Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baiq Fitria Frisma Lita
"Abstrak merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan Latar belakang: Pada anak usia muda, kejadian HIV/AIDS didominasi oleh transmisi maternal baik saat kehamilan, persalinan ataupun menyusui. Kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS mengalami peningkatan akibat infeksi. Anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar masih bergantung pada orang tua atau pengasuh mereka termasuk dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman pengasuh dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS. Metode dan subjek: Penelitain ini menggunakan desain kualitatif dengan wawancara semi terstruktur. Informan dalam penelitian ini adalah 10 orang pengasuh anak dengan HIV/AIDS. Penelitian dilakukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan wawancara tatap muka dan online. Hasil: Penelitian ini menghasilkan empat tema yaitu: 1) berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampuan ekonomi, 2) menyesuaikan dengan kondisi atau karakteristik anak dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya, 3) menghadapi kesulitan pemenuhan kebutuhan nutrisi anak saat anak sakit dan 4) ada dukungan berupa perhatian dan informasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak. Kesimpulan: Penelitian ini menghasilkan 4 tema sebagai gambaran bagaimana pengalaman pengasuh dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS. Gambaran tersebut dapat menjadi refleksi bersama bagi pelayanan terpadu HIV/AIDS yang melibatkan multi disiplin agar dapat memperhatikan aspek kebutuhan nutrisi anak dengan HIV/AIDS sesuai rekomendasi

Background: The incident of HIV/AIDS in young children is dominated by maternal transmission during pregnancy, childbirth or breastfeeding. The nutritional needs of children with HIV/AIDS have increased due to infection. Children in meeting basic needs still depend on their parents or caregivers, including inmeeting nutritional needs. Aims: This study aims to determine how caregivers experience in meeting the nutritional needs of children with HIV/AIDS. Methods and subjects: This study used a qualitative design with semi-structured interviews. The informants in this study were 10 caregivers of children with HIV/AIDS. The research was conducted in Lombok, West Nusa Tenggara with face-to-face and online interviews. Result: This study resulted in four themes, i.e.: 1) trying to meet nutritional needs according to economic ability, 2) adjusting to the conditions or characteristics of children in fulfilling their nutritional needs, 3) facing difficulties in meeting children's nutritional needs when the child is sick and 4) there is support in the form of attention and information. in meeting the nutritional needs of children. Conclusion: This study produces 4 themes which describe how caregivers experience in meeting the nutritional needs of children with HIV/AIDS. This description can be a shared reflection for integrated HIV/AIDS services that involve multi-disciplines in order to pay attention to the nutritional needs of children with HIV/AIDS according to the recommendations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmiati Dwi Rohanawati
"ABSTRAK
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini difokuskan pada siklus kehidupan dimulai
dari hamil sampai dengan lansia yang dikenal dengan Continuum of Care. Pada
pelaksanaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2018 disepakati tiga upaya
kesehatan di antaranya adalah penangan tuberkulosis, pencegahan stunting, dan
imunisasi. Ada beberapa faktor yang saling berhubungan dengan kejadian stunting salah
satunya adalah faktor kesehatan gigi dan mulut pada balita. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui analisis kejadian karies white spot dan hubungannya dengan
status gizi di puskesmas purwadadi kabupaten ciamis 2019. Penelitian menggunakan
metode mixed methods dengan disain Cross secsional dan eksplenatory yang didahului
analisis data kuantitatif pada 36 balita dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam
kepada informan. Variabel independen penelitian yaitu umur balita, jenis kelamin,
asupan asi eklusif, susu formula, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan sarana fasilita. Variabel kovariat
yaitu karies white spot dan variabel dependen yaitu status gizi balita. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian karies white spot pada balita
yaitu umur dan konsumsi susu formula. Tidak Ada hubungan antara karies white spot
dengan status gizi pada balita. Namun, faktor risiko balita dengan karies white spot
mempunyai peluang 1,12 kali mengalami status gizi tidak normal. Dari hasil wawancara
menyatakan bahwa setiap kasus yang terjadi di lapangan diwajibkan melapor dan
berkoordinasi antar petugas untuk tindakan selanjutnya. Pemberian edukasi secara
konseling dilakukan secara berkesinambungan.

