Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sonia Adhelia Sulisfianty
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher dinyatakan sebagai kanker ketujuh yang paling umum ditemukan di dunia dan hingga saat ini prevalensinya kian meningkat. Kanker kepala dan leher umumnya disebabkan karena tingginya kebiasaan merokok dengan tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Mahasiswa perguruan tinggi yang menginjak usia dewasa muda umumnya memiliki keterlibatan dengan kedua faktor risiko kanker kepala dan leher, yaitu paparan tembakau dan konsumsi alkohol. Penelitian yang menilai pengetahuan mahasiswa mengenai kesehatan umumnya dilakukan pada mahasiswa medis yang telah terpapar pembelajaran yang berfokus pada ilmu-ilmu kesehatan. Belum ada penelitian tentang kesadaran dan pengetahuan tentang kanker kepala dan leher pada mahasiswa nonmedis di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif potong lintang pada 570 mahasiswa Rumpun SAINTEK dan Rumpun SOSHUM UI menggunakan kuesioner tentang kesadaran dan pengetahuan kanker kepala dan leher yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia.
Hasil: Secara keseluruhan, sebagian besar mahasiswa mengetahui istilah kanker kepala dan leher. Namun, berdasarkan variabel-variabel kesadaran dan pengetahuan lain yang diteliti, masih banyak mahasiswa yang tidak dapat mengidentifikasi gejala awal dan faktor risiko kanker kepala dan leher.
Kesimpulan: Kesadaran dan pengetahuan mengenai kanker kepala dan leher pada mayoritas mahasiswa Rumpun SAINTEK dan Rumpun SOSHUM kurang memadai.

Background: Head and neck cancer is declared as the seventh most common cancer in the world with its increasing prevalence. Head and neck cancer is caused due to the high habit of tobacco use and excessive alcohol consumption. College students generally have an involvement with tobacco exposure and alcohol consumption, as are the two most important risk factors of head and neck cancer. Research that assesses students’ knowledge of health is generally conducted on medical students who have been exposed to a curriculum that focuses on health sciences. There has never been any research in Indonesia assessing awareness and knowledge regarding head and neck cancer on non-medical students.
Methods: A descriptive cross-sectional study was conducted on 570 non-medical students using a cross-cultural adapted questionnaire.
Results: In general, most of the students knew the term head and neck cancer. However, based on other awareness and knowledge variables studied, there were still many students who were not able to identify the early symptoms and risk factors for head and neck cancer.
Conclusion: This study shows that the awareness and knowledge about head and neck cancer in the majority students of Engineering and Technology Cluster and Social Sciences and Management Cluster Universitas Indonesia is inadequate.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Ofia Mabruri
"Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola berbagi pengetahuan di kalangan mahasiswa S1 Universitas Indonesia, di mana akan mengidentifikasi perbadaan pola berbagi pengetahuan antara mahasiswa S1 kelompok Ilmu Sains Teknologi dan kelompok Ilmu Sosial Humaniora. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei. Responden berjumlah 200 mahasiswa, 100 mahasiswa kelompok Ilmu Sains Teknologi dan 100 mahasiswa kelompok Ilmu Sosial Humaniora. Kuesioner disebarkan dengan teknik aksidental, secara online melalui WhatsApp dan Line groups selama sepuluh hari terhitung dari tanggal 26 Februari sampai tanggal 4 Maret 2018. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan (nilai p-value), teknik analisis data yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Hasil menunjukkan bahwa dari tujuh dimensi berbagi pengetahuan yang dibandingkan (persepsi umum, pemilihan sumber, frekuensi, jenis informasi, pemilihan saluran, faktor penghambat, dan motivasi), mahasiswa dari kedua kelompok ilmu memperlihatkan pola berbagi pengetahuan yang sama kecuali dalam dua hal yaitu pemilihan perpustakaan sebagai sumber informasi dan frekuensi berbagi pengetahuan saat tutorial/laboratorium. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pijakan dalam melakukan kegiatan collaborative learning sehingga proses belajar di Universitas Indonesia akan menjadi lebih efektif. Bagi pengajar dan pemegang kebijakan di Universitas Indonesia temuan ini bermanfaat dalam pengembangan kurikulum yang dapat memaksimalkan proses pengelolaan pengetahuan demi mewujudkan universitas yang unggul dan kompetitif.

