapita di Indonesia dalam jangka panjang mempengaruhi konsumsi penggunaan energi terutama energi listrik sebesar 0.035% setiap 1% pertumbuhan pendapatan per kapita. Salah satu konsumen yang berpengaruh atas pertumbuhan pendapatan per kapita ini adalah sektor komersial. Dalam mewujudkan rencana Rendah Karbon (RK) dari pemerintah, sektor-sektor komersial diharapkan untuk ikut berpartisipasi langsung dalam penggunaan energi terbarukan. Oleh karena itu, skripsi ini melakukan analisis pada Studi Tekno-Ekonomis Implementasi Listrik Tenaga Surya Atap pada Instalasi Bangunan Komersil di DKI Jakarta. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak DIGSILENT dan HOMER. Aplikasi DIGSILENT digunakan untuk menganalisis aliran daya beserta kestabilan sistem tenaga lsitrik dari Single Line Diagram (SLD) data instalasi listrik bangunan komersil yang penulis rujuk. Didapatkan terjadi penurunan penggunaan listrik grid sebesar 10% saat PLTS menghasilkan 90% daya dari rating 1000kWp tanpa penurunan atau kenaikan nilai tegangan yang berarti. Kestabilan tegangan dan frekuensi tidak mengalami perubahan yang signifikan dan masih bertahan pada nominal tegangan 1 P.U dan frekuensi pada 50Hz. Aplikasi HOMER digunakan untuk menganalisis penurunan penggunaan listrik tahunan, biaya listrik tahunan, studi fisibilitas, dan penurunan emisi. Didapatkan penurunan harga listrik sebesar Rp 16/kWh dan Rp 24,49/kWh dengan variasi besar kapital Rp 17.000.000 dan Rp 11.000.000 dan penurunan emisi karbon dioksida sebesar 761ton/tahun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa implementasi PLTS atap menguntungkan secara ekonomi dan mampu menurunkan emisi dari penggunaan energi listrik.

The growth of income per capita in Indonesia in the long term affects the consumption of energy use, especially electrical energy by 0.035% for every 1% growth in income per capita. One of the consumers that has an influence on the growth of this per capita income is the commercial sector. In realizing the Low Carbon (RK) plan from the government, the commercial sector is expected to participate directly in the use of renewable energy. Therefore, this thesis analyzes the Techno-Economic Study of Roof Solar Electricity Implementation in Commercial Building Installations in DKI Jakarta. Simulations were carried out using DIGSILENT and HOMER software. The DIGSILENT application is used to analyze the power flow and the stability of the electric power system from the Single Line Diagram (SLD) data for the electrical installation of commercial buildings that the author refers to. It was found that there was a 10% decrease in grid electricity usage when PLTS produced 90% of the 1000kWp rating without a significant decrease or increase in the value of the voltage. The voltage and frequency stability did not change significantly and still remained at the nominal voltage of 1 P.U and the frequency at 50Hz. The HOMER app is used to analyze annual electricity usage reductions, annual electricity costs, feasibility studies, and emission reductions. There was a decrease in electricity prices of Rp 16/kWh and Rp 24,49/kWh with variations in capital of Rp 17.000.000 and Rp 11.000.000 with the decrease in carbon dioxide emissions of 761ton/year. Thus, it can be concluded that the implementation of rooftop solar panels is economically beneficial and can reduce emissions from the use of electrical energy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hero Gunawan
"Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan capaian bauran energi nasional dari sektor energi baru terbarukan khususnya dibidang energi surya, pada tahun 2020 pemerintah telah melakukan pembangunan PLTS rooftop di beberapa gedung usulan pemerintah daerah yang meliputi gedung perkantoran, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Penelitian ini mengambil 12 gedung pada paket pekerjaan pertama yang beratapkan datar dengan kapasitas 25 kWp dan 50 kWp sebagai obyek penelitian untuk menganalisi dampak keteknikan dan ekonomi akibat pengunaan dan perubahan tilt modul PV. Nilai investasi Rp/kWp pada kapasitas terpasang 25 kWp nilai tertinggi dimiliki oleh Gedung Islamic Center sebesar Rp. 16.458.600 dan 50 kWp dimiliki gedung RSUD Ternate dengan nilai Rp. 15.275.750 dimana faktor lokasi menjadi salah satu penyebab tingginya nilai investasi tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai PVout yang dihasilkan per tahun dengan penggunaan tilt optimum pada aplikasi GSA sebesar 647.830 kWh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil simulasi PVSYST sebesar  630,342 kWh dan pada penggunaan tilt sebesar 150 didapatkan output total PLTS rooftop sebesar 615.039 kWh dengan nilai NPV terbesar terletak pada gedung Bupati Sumenep sebesar Rp. 634.312.639 dengan  PBP terkecil selama 6.7  tahun  dan ROI sebesar 250.1 %. Penurungan emisi CO2 (PEy) untuk simulasi dengan pada tilt 150 didapatkan nilai sebesar  477,94 tCO2 sedangkan pada tilt optimum sebesar 481,33 tCO2.