ABSTRACT
Health development in Indonesia is currently focused on the life cycle starting from
pregnancy to the elderly, known as Continuum of Care. At the implementation of the
National Health Work Meeting in 2018 it was agreed that three health efforts included
tuberculosis treatment, stunting prevention, and immunization. There are several factors
that are interrelated with the incidence of stunting, one of which is dental and oral health
factors in infants. The purpose of this study was to determine the analysis of the
incidence of white spot caries and their relationship with nutritional status in Purwad
Puskesmas in Ciamis District 2019. The study used mixed methods with cross-sectional
and explanatory designs which were preceded by quantitative data analysis in 36 infants
and continued with in-depth interviews with informants . The independent variables of
the research are toddler age, sex, exclusive breastfeeding, formula milk, mother's age,
mother's education, mother's occupation, family income, maintenance of dental and oral
health, and facility facilities. The covariate variable is white spot caries and the
dependent variable is the toddler's nutritional status. The results of this study stated that
the factors that influence the incidence of white spot caries in infants are age and
consumption of formula milk. There is no relationship between white spot caries and
nutritional status in infants. However, risk factors for infants with white spot caries have
a 1.12 times chance of experiencing abnormal nutritional status. The results of the
interviews stated that each case that occurred in the field was required to report and
coordinate between officers for further action. The provision of counseling education is
carried out on an ongoing basis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati
"Perilaku gizi seimbang merupakan praktik pemberian aneka ragam makanan balita dengan menyertakan prinsip perilaku hidup bersih, aktifitas fisik dan mempertahankan berat badan normal. Penerapan perilaku gizi seimbang pada ibu diharap mampu mempercepat perbaikan gizi masyarakat Kemenkes,2014. Kejadian balita malnutrisi masih menjadi masalah prioritas pada negara berkembang seperti Indonesia. Provinsi Banten memiliki angka balita kurus 7.3 melebihi angka nasional 6.8.
Tujuan penelitian menilai hubungan antara perilaku gizi seimbang dengan status gizi balita di kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional melibatkan 200 sampel ibu yang memiliki balita. Perilaku ibu diukur dengan 17 pertanyaan tentang perilaku gizi seimbang menggunakan kuesioner. Status gizi balita dinilai berdasarkan nilai z-score perbandingan berat badan dan tinggi badan BB/TB.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu dengan perilaku gizi seimbang buruk mencapai 34.5 dan prevalensi balita kurus dan sangat kurus 13.5 diatas rata-rata nasional 12.1. Hasil uji bivariat menunjukan hubungan antara perilaku gizi seimbang, pengetahuan gizi seimbang ibu, umur balita, riwayat imunisasi dan riwayat BBLR dengan status gizi balita. Hasil uji multivariat menemukan adanya hubungan perilaku gizi seimbang dengan status gizi balita setelah dikontrol variabel status ekonomi keluarga dengan nilai OR 3.2. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya upaya promosi kesehatan masyarakat mengenai gizi seimbang untuk mempercepat peningkatan perilaku ibu guna mereduksi prevalensi balita kurus di area kerja Puskesmas Tegal Angus.

Nutrition balanced behaviour is the practice of giving dietary diversity byincluding principles of clean living behavior, physical activity and maintaining normal weight. The Implementation of balanced nutritional behavior is expected to be able to improve the nutritional of the community Ministry of Health, 2014. The incidence of children malnutrition is still priority issue in developing countries such as in Indonesia. The prevalence of wasted of under five children was 7.3 higher than national number 6.8.
The objective of the study was to assess the relationship between nutrition balanced behavior and nutritional status of under five years children in Teluknaga Subdistrict, Tangerang district. The study used a cross sectional study design involving 200 samples of mother with under five children. Maternal behavior was measured by 17 questions about nutritional balanced behavior using a questionaire. The nutritional status of under five children assessed based on Z score ratio of body weight for heightZ Score WHZ.
