Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83930 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arrafi Paramadya Santosa
"Pendahuluan: Cyclin-dependent kinase inhibitor 1a (CDKN1A), atau p21, adalah protein yang terutama diatur oleh protein p53 dan memiliki peran penting sebagai pengatur siklus sel. Fungsinya dapat ditemukan dalam proses perbaikan struktur DNA yang rusak, induksi apoptosis, dan penghentian siklus sel. Berkaitan dengan kehamilan, p21 tampaknya diekspresikan dalam sel trofoblas plasenta serta memiliki peran dalam penuaan sel. Namun, data mengenai ekspresi protein p21 pada plasenta normal dan hubungannya dengan karakteristik ibu masih kurang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur ekspresi protein p21 pada plasenta normal dan menghubungkannya dengan karakteristik ibu untuk memberikan lebih banyak data mengenai masalah ini.
Metode: Jumlah jaringan plasenta normal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 22 sampel, semuanya di bawah usia gestasi 42 minggu dan usia ibu 37 tahun. SimpleStepⓇ Human P21 Elisa Kit digunakan dalam penelitian ini dan konsentrasi protein p21 dalam bentuk homogenat plasenta diukur secara kuantitatif dengan metode ELISA. Analisis statistik dari data yang dikumpulkan diproses dalam perangkat lunak IBM SPSS Statistics versi 20.0 dengan T-test independen dan Mann-Whitney test, uji normalitas Shapiro-Wilk, dan uji korelasi Pearson dan Spearman.
Hasil: Ekspresi protein p21 rata-rata 26,28 ± 19,42 pg/mg protein pada plasenta normal. Berdasarkan usia gestasi nilai rata-rata ≥ 40 minggu adalah 22,06 ± 10,43 pg/mg protein dan < 40 minggu adalah 28,69 ± 23,10 pg/mg protein beserta hasil uji korelasi menghasilkan r = -0,015 dan p = 0,948. Berdasarkan umur ibu nilai rata-rata ≥ 30 tahun adalah 24,35 ± 23,14 pg/mg protein dan < 30 tahun adalah 27,88 ± 16,60 pg/mg protein beserta hasil uji korelasi menghasilkan r = -0,213 dan p = 0,341.
Kesimpulan: Distribusi protein p21 ditemukan lebih tinggi pada usia kehamilan < 40 minggu dibandingkan ≥ 40 minggu. Distribusi juga lebih tinggi pada usia ibu < 30 tahun dibandingkan usia ≥ 30 tahun. Jika dibandingkan dengan plasenta preeklampsia, distribusinya lebih tinggi dibandingkan sampel plasenta normal. Uji korelasi mengenai perbandingan ekspresi p21 dengan usia gestasi dan usia ibu tidak menghasilkan korelasi. Namun perbedaan distribusi dapat dilihat pada data yang dikumpulkan.

Introduction: Cyclin-dependent kinase inhibitor 1a (CDKN1A), or p21, is a protein that is mainly regulated by the p53 protein and has an essential role as a cell-cycle regulator. Its functions can be found in the processes of damaged DNA structure reparation, apoptosis induction, and cell cycle arrest. In correlation to pregnancy, p21 seems to be expressed in the trophoblastic cells of the placenta as well as have a role in cell senescence. However, the data regarding p21 protein expression in the normal placenta and its relation to maternal characteristics is lacking. Thus, this research aims to quantify the expression of p21 protein in the normal placenta and correlate it with maternal characteristics to provide more data concerning this issue.
Methods: The amount of normal placental tissues used in this study were 22 samples, all below the gestational age of 42 weeks and the maternal age of 37 years old. SimpleStepⓇ Human P21 Elisa Kit was used in this study and the protein concentration of p21 in the form of placental homogenates was quantitively measured by ELISA method. Statistical analysis of the data gathered was processed in IBM SPSS Statistics software version 20.0 by using independent T-test and Mann-Whitney test, the normality test of Shapiro-Wilk, and the correlation tests of Pearson and Spearman.
