Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Prana
"Indonesia terus mendorong pengembangan energi terbarukan untuk meningkatkan kapasitas nasional menjadi 23 persen pada tahun 2025 dan 30 persen tahun 2050 sesuai dengan kebijakan energi nasional. Salah satu energi yang besar dimiliki dari tenaga angin biaya rata-rata globalnya terus menurun, namun pengembangannya masih sangat terbatas. Analisis teknis dilakukan pada 2 kandidat lokasi wind farm pada ketinggian 100 m, 120 m dan 135 m terhadap 3 turbin angin dengan kapasitas 3,4 MW, 4 MW dan 4,5 MW yang memiliki spesifikasi teknis berbeda, dengan total sebanyak 18 pengaturan. Hasil perhitungan nilai CF yang didapat antara 20%-40%. Hasil analisis finansial yang dilakukan terhadap perhitungan biaya dan finansial dengan discount rate yang berbeda terhadap Analisa teknis untuk mendapatkan energi angin yang sesuai pada 2 lokasi wind farm yang akan dibangun. Pengaturan terbaik wind farm adalah lokasi 1 yang menggunakan 45 unit turbin angin dengan kapasitas 4,5 MW atau setara dengan 202,5 MW dengan nilai CF 35,36% dan harga jual energi sebesar USD. 0,1115 per kWh. Perhitungan finansial dengan menggunakan discount rate berbeda menunjukkan AWCCreal menghasilkan harga jual yang lebih murah namun AWCCnominal memberikan waktu Kembali modal yang lebih cepat. Berdasarkan hasil penilaian berpasangan yang dilakukan oleh 4 para ahli dari akademis, pemerintah dan swasta menunjukkan prioritas paling penting adalah aspek finansial dengan nilai bobot 0,300. Hasil penelitian menunjukkan, dengan kajian teknis dan finansial yang dilakukan dan melakukan penilaian berpasangan dari para ahli akan mendapatkan lokasi terbaik

According to the national energy policy, Indonesia will continue to encourage the development of renewable energy to increase national capacity to 23 percent by 2025 and 30 percent by 2050. Wind power is one of the main energy sources, with global average costs continuing to decline, but development is still very limited. Technical analysis was carried out on two prospective windmill locations at a height of 100 m, 120 m, and 135 m using three wind turbines with capacities of 3.4 MW, 4 MW, and 4.5 MW as well as 18 different technical specifications. The CF values ​​obtained ranged from 20% to 40%. The results of financial analysis on costs and calculations with different discount rates on technical analysis to obtain suitable wind energy in two wind power plant locations. Location 1 is the best location for a windmill, with 45 wind turbines with a capacity of 4.5 MW or 202.5 MW equivalent, a CF value of 35.36 percent, and the cost of energy is about USD. 0.05202 per kWh. Financial calculations using various discount rates show that AWCCreal has a lower selling price, but AWCCnominal has a faster return on investment. Based on the results of a paired assessment conducted by 4 experts by academics, government, and the private sector, it shows that the most important priority is the financial aspect with a weighted value of 0.300. The results of the study show that technical and financial studies carried out and paired assessments from experts will get the best location"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsja Azhuri Kartadjoemena
"ABSTRAK
Melihat kondisi pasokan sumber energi yang semakin menurun, dan pemanasan global yang mengancam hajat hidup manusia, pengelolaan sumber daya energi baru dan terbarukan adalah sebuah keharusan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai Feed-In Tariff, yaitu kebijakan insentif fiskal untuk mendorong pengelolaan sumber daya EBT. Pengaturan feed-in tariff di Indonesia bandingkannya dengan pengaturan di Jerman dan Jepang. Berdasarkan penelitian ditemukan kendala-kendala dan praktek terbaik untuk perancangan kebijakan feed-in tariff di Indonesia.
ABSTRAK
With current energy supplies dwindling, and global warming threatening the entire human population, moving to renewable energies has become an imperative. This study attempts to analyze feed-in tariffs; a fiscal incentive policy scheme aimed at the promotion of renewable energy sources. After comparing and contrasting Indonesian, German and Japanese feed-in tariff policies, this study finds the current constraints and best practices for Indonesian feed-in tariff policy design."
