Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monika Werdiningsih
"Latar Belakang: Perubahan demografi penduduk dengan meningkatnya penduduk lanjut usia dapat berdampak pada dokter gigi dalam memberikan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi akan lebih banyak merawat lansia yang memiliki kebutuhan dan permasalahan gigi dan mulut yang beragam dan kompleks yang memerlukan perawatan khusus karena perawatan yang diberikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut yang sehat dan fungsional tetapi juga bertujuan untuk kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, dokter gigi dan timnya perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan khusus serta memiliki sikap positif terhadap lansia dalam mengembangkan perilaku dan praktik profesional dokter gigi. Hambatan dokter gigi juga perlu menjadi perhatian karena dapat membatasi dokter gigi untuk memberikan perawatan kepada lansia. Metode: Studi cross-sectional pada bulan Maret-Juni 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam bagian, yaitu karakteristik dokter gigi, pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan, dan hambatan. Statistik deskriptif dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis tematik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Atlast.ti terhadap jawaban responden yang diperoleh melalui pertanyaan terbuka. Responden dalam penelitian ini adalah 461 dokter gigi umum. Hasil: 98,4% menyatakan bersedia hingga sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawtaan gigi dan mulut pada lansia. Kesediaan dokter gigi berkorelasi signifikan dengan sikap dan praktik. Tiga hambatan utama dalam memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia adalah komunikasi dengan pasien, kompleksitas penyakit dan mobilitas pasien. Kesimpulan: Dokter gigi memiliki pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan yang baik terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Sebagian besar dokter gigi sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia dan memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan kedokteran gigi geriatri.

Background: Demographic population changes towards the ageing population can impact dentists to provide oral health care. The dentist will treat more older people with diverse and complex oral health needs and problems requiring special treatment because the treatment aims to improve and maintain healthy and functional dental and oral health and aims at the quality of life of the elderly. Therefore, dentists and their teams need to be equipped with special knowledge and skills and also have a positive attitude towards the elderly in developing dentists’ professional behavior and practice. Dentists' barriers also need to be a concern because they can prevent dentists from providing care for the elderly. Methods: A cross-sectional study based on an online questionnaire was conducted in April-June 2022. The questionnaire consists of six parts which were the characteristics of dentists, knowledge (27 questions), attitudes (17 questions), practice (7 questions), willingness (1 question), and barriers (1 open question). Descriptive statistics were calculated, bivariate analysis was performed using SPSS, and thematic analysis was carried out using Atlas.ti software on respondents' answers obtained through open-ended questions. Respondents in this study were 461 general dentists. Results: 98,4% stated that they were willing and very willing to provide oral health care to the elderly. There is a significant correlation between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care in the elderly. A dentist's willingness was significantly correlated with the dentist’s attitude and practice. The three main barriers to providing dental and oral care to the elderly are communication with the patient, the complexity of the disease, and the patient's mobility. Conclusion: Dentists have good knowledge, attitudes, practices, and willingness to provide oral health care for the elderly. There is a relationship between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care for the elderly. Most dentists are willing to provide oral health care to the elderly and participate in geriatric dentistry training."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Miswar
"Kunjungan Puskesmas Sarolangun mengalami penurunan selama 3 tahun terakhir. Survey awal yang dilakukan didapatkan hasil kepuasan pasien terhadap mutu layanan yang diberikan sebesar 40 %. Sementara menurut Petugas Puskesmas Sarolangun mereka mengganggap telah memberikan pelayanan dengan baik dan memuaskan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan persepsi antara pasien dengan petugas tentang mutu layanan yang diberikan.