The results showed that the proportion of mother with low nutrition balanced behavior reached 34.5 and the prevalence of wasting and severaly wasting 13.5 above the national average 12.1. The result of bivariate test shows the significant correlation between balanced nutririon behavior, maternal knowledge of nutrition balanced, children ages, immunization history and history of low birth weight with nutritional status of under five children. Multivariate test result after controlled variabel economic status found a relationship of nutritional balanced behavior with nutritional status of under five children with the value of OR 3.2. Based on that, its necessary to promote health promotion on balanced nutrition to accelerate the improvement of mother behavior to reduce the prevalence of wasting in the work area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnayani
"Latar belakang dan tujuan: Area kumuh identik dengan permasalahan gizi pada anak. Salah satunya adalah masih terdapatnya anak pendek di daerah tersebut. Perawakan pendek dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya dikarenakan oleh dysbiosis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi mikrobiota pada anak pendek dan tidak pendek di daerah kumuh di Jakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain comparative cross sectional study yang dilakukan di RW 9 dan 11, Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah 21 anak pendek (HAZ £ -2SD) dan 21 anak tidak pendek (-1SD £ HAZ £ 3SD) usia 2-5 tahun. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek dan keluarga, riwayat cara lahir, riwayat asi eksklusif, riwayat sakit serta higiene dan sanitasi. Selain itu juga dilakukan pengumpulan asupan zat gizi melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Analisis mikrobiota dilakukan dengan mengekstraksi DNA dari feses subjek kemudilan dilakukan sekuensing 16S rRNA menggunakan Next Generation Sequencing (NGS). Analisis bioinformatika dilakukan untuk membandingkan komposisi mikrobiota pada kedua kelompok. Uji Manova dan korelasi Spearman dilakukan untuk menganalisis kaitan antara faktor-faktor dan asupan zat gizi dengan komposisi mikrobiota.
Hasil: Berdasarkan asupan zat gizi, pada kelompok anak pendek, asupan energi, zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (Zn dan Fe) lebih rendah dibandingkan anak yang tidak pendek. Pada kelompok anak pendek terdapat kecenderungan jumlah anak yang dilahirkan secara Caesar lebih banyak, yang memiliki riwayat sakit lebih banyak, konsumsi air minum air isi ulang lebih banyak dan yang tidak mencuci tangan sebelum makan lebih banyak dibandingkan kelompok anak tidak pendek. Dilihat dari komposisi mikrobiota, terdapat perbedaan komposisi mikrobiota pada kedua kelompok, baik pada tingkat genus maupun spesies. Pada kelompok pendek terdapat kelimpahan yang lebih tinggi pada genus Mitsuokella and Alloprevotella serta spesies Providencia alcalifaciens. Sedangkan pada kelompok tidak pendek terdapat kelimpahan lebih tinggi pada genus Blautia, Lachnospiraceae, Bilophila, Monoglobus dan spesies Akkermansia municiphila, Odoribacter splanchnicus and Bacteroides clarus. Perbedaan komposisi mikrobiota ini dipengaruhi oleh riwayat cara kelahiran, riwayat ASI eksklusif, sumber air minum, sumber air untuk aktivitas lain, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan serta asupan energi, makronutrient dan mikronutrient.
Kesimpulan: Secara umum kelimpahan mikrobiota yang bersifat patogen pada anak pendek lebih tinggi dibandingkan kelompok tidak pendek. Hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi serta faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor yang berpengaruh ini dapat diterapkan oleh anak pendek di daerah kumuh sebagai upaya perbaikan status gizi.

Background and objective: Slum areas are identic with nutritional problems in children including stunted children. Incidence of stunted can be caused by various factors, one of which is dysbiosis. This study aims to analyze the microbiota composition of stunted and non-stunted children in Jakarta slum areas and related contributing factors.
