Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Natalia Wijaya
"Anak sulung seringkali dipandang sebagai individu yang stabil, tidak emosional, dan selalu berperforma baik dalam segala hal. Kondisi ini tentu berperan terhadap intensinya untuk mencari bantuan profesional ketika mengalami masalah mental. Terlebih apabila pengalamannya bersama orang tua membentuk tipe adult attachment yang turut berperan terhadap intensinya mencari bantuan profesional. Penelitian ini ingin menguji ada/tidaknya perbedaan intensi yang signifikan pada diri anak sulung dalam mencari bantuan kesehatan mental profesional, berdasarkan tipe attachment yang dimiliki. Intensi diukur menggunakan alat ukur Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) dan attachment individu dewasa diukur menggunakan Experiences in Close Relationship Scale – Short Form. Sebanyak 247 anak sulung laki-laki dan perempuan berusia 18-25 tahun menjadi partisipan dalam penelitian ini. Menggunakan metode analisis ANOVA, dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional yang signifikan, dengan tipe attachment fearful yang memiliki intensi paling tinggi.

The oldest child is often seen as a stable individual, unfeeling, and always performs well in everything. This condition certainly plays a role in his intention to seek professional help when experiencing mental problems. This is especially true if his experiences with parents form a type of adult attachment which contributes to his intention to seek professional help. The study wanted to test whether or not there were significant differences in the eldest son's intentions in seeking professional mental health assistance, based on the type of attachment he had. The intention was measured using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) and adult individual attachment was measured using the Experiences in Close Relationship Scale - Short Form. A total of 247 firstborn boys and girls aged 18-25 years participated in this study. Using the ANOVA analysis method, it can be proven that there are significant differences in the intention to seek professional mental health assistance, with the fearful attachment type having the highest intention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grin Rayi Prihandini
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan ayah terhadap psychological well-being remaja awal. Keterlibatan ayah ini dilihat dari sudut pandang anak sehingga anak menilai dan mempersepsi seberapa terlibat ayahnya. Keterlibatan ayah ini melingkupi kualitas afeksi yang diberikan dan keterlibatan dalam domain perkembangan anak. Keterlibatan ayah ini dapat berpengaruh pada kondisi psikologis anak yaitu psychological well-being terutama pada masa remaja awal ketika remaja membutuhkan dukungan sosial dalam menghadapi berbagai perubahan pada masa remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan dengan menggunakan alat ukur Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Reported Fathering Scale (RFIS) yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan pengukuran psychological well-being dilakukan dengan menggunakan alat ukur Ryff?s Scales of Psychological Well-Being (RPWB) yang dikembangkan oleh Ryff (1989). Responden pada penelitian ini berjumlah 205 orang siswa SMP di beberapa wilayah Jabodetabek, yang termasuk dalam kategori remaja awal yaitu berusia 12-15 tahun. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari keterlibatan ayah, baik dalam hal kualitas afektif (R= 0,033, p < 0,05, one tailed) maupun dalam hal domain perkembangan anak (R=0,031, <0,05, one tailed), terhadap psychological well-being remaja awal.

ABSTRAK
The purpose of this research is to examine the effect of father involvement in psychological well-being of early adolescents. The father involvement was viewed from the children?s point of view that emphasizing children?s retrospective perceptions of their father involvement. The father involvement include quality of affection in father-child relationship and involvement in domains of children life. The father involvement can be effect the psychological conditions in children, that is psychological well being, especially in early adolescents when adolescents need social support to through many changes in adolecents. Father involvement was measured using Nurturant Fathering Scale (NFS) and Reported Fathering Scale (RFIS) that has been made by Finley dan Schwartz (2004), whereas the psychological well-being was measured using Ryffs Scales of Psychological Well-Being (RPWB) that has been developed by Ryff (1989). The respondents of this research were 205 junior high school students in Jabodetabek area, in early adolescents with the age of 12-15 years old. The result of this research shows that there is an effect of father involvement, in the context of affective quality of fathering (R= 0,033, p < 0,05, one tailed) and in the context of involvement in domains of childrens life (R=0,031, <0,05, one tailed), in psychological well-being of early adolescents.
"
2016
S64976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutmainnah
"Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tindakan mencari bantuan pada pihak profesional masih tergolong rendah. Diduga terdapat faktor lain yang menghambat intensi remaja untuk mencari bantuan pada pihak profesional ketika memiliki masalah. Sayangnya, penelitian mengenai faktor utama penghambat remaja mencari bantuan pada pihak profesional seperti stigma diri dan sikap terhadap tindakan mencari bantuan masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap sebagai mediator terhadap hubungan stigma diri dan intensi remaja untuk mencari bantuan profesional. Sebanyak 255 remaja Indonesia (laki-laki=57 dan perempuan=198) berusia 11-19 tahun (M= 15.31 tahun) menjadi partisipan dan mengisi serangkaian kuesioner meliputi Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Berdasarkan analisis mediasi ditemukan sikap memediasi secara penuh hubungan stigma diri dan intensi mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Semakin rendah stigma diri, maka sikap terhadap tindakan mencari bantuan pada pihak profesional semakin positif. Sikap yang positif selanjutnya akan meningkatkan intensi remaja meminta bantuan kepada pihak profesional. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan perlu digencarkannya program psikoedukasi berkaitan dengan pentingnya merawat kesehatan mental untuk remaja untuk menurunkan stigma diri dan mendorong sikap positif dan intensi mencari bantuan pada tenaga profesional remaja meningkat.