The purposes of this research are to identify knowledge sharing patterns among undergraduate students at Universitas Indonesia, where the differences of knowledge sharing patterns between undergraduate students of Science Technology cluster and Social Humanities cluster will be identified. This research is a quantitative research using survey method. The 200 respondents, 100 students from Science Technology cluster and 100 students from Social Humanities cluster. The questionnaires were distributed online through WhatsApp and Line groups for ten days counted from February 26 until March 4, 2018. To find out the significance of different, data analysis technique used was Mann-Whitney test. The results showed that from seven dimensions of knowledge sharing compared (general attitude, preferred source, frequency, types of information, preferred channel, factors limiting, and motivation), students showed same knowledge sharing patterns except in two things, they were in choosing library as the source of information and the frequency of knowledge sharing in tutorial/laboratory. The results are expected to be footholds in conducting collaborative learning so that learning process at Universitas Indonesia will become more effective. For policy holders at Universitas Indonesia, these findings are beneficial in curriculum development which can maximize learning management process for the sake of creating a competitive university"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fania Putri Reneska
"pasien yang membutuhkan. Kesimpulan: Pengetahuan mahasiswa tahap klinik lebih tinggi dibandingkan tahap preklinik, dilihat dari hasil jawaban dan nilai rerata kuesioner. Sikap mahasiswa tahap preklinik dan klinik terhadap kanker anak beragam. Hampir 50% subjek tidak tertarik menjadi dokter spesialis anak subspesialis pediatrik onkologi dengan beberapa alasan. Namun, subjek tetap menunjukkan sikap bentuk kepedulian untuk pasien kanker anak.

Introduction: Cancer cases are a significant cause of global mortality, particularly among children. As medical students, it is important to understand early symptoms of cancer in children. However, there is currently no data regarding the knowledge and awareness of medical students towards pediatric cancer in Indonesia. Therefore, this research aims to determine the level of knowledge and awareness of students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, towards pediatric cancer. Method: The research was conducted out by distributing a questionnaire from the South Asian Journal of Cancer, consisting of 18 presented in English, along with Indonesian translations below each question. Results: A total of 217 subjects from FKUI completed this research questionnaire, with a distribution of 96 males and 121 females. The subjects were from batch 2017 to 2021, with 102 (47%) students in the preclinical phase and 115 (53%) students in the clinical phase. Regarding knowledge about pediatric cancer, 53,9% preclinical students were able to answer more than 50% of the questions correctly, while a larger number of clinical phase students, namely 76,5%, achieved this. The overall mean score for the preclinical phase was 4.56 out of 8, while the clinical phase had a higher mean score of 5.38 out of 8. In terms of attitudes toward pediatric cancer, 40,1% preclinical students and 35,6% clinical students expressed an interest in becoming pediatricians. Among these, 51,2% students did not wish to specialize in pediatric oncology, with the most common reason being a lack of adequate knowledge about pediatric cancer. According to 65,4% subjects, the best way to raise awareness about pediatric cancer is through mass media communication. Most (67,7%) subjects also mentioned that a form of support as medical students for pediatric cancer patients is donating blood to those in need. Conclusion: Clinical phase students have a higher level of knowledge compared to preclinical phase students, as observed from their questionnaire responses and mean scores. The attitudes of preclinical and clinical phase students toward pediatric cancer vary. Nearly 50% of the subjects are not interested in becoming pediatric oncologists for several reasons. However, the subjects still demonstrate a positive attitude toward pediatric cancer patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Afianjani Rahmadianti
"Latar Belakang: Gangguan sendi temporomandibular (TMJD) merupakan penyebab utama nyeri non-odontogenik di regio oro-fasial. Diagnosis dini dari TMJD penting dilakukan, namun kesadaran diri akan TMJD masih terbilang rendah. TMJD juga terjadi pada mahasiswa kedokteran gigi dengan persentase yang cukup tinggi, hal ini dapat dikaitkan dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan. Tujuan: mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD pada mahasiswa FKG UI dan melihat hubungan antara keduanya. Metode: Studi deskriptif potong lintang pada 617 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menggunakan kuesioner pengetahuan, dan tanda dan gejala TMJD yang pernah digunakan dalam penelitian terdahulu di India. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD. Namun terdapat korelasi positif antara angkatan dengan tingkat pengetahuan dan korelasi negatif antara angkatan dengan tingkat kesadaran diri. Tingkat pengetahuan dan kesadaran diri mayoritas mahasiswa tergolong sedang serta tanda dan gejala yang paling banyak pernah dirasakan oleh mahasiswa yaitu pengalaman mendengar suara dari TMJ saat membuka atau menutup mulut. Kesimpulan: Semakin tinggi angkatan mahasiswa maka tingkat pengetahuan TMJD akan meningkat namun, tingkat kesadaran diri akan tanda dan gejala TMJD justru menurun.