Method: This study used a comparative cross-sectional study design which was conducted in RW 9 and 11, Kebon Bawang Village, North Jakarta. The subjects in this study were 21 stunted children (HAZ£-2SD) and 21 non-stunted children (-1SD£HAZ£3SD) ages 2-5 years. The data collected included subject and family characteristics, mode delivery history, exclusive breastfeeding history, history of illness and hygiene and sanitation. In addition, nutrient intake was also collected through the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Microbiota analysis was performed by extracting DNA from the subject's feces and then 16S rRNA sequencing using Next Generation Sequencing (NGS). Bioinformatics analysis was performed to compare the composition of the microbiota in the two groups. Manova test and Spearman correlation were performed to analyze the association between factors and nutrient intake with gut microbiota composition.
Results: Based on nutrient intake, in the stunted children, energy intake, macronutrients (carbohydrates, protein, and fat) and micronutrients (Zn and Fe) were lower than non-stunted children. In the stunted group there was a tendency for the number of children born by Caesarean section to be higher, to have a higher history of illness, to consume more refillable drinking water and not to wash their hands before eating than non-stunted group. There were differences in the composition of the microbiota in the two groups, both at the genus and species levels. In the stunted group there were higher abundance in the genera Mitsuokella and Alloprevotella and the species Providencia alcalifaciens. Whereas in the stunted group there was a higher abundance in the genera Blautia, Lachnospiraceae, Bilophila, Monoglobus and the species Akkermansia municiphila, Odoribacter splanchnicus and Bacteroides clarus.
Conclusion: In general, the abundance of pathogenic microbiota in stunted children was higher than in the non-stunted children. This is influenced by nutrient intake and other factors. These influencing factors can be applied by stunted children in slum areas as an effort to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Rahmadiyah
"Stunting dipengaruhi oleh faktor keluarga dan rumah tangga, yang akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam melakukan pemenuhan gizi balita, yang tentunya tidak lepas dari peran keluarga. Keluarga berperan sebagai penyedia sumber daya baik fisik maupun psikis yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan, sehingga keluarga memiliki peran yang signifikan dalam pencegahan stunting. Ketahanan keluarga dimediasi oleh fungsi keluarga. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggali ketahanan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak stunting. Studi ini melibatkan wawancara mendalam dengan 23 keluarga anak stunting usia 24–59 bulan. Melalui analisis isi, kami mengidentifikasi 3 tema: 1) ketahanan keluarga termasuk keyakinan keluarga bahwa penyebab stunting adalah karena faktor keturunan dan 2) stunting dapat “disembuhkan”, dan 3) kurangnya komunikasi dalam keluarga tentang stunting pada anak . Penelitian selanjutnya sebaiknya membahas model intervensi untuk meningkatkan resiliensi dan mencegah stunting pada anak di bawah usia lima tahun.