As a form of government commitment in increasing the achievement of the national energy mix from the renewable energy sector, especially in the field of solar energy, in 2020 the government has carried out the construction of PLTS Rooftop in several local government buildings which include office buildings, hospitals, schools, places of worship and other public facilities. spread over several regions in Indonesia. This research sampled 12 buildings in the first work package with a flat roof with a capacity of 25 kWp and 50 kWp as research objects to analyze the technical and economic impacts of using and changing the tilt of the PV module. The investment value of Rp/kWp at an installed capacity of 25 kWp, the highest value was obtained at the Islamic Center Building of Rp. 16,458,600 and 50 kWp in the Ternate Hospital building with a value of Rp. 15,275,750 where the location distance is one of the causes of the high investment value. From this study it was found that the PVout value generated per year with the use of optimum tilt in the GSA application of 647,830 kWh is higher than the PVSYST simulation results of 630,342 kWh and on the use of tilt of 150 the total output of  PLTS Rooftop is 615,039 kWh with the largest NPV value located in the Sumenep Regent Building  for Rp. 634,312,639 with the smallest PBP for 6.7 years and an ROI of 250.1%. The CO2 emissions reduction (PEy) in the simulation with tilt 150 is 477.94 tCO2, while at tilt the optimum is 481.33 tCO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynard Henderson
"Transisi energi berkelanjutan merupakan salah satu isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia. Sebagai upaya untuk mempercepat transisi energi berkelanjutan, pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi dari energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, yang didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Selain itu, penerapan sistem PLTS atap juga didukung oleh peningkatan nilai keekonomian melalui ditetapkannya Peraturan Menteri ESDM No. 26 tahun 2021. Dalam skripsi ini dilakukan studi mengenai penerapan sistem PLTS atap pada Gedung Produksi II PT. ON untuk mengetahui potensi produksi energi, potensi penghematan energi yang berasal dari grid, potensi ekspor energi kepada grid, serta besar kapasitas optimal bagi sistem tersebut. Studi pada skripsi ini dilaksanakan dengan menggunakan simulasi berbasis perangkat lunak PVSyst melalui metode trial-and-error. Hasil studi menunjukkan bahwa rancangan sistem PLTS atap Gedung Produksi II PT. ON dengan kapasitas sistem maksimal dapat memproduksi energi sebesar 266955 kWh per tahun. Nilai tersebut setara dengan 115% dari konsumsi energi tahunan PT. ON. Berdasarkan kelebihan produksi energi per tahun sebesar 15% tersebut, dapat diketahui bahwa kapasitas optimal bagi sistem PLTS atap Gedung Produksi II PT. ON adalah sebesar 171 kWp. Melalui kapasitas sistem optimal tersebut, maka seluruh produksi energi dari sistem PLTS atap dapat dimanfaatkan oleh PT. ON.