Results: Expression of p21 protein was an average of 26.28 ± 19.42 pg/mg protein in the normal placenta. Based on gestational age the average value of ≥ 40 weeks was 22.06 ± 10.43 pg/mg protein and < 40 weeks was 28.69 ± 23.10 pg/mg protein along with the correlation test results of r = -0.015 and p = 0.948. According to maternal age the average value of ≥ 30 years old was 24.35 ± 23.14 pg/mg protein and < 30 years old was 27.88 ± 16.60 pg/mg protein along with the correlation test results of r = -0.213 and p = 0.341.
Conclusion: The p21 protein distribution is found higher in gestational age < 40 weeks than ≥ 40 weeks. Distribution is also higher in maternal age < 30 years old than ≥ 30 years old. When compared to preeclamptic placenta, the distribution is higher compared to normal placental samples. Correlation test regarding the comparison of p21 expression with gestational and maternal age resulted in no correlation, however the difference in distribution can be seen in the gathered data.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tracy Anabella
"Latar Belakang: Salah satu tanda klinis preeklampsia yang di hasilkan, yaitu proteinuria, dapat membahayakan perkembangan pertumbuhan janin karena peranan penting yang dimiliki oleh protein dalam perkembangan janin itu sendiri. Kehilangan protein yang terjadi pada ibu, diduga menyebabkan penurunan juga terhadap persediaan kadar protein plasenta.
Metode: Penelitian comparative cross-sectional ini dilakukan untuk membandingkan kadar protein plasenta total antara kehamilan normal dengan kehamilan preeklamsi. Subyek penelitian ini adalah sampel plasenta dari 3 kelompok kehamilan yang berbeda; kehamilan normal, preeklamsi awal < minggu ke-35 kehamilan , dan preeklamsi akhir minggu ke-35-40 kehamilan . Data dikumpulkan dengan mengukur kadar absorbansi protein plasenta total dari semua kelompok sampel, menggunakan spektrofotometer, dan kemudian di analisis menggunakan Anova.
Hasil: Kadar protein plasenta di ketiga kelompok menunjukan nilai; kehamilan normal; 0.343, preeclampsia awal; 0.357, dan preeclamsia akhir; 0.435. Persebaran data dari ketiga kelompok menunjukan hasil yang merata dengan nilai; kehamilan normal p=0.877 , preeklampsia akhir p=0.939 , dan preeklampsia awal p=0.771 . Analisis data yang menggunakan uji Anova, menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara tingkat protein total pada semua kelompok kehamilan p=0.535.
Konklusi: Dapat disimpulkan bahwa kadar protein total plasenta pada kondisi preeklampsi tidak menurun, mengindikasikan bahwa protein plasenta di jaga dengan baik oleh tubuh, walaupun dengan terjadi nya proteinuria. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Muhammad Alfian
"Salah satu organ yang paling penting selama kehamilan adalah plasenta yang berfungsi sebagai paru-paru, hati, dan ginjal bagi janin. Seperti yang diketahui, plasenta mampu menghasilkan glukosa dengan menggunakan salah satu enzim glukoneogenensis yaitu enzim Fosphoenolpyruvate Karboksikinase (PEPCK). Kehadiran enzim PEPCK dikaitkan dengan hipoksia yang merupakan indikasi suatu kondisi patologis dan komplikasi pada kehamilan. Dikarenakan masih kurangnya penelitian yang membahas PEPCK dan plasenta, penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi PEPCK pada plasenta normal. Ada 27 sampel plasenta yang dianalisis pada penelitian ini dengan menggunakan sandwich ELISA, untuk mengukur konsentrasi PEPCK. Prinsip sandwich ELISA adalah dengan menggunakan dua antibodi untuk mengidentifikasi antigen PEPCK. Hasil akhir dari percobaan sandwich ELISA diukur menggunakan microplate reader pada 450 nm untuk menentukan konsentrasi protein dan dibagi dengan total konsentrasi protein untuk mendapatkan hasil konsentrasi PEPCK dalam ng/mg protein. Nilai median konsentrasi PEPCK dari 27 sampel plasenta adalah 1.552 ng/mg protein (p<0.05) dengan nilai minimal 0.741 dan nilai maksimum 8.832 ng/mg protein. Hasil dari masing-masing sampel juga diklasifikasikan ke dalam empat kelompok berdasarkan karakteristik mereka yang merupakan berat lahir bayi, graviditas ibu, usia kehamilan, dan usia ibu. Konsentrasi PEPCK yang diukur memiliki median sebesar 1.552 ng/mg protein. Konsentrasi PEPCK ditemukan lebih tinggi pada kelompok usia ibu ≥35 tahun, berat lahir bayi <3000 gram, post-term kelahiran, dan primigravida. Nilai PEPCK dari plasenta bisa digunakan sebagai rujukan untuk kondisi patologis pada kehamilan.