Stunting is influenced by family and household factors, that will affect the ability of families to practice fulfilling toddler nutrition, which certainly cannot be separated from the role of the family. Family has a role as a provider of both physical and psychological resources that can prevent the health problems, so that the family has a significant role in preventing stunting. Family resilience is mediated by family functioning. A qualitative descriptive study aimed to explore family resilience in fulfilling the nutritional needs of stunted children. This study involved in-depth interviews with 23 families of stunted children aged 24–59 months. Through content analysis, we identified 3 themes: 1) the family resilience including the family belief in the causes of stunting are due to heredity and 2) stunting can be “cured”, and 3) lack of communication within the family about the child's stunting. Future studies should discuss intervention models to increase resilience and prevent stunting in children under five years of age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Rasni
"Kemiskinan merupakan satu faktor terjadinya kekurangan gizi pada balita. Lingkungan Pelindu Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari-Jember merupakan daerah dengan jumlah keluarga miskin yang banyak tetapi tidak tercatat memiliki balita gizi kurang maka penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai arti dan makna pengalaman keluarga miskin dalam pemenuhan nutrisi pada balita, dilakukan dengan desain fenomenologi deskriptif. Populasi adalah keluarga miskin dengan balita di Lingkungan Pelindu. 6 orang ibu yang menjadi pemberi asuhan utama pada anak di keluarga menjadi informan penelitian, yang ditentukan dengan purposeful sampling dan langkah-langkah Colaizzi digunakan dalam analisa data. Hasil penelitian menggambarkan: respon keluarga terhadap kemiskinan yang dialami terdiri dari 2 tema yaitu penilaian tingkat ekonomi, dan pengelolaan keuangan keluarga; perilaku keluarga dalam pemenuhan nutrisi pada balita terdiri dari 3 tema yaitu pemberian ASI, pemberian susu formula; dan pemberian makan; strategi yang dilakukan dalam pemenuhan nutrisi pada balita terdiri dari 3 tema yaitu cara akses sumber nutrisi keluarga, prinsip pemberian makan, dan pemeliharaan kesehatan; faktor pendukung dan penghambat dalam pemenuhan nutrisi pada balita terdiri dari 2 tema yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat; kekuatan dan kelemahan pelayanan kesehatan terdiri dari 3 tema yaitu intervensi pelayanan kesehatan yang diterima, kelemahan pelayanan kesehatan, dan kekuatan pelayanan kesehatan; harapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari 2 tema yaitu peningkatan pelayanan dan peningkatan sarana-prasarana. Perawat komunitas yang melakukan pelayanan pada masyarakat dan keluarga di Lingkungan Pelindu perlu mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, nilai, keyakinan yang dianut oleh keluarga terutama berkaitan dengan budaya, dan meningkatkan pelayanan kesehatan, bagi pengambil kebijakan di pemerintahan Jember perlu memberdayakan keluarga miskin dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Usulan penelitian selanjutnya diantaranya membandingkan atau mengetahui hubungan berbagai macam variabel yang muncul sebagai tema-tema dalam penelitian ini.

Poverty is a factor that causes children under five years old's malnutrition. Pelindu, Kelurahan Karangrejo, Kec. Sumbersari - Jember is an area with a large number of poor family but it has no record of the malnutrition case. So this research aims to find out the meaning of poor family's experience in fulfilling the children nutritient need. This research applies descritive fenomenologic design. The research population is the poor family that has children under five years old. 6 mothers who give primary education to their children act as reserch informants that are selected by purposive sampling method and the analysis of the data uses Colaizzi method. The result shows that : there are two themes on the family's respon toward the poverty. They are the family valuation on their economic state and their household finance management pattern; the family behaviour in fulfilling nutrient for their children that can be clasifify in 3 themes : kolostrom, ASI Matur, formulaic milk, food giving; nutrient supplying method which consist of 3 themes that are the access method of the family to nutrient sources, the principle of food supplying and the family health maintenance; supporting and demotivating factors; the strenght and weakness of health care which consist of 3 themes, that are the accepted health care intervention, the weakness and effectiveness of health care; the family expectation to the health care which consists of 2 themes: the improvement of service and health facility and also the infrastructure improvement. The nurse who works for the community and family in Pelindu has to consider the available resources, the value and belief hold by of those families especially within their cultural background. It is important for the policy makers in Jember to improve the service of health and empower the poor family to improve the public health. This research's suggestion is to compare and determine the correlation of various variables that appears as the themes in this research."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armunanto
"ABSTRAK
Latar belakang masalah: Penderita Xeropthalmia yang mengancam kebutaan anak secara nasional di Indonesia secara berangsur-angsur menunjukkan penurunan dari 1.2% tahun 1978 menjadi 0.34% pada tahun 1992 (LITBANG GIZI DEPKES, 1992). Upaya pemerintah melalui Departemen Kesehatan ialah dengan memberikan vitamin A dosis tinggi kepada anak usia 12-59 bulan. Melihat kejadian Xeropthalmia sifatnya kluster (ada beberapa wilayah yang masih perlu mendapat perhatian khusus) seperti Sulawesi Tenggara (0.61 %) dan Sulawesi Selatan (2.92%) yang prevalensinya masih diatas standar WHO (0,5 %); maka hal ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, sehingga perlu diupayakan penanggulangan.
