Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosa Syahruzad
"Latar belakang: Stunting adalah masalah global yang menyebabkan pertumbuhan anak tidak maksimal. Selain asupan nutrisi, stunting juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, seperti karakteristik sosioekonomi. Jenis lingkungan tempat tinggal, antara di urban atau rural, dapat memengaruhi faktor-faktor tersebut.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara lingkungan urban dengan lingkungan rural dan skor-Z TB/U pada balita untuk mencegah stunting.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang komparatif antara populasi balita di lingkungan urban dan rural dengan status stunting dan skor-Z TB/U di Banten, Indonesia. Sebanyak 99 anak di Kota Serang dan 102 anak di Kabupaten Tangerang berusia 6-59 bulan diteliti. Panjang/tinggi anak diolah menggunakan WHO Anthro Survey Analyser untuk mendapatkan skor-Z TB/U. Asupan gizi dicatat menggunakan kuesioner 24-hour recall dan dihitung total konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak dalam satu hari. Karakteristik sosioekonomi pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, serta pemasukan keluarga per bulan) didapatkan melalui kuesioner. Hasil penelitian diuji menggunakan SPSS v20 dengan uji hipotesis Chi-Square untuk proporsi stunting dan uji T independen untuk skor-Z TB/U.
Hasil: Skor-Z TB/U di lingkungan urban -1,05 (±1,42) dan di urban -0,81 (±1,09) (p: 0,183). Sedangkan, proporsi status stunting di lingkungan rural 25,5% dibandingkan di urban 14,1% (p: 0,044).
Simpulan: Skor-Z TB/U antara lingkungan urban dan rural tidak berbeda signifikan, namun proporsi stunting lebih tinggi di lingkungan rural secara signifikan

Background: Stunting is a global problem that affects growth of children. Aside from nutrition intake, stunting is also caused by other factors, for instance socioeconomic characteristics. Differences in living areas between urban and rural can affect these factors.
Aim: To find out the relation between urban and rural environment and height-forage Z-score (HAZ) in children to prevent stunting.
Methods: A cross-sectional study was held comparing population of children in rural and urban areas with stunting status and HAZ in Banten, Indonesia. The samples were 99 children from Kota Serang and 102 children from Kabupaten Tangerang aged 6-59 months. Length/height was processed using WHO Anthro Survey Analyser to get HAZ. Nutrition intake was recorded using 24-hour recall questionnaire and converted into total energy, carbohydrate, protein, and fat consumption of one day. Sosioeconomic characteristics were recorded using a questionnaire. Results of this study were processed using SPSS v20 with Chi-Square test for stunting difference proportion and independent-T test for HAZ difference.
Results: HAZ in rural area is -1,05 (±1,42) whilst in urban area is -0,81 (±1,09) (p: 0,183). Meanwhile, the proportion of stunting in rural area is 25,5% compared to in urban area, which is 14,1% (p: 0,044).
Conclusion: There is no significant difference in HAZ between urban and rural areas, but the proportion of stunting is significantly higher in rural area.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yori Novrianto
"ABSTRAK
Hasil dari studi menunjukkan adanya variasi tempat tinggal terhadap
kejadian SCOWT di daerah urban dan rural dengan MOR 2,2 dan 1,3. Setelah
karateristik anak dan ibu dimasukkan ke dalam model terjadi penigkatan MOR
pada daerah urban dan rural menjadi (MOR untuk karakteristik anak 2,6 dan 2.0
dan MOR untuk karakteristik ibu 2,7 dan 2,5). Tidak ada dari komunitas
karakteristik yangbisa menerangkan kejadian SCOWT pada komunitas. Oleh
karena itu, peran dari komunitas perlu dieksplorasi lebih jauh dengan
menggunakan analisa multilvel. Untuk menghambat beban ganda masalah gizi
pada daerah urban dan rural, lingkungan post natal dan prenatal harus menjadi
target intervensi.