Hasil penelitian diperoleh persepsi antara pasien dengan petugas dari dimensi tangible hampir sama, kecuali dalam hal prosedur pelayanan , rata-rata persepsi pasien lebih rendah dibandingkan dengan persepsi petugas dan perbedaan ini bermakna secara statistic. Dimensi reliability , persepsi antara pasien dengan petugas hampir sama, kecuali dalam hal penjelasan informasi tentang penyakit pasien dan sistim adminisrasi puskesmas rata-rata persepsi pasien lebih rendah dibandingkan dengan persepsi petugas dan perbedaan ini bermakna secara statistik. Persepsi pasien dan petugas dari dimensi responsibility ada perbedaan yang signifikan secara statistik, terutama pertanyaan mengenai kecepatan petugas menangani keluhan, petugas selalu memberi kemudahan saat melayani dan waktu tunggu yang cepat. Persepsi pasien dengan petugas untuk dimensi assurance terlihat ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada pertanyaan mengenai keramahan kesabaran kesopanan dan pemeriksaan sebelum menyerahkan resep. Persepsi Kepuasan pasien dengan petugas dari dimensi empaty tidak bermakna secara statistik kecuali untuk pertanyaan mengenai perhatian petugas secara individua, persepsi pasien lebih rendah dibandingkan persepsi petugas.
Dari hasil Fokus Grup Diskusi pada dua kelompok petugas terhadap komponen yang bermakna didapatkan hasil bahwa penyebab yang menjadi latar belakang perbedaan adalah perbedaan faktor individual petugas dan pasien , suasana lingkungan kerja ,beban kerja serta keterbatasan sarana dan kewenangan yang dimiliki.
Hasil Penelitian diatas dapat disarankan kepada Puskesmas Sarolangun perlu meningkatkan mutu layanan terutama pada aspek dimensi Responsiveness dan assurance, serta berusaha memecahkan masalah yang menjadi latar belakang penyebab perbedaan seperti hasil Fokus Grup Diskusi.

Sarolangun health center visits declined during the last 3 years. Initial survey of patient satisfaction results obtained for the quality of services provided by 40%. Meanwhile, according to officials they consider Sarolangun Health Center has provided good service and satisfying. For that we need to do research on the differences between patients with the officer's perception about the quality of services provided.
The results obtained among patients with the officer's perception of the tangible dimension is almost the same, except in the case of service procedures, patient perception of the average lo-wer than the perceptions of officers and this difference was statistically significant. The dimen-sions of reliability, the perception among patients with officers about the same, except in terms of explanation and information about the patient's disease clinic system adminisrasi patient's per ception of the average lower than the perceptions of officers and this difference was statistically significant. Patient's perception of the dimension of responsibility and the officers there was a statistically significant difference, especially questions about the speed of handling complaints officer, the officer always provide convenience when serving and waiting times are fast. Perceptions of patients with officers for assurance dimension appears there was a statistically significant difference on the question of patience, politeness and friendliness checks before handing the recipe. Patient satisfaction with the officer's perception of the dimension empaty not statistically significant except for the question regarding the officer's attention by individual, lower than the patient's perception of officers of perception.
From the results of Focus Group Discussions in two groups of workers against the significant components showed that the cause of the difference is the difference in background factors and the patient's individual officers, the atmosphere of work environment, workload and limited means and authority possessed.
The results of the above studies can be recommended to the Health Center Sarolangun need to improve the quality of services especially in the dimensions Responsivnes and assurance, as well as trying to solve a problem the background causes of differences such as the Focus Group Discussion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31314
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Afriyenti
"Tesis ini membahas hubungan antara persepsi dimensi kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien Askes di Puskesmas Sukasari di Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat adanya penurunan kunjungan pasien Askes pada tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain longitudinal. Teori yang digunakan untuk melihat dimensi kualitas adalah teori Cronin and Taylor (1992) yang terdiri dari lima variabel yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kualitas yang signifikan berhubungan dengan kepuasan adalah tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty dimana tangible adalah variabel dimensi kualitas yang paling kuat hubungannya dengan kepuasan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar puskesmas meningkatkan kenyamanan pasien dengan meningkatkan fasilitas yang ada, meningkatkan kedisiplinan jadwal pelayanan, meningkatkan kesigapan dokter dan perawat, serta meningkatkan keterampilan perawat. Dinas Kesehatan perlu upaya peningkatan pembinaan kedisiplinan dan meningkatkan pelayanan puskesmas Sukasari menjadi rawat inap serta PT Askes perlu upaya peningkatan pelayanan dengan memberikan informasi hak dan kewajiban peserta Askes dan memfasilitasi program-program pencegahan di puskesmas lain di Kota Tangerang.