he placenta, one of the most vital organs in pregnancy, is found to be able to produce glucose by using Phosphoenolpyruvate Carboxykinase(PEPCK) enzyme, one of the gluconeogenesis enzymes. The presence of PEPCK is associated with hypoxia, an indication of pregnancy complications. Due to the limited data discussing PEPCK and placenta, this research aims to measure the concentration of PEPCK in the normal placenta. This research uses sandwich ELISA to measure PEPCK concentration of 27 samples. Its principle is by using two antibodies to identify PEPCK antigen. The end result of the experiment is measured using microplate reader at 450 nm to determine the protein concentration and divided by the total protein concentration to get a result in ng/mg protein. The median of measured PEPCK concentration is 1.552 (p<0.05) with a minimum of 0.741 and a maximum of 8.832 ng/mg protein. The results are also classified into four groups based on their characteristics which are the birth weight of the baby, gravidity of the mother, term of pregnancy (gestational age), and maternal age. PEPCK concentration has a median of 1.552 ng/mg protein. PEPCK concentration is found to be higher in ≥35 years old maternal age, <3000 gram birth weight, post term delivery, and primigravida samples. This result can be used as a comparable data for pathological conditions in pregnancies."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
LP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ekawati
"Pendahuluan: Hipoksia plasenta pada bayi prematur menyebabkan stres oksidatif yang merusak protein penaut endotel kapiler plasenta. Kerusakan pada kapiler plasenta diharapkan dapat menggambarkan perubahan permeabiltas kapiler otak yang menyebabkan perdarahan intraventrikel.
Metode: Penelitian observasional potong lintang terhadap 58 sampel plasenta bayi prematur. Hipoksia dinilai dari saturasi vena umbilikal, respon jaringan terhadap hipoksia dari kadar HIF-1α, stres oksidatif dari kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH). Integritas lapisan endotel dinilai dengan histomorfologi, ekspresi protein N-kaderin dan okludin dengan imunohistokimia, Glial fibrillary acidic protein (GFAP) sebagai petanda kerusakan perivaskular astrosit dan perdarahan intraventrikel dinilai dengan ultrasonografi kepala.
Hasil: Kadar HIF-1α lebih tinggi tidak bermakna pada kelompok hipoksia dibandingkan kelompok non hipoksia (uji t tidak berpasangan, p = 0,122); Kadar MDA jaringan plasenta lebih tinggi tidak bermakna sedangkan GSH lebih rendah tidak bermakna (Mann Whitney, p = 0,414 dan p = 0,810). Gambaran histomorfologi lebih tidak utuh tidak bermakna (Chi-square, p = 0,066), sedangkan ekspresi N-kaderin dan okludin lebih rendah bermakna (Chi-square, p = 0,001). Kadar GFAP serum lebih tinggi bermakna (Mann Whitney, p = 0,05). Korelasi tidak bermakna antara ekspresi N-kaderin dan okludin dengan perdarahan intraventrikel (Spearman?s rho, p = 0,869 dan p = 0,341).
Kesimpulan: Hipoksia pada plasenta menyebabkan perubahan ekspresi protein penaut endotel kapiler plasenta, secara molekuler sudah menyebabkan perubahan permeabilitas lapisan endotel kapiler plasenta tetapi secara struktural belum. Perubahan ekspresi protein penaut endotel kapiler plasenta tidak berhubungan dengan perdarahan intraventrikel.

Introduction: Plasental hypoxia in premature infants causes oxidative stress which inflicts damage to endothelial protein junction of placental capillary. It is expected that damaged of placental capillary can demonstate permeability changes in brain capillary that can cause intraventricular hemorrage.