ABSTRACT
Multilevel logistic regression was performed to investigate the differences
in potential explanatory factors of SCOWT pairs.Without considering any
covariates there was a community level variance in explaining SCOWT in urban
and rural regions. The MOR for SCOWT in both regions was 2.2 and 1.3. After
inclusion of child characteristics the MOR became 2.6 and 2.0. After being
adjusted with maternal characteristics the MOR became 2.7 and 2.5. None of the
community characteristics in the study explain the variation of SCOWT at
community. The roles of community characteristics with multilevel analysis need
further exploration. To tackle the double burden of malnutrition in both regions,
the prenatal and postnatal intervention supposed to be considered."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Oktalina
"Salah satu masalah kekurangan gizi pada balita yang menjadi prioritas utama adalahstunting. Stunting pada balita diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis mulai dari awalperkembangan dimana konsekuensinya bersifat permanen. Permasalahan stunting dapat menimbulkan efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk berkurangnya perkembangan kognitif, fisik, kemampuan produktif dan kesehatan yang buruk, serta peningkatan risiko penyakit degeneratif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder Pemantauan Status Gizi Provinsi Sumatera Barat dengan desain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 6421 balita. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi-square bivariat dan uji regresi logistik ganda model prediksi multivariat.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur balita, jenis kelamin, tinggi badan ibu, pendidikan ibu, jumlah anggota rumah tangga dan wilayah tempat tinggal dengan stunting pada balita. Umur balita merupakan faktor yang paling dominan dengan kejadian stunting pada balita.
Disarankan adanya dukungan kebijakan peningkatan anggaran program perbaikan gizi masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah stunting dan menyusun kegiatan program sesuai dengan kebutuhan di lapangan serta memperhatikan kebutuhan gizi anak sesuai dengan tahapan umur.

One of the nutritional problems in children under five is the main priority is stunting.Stunting in toddlers is caused by chronic malnutrition from the beginning ofdevelopment where the consequences are permanent. Stunting problems can have longtermeffects on individuals and communities, including reduced cognitive, physical, productive and poor health, and an increased risk of degenerative diseases.
The purpose of this study was to determine factors related to stunting incidence in toddlers in West Sumatera Province in 2017. This study uses secondary data Monitoring Nutrition Statusof West Sumatera Province with cross sectional study design and 6421 children underfive years old. Processing and data analysis using chi square test bivariate andmultiple logistic regression test prediction model multivariate.
The result of statistical test shows that there is a significant relationship between toddler age, sex, mother 39 sheight, mother education, number of household member and residence area withstunting in children. Toddler age is the most dominant factor with stunting incidence intoddlers.
It is recommended to support the improvement of public nutrition improvement program budget in the effort to overcome the problem of stunting andarrange the program activity according to the need in the field and pay attention to the nutritional requirement of children according to the age stage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Isnaini Arifianti
"Stunting adalah kondisi kegagalan pertumbuhan disebabkan oleh kekurangan zat gizi kronik dan infeksi berulang yang memiliki dampak jangka panjang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Banten karena prevalensinya masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 1.643 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data SSGI 2021 milik BKPK Kementerian Kesehatan RI. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor anak (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, keragaman pangan), faktor ibu (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu); faktor kerawanan pangan; faktor kesehatan lingkungan (kepemilikan jamban); faktor penyakit infeksi (ISPA, diare, pneumonia, TBC) dan faktor pelayanan kesehatan (pemberian vitamin A dan pengobatan balita sakit di fasilitas kesehatan). Data dianalisis menggunakan analisis data kompleks. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita 6-59 bulan adalah 22,7%. Berdasarkan analisis multivariat, determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah jenis kelamin (p-value 0,021; AOR 1,351; CI 95% 1,047 – 1,744); pendidikan ibu (p-value 0,009; AOR 1,484; CI 95% 1,103 – 1,998); panjang badan lahir (p-value 0,001; AOR 2,094; CI 95% 1,512 – 2,899); kerawanan pangan (p-value 0,009; AOR 1,629; CI 95% 1,131 – 2,347). Faktor dominan kejadian stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah panjang badan lahir pendek (AOR 2,09). Bayi panjang lahir pendek perlu mendapatkan intervensi KIE gizi dan kesehatan untuk ibu balita; mendapat makanan tambahan balita dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas serta pemantauan rutin setiap bulan di Posyandu agar tidak tumbuh menjadi balita stunting.