Mental health problems in adolescents in Indonesia are increasing from year to year, but the act of seeking professional help is still relatively low. It is suspected that other factors prevent adolescents from seeking professional help when they have problems. Unfortunately, research on the main factors inhibiting adolescents from seeking professional help such as self-stigma and attitudes toward seeking help is still minimal. This study aims to determine the role of attitude as mediator on the relationship bestween self-stigma and adolescents intention to seek professional help. A total of 255 Indonesian adolescents (boys = 57 and girls = 198) aged 11-19 years (M = 15.31 years) became participants. It filled out questionnaires including the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Based on the mediation analysis, it was found that the attitude of fully mediating the relationship of self-stigma and intention to seek help from professionals. The lower the self-stigma, the more positive the attitude towards seeking help from professionals. A positive attitude will further increase the intention of adolescents seeking help from professionals. The findings in this study need to be intensified with psychoeducational programs related to the importance of treating mental health for adolescents to reduce self-stigma, encourage adolescents positive attitudes, and increased intention ti seek help from proffesionals mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Fattah
"ABSTRAK
Maraknya perilaku hubungan seks pranikah pada periode dewasa awal 18-25 tahun , berkontribusi terhadap meningkatnya Penyakit Menular Seksual, dan dampak psikis yang buruk. Faktor keluarga dianggap menjadi salah satu prediktor utama tingginya perilaku tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah. Dimana, persepsi diyakini sangat erat kaitannya terhadap perilaku. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 110 orang dewasa awal berusia 18-25 tahun yang belum pernah menikah. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah p=0,005 . Semakin baik dukungan keluarga yang dirasakan maka kecenderungan dewasa awal untuk memiliki persepsi yang negatif juga lebih besar. Dengan begitu diharapkan keluarga mampu memberikan dukungan yang optimal demi mendorong kesuksesan perkembangan dewasa awal, serta optimalisasi peran keperawatan komunitas dan keluarga untuk menyokong kesehatan keluarga secara bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.

ABSTRACT
The occurrence of premarital sex behaviour among emerging adulthood 18 25 years old through these years, have contributed to an increase in sexually transmitted diseases, and negative psychological impacts. Family was considered to be main predictors that high related to individual rsquo s behaviour. This research aimed to explore the relationship between family social support and sexual perception among emerging adults, specifically to premarital sex activities. However, perception is believed closely related to individual rsquo s behaviour. This quantitative research involves 110 unmarried emerging adults at 18 25 years old in Kelurahan Manggarai, South Jakarta. The results of the study shows there are significant relationship between family social support and perception of premarital sex in emerging adulthood p 0,005 . The better family social support has perceived the greater tendency of having negative perception in premarital sex activities. Family is important and be able to provide optimal social support for successful development of emerging adulthood."
2017
S69315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Kartika
"Studi terdahulu menunjukkan remaja cenderung memiliki intensi yang rendah untuk mencari bantuan profesional sekalipun berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Karakteristik unik perkembangan remaja dan konteks budaya juga menjadikan penelitian tentang faktor yang mendukung intensi mencari bantuan pada remaja di Indonesia penting untuk dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terkait mencari bantuan sebagai mediator dalam hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional setelah mengontrol usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sebelumnya. Sebanyak 254 remaja di Indonesia (M = 15.31 tahun) mengisi kuesioner secara daring, yakni Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Hasil studi menemukan bahwa sikap memediasi secara penuh hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja mencari bantuan sekalipun usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sudah dikontrol (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). Semakin tinggi distress disclosure, maka sikap remaja terkait mencari bantuan semakin positif. Sikap positif ini yang akan meningkatkan intensi remaja mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional. Temuan ini mengindikasikan pentingnya mempertimbangkan distress disclosure dan sikap terkait mencari bantuan dalam upaya meningkatkan intensi remaja di Indonesia untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional.