Method:.a cross sectional observational study conducted on 58 placenta of premature infants. Hypoxia is determined by umbilical venous saturation. Tissue response to hypoxia determined by the level of HIF-1α, stress oxidative by the level of malondialdehide (MDA) and glutation (GSH). Endothelial layer integtrity by histomorfologi overview, N-cadherine and occludin by immunohistochemistry. Glial fibrillary acidic protein (GFAP) as perivascular astrocyte disruption marker and intraventricular hemorrhage carried by head ultrasound.
Result: The levels of HIF-1α was not significantly higher in hypoxia group compared to non hypoxia group (unpaired t test, p = 0,122); The level of placental MDA was not significantly hingher while GSH was not significantly lower (Mann Whitney, p = 0,414 and p = 0,810). Histomorpological overview was not significantly not intact (Chi-square, p = 0,066), while the expression of N-cadherine and occludin were significantly lower (Chi-square = 0,001). There was not significant correlation between protein junction expression with intravenrticular hemorrhage (Spearman?s rho, p = 0,869 and p = 0,341).
Conclution: Hypoxia causes lower expression of N-cadherin and occludin, moleculary it cause placental endothelial capillary permeability but structurally it does not. Protein expression changes does not correlate with intraventricular hemorrhage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Dwi Septiawan
"[Pendahuluan: Proses karsinogenesis adenokarsinoma prostat terjadi akibat disregulasi kadar zinc dalam sel. Molekul zinc intrasel berperan dalam metabolisme aerob mitokondria dan induksi apoptosis. Penyerapan zinc diatur oleh protein ZIP1, berperan meningkatkan kandungan zinc sitoplasmik intrasel dengan membawa zinc dari cairan ekstrasel. Kadar zinc yang tinggi dan ekspresi protein ZIP1 banyak ditemukan pada epitel prostat normal, sedangkan pada kanker prostat ditemukan sedikit atau tidak ada ekspresi protein ZIP1. Penurunan ekspresi ZIP1 diduga dapat menghambat apoptosis, serta memacu perkembangan adenokarsinoma prostat. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi ekspresi protein ZIP1 dan Caspase- 3 pada jaringan adenokarsinoma prostat berdasarkan Gleason score yang berbeda. Metode: Desain studi analitik retrospektif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian ini adalah 31 sediaan blok parafin adenokarsinoma prostat yang memenuhi kriteria inklusi. Sediaan dipulas menggunakan teknik imunohistokimia untuk mengetahui ekspresi protein ZIP1 dan caspase-3. Ekspresi protein pada pulasan slide dihitung menggunakan program imageJ. Gleason score sebagai data sekunder yang didapatkan dari laporan kasus. Korelasi ekspresi kedua protein berdasarkan Gleason score dianalisis dengan uji korelasi Pearson menggunakan SPSS 11.5. Hasil: Rerata positivitas ekspresi ZIP1 pada adenokarsinoma prostate adalah 35% dan rerata positivitas caspase-3 adalah 33%. Terdapat korelasi positif bermakna antara ekspresi ZIP1 dan caspase-3 (r = 0.379 , p = 0,018). Terdapat korelasi positif antara ekspresi ZIP1 dan caspase-3 pada kelompok intermediate grade (r = 0.73, p = 0.01) dan korelasi lemah tidak bermakna pada kelompok high grade (r = 0.04, p = 0.48). Kesimpulan: Terdapat korelasi positif antara ekspresi ZIP1 dan ekspresi caspase- 3 pada adenokarsinoma prostat.

, Introduction: Carcinogenesis of adenocarcinoma of the prostate occurs due to dysregulation of zinc level within the cells. Intracellular zinc molecules contributes to mitochondrial aerobic metabolism. Its influx is regulated by a transporter protein ZIP1, whose non-presence is predicted to inhibit apoptosis, thus leads to the development of prostate adenocarcinoma. This study was aimed to analyze the correlation of ZIP1 and Caspase-3 expression in prostate adenocarcinoma with respect to its grading as represented by Gleason Score. Methods: This was a cross-sectional, retrospective analytical study on 31 formalyn-fixed, paraffin-embedded tissue that meet inclusion criteria. The specimen was stained using immunohistochemical technique for ZIP1 and Caspase-3. Protein expression of each case were counted using ImageJ analysis. Gleason score were acquired as secondary data from the cases’ reports. The correlation of their expression with respect of Gleason score were analyzed with Pearson’s correlation using SPSS 11.5.