Background: Temporomandibular Joint Disorder (TMJD) is the main cause of non-odontogenic pain in oro-facial region. Early diagnosis of TMJD urge to be done, however the self-awareness of TMJD is usually low. TMJD also occurred among dentistry students with significant percentage, this could be associated with the lack of awareness and knowledge. Objective: To understand the level of knowledge and self-awareness regarding the sign and symptoms of TMJD and its relations of the dentistry student in University of Indonesia. Methods: Descriptive cross-sectional was applied to 617 students using adapted questionnaire concerning knowledge, sign and symptoms of TMJD used by a similar study in India. Results: There is no association between knowledge level and self-awareness regarding the sign and symptoms of TMJD level. There is a positive correlation between student’s grade and the level of knowledge, however negative correlation appears between student’s grade and the level of self-awareness. The knowledge and self-awareness level among majority of students are moderate. The major sign and symptoms that mostly have ever felt by students is experiencing of noises within TMJ while opening or closing the jaw. Conclusion: Higher student’s grade tends to have higher TMJD knowledge level but lower TMJD sign and symptoms self-awareness level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stacia Ariella
"Latar Belakang: Kolaborasi antara kedokteran dan kedokteran gigi merupakan hal yang esensial dalam meningkatkan efisiensi sumber daya dan standar pelayanan. Namun, masih sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai hal ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui awareness mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) dan Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) terhadap kolaborasi antara dokter dan dokter gigi dalam praktik.

Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Seluruh populasi mahasiswa FK & FKG UI angkatan 2013-2017 (n = 1432) diminta untuk melengkapi kuesioner. Kuesioner terdiri dari 12 pertanyaan yang didesain untuk mengetahui awareness mahasiswa mengenai kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi.

Hasil: Response rate penelitian ini adalah 79.39%. Mayoritas mahasiswa (86.1%) aware terhadap kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi. Mahasiswa menganggap bahwa disiplin ilmu Kecelakaan dan Layanan Darurat, Bedah, dan Telinga, Hidung & Tenggorokan (THT) merupakan tiga disiplin ilmu yang paling umum memiliki kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi.

Kesimpulan: Dalam penelitian ini, mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi pada umumnya menunjukkan awareness yang baik terhadap kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi di Universitas Indonesia. Hal ini merupakan fondasi penting untuk terus mendorong kolaborasi yang sangat vital dalam meningkatkan efisiensi sumber daya dan standar pelayanan kesehatan.


Background: Medical-dental collaboration is essential for improving resource efficiency and standards of care. However, few studies have been conducted on it. This study aimed to investigate the awareness of medical and dental students about collaboration between medical and dental practices in University of Indonesia.

Methods: The study design used is cross-sectional. All population of Faculty of Medicine & Faculty of Dentistry UI students (n = 1432) in the year of 2013-2017 was asked to complete a questionnaire. It contained 12 questions designed to elicit their awareness of the collaboration between dentistry and medicine.

Results: The response rate of this study is 79.39%. Most students (86.1%) were aware of the collaboration between medical and dental practice in University of Indonesia. They considered that Accident & Emergency, Surgery, and Ear, Nose & Throat were the three most common medical disciplines which entailed collaboration between medical and dental practice.