The sustainable energy transition is one of the priority issues in Indonesia's G20 Presidency. As an effort to accelerate the transition to sustainable energy, the Indonesian government is targeting an energy mix from new renewable energy of 23% by 2025, which is dominated by solar power plants. Besides that, implementations of rooftop solar power plant are also reinforced in the economic values through the stipulation of Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 26 of 2021. In this thesis, a study regarding the application of rooftop solar power plant at PT. ON Production Building II was conducted to find out about the potential for energy production, the potential for saving energy from the grid, the potential for exporting energy to the grid, and the optimal system capacity. The study in this thesis was performed using simulations based on PVSyst software through a trial-and-error method. The results of the study show that the design of the rooftop solar power plant at PT. ON Production Building II can produce energy of 266955 kWh per year. That value is equivalent to 115% of the amount energy consumed yearly by PT. ON. Based on the excess yearly energy production of 15%, the obtained optimal system capacity for the rooftop solar power plant in PT. ON Production Building II is 171 kWp. Through this optimal system capacity, the entire amount of energy produced by the rooftop solar power plant can be fully utilized by PT. ON."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahwan Arfellino Lutnan Azis
"Berkembangnya teknologi di era digitalisasi membuat permintaan atas penggunaan energi listrik semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) permintaan energi listrik pada tahun 2023 mencapai 1.285 kWh/kapita. Hal tersebut dapat memungkinkan permintaan energi listrik yang semakin meningkat setiap tahunnya yang dibarengi dengan penggunaan energi fosil yang semakin meningkat. Maka dari itu, dalam upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan mengganti menjadi penggunaan energi terbarukan seperti pemanfaatan penggunaan Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) Atap pada lingkungan kampus diharapkan dapat menjadi contoh untuk masyarakat dalam penggunaan energi terbarukan seiring berjalannya target pencapaian pemerintah akan bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025. Dalam penelitian ini membahas terkait perancangan sistem PLTS Atap On-Grid pada Gedung Departemen Teknik Elektro FTUI dengan membandingkan dua sudut kemiringan atap untuk mengetahui sistem PLTS yang optimal dan potensi penggunaan listrik yang lebih efisien dengan ditinjau dari aspek teknis dan ekonomi melalui simulasi pada perangkat lunak PVsyst. Perancangan sistem PLTS pada penelitian ini berkapasitas 22.1 kWp dengan luas atap optimal sebesar 108 m2 . Dari hasil simulasi diperoleh sistem PLTS dengan sudut kemiringan 10° dapat memproduksi energi sebesar 31.4 mWh/tahun dan sistem PLTS dengan sudut kemiringan 45° dapat memproduksi energi sebesar 27.4 mWh/tahun. Proyek ditargetkan dengan jangka waktu investasi selama 25 tahun, dilihat dari sisi ekonomi modal awal biaya investasi memiliki selisih sebesar Rp16.200.000,00 karena sudut kemiringan 10° membutuhkan biaya kerangka tambahan, dengan jangka waktu pengembalian modal (payback period) orientasi 1 pada tahun ke-15 dan orientasi 2 pada tahun ke-16. Selain itu, perancangan kedua orientasi sistem tersebut mampu mengurangi penghematan biaya tagihan energi listrik sebesar 24.91% pada sudut kemiringan 10° dan 22.02% pada sudut kemiringan 45° selama 25 tahun.

The development of technology in the digitalization era has made the demand for electrical energy use increase every year. Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), the demand for electrical energy in 2023 reached 1,285 kWh/capita. This can allow the demand for electrical energy to increase every year coupled with the increasing use of fossil energy. Therefore, to reduce the use of fossil energy by replacing it with the use of renewable energy such as the use of rooftop solar power plants (PLTS) in the campus environment is expected to be an example for the community in the use of renewable energy along with the government's target of achieving a national energy mix of 23% by 2025. This study discusses the design of an On-Grid rooftop PLTS system in the FTUI Electrical Engineering Department Building by comparing two roof tilt angles to determine the optimal PLTS system and the potential for more efficient electricity use in terms of technical and economic aspects through simulations on PVsyst software. The design of the PLTS system in this study has a capacity of 22.1 kWp with an optimal roof area of 108 m2 . From the simulation results, the PLTS system with a tilt angle of 10° can produce energy of 31.4 mWh/year and the PLTS system with a tilt angle of 45° can produce energy of 27.4 mWh/year. The project is targeted with an investment period of 25 years, seen from the economic side of the initial capital investment cost has a difference of Rp16,200,000.00 because the tilt angle of 10° requires additional frame costs, with a payback period orientation 1 in year 15 and orientation 2 in year 16. In addition, the design of the two system orientations was able to reduce the cost savings of electric energy bills by 24.91% at a tilt angle of 10° and 22.02% at a tilt angle of 45° for 25 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martino Adisuwono
"Daerah tropis seperti misalnya Indonesia, memiliki potensi energi surya yang melimpah. Akan tetapi, energi surya yang tersedia ini sering kali terganggu oleh banyaknya awan. Gangguan awan ini berpotensi menyebabkan adanya pengurangan suplai radiasi matahari dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan penurunan daya keluaran PLTS dalam waktu yang singkat. Skripsi ini menginvestigasi dan menganalisis batas maksimum penetrasi daya PLTS pada sebuah jaringan terisolasi ketika ada perubahan radiasi dengan menggunakan jaringan listrik Sumba Timur.