Tujuan dan manfaat penelitian: Penelitian ini bertujuan ingin mencari variabel-variabel penentu yang berpengaruh terhadap kejadian Xeropthalmia, Berta memperkirakan besarnya perlindungan dari kejadian Xeropthalmia pada kelompok yang mendapat vitamin A dan yang tidak mendapat vitamin A. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat berguna bagi pengelola program dalam upaya menentukan target sasaran intervensi penanganan dampak kekurangan vitamin A.
Metodologi penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian survai nasional Xeropthalmia tahun 1992. Unit analisis yang dipergunakan adalah individu (anak usia 6-72 bulan) dengan besar sampel 1321 responden di wilayah Jawa dan 391 responden di wilayah Sulawesi. Hipotesa yang diajukan adalah; pertama secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi variasi kejadian Xeropthalmia, kedua perkiraan perlindungan dari kejadian Xeropthalmia pada anak yang mendapat vitamin A lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak mendapat vitamin A. Analisis yang digunakan adalah, univariat untuk melihat gambaran frekuensi responden menurut berbagai karakteristik, bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan outcome, sedangkan untuk membuktikan hipotesa akan digunakan analisis statistik regresi logistik.
Hasil Penelitian: Di wilayah Jawa, variabel yang diduga berhubungan dengan outcome ternyata tidak ada yang berhubungan secara bermakna. Sedangkan di wilayah Sulawesi, variabel yang berhubungan secara bermakna adalah pemberian vitamin A (P=0,002; 95 %CI=0,02-0,62), makananyang dikonsumsi (P =0,003; 95 %CI =0,14-0,74), riwayat kesehatan (P =0,00-E; 95 %CI =0,00-0,16) dan pemberian air susu ibu/pendamping air susu ibu (P=0,048; 95%CI=0,07-1,11).
Kesimpulan & Saran: Kemungkinan penyebab tidak terjadinya hubungan secara bermakna di Jawa adalah respondennya terlalu homogen (98.8% tidak menderita Xeropthalmia), hal ini mungkin karena adanya bias selection dalam pemilihan lokasi (hanya kecamatan terjangkau saja) atau dalam penentuan umur responden (6-72 bulan). Walaupun begitu dari analisis ke dua Iokasi tersebut bisa ditemukan bahwa semua variabel bebas yang secara konseptual berhubungan tersebut ternyata menurut perhitungan statistik mempunyai dampak melindungi terhadap kejadian Xeropthalmia. Dengan demikian untuk mencegah atau meningkatnya kejadian Xeropthalmia secara nasional diperlukan upaya-upaya sebagai berikut: Penyuluhan tentang gizi anak, keluarga dan kesehatan mata; selain itu peningkatan program pemberian vitamin A perlu digalakkan karena terbukti bahwa anak yang mendapat vitamin A dapat terlindungi dari kejadian Xeropthalmia. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riffa Ismanti
"Malformasi fasial sebagai kondisi cacat bawaan terdiri dari labioskizis, palatoskizis dan labiopalatoskizis. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan pengalaman ibu dalam memberi nutrisi pada anak dengan malformasi fasial. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan partisipan secara purposive sampling, diikuti oleh 5 partisipan. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dan catatan lapangan. Analisis data dengan menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi. Terdapat 4 tema utama yang teridentifikasi yaitu: kendala dalam pemberian nutrisi, upaya orang tua, pemberian nutrisi, tantangan yang terjadi selama 2 minggu pascaoperasi. Saran yang diajukan untuk meningkatkan penyuluhan mengenai metode dan cara yang tepat dalam pemberian nutrisi pada ibu yang memiliki anak dengan malformasi fasial serta dibentuk sistem pendukung.