2016
S64257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashadi
"Pada tesis ini dilakukan suatu studi untuk merumuskan tarif pembelian listrik tarif bagi kebijakan Feed-in Tariff untuk teknologi Photovoltaic di Indonesia. Penentuan tarif dilakukan berdasarkan prinsip Levelized Cost of Electricity generation (LCOE). Model perhitungan kemudian pada software Microsoft Excel. Solar PV Syatem yang akan dijadikan acuan model adalah tipe Grid-Connected PV System without Battery. Setelah model perhitungan dibuat, dilakukan pengumpulan data baik data international maupun lokal untuk kemudian dikalkulasikan ke dalam model dan didapatkan hasil akhir berupa rekomendasi tarif FIT, yaitu dalam range Rp. 1987 / kWh - Rp. 4503 / kWh. Hasil rekomendasi tarif FIT ini kemudian dibandingkan dengan tarif FIT dari berbagai negara di dunia. Selanjutnya dilakukan simulasi bila kebijakan FIT dengan tarif hasil perhitungan tersebut diimplementasikan. Analisa dan rekomendasi diberikan pada bagian akhir.

In this tesis, a study on the design of a electricity tariff for Feed-in Tariff policy for Photovoltaic technology in Indonesia has been done. Tariff is determined based on Levelized Cost of Electricity generation (LCOE) principle. A calculation model is established under Microsoft Excel software. A Grid-Connected PV System without Battery model is used for LCOE calculation. Next step was data collection from both international and local resources. Data was then fed into the model and the end product is the recommended FIT Tariff, which is in the range of Rp. 1987 / kWh - Rp. 4503 / kWh. This recommended FIT Tariff was then compared to FIT tariff from other country. Simulation is then being done under scenario that FIT policy is implemented using the recommended FIT Tariff. Analysis and recommendation is given by the end of paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30758
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djuang Marhendra
"Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan. Maka dibangunlah suatu konsep yaitu zero energy building, dimana tujuannya adalah mengurangi emisi karbon dengan memanfaatkan bioenergi. Penelitian dilakukan pada turbin gas bioenergi mikro proto-X2. Pengujian dilakukan dengan menguji tiga jenis bahan bakar yaitu solar, minyak jarak dan minyak sawit.
Hasilnya menunjukkan bahwa minyak jarak dan minyak sawit tidak dapat diaplikasikan dalam keadaan murni, sementara solar berhasil diaplikasikan. Kemudian unjuk kerja turbin gas dengan bahan bakar solar dianalisa. Hasil analisa menunjukkan bahwa putaran tertinggi yang dihasilkan solar adalah 38.693,5 [rpm] dengan suhu nyala adiabatik 2147,695 [°C]. Hasil ini akan dibandingkan dengan bahan bakar campuran pada penelitian selanjutnya.

Human need for energy have been increased year to year. One of an effort to satisfy this need is to take the advantage of renewable energy. Then the concept zero energy building was built due to this cause, where the aim is to reduce the carbon emission by utilizing bioenergy. The research has been done to Proto-X2 Micro Bioenergy Gas Turbine. The testing is done by using three kind of fuel like diesel, jatropha oil and palm oil.
The result shown that the jatropha oil and palm oil cannot be applied purely, while the diesel is successfully applied. Then, the performance of gas turbine with diesel fuel were analyzed. From the analyze we get that the highest speed was 38.693,5 [rpm] with adiabatic flame temperature 2147,695 [°C]. This result will be compared with the fuel blend on the next research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rumi Djalil
"Pemenuhan kebutuhan energi masyarakat sangat penting bagi tiap negara. Hal ini karena pemenuhan energi sangat berkaitan erat dengan perekonomian suatu negara. Indonesia selama ini cenderung menggantungkan pemenuhan sebagian besar energinya dari minyak bumi. Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005 telah memukul perekonomian Indonesia yang bergantung pada minyak bumi. Akibat dari keadaan tersebut membuat subsidi membengkak sehingga pemerintah terpaksa menaikkan harga Bahan Bakar Minyak. Pada sisi lain, produksi minyak Indonesia terus menurun dan konsumsi meningkat. Untuk mengatasi permasalahan ini di masa depan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Substansi dari Perpres ini adalah mendeversifikasi pemenuhan energi agar tidak lagi bergantung dari minyak bumi secara bertahap hingga tahun 2025. Salah satu sumber energi yang diharapkan dapat berperan adalah Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang diharapkan dapat memenuhi 5 persen dari kebutuhan energi nasional. Tulisan ini membahas mengenai upaya pemerintah dalam mengimplementasikan target biofuel dalam Perpres Kebijakan Energi Nasional. Tulisan ini memuat mengenai kebijakan-kebijakan yang telah diambil pemerintah baik yang mendukung maupun yang menghalangi implementasi Perpres tersebut terutama di bidang biofuel. Metode penelitian dalam tulisan ini dilakukan secara normatif yuridis dengan sifat penelitian yang deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder. Tulisan ini menemukan bahwa pemerintah telah cukup banyak membuat kebijakan yang mendukung implementasi pemanfaatan biofuel sesuai target dalam Perpres Kebijakan Energi Nasional. Akan tetapi, masih diperlukan berbagai perbaikan dan perubahan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah agar target Perpres dapat tercapai sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan.