Gangguan awan yang disimulasikan adalah penurunan radiasi matahari dari 1000W/m2 menjadi 250 W/m2. Masa transisinya kemudian divariasikan mulai dari 1 detik hingga 5 detik, sementara besar penetrasinya divariasikan mulai dari 0% hingga 100%. Ada 2 skenario letak penetrasi pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan, yang pertama adalah dekat dengan pusat pembangkit listrik tenaga diesel (Kambajawa), dan yang kedua adalah jauh dari pusat pembangkit listrik tenaga diesel (Nggongi). Simulasi dilakukan menggunakan DIgSILENT Powerfactory 14.1.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gangguan awan dapat mempengaruhi batas maksimum penetrasi daya PLTS. Berdasarkan hasil simulasi dan aturan jaringan yang berlaku, batas maksimum PLTS pada Kabupaten Sumba Timur ketika terjadi gangguan awan adalah 30% untuk kedua lokasi penetrasi. Sementara tanpa gangguan awan, batas maksimum penetrasi daya PLTS pada bus Kambajawa adalah 100% dan pada bus Nggongi adalah 50%. Dalam menentukan batas penetrasi daya PLTS, studi aliran daya pada saat radiasi matahari maksimum saja tidak cukup. Skenario gangguan awan perlu diperhatikan khususnya pada daerah tropis untuk dapat menjaga kestabilan dan kehandalan sistem.

Tropical areas such as Indonesia have abundant solar energy source. However, it is often experienced that disturbances are due to a large number of fast moving clouds. These cloud disturbances can potentially cause the solar radiation to decrease in a short time, and leads to a rapid photovoltaic power output loss. This thesis investigates maximum photovoltaic penetration limit in an isolated grid under such disturbance using East Sumba grid.
The cloud disturbance that was used for this simulation was a decrease of solar radiation from 1000 W/m2 to 250 W/m2. The transition time was varied from 1s to 5s and the photovoltaic penetration was varied from 0% to 100%. There were two photovoltaic location scenarios: next to and far from the central diesel bus. This simulation was done by using DIgSILENT Powerfactory 14.1. It is shown that the cloud disturbance have effect on the photovoltaic penetration limit.
Based on the simulation and grid code, the penetration limit for both locations with such cloud disturbance is 30%. Whilst without cloud disturbance scenarios, the penetration limit for photovoltaic at Kambajawa is 100% and 50% for photovoltaic at Nggongi. In conclusion, to determine photovoltaic penetration limit, load flow study during peak hour alone is not sufficient. A cloud disturbance is an important aspect to be taken of, especially in tropical areas to ensure system stability and reliability after the penetration of the photovoltaic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Azra Fatimah
"

Energi listrik adalah salah satu energi yang sangat dibutuhkan demi keberlangsungan hidup manusia dengan peningkatan penggunaan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sebagian besar sumber energi pembangkitan listrik masih berasal dari batu bara, sehingga pemerintah menargetkan pengembangan PLTS atap hingga 3,6 GW pada tahun 2025. Demi mendukung program tersebut, PLTS eksisting tetap harus dijaga kinerjanya, di mana salah satu cara untuk menguji keandalan sistem tersebut adalah dengan melakukan evaluasi kinerja mengacu pada standar IEC 61724, yaitu standar untuk mengukur kinerja fotovoltaik. Penelitian ini melakukan studi mengenai implementasi PLTS Atap On-Grid 90 kWp di Gedung Energi 625 Pusat Penelitian Ilmu Penerapan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan. Gedung ini merupakan pusat pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis penelitian. Sebagai data acuan, akan dilakukan simulasi data seharusnya menggunakan perangkat lunak PVsyst. Berdasarkan simulasi, dihasilkan energi keluaran PLTS tahunan sebesar 130.451 kWh dengan  performance ratio sebesar 81,30% dan capacity factor sebesar 16,21%. Sedangkan, hasil pengukuran menghasilkan energi keluaran tahunan sebesar 102.491 kWh dengan rasio performa sebesar 73,51% dan capacity factor sebesar 13%. Rata-rata penurunan produksi energi tahunan sebesar 6,32% dengan energy performance index yang diperoleh adalah 80,21%.