This thesis explores the relationship between perceptions of the dimensions of quality of health care at the health center patient satisfaction Askes Sukasari Tangerang City. This research was conducted because researchers saw a decrease in patient visits in 2012 Askes. This study is an observational study with a longitudinal design. Theory that used to see the dimensions of quality is the theory of Cronin and Taylor (1992) which consists of five variables: tangible, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. The results showed that the quality dimension significantly related to satisfaction is tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible is the variable dimension quality where the most powerful relationship with satisfaction.
Based on this study, the researcher suggests the health center to improve their Askes patients? satisfaction through their Public Health Care Services by improving their facility, improving discipline in their service schedule, improving the responsiveness of the doctors and nurses, and improving the skills of their nurses. Based on this study, the researcher suggests the health center to improve their Askes patients? satisfaction through their Public Health Care Services by improving their facility, improving discipline in their service schedule, improving the responsiveness of the doctors and nurses, and improving the skills of their nurses. Health Department needs to increase efforts to prove service discipline and coaching clinic Sukasari be hospitalized. PT Askes need to improve services by providing information rights and obligations of participants and facilitate prevention programs in other health centers in the city of Tangerang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Sujana
"Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi puskesmas yang dilakukan secara menyeluruh dari ketiga aspek yaitu aspek program, aspek manajemen dan aspek mutu/kualitas pelayanan.
Dalam tesis ini, penilaian kinerja puskesmas hanya dilakukan pada kinerja 6 program pelayanan upaya kesehatan wajib puskesmas (basic six) yaitu 1) Pelayanan KIA/KB dengan 7 indikator kinerja, 2) Pelayanan Pengobatan dengan 2 indikator kinerja, 3) Pelayanan Perbaikan Gizi dengan 7 Indikator kinerja, 4) Pelayanan P3M dengan 8 indikator kinerja, 5) Pelayanan Kesehatan Lingkungan dengan 3 indikator kinerja, 6) Pelayanan Promosi Kesehatan dengan 4 indikator kinerja. Total indikator kinerja semuanya ada 31 indikator yang didasarkan pada indikator SPM Bidang Kesehatan.
Metodologi yang digunakan dalam Tesis ini adalah metode System Depelovment LM: Cycle (SDLC) yang terdiri dari : Perencanaan dan analysis sistem, design system, implementasi system dan perawatan system Sedangkan manajemen database menggunakan konsep Data Base Manajemen System (DBMS), dimana untuk menilai apakah hasil pengembangan system berjalan dengau baik, maka dilakukan uji coba prototype di Laboratorium Komputer Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Input data menggunakan laporan SP3 puskesmas berikut suplemennya dan diproses dengan menggunakan aplikasi program SI-PKP yang secara otomatis dapat menghasilkan output berupa informasi klasifikasi kinerja puskesmas yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. PKP pada Tesis ini hanya dilakukan terhadap 20 UPTD Puskesmas (50%) dari total 40 UPTD Puskesmas yang ada di Kabupaten Bogor dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 7 UPTD Puskesmas (35%) masuk klasifikasi Baik (warna hijau), 6 UPTD Puskesmas (30%) masuk kategori cukup (warm kuning) dan 7 UPTD Puskesmas (35%) masuk klasifikasi kurang (warna merah).