Conclusion: In this study, the medical and dental students in general demonstrated a good awareness of the collaboration between medical and dental practice in University of Indonesia. This established an essential foundation for fostering medical-dental collaboration, which is vital to improving resource efficiency and standards of care."

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enie Novieastari
"Mahasiswa keperawatan perlu dipersiapkan menjadi perawat yang memiliki kompetensi kultural. Kesadaran kultural dipercaya sebagai elemen yang paling penting dalam kompetensi kultural. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menguraikan keefektifan metode pembelajaran modifikasi simulasi terhadap kesadaran kultural sebagai salah satu elemen dari kompetensi kultural. Desain kuasi eksperimental digunakan untuk mengeksplorasi hubungan di antara variabel. Sebanyak 98 orang mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I terlibat dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada aspek pengetahuan dalam kesadaran kultural partisipan yang menggunakan metode modifikasi simulasi dibandingkan dengan partisipan yang menggunakan metode reguler. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada aspek sikap dalam kesadaran kultural diantara partisipan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran modifikasi simulasi merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan kultural mahasiswa keperawatan agar dapat menjadi perawat yang kompeten. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengembangkan elemen lainnya dalam kompetensi kultural seperti keterampilan kultural mahasiswa.

Nursing students should be prepared to be culturally competent nurses. Cultural awareness is believed as the most important elements of cultural competence. The purpose of this article is to describe the effectiveness of Modified Simulation Learning Methods on cultural awareness as one atribute of cultural competence. A quasi experimental (control group) design was used to explore the relationship between variabels among 98 first year nursing student attending Basic Nursing Concept I course at Faculty of Nursing Universitas Indonesia.
The knowledge of cultural awareness was found statistically different between participants in Modified Simulation Methods group (intervention) and participants using the regular method. However, there were no statistical differences in attitude of cultural awareness between intervention and control groups.
It could be concluded that Modified Simulation Learning methods is an effective learning method for increasing cultural knowledge of nusing student to be a competent nurse. Further research should be developed in continuing the improvement of cultural competence such as cultural skills."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Eka Purwani
"[ABSTRAK
Latar belakang: Kanker kepala dan leher merupakan salah satu keganasan yang dapat menyebabkan malnutrisi. Radioterapi dan kemoterapi merupakan bagian dari terapi pasien yang dapat menimbulkan berbagai efek samping sehingga dapat memperburuk status gizi pasien. Tujuan tatalaksana nutrisi adalahmeningkatkan asupan pasien, mempertahankan berat badan dan meminimalkan penurunan berat badan selama radiasi dan kemoterapi, meningkatkan kualitas hidup, menurunkan angka mortalitas pasien KKL pasca radioterapi dan kemoterapi. Tatalaksana nutrisi yang diberikan meliputi pemberian makronutrien, mikronutrien, nutrien spesifik serta konseling dan edukasi.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang dan berusia antara 41 hingga 57 tahun. Ketiga pasien menjalani kemoradiasi dan hanya satu pasien yang menjalani radioterapi. Hasil skrining pada semua pasien dengan menggunakan malnutrition screening tool (MST) mendapatkan nilai ≥2. Kebutuhan energi pasien dihitung dengan menggunakan rumus Harris Benedict selanjutnya dihitung kebutuhan energi total dengan faktor stres 1,5. Pemantauan yang dilakukan pada pasien meliputi keluhan subyektif, kondisi klinis, tanda vital, antropometri, kapasitas fungsional, dan analisis asupan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara teratur untuk memantau pencapaian target nutrisi.
Hasil: Dukungan nutrisi yang diberikan pada keempat pasien dapat meningkatkan asupan dan menaikkan berat badan pasien ketiga, mempertahahankan berat badan pasien pertama dan keempat, serta meminimalkan penurunan berat badan pasien kedua. Kapasitas fungsional pasien tidak mengalami penurunan.
Kesimpulan: Dukungan nutrisi yang diberikan pada pasien kanker kepala dan leher dalam terapi radiasi dapat meminimalkan, mempertahankan, dan meningkatkan berat badan, serta mempertahankan kapasitas fungsional pasien.