Facial malformations as a condition of congenital malformations consisting of labioskizis, palatoskizis and labiopalatoskizis. The goal of research to describe the experience of the mother in giving nutrition in children with facial malformations. This study is a qualitative research with phenomenology approach. Selection of participants by purposive sampling, followed by 5 participants. Data collection techniques by in-depth interviews and field notes. Analysis of data by using the steps of Colaizzi. There are four main themes identified are: the constraints in the provision of nutrition, the efforts of parents, nutrition, challenges that occurred during the 2 weeks postoperatively. Suggestions put forward to improve the extension of the method and the proper way in the provision of nutrition in mothers of children with facial malformations and established support system."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T29788
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sajuti Jandifson
"ABSTRAK
Dalam GBHN 1993 tema sentral pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia kearah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja.
Bila kita telusuri, kurangnya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu melahirkan, menurunnya daya tahan fisik kerja serta terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan anak adalah akibat langsung maupun tak langsung dari kekurangan gizi.
Hingga saat ini di Indonesia masih terdapat empat masalah gizi utama, yaitu: Kurang Kalori Protein (KKP), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), kekurangan vitamin A (KVA), dan kekurangan zat besi yang disebut anemia gizi.
Dalam rangka menanggulangi masalah gizi utama tersebut, pemerintah telah melakukan usaha perbaikan gizi masyarakat yang telah dirintis sejak tahun 1950. Mulai Pelita II Program Perbaikan Gizi, telah mendapat dukungan politis secara nasional dengan dicantumkannya sebagai bab tersendiri dalam buku Pelita II. Untuk lebih meningkatkan usaha perbaikan gizi masyarakat, diterbitkan Inpres No. 14 tahun 1974 dan selanjutnya diterbitkan satu Inpres lagi untuk memperbarui Inpres No.14 dengan Inpres No.20 tahun 1979, tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat dengan melibatkan program lintas sektoral.
Pada Pelita III dan IV program perbaikan gizi lebih ditingkatkan lagi dengan diperluasnya jangkauan untuk dapat menghasilkan dampaknya secara nasional. Pada Pelita V, kebijaksanaan program arahnya lebih dipertajam lagi dengan penekanan pada aspek pemerataan, juga.ditekankan pada peningkatan kualitas program, mengingat Pelita V merupakan tahap pembangunan yang panting untuk memantapkan kerangka tinggal landas Repelita VI mendatang.
Dibandingkan dengan GBHN 1988 maka dalam GBHN 1993, masalah gizi mendapat perhatian yang lebih besar. Hal ini terlihat dalam bidang ekonomi. Secara jelas disebutkan tujuan peningkatan mutu gizi pangan. sebagai bagian dari usaha perbaikan gizi masyarakat sebagai salah satu .tujuan dalam menetapkan swasembada pangan. Dibidang kesejahteraan Rakyat, pendidikan dan kebudayaan, upaya meningkatkan keadaan gizi masyarakat juga merupakan salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan dan kependudukan, serta pembinaan anak, remaja, dan olah raga.
Timbulnya masalah gizi dan kesehatan dalam Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, juga terkait dengan kemampuan kita melanjutkan, melestarikan, dan mengembangkan keberhasilan program-program PJP I. Misalnya berbagai teknologi intervensi yang berhasil menurunkan angka kematian bayi, angka fertilitas, prevalensi seroftalmia, KKP berat, dan sebagainya perlu dikaji untuk dikembangkan dan ditingkatkan efektifitas dan efisiennya, disesuaikan dengan kematian ekonomi, iptek, sosial budaya, dan tingkat perkembangan pada umumnya. Tanpa kemampuan pelestarian program tersebut ada kemungkinan masalah lama yang sudah berhasil ditanggulangi akan muncul kembali, misalnya dalam hal seroftalmia akibat kekurangan vitamin A.