Electrical energy is one of the most important energies for human life and sustainability with a constant increase in usage every year. In Indonesia, most of the electricity generated comes from coal, resulting in the government targeting solar power plant development up to 3,6 GW by 2025. To support the initiative, all the existing solar power plants have to sustain their performance, and one of the methods is to evaluate the system's performance according to the IEC 61724 standard, which is a standard to measure the performance of photovoltaic. This research is studying the implementation of a 90 kWp On-Grid Rooftop Solar Power Plant in the Energy Building of Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, South Tangerang. This government-owned building is used as a center for the development and application of science and technology based on research. For data reference, a simulation with PVsyst software was conducted. Based on simulation, the yearly output energy yielded 130.451 kWh with a performance ratio of 81,30% and a capacity factor of 16,21%. While the measured data obtained a yearly energy output of 102.491 kWh with a performance ratio of 73,51% and a capacity factor of 13%. The average output energy degradation is 6,32% with an acquired energy performance index of 80,21%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marini Altyra Fakhri
"Indonesia dikenal dengan negara yang berada pada garis khatulistiwa yang memiliki potensi sinar matahari yang besar sehingga bisa di manfaatkan sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan di Indonesia, yaitu PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Guna meningkatkan perkembangan energi baru dan terbarukan, maka diperlukan pihak swasta untuk dapat menjalin kerjsama dan bersedia menanamkan modalnya atau investasi dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Penelitian ini secara umum secara analisis keekonomian menggunakan metode NPV, IRR, Payback Periode, dan WACC terhadap tiga skenario yang berbeda, skenario pertama sesuai dengan harga yang sesuai power purchase agreement PPA pada tahun 2014, skenario kedua melakukan financing scheme dengan diberikannya isentif terhadap perubahan harga beli listrik oleh pemerintah pada tahun 2017, dan skenario ketiga melakukan penyesuain terhadap teknologi solar panel terhadap fluktuatif itensitas radiasi matahari.
Berdasarkan hasil perhitungan keekonomian diperoleh untuk skenario pertama didaptakan IRR sebesar 14,47 dan NPV sejumlah 2.821.177 dengan masa pengembalian selama 6,37 tahun, skenario kedua IRR sebesar 12,27 dan NPV sejumlah 1.304.373 dengan masa pengembalian selama 7,65 tahun, dan skema ketiga dengan IRR sebesar 14,89 dan NPV sejumlah 3.056.457 dengan masa pengembalian selama 6,23 tahun. Untuk Analisis risiko menggunakan metode analisis sensitivitas dan teridentifikasi risiko yang berpotensi dapat menggangu parameter resiko investasi IRR, NPV, dan Payback Periode adalah political risk dan natural and climate risk.

Indonesia is known as a country that is on the equator which has great sunlight potential so that it can be utilized as one of renewable energy source in Indonesia, that is Solar Power Plant. This study is generally analyzed economically using the NPV, IRR, Payback Period, and WACC methods against three different scenarios, the first scenario corresponds to the appropriate power purchase agreement PPA price in 2014, the second scenario financing scheme with the incentive Changes in electricity purchase price by the government in 2017, and the third scenario is adjusting the solar panel technology to fluctuating solar radiation itensity.