ABSTRACT
Introduction: Head and Neck Cancer is malignant disease associated with malnutrition. Radiotherapy and Chemotherapy will give side effect which can worsen nutritional status. The goal of nutritional management are to maintain or increase nutritional status, improve quality of life, and prolong survival of patients. Nutrition management include provide macronutrient, micronutrient, specific nutrients, counseling, and education.
Methode: Patient in this case series were between 41 to 57 years old. Three of patients undergoing chemoradiation and one of patients on radiation therapy. All patients had a screening score ≥2 using a Malnutrition Screening Tool (MST). Nutritional status of patients were obese, normoweight with risk of malnutrition, and normoweight. Basal energy requirement were calculated using Harris Benedict Formula then calculated with stress factor 1.5 for total energy requirement. Monitoring included subjective complaints, clinical condition, vital signs, anthropometric, functional capacity and nutrition analysis. Monitoring and evaluation were done for accomplishment of nutritional targets.
Results : Nutritional support could increase intake and weight gain in third patients, weight maintaining in first and fourth patients, and for second patients were minimizing weight loss. There was no decrease in functional capacity.
Conclusion: Nutritional support in head and neck cancer with radiotherapy could minimizing, maintaining, and increasing body weight also maintaining functional capacity., Introduction: Head and Neck Cancer is malignant disease associated with
malnutrition. Radiotherapy and Chemotherapy will give side effect which can
worsen nutritional status. The goal of nutritional management are to maintain or
increase nutritional status, improve quality of life, and prolong survival of
patients. Nutrition management include provide macronutrient, micronutrient,
specific nutrients, counseling, and education.
Methode: Patient in this case series were between 41 to 57 years old. Three of
patients undergoing chemoradiation and one of patients on radiation therapy. All
patients had a screening score ≥2 using a Malnutrition Screening Tool (MST).
Nutritional status of patients were obese, normoweight with risk of malnutrition,
and normoweight. Basal energy requirement were calculated using Harris
Benedict Formula then calculated with stress factor 1.5 for total energy
requirement. Monitoring included subjective complaints, clinical condition, vital
signs, anthropometric, functional capacity and nutrition analysis. Monitoring and
evaluation were done for accomplishment of nutritional targets.
Results : Nutritional support could increase intake and weight gain in third
patients, weight maintaining in first and fourth patients, and for second patients
were minimizing weight loss. There was no decrease in functional capacity.
Conclusion: Nutritional support in head and neck cancer with radiotherapy could minimizing, maintaining, and increasing body weight also maintaining functional capacity.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marya Warascesaria Haryono
"Studi kasus serial ini bertujuan untuk memberikan tatalaksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani terapi kemoradiasi. Status nutrisi seorang pasien kanker merupakan salah satu prediktor dalam menentukan QOL dan survival, tetapi status nutrisi pada kasus serial ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain metabolisme sel kanker, perubahan metabolisme dalam tubuh, efek samping radiasi, efek samping kemoterapi, serta faktor-faktor lain seperti psikis dan ekonomi. Serial kasus ini merupakan empat pasien kanker kepala dan leher berusia 30-57 tahun yang sedang menjalani kemoradioterapi dan telah mengalami penurunan berat badan bahkan sebelum dilakukan kemoradioterapi. Dalam perjalanan penyakitnya pasien mengalami efek samping terapi yang mempengaruhi status nutrisi pasien. Kebutuhan nutrisi pasien pada kasus serial ini dihitung menggunakan rumus Harris Benedict dengan faktor stres 1,5 dan diberikan protein sebanyak 1,5-2,0 g/kgBB/hari serta lemak 25-30%. Pemberian mikronutrien disesuaikan dengan RDA. Hasil dari kasus serial ini menunjukkan bahwa pasien yang status nutrisinya dapat dipertahankan menghasilkan outcome yang lebih baik daripada pasien yang status nutrisinya menurun. Untuk itu pada kasus keganasan kepala dan leher yang menjalani kemoradiasi sebaiknya diberikan konseling dan terapi nutrisi sejak awal sebelum timbul efek samping kemoradioterapi.