Dimasa mendatang masalah gizi semakin kompleks yang diperkirakan dan akan menonjol dari segi epidemiologi dan dampak daripada sosial ekonomi dengan adanya perkembangan ekonomi nasional yang meningkat yang lebih bercirikan industri, dan laju pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan rata-rata 6%, maka sebagian dari penduduk akan terperangkap ke pola makan yang beranekaragam, dimana proporsi sumber kalori dari karbohidrat akan berkurang dan diikuti dengan meningkatnya proporsi lemak dan protein serta meningkatnya karbohidrat yang berasal dari gula.
Kecenderungan pergeseran pola konsumsi ini apabila tak terkendalikan akan menimbulkan masalah gizi lebih (over nutrition) yang dampak sosial ekonominya tidak lebih kecil daripada masalah gizi kurang, sehingga kita akan menghadapi masalah gizi ganda.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Welis
"Gizi lebih adalah suatu keadaan kelebihan berat badan bila dibandingkan dengan standar sesuai umur dan jenis kelamin. Gizi lebih pada dasarnya disebabkan ketidakseimbangan energi. Di satu sisi konsumsi energi yang berlebihan karena mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan lemak tapi rendah serat seperti konsumsi fastfood dan makanan jajanan. Dari sisi lain rendahnya penggunaan energi karena gaya hidup sedentaris seperti banyaknya aktifitas menonton televisi dan sedikit berolahraga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa SLTP Kesatuan dan SLTP Bina Insani Kota Bogor. Desain penelitian ini adalah crossectional dan cara pengambilan sampel dengan cara acak sederhana. Sampel adalah siswa kelas 1, 2 dan 3 SLTP Kesatuan dan SLTP Bina Insani yang berjumlah 200 orang. Analisis data dilakukan dengan uji khai kuadrat dan regresi logistik ganda. Variabel independen adalah umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, persepsi terhadap tubuh, jumlah uang saku, frekuensi makan, kebiasaan jajan, kebiasaan mengkonsumsi .fastfood, konsumsi energi, protein, karbohidrat, lemak, lama menonton televisi, lama tidur, kebiasaan olah raga, pendapatan keluarga, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan status gizi orang tua.
Hasil penelitian ini mendapatkan persentase siswa dengan gizi lebih sebesar (44,9%). Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin laki-laki, kebiasaan selalu jajan, kebiasaan olah raga yang rendah, pendidikan ayah yang rendah, pendapatan keluarga rendah dan orangtua yang gizi lebih dengan kejadian gizi lebih pada siswa. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapatkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan gizi lebih adalah kebiasaan jajan ( OR= 5,311 ; 95% CI: 2,457 - 11,482 ).
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan kepada Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional agar menggiatkan kembali program UKS dan promosi gizi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama serta peningkatan sosialisasi PUGS untuk remaja.
Bahan Bacaan : 134 (1980-2003)

Analysis Factors Related to Overweight at Student of SLTP Kesatuan and SLTP Bina Insani in Bogor 2003Overweight is an increase of body weight above a standard for age and sex. Overweight is a problem of nutrient imbalance as more foodstuff are stored as fat than are used for energy and metabolism.
This study aim to examine factors that related to overweight at student of SLTP Kesatuan and SLTP Bina Lnsani in Bogor. This research using crossectional design and simple random sampling. The samples were student grade 1-3, total sample are 200 students. Data analysis by chi square and multiple logistic regression. Variables age, sex, knowledge nutrition, body perception, pocket money, food frequency, habit to buy snack, habit to eat fastfood, food consume, duration of viewing TV, sleep duration, exercise, family income, father and mother' education and nutritional status of parent are as independent variables.
The result of this study found that subject with overweight was 44,9%. Based on bivariate analysis, male, high habit to buy snack, low habit of exercise, low father's education, Iow family income and parental overweight showed significant correlation with overweight in adolescent. The most dominant variable to overweight was habit to buy snack. We recommended to Ministry of Health and Department of Education to reactive School Health Program (UKS), Nutrition Education and Marketing Indonesian Nutrition Guideline (PUGS) for adolescent.
References : 134 (1980-2003)"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>