Based on the economic calculations obtain for the first scenario is obtain IRR of 14.47 and NPV of 2,821,177 with a payback period of 6.37 years, the second scenario is obtain IRR of 12.27 and NPV of 1,304,373 with a payback period of 7.65 years and the third scenario is obtain IRR of 14.89 and NPV of 3,056,457 with a payback period of 6.23 years.For risk analysis using sensitivity analysis methods and identified risks that could potentially disrupt investment risk parameters IRR, NPV, and Payback Period are political risk and natural and climate risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Fachrezi Adrianno
"Saat ini, pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang menghasilkan banyak emisi CO2. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu pembangkit listrik yang dapat menghasilkan energi listrik menggunakan energi terbarukan yaitu energi matahari dan tidak menghasilkan emisi CO2 dalam pembangkitan energi listriknya. Universitas Indonesia sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia harus turut hadir dalam menggunakan pembangkit energi terbarukan yang lebih bersih. Sebagai institusi pendidikan dengan beban yang lebih tinggi pada siang hari untuk aktivitas akademis, PLTS tergolong salah satu alternatif energi terbarukan yang cocok untuk diimplementasikan di Universitas Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah studi pemanfaatan potensi matahari di lingkungan Universitas Indonesia menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang optimal berdasarkan lahan yang tersedia. Penelitian dilakukan menggunakan perangkat lunak PVsyst, DIgSILENT, dan HOMER. Kapasitas PLTS yang dirancang sebesar 2842 kWp dengan pengurangan LCOE sebesar Rp 40,30/kWh dan mengurangi emisi karbon sebesar 2.912.969 Kg/tahun. Implementasi PLTS pada jaringan listrik Universitas Indonesia yang sudah ada juga tidak menganggu aliran daya karena kondisi tegangan bus sistem masih berada pada batas Grid Code.

Currently, power plants in Indonesia are still dominated by Steam Power Plants which produce a lot of CO2 emissions. Solar Power Plant (PV) is one of the power plants that can produce electrical energy using renewable energy, namely solar energy and does not produce CO2 emissions. The University of Indonesia as one of the leading universities in Indonesia must also be the one to use cleaner renewable energy plants. As an educational institution with a higher load during the day for academic activities, Solar Power Plant is classified as one of the alternative renewable energy that is suitable to be implemented at the University of Indonesia. The purpose of this research is to study the utilization of solar potential at the University of Indonesia using an optimal solar power plant based on available area. The research was conducted using PVsyst, DIgSILENT, and HOMER software. The designed Solar Power Plant capacity is 2842 kWp with a reduction in LCOE of Rp 40.30/kWh and reduces carbon emissions by 2,912,969 Kg/year. The implementation of Solar Power Plant on the existing University of Indonesia electricity network does not interfere the flow of power because the system bus voltage is still following the Grid Code."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Irfanto
"Bahan bakar fosil masih menjadi pilihan terbesar sebagai sumber pembangkitan energi listrik di Indonesia. Salah satu usaha penghematan bahan bakar fosil tersebut ialah dengan memaksimalkan penggunaan EBT sebagai sumber pembangkitan energi listrik. Selain itu, target untuk tercapainya net zero emission tahun 2060 menjadikan pembangkit EBT akan terus ditingkatkan dimana bauran EBT di tahun 2025 mencapai 23% sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 – 2060. Daerah di Indonesia yang masih belum terlalu dimanfaatkan potensi energi suryanya adalah daerah Indonesia bagian timur, selain itu elektrifikasi di daerah tersebut masih berada di angka 90 – 95%. Oleh karena itu, pada skripsi ini akan dilakukan simulasi PLTS dan BESS terhadap stabilitas sistem kelistrikan di daerah Indonesia bagian timur. Hasil analisis aliran daya menunjukkan bahwa dalam 3 alternatif lokasi pemasangan PLTS 35.640 kWp dan BESS, alternatif 1 merupakan lokasi yang paling memungkinan terpasangnya PLTS dan BESS dikarenakan sistem dapat beroperasi pada tegangan yang sesuai dengan batas toleransi aturan jaringan yaitu sebesar ±10%. Sedangkan hasil aliran untuk alternatif 2 dan 3 beroperasi pada tegangan (0,81; 0,87) p.u. secara berurutan yang berarti beroperasi diluar dari batas toleransi aturan jaringan. Hasil analisis stabilitas menunjukkan bahwa pemasangan PLTS 35.640 kWp dan BESS pada sistem kelistrikan eksisting dapat mengganggu stabilitas sistem ketika terjadi gangguan pada salah satu saluran penghubung PLTS dan BESS dengan bus PLTD X (alternatif 1), bus Peny. B (alterrnatif 2), dan bus Peny. C (alternatif 3) dan dapat menyebabkan sistem kelistikan di daerah Indonesia bagian timur blackout.