Stunting is a condition of growth failure caused by chronic nutritional deficiencies and repeated infections that have long-term effects. Stunting is still a public health problem in Banten Province because the prevalence is still high. This study aims to determine the determinants of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province. The research design used was cross sectional with a total sample of 1,643 toddlers obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used is the SSGI 2021 data belonging to the Indonesian Ministry of Health's BKPK. The independent variables in this study were child factors (age, sex, birth weight, birth length, dietary diversity), maternal factors (mother's education and mother's occupation); food insecurity factor; environmental health factors (latrine ownership); infection disease factors (ARI, diarrhea, pneumonia, tuberculosis) and health service factors (giving vitamin A and treating sick toddlers in health facilities). Data were analyzed using complex data analysis. Bivariate analysis used the chi-square test and multivariate analysis used multiple logistic regression. The results showed that the proportion of stunting among toddlers aged 6-59 months was 22.7%. Based on multivariate analysis, the determinant of stunting for children aged 6-59 months in Banten Province is gender (p-value 0.021; AOR 1.351; 95% CI 1.047 – 1.744); mother's education (p-value 0.009; AOR 1.484; 95% CI 1.103 – 1.998); birth length (p-value 0.001; AOR 2.094; 95% CI 1.512 – 2.899); food insecurity (p-value 0.009; AOR 1.629; 95% CI 1.131 – 2.347). The dominant factor in the incidence of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province is short birth length (AOR 2.09). Short-born babies need to receive health and nutrition communication, information, education interventions for mothers under five and get supplementary food for toddlers from the District/City Health Office and Community Health Centers as well as routine monitoring every month at the Posyandu so they don't grow into stunted toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Ayu Diani
"Upaya penurunan stunting di Indonesia salah satunya menetapkan wilayah prioritas lokus. Angka stunting di Indonesia ditargetkan turun dari 21,6% (2022) menjadi 14% (2024). Pada desa lokus dilakukan intervensi sensitif dan spesifik secara lebih intensif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan stunting pada balita di 15 desa lokus dan 15 desa non lokus di Kabupaten Garut, Indonesia. Desain studi cross-sectional dari data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dengan jumlah sampel 2.359 balita usia 0-59 bulan. Analisis determinan stunting pada penelitian ini dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji Cox Regression. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada balita di desa lokus dan non lokus Kabupaten Garut sebesar 30,56% dengan perbandingan proporsi stunting lebih tinggi pada desa non lokus dibandingkan dengan desa lokus. Hasil analisis multivariat menunjukkan determinan stunting secara keseluruhan adalah infeksi anak, riwayat gangguan kehamilan, dan PMT anak sedangkan di desa lokus adalah infeksi anak, dan PMT anak adapun di desa non lokus adalah infeksi anak, riwayat gangguan kehamilan, dan PMT anak. Faktor kontekstual yang berhubungan dengan stunting keseluruhan adalah jenis desa dan merokok  sedangkan di desa lokus maupun non lokus adalah merokok. Faktor yang paling memengaruhi stunting di desa lokus maupun non lokus intervensi penurunan dan pencegahan stunting Kabupaten Garut tahun 2022 adalah infeksi anak (PR 1,76; 95% CI 1,49-2,08). Hasil penelitian menyarankan pihak Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, dan masyarakat dapat mencegah stunting melalui pencegahan infeksi dengan pola hidup bersih, bekerja sama dalam program desa lokus, dan melakukan kampanye anti rokok dalam rangka pencegahan dan penurunan angka stunting.