Informasi yang dihasilkan tersebut kiranya dapat dijadikan dasar bagi manajemen untuk intervensi program atau reward dan punishment. Manajemen masih perlu juga melakukan pengembangan system ini, sehingga betul-betul dapat diaplikasikan dan memenuhi kebutuhan system secara keseluruhan.

Performance Assessment at Primary Health Care (PKP) is an effort for doing assessment of job result or achievement at Primary Health Care which has been done by totally from three aspects including program, management and service quality aspect.
In this thesis, performance assessment at Primary Health Care is only done by performance of 6 service programs of nmndatory health effort at Primary Health Care (basic six) such as I) KIA/KB service by 7 performance indicators, 2) Medical service by 2 performance indicators, 3) Nutrition improvement by 7 performance indicators, 4) P3M service by 2 performance indicators, 5) Environment safety service by 8 performance indicators, 6) Health promotion service by 4 performance indicators. All of performance indicators are 31 indicators which based on indicator of service standard at Health Department.
Methodologies which are used in this Thesis are System Development Life Cycle (SDLC) consisting: Planning and analysis system, design system, implementation system and care system While database management used a Data Base Management System (DBMS) concept for assessing development result system has been run better, so it has been done by prototype test at Computer Laboratory of Public Health in Indonesia University.
Data Input used SP3 reports at Primary Health Care and their supplements and then they were processed by using SI-PKP program application of program which can spend output in the form of performance classification infomation at Primary Health Care which were presented in the form of tables and graphics. PKP on this thesis was only done to 20 UPTD at Primary Health Care (50%) from total of 40 UPTD at Primary Health Care in Bogor district by study result indicated that amount of 7 UPTD at Primary Health Care (35%) were a good classification (green color), 6 UPTD at Primary Health Care (30%) were medium category (yellow color) and 7 UPTD at Primary Health Care (35%) were less classification (red color).
From information above presumably can be made based on management for program intervention or reward and punishment. Management still needs to do this system development, so it can be implemented seriously and fulfill a requirement system as a whole.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33622
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Hudawi
"Penelitian ini bertujuan agar mengetahui pelaksanaan standar pelayannan minimal pada RSUD Kabupaten Bekasi bagian rawat inap dan hambatanhambatan yang terjadi dalam pelayanannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dari informan terpilih yang terkait dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di RSUD Kabupaten Bekasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi SOP khususnya pada rawat inap sudah terlihat kelengkapannya akan tetapi banyak tindakan yang tidak sesuai dengan SOP, sedangkan dari SDM memang suatu dilema rumah sakit pemerintah daerah yang kekurangan untuk tenaga ahlinya, dan dari segi sarana dan prasarana sudah cukup memadai, tetapi masih kurang dari sistem pemeliharaannya. Sehingga kesimpulannya, pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di RSUD Kabupaten Bekasi belum dilaksanakan secara maksimal, karena keadaan rumah sakit yang masih sedikit banyak mempunyai kelemahan dan kekurangan yaitu baik dari segi SOP, SDM, dan juga sarana dan prasarana.
Saran peneliti bagi RSUD Kabupaten Bekasi diharapkan dapat lebih bekerja sama dan melakukan koordinasi yang baik dengan pihak Pemerintah Daerah agar dapat dicarikan solusi yang terbaik, dan diharapkan RSUD Kabupaten Bekasi membuat SPM yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan RSUD Kabupaten Bekasi dan direvisi serta ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan.

This study aimed to know the implementation of minimum service standard in General Hospitals Kabupaten Bekasi installation of inpatient care and obstacles that occur in the implementation. This study uses a quality approach with conduct and depth interviews with selected informants involved in the implementation of Minimum Service Standard in General Hospitals Kabupaten Bekasi.
The results showed that in terms of the SOP specifically on the completeness of hospitalization would have seen but that a lot of action does not comply with the SOP, while the human resources is an issue that local government hospitals for lack of expertise, and in terms of facilities and infrastructure is adequate, but still less of system maintenance. So in summary, the implementation of Minimum Service Standards in General Hospitals Kabupaten Bekasi not optimally implemented, because the state hospital which is still a bit much to have weaknesses and shortcomings, namely in terms of SOP, Human Resources, and also the facilities and infrastructure.