Results: Mean expression level of ZIP1 and Caspase-3 in prostate adenocarcinoma were 35% and 33%, respectively. There was a significantly positive correlation between ZIP1 and Caspase-3 expression (r=0.379; p=0.018). However, their correlation was stronger in intermediate-grade group (r=0.73; p=0.01) and the correlation was much weaker in high-grade group (r=0.04; p=0.48).
Conclusion: There was a positive correlation between ZIP1 and caspase-3 expression in adenocarcinoma prostate.]
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ima Magisma
"Selama ini pengobatan kanker serviks hanya menggunakan vaksin profilaktik yang bersifat preventif. Pengembangan vaksin terapeutik yang bersifat kuratif perlu dilakukan untuk penderita yang berada dalam tahap terinfeksi HPV-16 pra-kanker dan kanker. Akan tetapi, efektifitas dan keamanan kandidat vaksin terapeutik perlu diuji terlebih dahulu dengan uji interaksi onkoprotein E6 dengan protein penekan tumor p53. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah melakukan ekspresi protein p53. Protein p53 merupakan salah satu komponen sistem pendeteksi interaksi antigen E6 dengan p53. Ekspresi p53 menggunakan sel E. coli transforman dilakukan dengan pemberian induksi IPTG 1 mM selama 4 jam. Plasmid rekombinan pQE-80L_p53 mampu mengekspresikan protein p53 di dalam sel E. coli BL21 cp dengan berat molekul 54 KDa. Hasil western blotting menunjukkan sebuah pita berukuran 54 KDa yang sesuai dengan berat protein p53.

Over the last few years, cervix medication depends only on prophylactic vaccination. The development of therapeutic vaccination needs to be improved in order to treat HPV 16 infected patients. However, vaccines safety needs to be tested by examining interaction between E6 oncoprotein and p53 tumour suppressor protein. Therefore, p53 protein needs to be expressed as one of the system components. pQE 80L recombinant plasmid is capable to express p53 6xhis tagged using E. coli BL21 Codon Plus as a cell host. Western blot result showed that 4 hours of 1 mM IPTG induction produced a single band with the size of 54 kDa.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faruqi
"Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir, preeklampsia masih menjadi penyebab angka kematian yang tinggi pada kehamilan. Terutama pada preeklampsia onset dini, perkembangan plasenta dan janin mengalami dampak yang signifikan bagi kelangsungan ibu dan bayi. Kemunculan preeklampsia onset dini sangat erat kaitannya terhadap ekspresi gen-gen secara abnormal yang memicu munculnya berbagai teori patofisiologis dan patogensis preeklampsia. Salah satu gen yang memiliki relasi terhadap preeklampsia ialah gen CASP3 yang berfungsi pada proses apoptosis sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur ekspresi relatif dari gen CASP3 pada preeklampsia onset dini dan kehamilan normal.
Metode Penelitian ini merupakan studi observational dengan desain case-control yang dilakukan melalui metode RT-PCR pada sampel tersimpan di Laboratorium milik Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI yang telah diisolasi. Sampel penelitian melibatkan 31 pasien dengan preeklampsia onset dini dan 31 pasien dengan kehamilan normal. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS versi 20.
Hasil Rata-rata ekspresi relatif gen CASP3 pada kehamilan normal dengan menggunakan perhitungan Livak ialah 1.78220±0.319751. Sementara, rata-rata ekspresi relatif gen CASP3 pada preeklampsia onset dini dengan menggunakan rumus yang sama ialah 2.18033±0.311095.