One of the efforts to reduce stunting in Indonesia is to determine locus priority areas. The stunting rate in Indonesia is targeted to decrease from 21.6% (2022) to 14% (2024). In locus villages, sensitive and specific interventions are carried out more intensively. The purpose of this study was to determine the determinants of stunting in toddlers in 15 locus villages and 15 non-locus villages in Garut District, Indonesia. The study design was cross-sectional using secondary data from the Garut District Health Office with a total sample of 2,359 toddlers aged 0-59 months. Analysis of the determinants of stunting in this study was carried out univariately, bivariately and multivariately using the Cox Regression test. The results showed that the prevalence of stunting in toddlers in locus and non-locus villages in Garut District was 30.56% with a higher proportion of stunting in non-locus villages compared to locus villages. The results of multivariate analysis showed that the overall determinants of stunting were child infection, history of pregnancy disorders, and child PMT, while in the locus village it was child infection, and child PMT while in non-locus village it was child infection, history of pregnancy disorders, and child PMT. Contextual factors related to overall stunting are the type of village and smoking, while in both locus and non-locus villages is smoking. The factor that most influences stunting in locus and non-locus intervention villages to reduce and prevent stunting in Garut District in 2022 is child infection (PR 1.76; 95% CI 1.49-2.08). The results of the study suggest that the Regional Government, the Health Service, and the community can prevent stunting by preventing infection with a clean lifestyle, working together in locus village programs, and conducting anti-smoking campaigns in the context of preventing and reducing stunting rates."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Mega Farida
"Prevalensi kejadian stunting pada anak balita masih memerlukan perhatian serius. Kejadian stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya peran anggota keluarga dalam pengasuhan termasuk ayah dan praktik pemberian makan. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ayah dan praktik pemberian makan dengan kejadian stunting pada balita di Kota Depok. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik non- probability sampling dengan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada 111 responden di 3 Puskesmas dengan tingkat stunting tertinggi di Kota Depok. Hasil penelitian yang di analisis dengan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara peran ayah dengan kejadian stunting (p value = 0,683 ; α=0,05). Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji independent t-test menunjukkan ada hubungan signifikan anatara praktik pemberian makan dengan kejadian stunting (p value = 0,004; α = 0,05). Program kerja yang telah dilaksanakan seperti “Alarm Stunting” kurang melibatkan ayah dalam proses pelaksanaannya, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi perawat dan tenaga kesehatan di puskesmas untuk melaksanakan program pencegahan stunting dengan melibatkan peran keluarga seperti ayah dalam pemenuhan gizi balita.

The prevalence of stunting in children under five still requires serious attention. The incidence of stunting is influenced by various factors, one of which is the role of family members in parenting, including fathers, and feeding practices. The aim of the research was to determine the relationship between father's role and feeding practices and incidents stunting in toddlers in Depok City. This research design uses a descriptive correlation design with a correlation approach cross sectional. Research samples were taken using techniques non-probability sampling with method purposive sampling. This research was conducted on 111 respondents at 3 health centers at various levels stunting highest in Depok City. The research results were analyzed using tests chi square showed that there was no significant relationship between the father's role and the incidence of stunting (p value = 0.683 ; α=0.05). The research results were analyzed using tests independent t-test shows that there is a significant relationship between feeding practices and the incidence of stunting (p value = 0.004; α = 0.05). Work programs that have been implemented such as "Alarm Stunting" there is less involvement of fathers in the implementation process, so it is hoped that the results of this research can be a suggestion for nurses and health workers at community health centers to implement prevention programs stunting by involving the role of families such as fathers in fulfilling toddler nutrition."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonsa Reni Oktavia