Pemenuhan kebutuhan energi masyarakat sangat penting bagi tiap negara. Hal ini karena pemenuhan energi sangat berkaitan erat dengan perekonomian suatu negara. Indonesia selama ini cenderung menggantungkan pemenuhan sebagian besar energinya dari minyak bumi. Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005 telah memukul perekonomian Indonesia yang bergantung pada minyak bumi. Akibat dari keadaan tersebut membuat subsidi membengkak sehingga pemerintah terpaksa menaikkan harga Bahan Bakar Minyak. Pada sisi lain, produksi minyak Indonesia terus menurun dan konsumsi meningkat. Untuk mengatasi permasalahan ini di masa depan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Substansi dari Perpres ini adalah mendeversifikasi pemenuhan energi agar tidak lagi bergantung dari minyak bumi secara bertahap hingga tahun 2025. Salah satu sumber energi yang diharapkan dapat berperan adalah Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang diharapkan dapat memenuhi 5 persen dari kebutuhan energi nasional. Tulisan ini membahas mengenai upaya pemerintah dalam mengimplementasikan target biofuel dalam Perpres Kebijakan Energi Nasional. Tulisan ini memuat mengenai kebijakan-kebijakan yang telah diambil pemerintah baik yang mendukung maupun yang menghalangi implementasi Perpres tersebut terutama di bidang biofuel. Metode penelitian dalam tulisan ini dilakukan secara normatif yuridis dengan sifat penelitian yang deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder. Tulisan ini menemukan bahwa pemerintah telah cukup banyak membuat kebijakan yang mendukung implementasi pemanfaatan biofuel sesuai target dalam Perpres Kebijakan Energi Nasional. Akan tetapi, masih diperlukan berbagai perbaikan dan perubahan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah agar target Perpres dapat tercapai sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
S24648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dannya Maharani Putri Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek teknis dan ekonomi perencanaan green data center. Berdasarkan parameter downtime dan availibility sesuai standar TIA-942, skema green data center dengan konfigurasi PLN-PV-Baterai, mampu bersaing dengan data center konvensional, memanfaatkan energi matahari yang lebih ramah lingkungan dengan nilai NPC dan LCOE paling rendah, namun sistem ini andal terhadap gangguan listrik PLN. Hasil simulasi emisi, skema green data center menghasilkan emisi gas rumah kaca paling rendah. Dengan penetrasi RF pada skema ini, sebesar 49.5% untuk tier 1, tier 2 sebesar 50%, tier 3 sebesar 51.9% dan tier 4 sebesar 53%, berpengaruh secara signifikan mengurangi 49% emisi gas rumah kaca pada skema data center konvensional. Penghematan tagihan listrik PLN pada green data center yaitu rata-rata sebesar 52% pada masing masing tier menggunakan Permen ESDM No. 49 Tahun 2018. Sedangkan dengan Permen ESDM No. 26 Tahun 2021 dengan statusnya masih tertangguhkan, rata-rata penghematan dapat mencapai 55.7%.