Researchers suggest the General Hospitals Kabupaten Bekasi is expected to more work together and do a good coordination with the local governments in order to find the best solution, and hoped to make Minimum Service Standards in General Hospitals Kabupaten Bekasi appropriate to the circumstances and the ability of General Hospitals Kabupaten Bekasi and revised and improved gradually in accordance with the provisions of the Health Department.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T31021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sakdiah
"Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Kualitas pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik seperti pencahayaan. Tata pencahayaan dalam ruang di rumah sakit dapat mempengaruhi kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap dan disamping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya untuk melayani pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada karyawan di Rumah Sakit Ananda Bekasi pada ruangan pemeriksaan umum unit gawat darurat, ruangan farmasi A, ruangan pengambilan dan pemeriksaan sampel laboratorium, ruang pendaftaran dan pemeriksaan foto radiologi dan ruang meja kerja perawat cendana, cemara, sakura dan poli anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian diperoleh prevalensi keluhan subjektif kelelahan mata pada karyawan sebanyak 67 (74,4%), dengan Keluhan subjektif yang paling banyak dirasakan oleh karyawan adalah sakit kepala sebanyak 54,5% dan keluhan yang paling sedikit dirasakan adalah penglihatan rangkap sebanyak 6%.
Hasil pengukuran tingkat pencahayaan memperoleh Area kerja yang memenuhi syarat tingkat pencahayaan untuk lingkungan rumah sakit berdasarkan standar kepemenkes No. 1204/Menkes/X/2004 adalah Meja administrasi dan meja kerja pemeriksaan sampel di ruang laboratorium, Meja racik obat dan meja apoteker di instalasi farmasi A, Lemari Obat 5 dan meja kerja poli anak, sedangkan Area kerja yang tidak memenuhi syarat adalah meja pengambilan sampel dan tempat tidur pengambilan sampel di ruang laboratorium, meja pendaftaran, meja dokter dan pemeriksaan foto rontgen di ruang radiologi, meja paten, meja input data dan lemari obat satu sampai empat di instalasi farmasi A, meja kerja perawat cendana, cemara dan sakura, meja kerja perawat dan dokter serta tempat tidur pasien di ruang pemeriksaan umum radiologi. Terdapat beberapa hal yang dapat diberikan sebagai saran yaitu melakukan evaluasi terhadap sumber pencahayaan buatan untuk area kerja yang masih kurang tingkat pencahayaannya, menyusun program perawatan lampu, melakukan penyuluhan yang diperlukan untuk meningkatkan kesadaran karyawan, pemeriksaan mata sebelum kerja dan pemeriksaan mata berkala, peningkatan intensitas penerangan dalam ruang kerja dan pemantauan lingkungan kerja secara rutin dan enelitian lebih lanjut secara objektif terhadap keluhan kelelahan mata."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nhadira Nhestricia
"Monitoring kinerja pelayanan kesehatan pada umumnya sering kali dilakukan dengan metode self-report dengan pendekatan pada kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Asumsi tingginya penilaian self-report masih dipertanyakan validitasnya. Metode observasi diharapkan dapat memberikan gambaran pelaksanaan sistem pelayanan secara nyata.
Tujuan dari penelitian adalah diketahuinya gambaran pelayanan swamedikasi yang tepat berdasarkan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan metode pengukuran self-report dan observasi di Apotek Kimia Farma Jakarta dan Sekitarnya tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 24.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil pengukuran pelayanan swamedikasi oleh apoteker antara metode self-report dan observasi di Apotek Kimia Farma Jakarta dan sekitarnya tahun 2013.