Kesimpulan Ekspresi gen CASP3 pada preeklampsia onset dini menunjukkan 1,22 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan kehamilan normal, namun tidak signifikan secara statistik

Introduction In recent years, preeclampsia is still a cause of high mortality in pregnancy. Especially in early-onset preeclampsia, the development of the placenta and fetus has a significant impact on the mother and baby survival. The emergence of early-onset preeclampsia is closely related to the expression of abnormal genes that trigger the emergence of various pathophysiological and pathological theories of preeclampsia. One of the genes that has a relationship with preeclampsia is the CASP3 gene which functions in the process of cell apoptosis. This study aimed to measure the relative expression of the CASP3 gene in early-onset preeclampsia and normal pregnancy.
Methods This research is an observational study with a case-control design carried out using the RT-PCR method on isolated samples stored in the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology FMUI. The study sample included 31 patients with early onset preeclampsia and 31 patients with normal pregnancies. Data were analyzed using IBM SPSS version 20.
Results The average relative expression of the CASP3 gene in normal pregnancy using Livak calculation was 1.78220±0.319751. Meanwhile, the average relative expression of the CASP3 gene in early-onset preeclampsia using the same formula was 2.18033±0.311095.
Conclusion CASP3 gene expression in early-onset preeclampsia was 1.22 times higher than the normal pregnancy group, but statistically insignificant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Shafa Andiana
"Pendahuluan Adanya hipertensi pada kehamilan yang diinduksi oleh preeklampsia merupakan salah satu alasan yang menyebabkan kenaikan angka kematian ibu hamil di Indonesia. Penyebab preeklampsia masih berkembang, tetapi satu gagasan menyiratkan bahwa iskemia plasenta hadir karena akumulasi stres oksidatif selama trimester terakhir kehamilan, sehingga menyebabkan hipoksia persisten. Salah satu faktor akumulasi stres oksidatif diinduksi oleh peningkatan FOXO-3. Tujuan dari penelitian observasional menggunakan desain potong lintang ini adalah untuk melihat bagaimana gen FOXO-3 mempengaruhi stres oksidatif pada plasenta normal dan pada preeklampsia onset dini (EOPE). Metode Dalam penelitian desain potong lintang ini, sampel terdiri dari 31 plasenta kehamilan normal dan 31 plasenta EOPE. RT-PCR digunakan untuk menentukan ekspresi relatif dari FOXO-3 mRNA. Hasil Antara kelompok normal dan EOPE, ekspresi relatif FOXO-3 mRNA menunjukkan ekspresi yang sama dengan normal dengan distribusi homogen antara dua kelompok, p>0.05. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa ekspresi FOXO-3 pada jaringan plasenta preeklampsia onset dini lebih besar dibandingkan pada kehamilan aterm normal berdasarkan percobaan. Namun, hasilnya tidak signifikan secara statistik.

Introduction The presence of hypertension in pregnancy induced by preeclampsia is amongst the causative reason of increased maternal mortality in Indonesia. The preeclampsia etiology is still developing, but one idea implies that placental ischemia is present due to the oxidative stress accumulation during the last trimester of gestation, hence leading to persistent hypoxia. One of the factors of oxidative stress accumulation is induced by the increase of FOXO-3. The goal of this observational study using casecontrol design is to look at how the FOXO-3 gene affects oxidative stress in the normal placenta and in early onset preeclampsia (EOPE). Methods The sample consisted of 31 normal pregnancy placentas and 31 EOPE placentas in this case control research. The relative expression of FOXO-3 mRNA was determined using RT-PCR. Results Between the normal and EOPE groups, there are no differences in the relative expression of FOXO-3 mRNA in preeclamptic when being compared to normal with a homogenic distribution between two groups, p>0.05. Conclusion To conclude, the FOXO-3 expression in early onset preeclamptic placental tissue is greater than in normal term pregnancy based on the experiment. However, the result were insignificant in a statistical manner."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Andrian
"Kolonisasi Bifidobacterium merupakan bakteri komensal yang baik untuk perkembangan dan kolonisasi awal mikrobiota janin. Jumlah Bifidobacterium dapat dipengaruhi oleh asupan protein ibu selama hamil. Penelitian potong lintang ini dilakukan di seluruh puskesmas kecamatan di Jakarta Timur mulai bulan Februari hingga April 2015 dengan subjek ibu hamil berusia 19 - 44 tahun dan usia kehamilan 32 - 37 minggu. Data asupan protein didapatkan dengan metode 2-day repeated 24 hour food recall, selain itu dinilai juga rasio asupan nabati- hewani menggunakan metode semi quantitative - food frequency questionnaire (SQ-FFQ). Analisis feses dilakukan pada 52 subjek menggunakan metode real time-polymerase chain reaction (rPCR). Hasil penelitian ini memperlihatkan terdapat korelasi positif lemah tidak bermakna antara asupan protein dengan jumlah Bifidobacterium (r = 0,132, p >0,05), sehingga penelitian ini belum dapat membuktikan adanya korelasi antara asupan protein dengan jumlah Bifidobacterium pada ibu hamil trimester ketiga.