Fossil fuels are still the biggest choice as a source of electricity generation in Indonesia. One of the efforts to save fossil fuels is to maximize the use of NRE as a source of electricity generation. In addition, the target for achieving net zero emissions in 2060 means that NRE plants will continue to be improved where the NRE mix in 2025 will reach 23% in accordance with the Business Plan for the Provision of Electricity (RUPTL) 2021 – 2060. Regions in Indonesia that are still not fully utilized for energy potential the solar area is the eastern part of Indonesia, besides that, electrification in the area is still at 90-95%. Therefore, in this thesis, SPP and BESS simulations will be carried out on the stability of the electricity system in the eastern part of Indonesia. The results of the power flow analysis show that in the 3 alternative locations for the installation of SPP 36,640 kWp and BESS, alternative 1 is the location most likely to install SPP and BESS because the system can operate at a voltage that is in accordance with the tolerance limit of network rules, which is ±10%. While the flow results for alternatives 2 and 3 operate at a voltage of (0.81; 0.87) p.u. sequentially which means operating outside the tolerance limits of network rules. The results of the stability analysis show that the installation of 36,640 kWp SPP and BESS on the existing electrical system can disrupt the stability of the system when there is a disturbance in one of the SPP and BESS connecting lines with the bus PLTD X (alternative 1), the bus Peny. B (alternative 2), and the bus Peny. C (alternative 3) and can cause blackout in the electricity system in eastern Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Tasya Aulia Putri
"Perkembangan teknologi yang terus-menerus membuat penggunaan energi listrik menjadi hal krusial dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penggunaan energi listrik yang tiada hentinya membuat sumber energi fosil yang terbatas semakin sedikit. Oleh sebab itu, transisi energi berkelanjutan menjadi isu penting untuk menjaga ketersediaan energi di masa mendatang. Pemerintah Indonesia telah menetapkan taget pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dengan tujuan dapat mempercepat transisi energi berkelanjutan. Bentuk upaya untuk mencapai target bauran nasional adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Penelitian ini membahas mengenai penerapan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung pabrik PT. CT untuk mengetahui sistem PLTS atap yang optimal dan potensi penggunaan listrik PLN yang lebih efisien. Sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°mampu memproduksi energi sebesar 1969890 kWh/tahun, sedangkan sudut kemiringan 15°hanya dapat memproduksi sebesar 1949709 kWh/tahun. Dalam 25 tahun, sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11° memiliki potensi penghematan sebesar 34,29%, sedangkan sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 15° memiliki potensi penghematan sebesar 33,94%. Dengan perbedaan modal awal sebesar Rp436.792.000,00 diperoleh payback period dari kedua sistem PLTS atap selama 9 tahun. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada PT.CT yang lebih optimal untuk digunakan adalah sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°.

The continuous development of technology makes the use of electricity a crucial part of our daily life. The endless consumption of electricity leads to a decrease in limited fossil energy sources. Therefore, sustainable energy transition becomes an important issue to ensure energy availability in the future. The Indonesian government has set a national energy mix target of 23% by 2025 to accelerate the transition to sustainable energy. One effort to achieve this target is by building a Solar Power Plant. This research discusses the implementation of an on-grid rooftop solar power plant system without batteries in the factory building of PT. CT to determine the optimal rooftop solar power plant system and potential for more efficient use of PLN electricity. The rooftop rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle can produce energy of 1969890 kWh per year, while the 15° tilt angle can only produce 1949709 kWh per year. In 25 years, the rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle has a potential cost savings of 34.29%, while the system with a 15° tilt angle has a potential cost savings of 33.94%. With a difference in initial capital of IDR436,792,000.00, the payback period for both rooftop solar power plant systems is 9 years. Based on these factors, the more optimal on-grid rooftop solar power plant system without batteries to be used in PT.CT is the system with an 11° tilt angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>