Monitoring the performance of health care in general is often done using a self-report that approach to compliance officers of service standards.The validityof assumption of high self-report assessment still questionable. Observation method is expected to provide an overview of the implementation of the real service system.
The purpose of research is to know the proper description self-medication services based on standards of pharmacy servicesbetween self-report and observationmethod in Kimia Farma ApotekJakarta and surrounding 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 24.
The results showed that there were significant differences of measurement results of self-medication services by pharmacists between self-report and observation method in Kimia Farma Apotek Jakarta and surrounding 2013.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvani Syahrika
"ABSTRAK
Rumah Sakit YPK Mandiri Menteng merupakan rumah sakit yang mengedepankan
pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai pelayanan unggulannya. Kunjungan pasien
antenatal care di usia kehamilan >36 minggu pada tahun 2016 di Poliklinik
kebidanan dan kandungan Rumah Sakit YPK Mandiri cukup tinggi, namun angka
persalinan masih rendah dan belum pernah diteliti apa penyebabnya. Penelitian ini
adalah jenis penelitianstudi kasus dengan pendekatan kualitatif.Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara mendalam kepada pasien bersalin dan tidak bersalin di
Rumah Sakit YPK Mandiri serta informan yang merupakan triangulasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keputusan pasien memanfaatkan
pelayanan persalinan adalah karena pengalaman dan dokter, sedangkan faktor yang
berhubungan dengan keputusan pasien tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di
Rumah Sakit YPK Mandiri adalah keberadaan keluarga, jarak, dan tarif persalinan.
Bagian pemasaran perlu lebih mengoptimalkan media promosi yang sudah ada seperti
SMS, Banner, Flyer serta website rumah sakit terutama untuk mempromosikan
pelayanan unggulan, memberikan infromasi terbaru dan lengkap terkait produk atau
jasa layanan yang ditawarkan kepada pelanggan, serta menjalin kerjasama dengan
rekanan perusahaan atauHRD perusahaan yang berada disekitar wilayah Rumah Sakit
YPK melalui pemberian leaflet atau brosur guna memperluas jangkauan pemanfaatan
pelayanan di rumah sakit.

ABSTRACT
YPK Mandiri Hospital Menteng is a hospital that prioritizes mother and child health
services as its superior service. The visit of antenatal care patients at gestational age>
36 weeks in 2016 in obstetric clinics and YPK Mandiri Hospital content is quite high,
but the birth rate is still low and has not been studied what causes it. This research is
a case study research with a qualitative approach. Data collection was conducted
through in-depth interviews with maternity and unborn patients at YPK Mandiri
Hospital and informants who were triangulated. The results showed that most of the
patient's decision to utilize delivery service was due to experience and doctors, while
factors related to the decision of the patient did not utilize the delivery service at YPK
Mandiri Hospital were the existence of the family, distance, and delivery rates. The
marketing department needs to further optimize the existing promotional media such
as SMS, Banner, Flyer and hospital website, especially to promote superior services,
provide the latest and complete information related to the products or services offered
to customers, and establish cooperation with corporate partners or corporate HRD
Which is located around the area of YPK Hospital through the provision of leaflets or
brochures to expand the reach of utilization of services in the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Satria Wijaya
"ABSTRAK
BaliMed Karangasem Bali dengan Pendekatan Lean Tahun 2018
Proses pemulangan pasien rawat inap merupakan proses kompleks yang melibatkan banyak unit dalam pelaksanaannya. Pendekatan lean merupakan pendekatan terhadap proses yang menembus sekat antar unit dan dapat memberikan gambaran jelas pelaksanaan proses dari awal sampai akhir serta dapat memberikan pembenahan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis proses pemulangan pasien rawat inap BPJS Kesehatan naik kelas perawatan di Rumah Sakit BaliMed Karangasem dengan pendekatan lean. Hasil penelitian kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data observasi, telaah dokumen dan wawancara mendalam ini mendapatkan lama proses pemulangan pasien BPJS Kesehatan naik kelas perawatan mencapai 192,9 menit dengan kegiatan value added sebesar 29,6 % dan non value added sebesar 70,4% dengan 15 kegiatan yang merupakan waste. Usulan perbaikan yang dilakukan dengan pendekatan lean mampu meningkatkan persentase kegiatan value added menjadi 70,2 % dan menekan kegiatan non value added menjadi 29,8% serta merampingkan kegiatan proses pemulangan dari 21 kegiatan menjadi 15 kegiatan.