This case studies aims to provide nutritional management of head and neck cancer patients undergoing chemoradiation therapy. Nutritional status of a patient's cancer is one of the predictors in determining QOL and survival. Nnutritional status is influenced by many factors, such as cancer cell metabolism, metabolic changes, the side effects of radiation and chemotherapy, as well as other factors such as psychological and economic. This is a case series of four head and neck cancer patients aged 30-57 years who were undergoing chemoradiotherapy and has lost weight even before chemoradiotherapy. In the course of illness of patients experience side effects of therapy affects the nutritional status of patients. Nutritional needs of patients in the case series were calculated using the Harris Benedict formula and stress factor 1.5. Protein was given 1.5 to 2.0 g protein/kgBW/day and 25-30% of fat. Micronutrient was provide as RDA. Results of this case series suggests that the nutritional status of patients who can be maintained produced better outcomes than patients whose nutritional status declined. For it is in the case of head and neck malignancies who underwent chemoradiation should be given counseling and nutrition therapy early before any side effects of chemoradiotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Marchelina
"Gen P53 atau TP53 merupakan gen yang memicu pembentukan protein tumor p53 yang berfungsi sebagai tumor suppressor. Polimorfisme genetik p53 berpengaruh terhadap erjadinya kanker kepala dan leher (KKL). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara polimorfisme gen p53 dengan kanker kepala dan leher di Indonesia. Analisis dengan PCR-RFLP (enzim BstUI) pada 50 sampel penderita KKL dan 50 sampel non KKL untuk melihat polimorfisme gen p53. Persentase distribusi genotip polimorfisme P53 pada sampel KKL sebesar 70% dan pada sampel non KKL sebesar 58%. Terdapat perbedaan bermakna pada distribusi genotip polimorfisme gen p53 antara penderita KKL dengan non KKL (p value = 0.004).

The gene P53 or TP53 is a gene that targets the formation of p53 tumor protein that functions as a tumor suppressor. Genetic polymorphism of p53 gene has been associated with the development of head and neck cancer. This study aims to identify the relationship between p53 gene polymorphism with head and neck cancer in Indonesia. Analysis with PCR-RFLP (BstUI enzyme) in 50 samples of head and neck cancer patients and 50 control samples to see p53 gene polymorphism. The percentage of polymorphic genotype in HNC samples is 70% and in non HNC is 58%. There are significant differences in the genotype distribution of p53 gene polymorphisms between HNC patients and non-HNC patients (p value = 0.004)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiviany Kun Prasidhati
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher KKL di Indonesia prevalensinya cukup tinggi mencapai 4,7 per 100.000 penduduk. Ada penelitian melaporkan ERCC6 G399A sebagai hal baru polimorfisme nukleotida tunggal yang berkaitan dengan kanker rongga mulut. ERCC6 Excision Repair Cross Complementing 6 memiliki peran dalam transkripsi dan perbaikan eksisi nukleotida Nucleotide Excision Repair.
Tujuan: Mendeteksi pola polimorfisme gen ERCC6 G399A pada penderita KKL yang dibandingkan dengan individu sehat kontrol.
Metode: Studi deskriptif yang dianalisa menggunakan metode PCR-RFLP dengan sample 50 penderita KKL dan 50 individu sehat.
Hasil: Presentase polimorfisme pada sampel KKL 78 dan pada kontrol 84.
Kesimpulan: Terlihat adanya pola polimorfisme ERCC6 G399A pada penderita KKL namun tidak ada perbedaan bermakna antara distribusi polimorfisme dengan KKL.

Background Pevalence of head and neck cancer in Indonesia quite high around 4.7 100,000. A study reported ERCC6 G399A as novel single nucleotide polymorphism associated with oral cancer. ERCC6 Excision Repair Cross Complementing 6 plays a role in transcription and nucleotide excision repair NER.
Objective Detect ERCC6 G399A polymorphism in patients with head and neck cancer HNC compared with healthy individuals control.
Methods This descriptive study analysed with PCR RFLP method with sample of 50 HNC patients and 50 control patients.
Results The precentage of polymorphism in HNC was 78 , and in healthy control was 84 .
Conclusion There are ERCC6 G399A polymorphism in HNC but no significant difference between ERCC6 G399A polymorphism and HNC."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>