Previous studies have shown that adolescents' intention to seek professional help tends to be low though they are at risk of having mental health problems. The uniqueness of adolescent development and the cultural context also make research about facilitating factors in Indonesian adolescents’ help seeking intention important to be explored. The current study aimed to investigate the role of mental help seeking attitude as a mediator between distress disclosure and adolescents’ intention to seek mental health professional help after controlling ages, gender, and previous counseling experiences. A total of 254 Indonesian adolescents (M = 15.31 years) filled out online questionnaires consisting of the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). The result found that attitude fully mediated the relationship between distress disclosure and adolescents' help seeking intention even after controlling the ages, gender, and counseling experiences (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). The higher the distress disclosure, the more positive the help seeking attitude. The more positive attitude, the higher adolescents’ intention to seek help. The results indicate that to increase Indonesian adolescent’s intention to seek professional help, distress disclosure and mental help seeking attitude have to be considered."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avicenia Andita Putri
"Populasi remaja rentan mengalami masalah kesehatan mental (Gadagnoto dkk., 2022) dan ditemukan adanya kenaikan prevalensi gangguan kesehatan mental pada populasi usia remaja di Indonesia (Riskesdas, 2018). Riset menunjukkan bahwa intensi yang dimiliki untuk mencari bantuan kepada tenaga profesional masih rendah (Moen dkk., 2018; Barus, 2022). Salah satu faktor protektif remaja terhadap masalah kesehatan mental adalah dukungan sosial dan persepsi mereka terhadap ketersediaan sumber dukungan tersebut dari lingkungan sekitarnya dinilai penting. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional pada remaja SMA/sederajat di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Pengukuran persepsi dukungan sosial menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional menggunakan Mental Help-Seeking Intention Scale (MHSIS) dilakukan kepada 144 partisipan remaja SMA/sederajat di Kota Bandung. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional (r = 0,410, p < 0,01).

The adolescent population is prone to experiencing mental health problems (Gadagnoto et al., 2022) and an increase in the prevalence of mental health disorders has been found in the adolescent population in Indonesia (Riskesdas, 2018). Research shows that the intention to seek help from professionals is still low (Moen et al., 2018; Barus, 2022). One of the protective factors for adolescents against mental health problems is social support and their perception of the availability of this source of support from the surrounding environment is considered essential. This research examined the relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention among high school adolescents in Indonesia. The research method used is a quantitative method with a correlational research design. Measuring perceived social support using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and mental health professional help-seeking intention using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) was conducted on 144 high school adolescent participants in Bandung. The study found a positive and significant relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention (r = 0.410, p < 0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Rebecca Octavia
"Adult attachment yang telah dibangun sejak kecil berpotensi mendasari bagaimana individu memandang orang lain sebagai sumber bantuan, termasuk di dalamnya pihak profesional. Penelitian ini menguji perbedaan sikap terhadap pencarian bantuan psikologis profesional berdasarkan tipe-tipe adult attachment pada laki-laki dewasa awal, mengingat kebutuhan laki-laki dewasa awal yang tinggi akan bantuan psikologis. Penelitian serupa yang dilakukan sebelumnya masih menunjukkan adanya inkonsistensi hasil dan masih sangat sedikit penelitian terkait yang berfokus pada laki-laki dewasa awal. Pengukuran terhadap variabel dilakukan menggunakan Attitude Toward Seeking Professional Psychological Help-Short Form (ATSPPH-SF) dan Experience in Close Relationship Scale-Short Form (ECR-S). Penelitian dilakukan terhadap 194 partisipan dan menunjukkan tidak adanya perbedaan sikap terhadap pencarian bantuan psikologis profesional yang signifikan pada laki-laki dewasa awal berdasarkan tipe-tipe adult attachment. Laki-laki dewasa awal dengan tipe fearful ditemukan memiliki rata-rata skor sikap terhadap pencarian bantuan psikologis profesional tertinggi. Penelitian ini berimplikasi pada pentingnya memfokuskan intervensi pada faktor yang telah diketahui berkontribusi pada sikap laki-laki dewasa awal terhadap pencarian bantuan.