ABSTRACT
Karangasem Bali With Lean Approach in 2018
The discharge process of inpatients is a complex process that involves many units in its implementation. The lean approach is an approach to production processes that penetrate the boundaries between units and can provide a clear picture of the process from the beginning to the end and can provide improvements. This study was conducted to analyze the discharge process of inpatients BPJS Kesehatan upgrade class patients at BaliMed. Hospital Karangasem with a lean approach. The results of the qualitative research using observational data collection methods, document review and in-depth interviews received a long process of discharge process reaching 192.9 minutes with 29.6% value added activities and 70.4% non value added activity with 15 activities which are waste. The proposed improvements made with a lean approach were able to increase the percentage of value added activities to 70.2% and suppress non value added activities to 29.8% and streamline the return process activities from 21 activities to 15 activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Bona
"Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi Badan Narkotika Nasional merupakan satu unit treatment and rehabilitation yang baru, sesuai dengan perkembangan dari sebelumnya yang hanya merupakan tempat rehabilitasi sosial saja. Sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan dimana dengan terbentuknya unit gawat darurat yang relatif baru, maka dalam pelaksanaan sangat memerlukan suatu bentuk alur residen, alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures.
Dalam pembuatan alur pasien, alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures di unit gawat darurat Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi Badan Narkotika Nasional dilakukan suatu action research dengan analisis data kualitatif. Tahapan dimulai dengan rencana (plan) yang berisi langkah pertama adalah identifikasi keluaran yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu identifikasi keluaran internal dan identifikasi keluaran eksternal yang keduanya dikaitkan dengan kepuasan pelanggan, langkah kedua adalah gambaran proses saat ini yang berkaitan dengan alur residen maupun alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures. Langkah ketiga adalah pengukuran, yang diharapkan adanya suatu keluaran berbentuk daftar sebagai checklist di unit gawat darurat tersebut.
Serta langkah yang terakhir adalah analisa dan keseluruhan penelitian ini didapatkan dokumen yang dapat dipakai sebagai bahan pelaksanaan di unit gawat darurat, dan juga dilakukan suatu simulasi terhadap alur residen, alur administrasi dan keuangan serta pelaksanaan standard operating procedures
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya pengembangan manajemen mutu sistim pelayanan kedaruratan, dengan adanya pengembangan tersebut pelanggan baik internal maupun eksternal mempunyai kesan yang sama yaitu merasa nyaman. Memang kalau kita melihat alur pasien maupun alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures belum sepenuhnya terlaksana.
Daftar bacaan : 29 (1991-2003)

The Development of Quality Health Care Management Applied in Emergency Unit of Pamardi Siwi Rehabilitation Center of National Narcotics BoardPamardi Siwi Rehabilitation Center of National Narcotics Board is a new treatment and rehabilitation unit, developed from the original social rehabilitation unit. As a new health care facility with emergency unit, it needs residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure.
To produce residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure, an action research was conducted with qualitative data analysis. First step of producing the above flows and SOP was identification of output consisted of identification of internal and external outputs, both were related to client satisfaction. Second step was process description related to those flows. Third step was production of measurement in form of checklist of the emergency unit, The last step was analysis of overall study in form of document to be used as input for implementation in the emergency unit and simulation on residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure.
Conclusion of the study was the development of quality management of the emergency system. This development would allow both internal and external clients to have similar impression of comfortability. The residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure were not existed yet.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>