This study aims to analyze the technical and economic aspects of green data center planning. Based on the downtime and availability parameters according to the TIA-942 standard, the green data center scheme with the PLN-PV-Battery configuration, is able to compete with conventional data centers, utilizing solar energy which is more environmentally friendly with the lowest NPC and LCOE values, but this system is reliable against PLN power failure. The emission simulation results show that the green data center scheme produces the lowest greenhouse gas emissions. With RF penetration in this scheme, 49.5% for tier 1, 50% for tier 2, 51.9% for tier 3 and 53% for tier 4, it significantly reduces 49% greenhouse gas emissions in conventional data center schemes. Savings on PLN electricity bills at the green data center is an average of 52% for each tier using the Minister of Energy and Mineral Resources No. 49 of 2018. Meanwhile, with the Minister of Energy and Mineral Resources No. 26 of 2021 with the status still pending, the average savings can reach 55.7%."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Myesha
"Di zaman modern ini, manusia telah mengembangkan kebutuhan mendasar akan listrik. Dalam Skenario Kebijakan yang Dinyatakan, permintaan listrik dunia meningkat dengan kecepatan 2,1% per tahun hingga tahun 2040, yang merupakan dua kali lipat tingkat permintaan energi primer. Hal ini meningkatkan persentase listrik dalam total konsumsi energi final dari 19% pada tahun 2018 menjadi 24% pada tahun 2040. Di negara-negara yang kuat secara ekonomi, konsumsi listrik diperkirakan akan meningkat dengan sangat cepat. Sayangnya, tantangan di Indonesia adalah permintaan listrik tumbuh lebih cepat daripada pasokannya. Kebijakan Energi Nasional (KEN) atau Kebijakan Energi Nasional memperkirakan tingkat elektrifikasi energi terbarukan sekitar 23% pada tahun 2025. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi surya sebagai sumber tenaga listrik utama, karena letak geografisnya yang berada di garis khatulistiwa. . Namun, jumlah ruang yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik tenaga surya ini harus dipertimbangkan. Di lingkungan perkotaan, dimungkinkan untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya di atap bangunan untuk meningkatkan kuantitas energi yang dapat diakses. Kajian ini dilakukan untuk mensimulasikan kemungkinan sistem PLTS terkoneksi jaringan rooftop pada gedung perkantoran Graha PDSI.

In these modern times, humans have developed a fundamental need for electricity. In the Stated Policies Scenario, the worldwide demand for electricity rises at a pace of 2.1% per year until 2040, which is double the rate of the demand for primary energy. This increases the percentage of electricity in total final energy consumption from 19% in 2018 to 24% in 2040. In economically powerful countries, electricity consumption is expected to increase at an especially rapid rate. The challenge in Indonesia, unfortunately, is that the demand for electricity has grown faster than the supply. The Kebijakan Energi Nasional (KEN) or National Energy Policy forecasts a renewable energy electrification rate of about 23% by 2025. Indonesia has a high potential to develop solar energy as its primary source of electrical power, due to its geographical location seated on the equator. However, the amount of space required for these solar power plants must be taken into consideration. In urban settings, it is possible to install solar power plants on the roof of a structure in order to increase the quantity of accessible energy. This study was conducted to simulate the possibility of a rooftop grid-connected solar power system on the Graha PDSI office building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerian Pratama
"Energi terbaharukan telah menjadi salah satu topik yang didiskusikan secara global. Energi angin menjadi salah satu yang paling banyak dimanfaatkan untuk menggantikan penggunakan bahan bakar fosil yang semakin hari semakin menipis. Proses membuat profil dari potensi energi angin yang baik sangat penting untuk mendapat prospek perkembangan energi angin dari suatu daerah dan mengurangi kemungkinan kegagalan dalam perkembangannya. Hal penting yang perlu dikaji adalah beban listrik secara local, menganalisis keadaan angin secara local, menganalisis distribusi dan probabilitas angina, serta mengetahui pemilihan spesifikasi turbin angin yang sesuai di pasaran. Tujuannya adalah untuk menjadi pengetahuan dasar untuk membuat profil energi dan potensi angin yang baik, khususnya di Waingapu, Sumba Timur.