Adult attachment evolved since childhood can potentially explain how individuals view other people, including professional parties, as a source of assistance. This study examines differences in attitudes towards seeking professional psychological help based on adult attachment types in emerging adult males, taking into account the significance of this type of assistance among adult males. Previous studies have shown inconsistencies in results and merely a few of those addressed the focus on emerging adult males. The measurement was carried out using the Attitude Toward Seeking Professional Psychological Help-Short Form (ATSPPH-SF) and the Experience in Close Relationship Scale-Short Form (ECR-S). The study was conducted on 194 participants. The results show that there is no significant difference in attitudes towards seeking professional psychological help among emerging adult males based on the types of adult attachments. Emerging adult males with fearful adult attachment are found to have the highest mean score of attitudes toward seeking professional psychological help. These research findings imply the importance of focusing the interventions on some contributing factors considered as strong predictors of emerging adult males’ attitude towards seeking professional psychological help."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nurul Hidayah
"Pandemi Covid-19 menyebabkan sejumlah perubahan di masyarakat. Perubahan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Hal ini berpengaruh pada kesehatan mental emerging adulthood (18-25) di Indonesia (Kwong dkk., 2021). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan setiap dimensi kepribadian Big Five dengan depresi, kecemasan, dan stress pada emerging adulthood (N = 233). Skala yang digunakan adalah Big Five Inventory (BFI) dan Depression, Anxiety, Stress, Scale-21 (DASS-21). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dimensi neuroticism yang berhubungan positif dengan depresi, kecemasan, dan stres (r (233) = 0,535 - 0,704). Dimensi extraversion, conscientiousness, dan agreeableness berhubungan negatif dengan depresi, kecemasan, dan stres. Namun, hanya openness yang memiliki hubungan tidak signifikan dengan depresi, kecemasan, dan stres.

The Covid-19 pandemic has caused a number of changes in society. These changes was conducted in order to prevent the spread of the Covid-19 virus. These matters have affected the mental health of emerging adulthood (18-25) in Indonesia. This study aims to examine the relationship of each Big Five personality dimension with depression, anxiety, and stress in emerging adulthood (N = 233) using the Big Five Inventory (BFI) and Depression, Anxiety, Stress, Scale- 21 (DASS-21). The results showed that neuroticism is the only dimension which is positively correlated with depression, anxiety, and stress (r (233) = 0,535 – 0,704). Extraversion, conscientiousness, and agreeableness were negatively correlated with depression, anxiety, and stress. However, only openness had no significant correlation with depression, anxiety, and stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
"Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring.

Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Yustilira
"Masa transisi remaja yang penuh dengan tekanan membuat remaja rentan akan masalah kesehatan mental. Dampak buruk dari masalah kesehatan mental dapat bertahan hingga masa dewasa. Bantuan dari pihak profesional merupakan cara yang tepat untuk mengatasi masalah psikologis, namun remaja cenderung enggan mencari bantuan kepada pihak profesional. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam berintensi mencari bantuan profesional, yaitu sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial. Sebanyak 253 remaja (196 perempuan, 57 laki-laki) yang berusia 11-19 tahun (M=15.31, SD=1.72) di Indonesia menjadi partisipan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengambilan data dilakukan secara daring dengan metode purposive sampling. Sikap terhadap pencarian bantuan profesional diukur dengan Mental Help Seeking Attitudes Scale, persepsi dukungan sosial diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan intensi mencari bantuan profesional diukur dengan Intention to Seek Counseling Inventory. Pengolahan data menggunakan teknik regresi hirarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial dari figur signifikan memiliki pengaruh yang positif secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional, dengan variabel usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling dikontrol. Persepsi dukungan sosial dari keluarga maupun teman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional. Implikasi dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program intervensi untuk guru dan pihak sekolah.

The stressful adolescent transition period makes adolescents vulnerable to have mental health problems. The negative impact of mental health problems can last into adulthood. Help-seeking from professionals is the right way to deal with psychological problems, but adolescent tend to be reluctant to seek help from professionals. There are two factors that influence adolescents' intention to seek professional help, namely attitudes toward seeking professional help and perceived social support. A total of 253 adolescents (196 girls, 57 boys) aged 11-19 years (M=15.31, SD=1.72) in Indonesia participated in this study. This research is a quantitative research and data collected by online using purposive sampling method. Attitude towards seeking professional help was measured by the Mental Help Seeking Attitudes Scale, perceived social support was measured by the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, and the intention to seek professional help was measured by the Intention to Seek Counselling Inventory. Data processing using hierarchical regression technique. The results showed that attitudes toward seeking professional help and perceived social support from significant others had a positive impact significantly on adolescents' intentions to seek professional help with controlling age, gender and counselling experience. Perceived social support from family and friends did not significantly influence the adolescent's intention to seek professional help. The implications of this research can be used for developing intervention programs for teachers and schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>