Bifidobacterium is a commensal bacteria that are beneficial for the development and early colonization of microbiota on fetus. The amount of Bifidobacterium can be influenced by maternal protein intake during pregnancy. A cross-sectional study had been conducted in all primary health care in East Jakarta Subdistrict, from February to April 2015. Subjects of the study were pregnant women aged 19-44 years old and gestational age 32-37 weeks. The quantity of protein intake was obtained by 2-day repeated 24 hour food recall method, moreover, the study also assessed the intake of vegetable-animal ratio by semiquantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ) method. Stool analysis was conducted on 52 subjects using real-time polymerase chain reaction (rPCR). The result of the study showed a poor positive correlation between protein intake with the amount of Bifidobacterium (R = 0.132, p >0.05).This study has not showed any significant correlation between protein intake with the amount of Bifidobacterium in the third trimester of pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T633878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salinah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker endometrioid merupakan keganasan ginekologi yang sering terjadi pada wanita. Hewan coba kanker endometrioid dengan karakteristik yang sesuai manusia diperlukan untuk memahami karsinogenesis secara molekular dan pengembangan terapi baru. p16INK4amerupakan gen supresor tumor yang ekspresinya menurun pada kanker endometrioid dan memiliki nilai prognostik. Ekspresi protein ini pada hewan coba diteliti untuk menilai kesesuaian dengan kanker endometrioid pada manusiaMetode: 15 blok parafin yang terdiri dari 5 jaringan uterus tikus normal, 5 jaringan uterus hiperlasia atipia dan 5 jaringan kanker endometrioid dilakukan pulasan imunohistokimia dan dinilai intesitas ekspresi p16INK4a dengan IHC profiler Image-J.Hasil dan Diskusi:Skor ekspresi p16INK4a meningkat bermakna pada kelompok hiperplasia dibandingkan dengan ekspresi pada kelompok normal p = 0,003 dan menurun bermakna pada kelompok kanker endometrioid dibandingkan kelompok normal p = 0,01 . Ekspresi berlebihan dari gen supresor tumor pada kelompok hiperplasia dapat merupakan salah satu mekanisme sel untuk mengurangi peningkatan proliferasi.Kesimpulan: Ekspresi tertinggi p16INK4a ditemukan pada hiperplasia endometrium dan menunjukkan ekspresi menurun hingga negatif pada kanker endometrioid yang sesuai dengan gambaran ekspresi pada manusia.

ABSTRACT
BackgroundEndometrioid cancer is one of the most common cancer in female. Animal model that representative to human endometrioid cancer is needed to develop new therapy and understanding molecular carcinogenesis. Decrease expression of p16INK4a, a tumor suppressor gene, is found in endometrioid cancer and has prognostic value. Expression of this protein in animal model was studied to evaluate its similarity with human endometrioid cancer.Method15 paraffin blocks of rat consist of 5 normal uterine tissues, 5 atypical hyperplasia of uterine tissues, and 5 endometrioid cancer tissues were stained for immunohistochemistry analysis of p16INK4a expression by using IHC profiler Image J software.Result and DiscussionExpression score of p16INK4a was significantly increase in hyperplasia group compared to normal group p 0,003 and decrease significantly in endometrioid cancer group compared to normal group p 0,01 . Excessive expression of p16INK4a in hyperplasia group is one of cells mechanism to reduce proliferation activity.ConclusionHighest expression of p16INK4a was found in hyperplasia group and decrease to negative expression in endometrioid cancer group. These patterns was similar to human endometrioid cancer."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>