Hasil dari menggunakan fenomena Wind Shear dikasus Waingapu, Sumba Timus menunjukkan hasil yang signifikan dari total biaya pembelian awal untuk mengakomodasi beban listrk di jam pertama setiap harinya terbagi kepada turbin angin dan generator diesel. Sebelum menggunakan ide yang diajukan, biaya tertinggi sebesar 952 Juta USD, dibandingkan dengan setelah menggunakan ide yang diajukan biaya turun menjadi 672 Juta USD yang setara dengan efisiensi biaya sebesar 29.40 . Sebelum menggunakan ide yang diajukan, biaya terendah adalah 19.8 Juta USD dibandingkan dengan setelah menggunakan ide yang diajukan biaya turub menjadi 11.2 Juta USD yang setara dengan efisiensi biaya sebesar 43.36.

Renewable and sustainable energy generation systems have become one of the most discussed topic globally. Wind energy become one of the most applied and utilize source of sustainable energy to replace the conventional usage of fossil fuel that is depleting as time goes on. Proper profiling of wind energy potential of any area around the globe is important in order to have the best prospecting site and reduce the chance of failure on the development of the site. The main concerns are to discuss the load of the locals, analyzing the wind condition of the local area, distribution and probability analysis and also to use the appropriate specification of available wind turbine. The goal is to be the basic knowledge guide in order to create an appropriate wind energy profiling and potentials, especially in Waingapu, East Sumba as the case of iconic island.
The result after applying wind shear phenomenon to the case of Waingapu East Sumba results in a significant increase on total initial purchasing cost of the first hourly load accommodation to wind turbine and diesel generator. Before the proposed idea, the most expensive cost is 952 Million USD compared to proposed idea it reduced to 672 Million USD with cost efficiency increased by 29.40 . Before the proposed idea, the cheapest cost is 19.8 Million USD compared to proposed idea it reduced to 11.2 Million USD with cost efficiency increased by 43.36.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rafianto
"Penelitian ini dilakukan analisa geospasial, tekno ekonomi terhadap potensi pengembangan produksi hydrogen hijau di Indonesia. dengan bahan sumber daya energi terbarukan khususnya dari energi matahari dan energi angin. Melalui pemodelan geospasial dengan memanfaatkan teknologi geographic information system (GIS), potensi teknis dari sumber daya alam di suatu wilayah dapat diidentifikasi secara visual. Area yang memadai untuk dikembangkan sebagai lokasi pembangkit energi terbarukan yang akan diintegrasikan dengan fasilitas produksi hydrogen hijau dapat diestimasi dari sisi kuantitas, lebih lanjut identifikasi ini dapat membantu dalam menilai kelayakan ekonomis terhadap pengembangan jenis sumber energi. Analisa terkait aspek teknis dilakukan melalui perhitungan estimasi energi yang dapat dihasilkan dari tenaga surya dan tenaga angin. Sedangkan analisa ekonomi dilakukan melalui estimasi nilai Levelized Cost of Energy (LCOE) dan Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) maupun perbandingan berdasarkan data penelitian yang telah ada. Penelitian berbasis pemodelan spasial dan tekno-ekonomis dinilai mampu memberi pandangan umum terkait potensi produksi hydrogen hijau dari energi terbarukan serta biaya produksinya dalam skala nasional, serta diharapkan dapat menjadi salah satu metodologi standar untuk diterapkan dalam memproyeksi pengembangan proyek produksi hydrogen hijau di masa mendatang. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pembangkit energi terbarukan berbasiskan energi matahari dan energi angin cukup potensial untuk dikembangkan secara nasional, dengan catatan pemilihan lokasi dilakukan dengan seksama untuk menghindari konflik terkait tata guna lahan. Meskipun demikian secara umum biaya produksi hydrogen saat ini dinilai masih cukup tinggi dibandingkan komoditas energi lainnya akibat faktor biaya produksi energi terbarukan serta biaya teknologi electrolysis yang relatif cukup tinggi, dibandingkan energi fosil. Pada akhirnya pengembangan industry hydrogen hijau secara nasional patut didukung dengan mempersiapkan infrastruktur penunjang baik berupa infrastruktur fisik maupun kebijakan yang berpihak terhadap industry terkait di sektor hulu maupun hilir.