"Konsumsi sayur-buah masih rendah pada mahasiswa baik di rural maupun urban. Konsumsi buah dan sayur adalah hal yang penting untuk mencegah munculnya penyakit degeneratif. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada mahasiswa di daerah rural dan urban. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta dengan jumlah sampel 196 mahasiswa. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, chi-square, dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi konsumsi sayuran yang kurang pada mahasiswa lebih tinggi di daerah urban. Berbeda dengan frekuensi konsumsi buah yang kurang pada mahasiswa di daerah rural lebih tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi sayuran di daerah rural dengan tingkat pendidikan ayah p=0,031 dan persepsi citra tubuh p=0,041 sedangkan di daerah urban yang berhubungan signifikan yaitu pengetahuan p=0,047 dan persepsi citra tubuh p=0,049. Konsumsi buah di daerah rural berhubungan signifikan dengan persepsi citra tubuh p=0,016, sedangkan di daerah urban yaitu uang bulanan p=0,006. Faktor dominan dalam konsumsi sayuran di daerah rural yaitu pendidikan ayah, sedangkan di daerah urban yaitu pengetahuan adapun faktor dominan dalam konsumsi buah di daerah urban yaitu uang bulanan. Untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur perlu peningkatan pengetahuan dan alokasi uang saku agar tercukupi sesuai anjuran.Kata kunci:Faktor individu, konsumsi buah, konsumsi sayur, mahasiswa, rural dan urban

Consumption of fruit vegetables is still low in college students both in rural and urban. Consumption of fruits and vegetables is an important thing to prevent the emergence of degenerative diseases. The purpose of this research is to know the factors related to the consumption of fruits and vegetables to college students in rural and urban areas. This research use cross sectional research design. Implemented at Universitas Negeri Yogyakarta with a sample of 196. The analysis used is univariate, chi square, and multiple logistic regression analysis. The results showed the frequency of less vegetable consumption in college students was higher in urban areas. In contrast to the frequency of less fruit consumption in college students in higher rural areas. There was a significant correlation between consumption of vegetables in rural area with education level of father p 0,031 and perception of body image p 0,041 while in urban area significant relation was knowledge p 0,047 and perception of body image p 0,049. Fruit consumption in rural areas was significantly related to perception of body image p 0,016, while in urban area that is monthly money p 0,006. The dominant factor in the consumption of vegetables in rural areas is the education of the father, while in the urban areas of knowledge as for the dominant factor in the consumption of fruit in the urban area is monthly money. To increase the consumption of fruits and vegetables need to increase knowledge and allocation of allowance to be fulfilled as recommended."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agata Tantri Atmaja
"ABSTRAK
Di tahun 2009, di Kabupaten Serang, Propinsi Banten telah dilaksanakan
kegiatan pengabdian masyarakat berupa intervensi KIE mengenai gizi seimbang pada
anak sekolah. Kegiatan pendahuluan ini memiliki sasaran anak SD terpilih di
Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan pada tahun
2010 dengan melaksanakan pelatihan gizi di SD terpilih pada bulan Juli-November
2010. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah
dasar. Sampel penelitian sebanyak 606 yang terdiri dari 303 dari daerah perkotaan
dan 303 dari daerah perdesaan
Penelitian ini menggunakan disain pre-eksperimental. Kemudian, melihat
perbedaan nilai pada saat baseline survey, endline survey, dan peningkatan
pengetahuan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa saat baseline tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
anak sekolah daerah perdesaan dan perkotaan, sedangkan pada saat endline survey
dan . perhitungan peningkatan pengetahuan terdapat perbedaan yang signifikan antara
anak sekolah dasar di daerah perkotaan dan perdesaan

ABSTRACT
In year 2009, there is a community development program which had been
held in Serang, Banten. The program contained of interventions with
Communication, Information, and Education media about Nutritions Balance for
elementary school student. The former program focused on elementary school
students in Serang, Banten. This program was continued during July-November 2010,
by giving nutrition education for the chosen elementary school which represented
urban and rural area. The aim of this program is to improve the elementary school’s
students knowledge
This research’s study design is pre-eksperimental. Furthermore, this research
saw the difference between urban and rural area in baseline, endline and the
knowledge increasing within. The result showed that there is no significant difference
between elementary school students in urban and rural area during baseline survey.
Hence, there are difference between elementary school students in urban and rural
area during endline survey and the increasing within"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agata Tantri Atmaja
"ABSTRAK
Di tahun 2009, di Kabupaten Serang, Propinsi Banten telah dilaksanakan
kegiatan pengabdian masyarakat berupa intervensi KIE mengenai gizi seimbang pada
anak sekolah. Kegiatan pendahuluan ini memiliki sasaran anak SD terpilih di
Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan pada tahun
2010 dengan melaksanakan pelatihan gizi di SD terpilih pada bulan Juli-November
2010. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah
dasar. Sampel penelitian sebanyak 606 yang terdiri dari 303 dari daerah perkotaan
dan 303 dari daerah perdesaan
Penelitian ini menggunakan disain pre-eksperimental. Kemudian, melihat
perbedaan nilai pada saat baseline survey, endline survey, dan peningkatan
pengetahuan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa saat baseline tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
anak sekolah daerah perdesaan dan perkotaan, sedangkan pada saat endline survey
dan . perhitungan peningkatan pengetahuan terdapat perbedaan yang signifikan antara
anak sekolah dasar di daerah perkotaan dan perdesaan

ABSTRACT
In year 2009, there is a community development program which had been
held in Serang, Banten. The program contained of interventions with
Communication, Information, and Education media about Nutritions Balance for
elementary school student. The former program focused on elementary school
students in Serang, Banten. This program was continued during July-November 2010,
by giving nutrition education for the chosen elementary school which represented
urban and rural area. The aim of this program is to improve the elementary school’s
students knowledge
This research’s study design is pre-eksperimental. Furthermore, this research
saw the difference between urban and rural area in baseline, endline and the
knowledge increasing within. The result showed that there is no significant difference
between elementary school students in urban and rural area during baseline survey.
Hence, there are difference between elementary school students in urban and rural
area during endline survey and the increasing within"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agata Tantri Atmaja
"ABSTRAK
Di tahun 2009, di Kabupaten Serang, Propinsi Banten telah dilaksanakan
kegiatan pengabdian masyarakat berupa intervensi KIE mengenai gizi seimbang pada
anak sekolah. Kegiatan pendahuluan ini memiliki sasaran anak SD terpilih di
Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan pada tahun
2010 dengan melaksanakan pelatihan gizi di SD terpilih pada bulan Juli-November
2010. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah
dasar. Sampel penelitian sebanyak 606 yang terdiri dari 303 dari daerah perkotaan
dan 303 dari daerah perdesaan
Penelitian ini menggunakan disain pre-eksperimental. Kemudian, melihat
perbedaan nilai pada saat baseline survey, endline survey, dan peningkatan
pengetahuan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa saat baseline tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
anak sekolah daerah perdesaan dan perkotaan, sedangkan pada saat endline survey
dan . perhitungan peningkatan pengetahuan terdapat perbedaan yang signifikan antara
anak sekolah dasar di daerah perkotaan dan perdesaan

ABSTRACT
In year 2009, there is a community development program which had been
held in Serang, Banten. The program contained of interventions with
Communication, Information, and Education media about Nutritions Balance for
elementary school student. The former program focused on elementary school
students in Serang, Banten. This program was continued during July-November 2010,
by giving nutrition education for the chosen elementary school which represented
urban and rural area. The aim of this program is to improve the elementary school’s
students knowledge
This research’s study design is pre-eksperimental. Furthermore, this research
saw the difference between urban and rural area in baseline, endline and the
knowledge increasing within. The result showed that there is no significant difference
between elementary school students in urban and rural area during baseline survey.
Hence, there are difference between elementary school students in urban and rural
area during endline survey and the increasing within"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>