This thesis presents a geospatial techno-economic analysis on the potential of low-cost and large-scale green hydrogen production in Indonesia. In this study, the potential of the hydrogen production using power feedstock sources from solar energy, wind power energy will be analysed. Utilizing geographic information system (GIS), a technical potential and economic assessment of hydrogen production can be visually depicted. The geospatial model visualizes the suitable areas potential for green hydrogen production sourcing from solar irradiation and wind energy system. The technical aspect of hydrogen potential is determined by the yield of the solar or wind system, based on currents knowledge of technologies. While the economic assessment is determined by the levelized cost of energy and hydrogen, LCOE and LCOH using cost input data. The research based on spatial modelling gives a general overview of the production price and potential-of green hydrogen generation from intermittent renewables sources on a national level. geospatial techno-economic analysis proves to be a suitable method to visualize the future hydrogen production development Our rough estimation shows that large-scale PV, wind farm integrated with hydrogen production potential could be potentially developed throughout the country. However, the economic scale may not be sufficient due to higher price of renewables electricity than current fossil fuel based of energy and high electrolyzer cost technology. Consequently, in order to support developing national green hydrogen strategies will require an integrated planning supported by dedicated infrastructure as well as right policy framework."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Priyambodho
"ABSTRAK
Listrik merupakan sumber energi primer masyarakat, dengan perkembangan ekonomi suatu wilayah maka pertumbuhan kebutuhan energi listrik akan meningkat sejalan dengan hal tersebut perlu dilakukan pembangunan pembangkit dan transmisi listrik yang terencana. Kalimantan Tengah merupakan wilayah indonesia yang memiliki sumber gas alam yang melimpah, dimana saat ini kondisi kelistrikan Kalimantan merupakan wilayah yang dapat dikatagorikan defisit listrik, serta pembangkit di Wilayah Kalimantan Tengah masih menggunakan pembangkit dengan bahan bakar diesel. Dengan meningkatnya kebutuhan listrik pada saat beban puncak dan tersedianya sumber gas alam di Kalimantan Tengah maka perencanaan pembangunan pembangkit bahan bakar gas harus dilakukan sejalan dengan program pemerintah dalam melakukan diversifikasi energi dari bahan bakar diesel menjadi bahan bakar gas. Tesis ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi terbaik yang dapat digunakan terhadap variasi pembebanan listrik dan menurunkan biaya pokok produksi di wilayah Kalimantan Tengah dengan melakukan perencanaan konfigurasi pembangkit dengan pembebanan yang bervariasi pada saat pembebanan base load dan peak load, pembangkit yang akan digunakan adalah pembangkit jenis Gas Turbin dan Gas Engine. Dengan konfigurasi pembangkit base Load sebesar 40 MW dan peak Load 300 MW dan total biaya pokok produksi mencapai 1.313,26 Rp/kWh dimana nilai tersebut masih dibawah biaya pembangkitan rata-rata PLN untuk PLTD mencapai 2,300 Rp/kWh dan PLTG mencapai 3,306,22 Rp/kWh serta masih di bawah BPP Kalselteng sebesar 1,655 Rp/kWh dan Kaltim sebesar 1,357 Rp/kWh.

ABSTRACT
Electricity is a primary energy source for the community, with the economic development of a Region, the electric energy growth will increase. In line with the electricity growth, it is necessary to construct power generation and electricity transmission with well development and planned. Central Kalimantan is one of the Indonesian region which has abundant natural gas resources, although the electricity condition of Kalimantan Region Could be categorized as deficit of electricity, and there are many Power Plants in Central Kalimantan region that still using diesel as a primary fuel. With the increasing demand for electricity during peak loads and the availability of natural gas in Central Kalimantan, planning for Power Plant construction using gas as fuel in line with the government program for energy diversify replace diesel fuel into gas fuel. This thesis aims to analysis best power plant configuration for variable power demand and to lower the Power Plants production cost in the region of Central Kalimantan by utilizing the natural gas resources in Central Kalimantan to meet the electricity needs at the time of base load and peak load condition, to utilize the limited resources of gas fuel, Power Plant configuration that used in this study is Gas Turbines and Gas Engine type. The best configuration to supply the electricity demand at 40 MW for baseload and at 300 MW for peak load, Total cost of production reached 1.313.26 Rp kWh this cost is still below the cost of generating PLN for PLTD that reached 2,300 Rp kWh and PLTG that reached 3,306,22 Rp kWh and levelized electricity generating cost for PLTGU still below cost electricity of Kalselteng at 1,655 Rp kWh and Kaltim at 1,357 Rp kWh."
2017
T47655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>